Pencarian

Rabu, 30 Oktober 2019

Perjodohan yang Baik Sebagai Proses Pemakmuran Bumi


Pembinaan jiwa, penghamparan wawasan dan tumbuhnya akal akan memulai proses pemakmuran bumi sesuai dengan kehendak Allah. Namun semua hal itu belum tentu dapat terimplementasi di bumi, karena harus melalui perjodohan sebagaimana seorang laki-laki tidak dapat melahirkan seorang anak tanpa istri. Ada sebuah proses yang akan membuat semua kemajuan itu dapat diimplementasikan secara membumi, yaitu dengan proses perjodohan. 
 
وَٱلۡأَرۡضَ مَدَدۡنَٰهَا وَأَلۡقَيۡنَا فِيهَا رَوَٰسِيَ وَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوۡجِۢ بَهِيجٖ 

QS Qaaf : 7. Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam pasangan yang menyenangkan, 
Ayat ini dapat ditinjau sebagai penjelasan bagi ayat 10 yang menyebutkan tentang proses menghidupkan negeri yang mati. Disebutkan dalam ayat ini tentang tumbuhnya segala macam keberpasangan yang terjadi mengikuti pembinaan jiwa seorang mukmin sebagaimana ayat 6. Salah satu peristiwa penting pertumbuhan jiwa adalah keberpasangan. Keberpasangan itu sesuatu yang ditumbuhkan Allah pada jiwa. Sebagaimana raga seseorang yang tumbuh dewasa kemudian membutuhkan pasangan dan pekerjaan, demikian pula jiwa seseorang yang tumbuh dewasa akan menyadari bahwa dirinya memiliki pasangan-pasangan. Wawasan yang meluas dan tumbuhnya akal akan membuat jiwa itu mampu merasakan pekerjaan apa yang menjadi tugas dirinya, dan mengenali wanita yang urusannya berdekatan dengan urusan dirinya. Namun tahap itu barulah sebuah pendekatan. 

Akan ada waktu ketika seseorang mengalami keterbukaan urusan dirinya, secara tiba-tiba atas kehendak Allah. Dirinya mengenal untuk apa diciptakan, mengetahui shirat al mustaqim yang ditentukan bagi dirinya. Dengan hal ini seorang laki-laki mengenal pasangan sejatinya, baik pasangan berupa pekerjaan dan semestanya, maupun pasangan berupa perempuan yang menjadi kunci untuk membuka semestanya guna melaksanakan amal shalih. 

إِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحٗا مُّبِينٗا 

QS Al-fath : 1. Sesungguhnya Kami telah membukakan kepadamu keterbukaan yang nyata, 

Setiap orang diciptakan untuk urusan tertentu. Amal-amal shalih itu telah ditetapkan bagi setiap orang sebagaimana ditetapkannya kalung pada lehernya. Amal-amal itu akan dibukakan ketika Allah memberikan al-fath kepada seseorang. 

وَكُلَّ إِنسَٰنٍ أَلۡزَمۡنَٰهُ طَٰٓئِرَهُۥ فِي عُنُقِهِۦۖ وَنُخۡرِجُ لَهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ كِتَٰبٗا يَلۡقَىٰهُ مَنشُورًا 

QS Al-Israa’ : 13. Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. 

Demikian pula setiap orang diciptakan dengan pasangan berupa pasangan wanita. Setiap wanita diciptakan dari nafs wahidah seorang laki-laki tertentu. Wanita itu akan dikenal sang laki-laki setelah mengenal nafs wahidah dirinya. 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا 

QS An-nisaa’ : 1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari nafs wahidah, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (bertakwalah tehadap) al-arham. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. 

Keberpasangan-keberpasangan itu akan terbuka ketika Allah memberikan keterbukaan (alfath) bagi seorang laki-laki. Perjodohan itu akan memberikan visi dan pengetahuan yang banyak bagi setiap hamba yang kembali kepada Allah, bukan hanya bagi laki-laki, tetapi bagi setiap hamba baik laki-laki ataupun perempuan yang kembali kepada Allah. Visi dan pengetahuan itu akan memberikan banyak penjelasan untuk kembali kepada-Nya. 

تَبۡصِرَةٗ وَذِكۡرَىٰ لِكُلِّ عَبۡدٖ مُّنِيبٖ
QS Qaaf : 8. untuk memberikan bashirah dan pelajaran bagi tiap-tiap hamba yang kembali (kepada Allah). 

Seseorang yang menikah dengan pasangan sejatinya akan mendapatkan visi dan pengetahuan yang besar. Akan tetapi sebenarnya setiap keberpasangan akan menumbuhkan visi dan pengetahuan, bukan hanya pada orang-orang yang mendapatkan keterbukaan diri (alfath), walaupun berbeda kekuatannya. Seseorang yang mempunyai pengalaman kerja akan mempunyai visi dan pengetahuan yang lebih baik tentang pekerjaannya dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengalaman kerja. Seseorang yang berkeluarga akan memiliki visi dan pengetahuan lebih baik tentang kehidupan dibandingkan orang yang melajang. Pada orang-orang yang berpasangan sejati, kualitas visi dan pengetahuan itu akan jauh lebih kuat. 

Memilih Jodoh 


Pernikahan biasanya dilakukan seseorang pada usia remaja dewasa, mendahului proses alfath yang terjadi pada kisaran usia 40 tahun. Kedewasaan jasadiah mendahului kedewasaan jiwa. Dengan demikian, biasanya seseorang harus memilih jodohnya tanpa penglihatan jiwa yang jelas. Seseorang tidak perlu merasa terlalu khawatir dalam memilih jodohnya. Perintah menikah dalam alquran adalah dalam kriteria pasangan yang thayyib, tidak harus menemukan pasangan yang diciptakan dari jiwanya, dan menemukan pasangan jiwa lebih dikhususkan bagi golongan ulul-arham, golongan yang diberi kedudukan lebih utama daripada kaum mukminin dan muhajirin secara umum. 

وَإِنۡ خِفۡتُمۡ أَلَّا تُقۡسِطُواْ فِي ٱلۡيَتَٰمَىٰ فَٱنكِحُواْ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ ٱلنِّسَآءِ مَثۡنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَۖ فَإِنۡ خِفۡتُمۡ أَلَّا تَعۡدِلُواْ فَوَٰحِدَةً أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۚ ذَٰلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَلَّا تَعُولُواْ 

QS An-Nisaa’ :3. Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita yang thayyib bagi kamu: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. 

Namun demikian, seorang remaja tetap mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pasangan yang diciptakan dari jiwanya. Rasulullah SAW memperisteri Khadijah r.a sejak awal pernikahan, demikian pula Ali K.W memperisteri Fathimah r.a. 

Keikhlasan menjadi salah satu kunci untuk menemukan pasangan jiwa. Kebersihan hati, kekuatan niat untuk menuju Allah dan pengetahuan syariat akan menjaga atau menuntun seseorang untuk memperoleh pasangan yang sesuai. Tiga hal tersebut merupakan komponen keikhlasan. Bila seorang remaja menjaga kebersihan hatinya dan mempunyai keinginan kuat untuk kembali kepada Allah dengan berlandaskan pengetahuan syariat, hal itu akan membuka kesempatan untuk memperoleh pasangan yang diciptakan dari jiwanya. 

Melihat atau mimpi bisa menjadi sebuah petunjuk untuk memperoleh pasangan yang tepat. Hal itu ibarat bintang yang menembus kegelapan malam. Akan tetapi penglihatan itu bukan sesuatu yang selalu benar, tergantung keikhlasan hati seseorang. Di sisi lain, boleh jadi seorang remaja tidak mempunyai penglihatan atau mimpi terhadap seorang perempuan atau laki-laki yang menarik hatinya. Ketertarikan hati ini mungkin bukanlah perbuatan memperturutkan hawa nafsu bilamana keikhlasan ada dalam hatinya. Bahkan keikhlasan semacam ini kadangkala dapat menggerakkan perubahan radikal. Misalnya bila seorang pria remaja yang ikhlas tiba-tiba tertarik hatinya pada seorang gadis yang shalihah, padahal gadis itu telah menentukan hari pernikahan dengan seorang laki-laki lain. Boleh jadi pernikahan itu menjadi tidak terlaksana, tanpa satupun perbuatan tercela dari salah satu pihak, dan kemudian gadis itu menikah dengan remaja yang ikhlas tersebut. Keikhlasan mempunyai kekuatan mengarahkan perjodohan. 

Kadangkala seseorang melihat petunjuk jodoh melalui mimpi. Hal ini tidak selalu sebuah petunjuk yang benar tetapi dapat digunakan untuk mengukur diri. Mimpi atau penglihatan sangat bisa dipengaruhi oleh hawa-nafsu yang banyak. Kadangkala petunjuk itu berubah-ubah sesuai dengan keadaan hawa nafsu. Petunjuk pasangan sejati tidak akan berubah-ubah. Suka atau tidak suka terhadap pasangan yang ditunjukkan, petunjuk tersebut akan tetap. Perubahan petunjuk pasangan bisa terjadi bila berpasangannya dalam kategori thayyib atau lebih rendah. Kadangkala petunjuk antara pasangan sejati dan pasangan lainnya bercampur, karena keikhlasan yang tidak sempurna. Bila hatinya jujur, dirinya dapat mengukur intensitas semua penglihatannya, dan menentukan keberjodohan yang paling baik. Namun ini tidak mudah, dan biasanya memerlukan bimbingan. 

Keikhlasan dapat menjaga seseorang untuk memperoleh pasangan yang diciptakan dari jiwanya. Seorang perempuan akan terjaga dengan keikhlasannya, dan demikian pula seorang laki-laki mendapatkannya. Perjodohan semacam ini tidaklah mudah. Kadangkala penjagaan oleh keikhlasan itu terlihat bagaikan benteng yang menghalangi perjodohan, atau bisa jadi seseorang memperoleh jodoh sejatinya pada usia remaja karena keikhlasannya. Tidak ada yang lebih mudah di antara keduanya. Pernikahan dengan pasangan sejati akan menuntut ketakwaan, karena pernikahan dengan pasangan sejati menjadi sasaran utama syaitan untuk dipecahkan, bahkan oleh syaitan yang berkedudukan sangat tinggi di arsy iblis. Bukan tidak mungkin ketika seorang laki-laki memperoleh keterbukaan jati dirinya (alfath), pasangan jiwa yang kemudian diketahuinya adalah mantan istrinya. Merajut kembali puing-puing cinta yang telah runtuh bukanlah hal mudah, tetapi perlu dilakukan bila masih mungkin dilakukan. Demikian pula penjagaan keikhlasan dalam menunggu jodoh sejati dalam kesendirian pun tidak kalah sulit, penuh dengan tekanan dan godaan, baik dari alam dunia maupun alam syaitan. 

Pada sisi lain, Allah akan memberikan suatu ujian besar berupa kekurangan harta, jiwa, dan buah kepada hambanya agar menjadi hamba yang mendapatkan shalawat dan rahmat Allah. Hal itu terjadi ketika seseorang mengenal buah apa yang harus keluar dari dirinya. 

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ 

155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 

Salah satu yang mungkin terjadi dalam ujian itu adalah perpisahan dengan istri yang berasal dari jiwanya. Seorang laki-laki akan merasa kehilangan segalanya dengan kehilangan belahan jiwanya. Perpisahan dengan istri dapat diibaratkan pohon yang dicabut dari ladangnya. Bukan harta atau kedudukan diri yang terasa berat baginya. Pada masa itu, tumbuh tekad berupa Azam yang terasa terpotong-potong. Orang tersebut mungkin merasakan malu untuk menghadap Allah sendirian tidak bersama umatnya, maka dia bertekad untuk menyeru umatnya untuk kembali kepada Allah. Tetapi seluruh eksistensi dirinya justru terpotong-potong sehingga dirinya harus dan hanya bisa berserah kepada Allah. 

Anjuran Menikah 

Pernikahan dengan pasangan sejati mempunyai keutamaan yang sangat besar. Visi dan pengetahuan yang terbuka dalam pernikahan semacam ini sangat besar. Namun perlu disadari bahwa hal ini tidak mudah. Sebelum mendapatkan keterbukaan jati diri, pernikahan ini menjadi sasaran syaitan yang akan menyerang dengan sangat intensif dengan tipuan yang sangat lihai. Semua serangan syaitan terhadap pasangan ini akan menjadi ilmu, menjadi bagian dari visi dan pengetahuan yang akan diperoleh bila pasangan tersebut bertakwa. 

Bila seseorang dikadarkan untuk bisa menemukan pasangan sejati, hendaknya dia menikah dengan pasangan sejatinya. Sebagaimana mengenal nafs wahidah tidak mudah, demikian pula mengenal pasangan sejati tidak mudah sehingga tidak seharusnya ditinggalkan. Segala ujian yang akan datang seluruhnya telah terukur, sehingga pasangan tersebut hanya perlu bertakwa, tidak perlu takut dengan ujian yang akan datang. Khazanah, visi dan pengetahuan yang akan terungkap dalam pernikahan tersebut sangat bermanfaat bagi kemakmuran masyarakat. Ada keutamaan yang sangat besar dalam pasangan sejati sehingga mengangkat pasangan tersebut sebagai ulul-arham, sebuah sarana menurunkan khazanah rahmaniah Allah bagi semesta mereka. 

Setiap orang disunnahkan untuk menikah. Parameter yang harus dipenuhi untuk memilih pasangan adalah thayyib/thayyibah. Kehidupan di bumi akan membuat seseorang sulit untuk menemukan pasangan dari jiwanya sendiri. Perkara memperoleh pasangan sejati merupakan anugerah karena Allah lah yang mengatur seseorang untuk mendapatkan pasangan sejatinya. Namun demikian, hendaknya setiap orang berusaha menemukan pasangannya dengan berdasarkan keikhlasan, yaitu kebersihan hati dan landasan pengetahuan syariat yang benar. Keikhlasan adalah pengetahuan tentang Allah, yaitu berdasarkan hati dan pengetahuan yang benar. Pernikahan akan membuat bijaksana dalam kehidupannya.

Minggu, 27 Oktober 2019

Membina Jiwa Raga Memakmurkan Bumi

Memakmurkan bumi harus dimulai dengan membangun jiwa dan raga manusia yang menjadi penghuni bumi. Pemakmuran bumi akan terjadi mengikuti pembinaan manusianya. Tidak akan terjadi pemakmuran bumi tanpa melakukan pembinaan penghuninya. Bilamana terjadi peningkatan jumlah pemilikan materi pada masyarakat tanpa pembinaan jiwa raganya, hal itu tidak menunjukkan kemakmuran bumi. Terjadi ketimpangan pada masyarakat, baik karena eksploitasi berlebihan pada sumber daya alam ataupun eksploitasi satu individu atau kelompok masyarakat terhadap lainnya. Kemajuan semacam itu akan runtuh pada suatu saat. Pembinaan jiwa raga masyarakat menjadi syarat mutlak untuk memakmurkan bumi. 

Pembinaan manusia harus bersamaan dilakukan antara jiwa dan raga. Pembinaan raga saja akan cenderung menjadikan manusia sebagai perusak bumi, sehingga pada akhirnya bumi dapat mengalami kematian tidak memberikan daya dukung kehidupan bagi para penghuninya. Sedangkan pembinaan jiwa tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa membangun raga. Jiwa dan raga merupakan pasangan yang mendukung kemajuan satu dengan yang lain, dan akan menghidupkan kembali negeri yang mati. 

Akal Sebagai Langit Diri 


Yang mengawali kembali kehidupan suatu negeri adalah dengan mengamati bagaimana Allah meninggikan dan menghiasi langit tanpa sedikitpun cacat dan cela. 

أَفَلَمۡ يَنظُرُوٓاْ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَوۡقَهُمۡ كَيۡفَ بَنَيۡنَٰهَا وَزَيَّنَّٰهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٖ 

QS Qaaf : 6. Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami membinanya dan menghiasinya, dan (langit itu) tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? 

Ayat ini merupakan penjelasan bagi ayat 10 tentang urutan mekanisme penghidupan kembali negeri yang mati. Langit dalam ayat ini bukan hanya langit yang berada di atas kepala. Langit yang lebih mudah teramati oleh setiap diri manusia adalah jiwa dalam dirinya sendiri. Manusia kebanyakan hidup di bumi hanya dengan jasad beserta hawa nafsu yang tumbuh seiring pertumbuhan jasadnya. Sebenarnya, bila diteliti dengan seksama, ada jiwa yang menuntun manusia untuk mencari kebenaran, bersuara lirih dalam lubuk hati untuk ditaati. Suara kebenaran di lubuk hati yang menuntun pengenalan terhadap rahmaniah dan rahimiah Allah itu adalah jiwanya. Dengan mentaati suara kebenaran dalam hatinya, seseorang akan mengetahui bagaimana Allah membangun langit jiwanya yang berada di atas jasad dan hawa nafsunya. 

Jiwa itu adalah pasangan langit bagi bumi jasadnya, sedangkan kecerdasan jasadiah merupakan anak-anak yang terbentuk karena interaksi antara keduanya. Kecerdasan jasadiah itu adalah hawa nafsu manusia. Kecerdasan jasad atau hawa nafsu itu akan hilang ketika jasad mati, tetapi terdapat hubungan yang sangat erat antara hawa nafsu dengan keadaan jiwa seseorang. Bentuk-bentuk hawa nafsu seseorang akan menentukan keadaan jiwanya. Setiap manusia harus mendidik hawa nafsunya agar jiwanya mendapatkan pembinaan. 

Pada jasad manusia terdapat kecerdasan jasadiah, dan pada jiwa manusia terdapat akal yang berguna untuk memahami kehendak Allah. Akal merupakan tali kendali yang menghubungkan manusia terhadap kehendak Allah. Entitas akal inilah yang sering disebutkan dalam alquran, bukan kecerdasan jasadiah manusia. Kecerdasan jasadiah manusia tidak akan mampu mengerti kehendak Allah. Bila selalu diperturutkan, kecerdasan jasadiah ini dapat berkembang liar menyesatkan manusia. Akal jiwa lah yang menjalin hubungan kepada Allah. Sebagaimana jasad memiliki indera-indera, demikian pula jiwa memilikinya berupa penglihatan dan pendengaran untuk mencerap kebenaran. Namun seringkali manusia tidak dapat merasakan indera-indera jiwanya. Hal ini terjadi karena ketertutupan qalb. 

Membangun Hubungan Jiwa dan Raga 


Untuk menumbuhkan akal jiwa, seseorang harus menumbuhkan qalb. Yang menghubungkan antara jasad dan jiwa adalah qalb. Jika dan hanya jika qalb tumbuh dalam diri seseorang maka akalnya akan tumbuh. Qalb merupakan operating system bagi terbentuknya akal yang menghubungkan seseorang dengan kehendak Allah. 

أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَتَكُونَ لَهُمۡ قُلُوبٞ يَعۡقِلُونَ بِهَآ أَوۡ ءَاذَانٞ يَسۡمَعُونَ بِهَاۖ فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ  

QS Al-Hajj : 46. maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati (qalb) yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. 

Pembinaan qalb harus dilakukan dengan memperhatikan keadaan bumi. Setiap orang harus diperjalankan di bumi dan memperhatikan dengan hatinya kebutuhan masyarakat dan lingkungan agar tumbuh qalb dalam dirinya. Bila seseorang hanya bergelut dengan kepentingan dirinya sendiri tanpa memperhatikan kebaikan bagi keadaan sekitarnya, tidak akan tumbuh qalb pada dirinya. 

Dengan memperhatikan buminya seseorang dapat membangun jiwanya. Tanpa memperhatikan buminya seseorang tidak mempunyai pijakan berupa qalb untuk mengembangkan langit dirinya dengan akal, pendengaran dan penglihatan jiwa. Perjalanan di bumi harus dilakukan untuk menumbuhkan kasih sayang. Hubungan seorang manusia dengan Allah harus dibangun berdasarkan rasa kasih sayang terhadap sesama makhluk, tidak mengawang-awang dengan menanamkan teori-teori dan perkataan tentang Allah tanpa disertai pengetahuan. Ilmu harus dicari agar seseorang memperoleh sudut pandang yang semakin tepat terhadap dirinya dan lingkungannya, sehingga jiwanya mendapatkan pijakan untuk berkembang. 

Di sisi lain, perjalanan di muka bumi ini seringkali menghisap seseorang dengan ketertarikan terhadap dunia. Dunia ini bagaikan seorang puteri cantik jelita bagi orang-orang yang mengejar dunia, yang mengakibatkan orang tersebut terjatuh pada perjalanan untuk kepentingan diri sendiri, tidak memperjuangkan kebaikan bagi masyarakat dan kepentingan sekitar. Dengan hal ini, dirinya tidak lagi mempunyai hubungan dengan jiwanya. Dirinya menjadi terpecah menjadi manusia tanpa integritas, hanya menjadi makhluk jasadiah tanpa hubungan dengan jiwanya, padahal jiwanya merupakan entitas yang mempunyai akal yang dapat terhubung dengan kehendak Allah. 

Penghamparan Bumi Diri 


Dengan tumbuhnya qalb maka seseorang akan mendapatkan peluasan wawasan terhadap buminya. Indera-indera jiwanya akan terhubung dengan jasadnya, dan jasad dapat melihat buminya dengan perspektif jiwanya. Akan tumbuh kekuatan kecerdasan jasadiah yang membuat kokoh kehidupan dirinya, sebagaimana gunung yang menjadikan bumi tidak berguncang. 

وَٱلۡأَرۡضَ مَدَدۡنَٰهَا وَأَلۡقَيۡنَا فِيهَا رَوَٰسِيَ وَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوۡجِۢ بَهِيجٖ 

QS Qaaf : 7. Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam pasangan yang menyenangkan. 

Dengan tumbuhnya kecerdasan jasadiah, seseorang dapat melihat kesesuaian antara dirinya dengan dunianya. Akan tumbuh wawasan keberpasangan yang menyenangkan dalam segala sesuatu yang menjadi bagian dari dirinya. Pada puncak wawasan itu, dirinya akan melihat keberpasangan jasadiahnya dengan jiwanya. Jasadnya mengenal jiwanya, dan mengetahui bahwa jiwanya merupakan pembimbing jalan pengabdiannya kepada Allah. Dengan mengenal jiwanya, jasadnya mengenal pasangan wanita yang diciptakan dari jiwanya, dan mengetahui bahwa wanita itu adalah jalannya untuk terhubung dengan dunianya dalam urusan Allah. 

Membina Jiwa 


Peluasan wawasan ini adalah penghamparan bumi. Hal ini dapat terbentuk bila seseorang memperhatikan pembinaan langitnya, yaitu jiwanya. Pembinaan jiwa harus dilakukan dengan memperhatikan dunianya dengan qalb, yaitu aspek dunia yang menjadi pasangan sejati dirinya. Untuk hal ini setiap orang harus berusaha untuk mengikuti suara hati dengan sebaik-baiknya. Bila terjebak oleh kecantikan dunia, seseorang tidak akan terhubung dengan jiwanya sehingga tidak akan terjadi pembinaan jiwa. Setiap orang harus setia dengan suara hati yang menunjukkan aspek dunia yang menjadi pasangan sejati dirinya, tidak tertipu dengan jumlah harta duniawi dari aspek dunia yang menggoda. Dunia akan tampil cantik menggoda hati agar manusia terikat kepadanya melupakan jiwanya. 

Sebenarnya rezeki yang terbaik selalu terdapat pada pasangan sejatinya. Dunia lain yang menggoda hanya akan membuat seseorang terombang-ambing dalam fatamorgana. Misalnya bila seseorang mempunyai ketertarikan hati dalam pengolahan limbah kotoran sapi, niscaya rezeki terbaik berada pada kotoran sapi, sekalipun terlihat menjijikkan. Akan terbuka jalan rezekinya pada kotoran sapi bila hatinya terbuka. Untuk membuka hal ini, perlu dibangun hati, yaitu dengan berjalan-jalan di muka bumi memperhatikan kebaikan bagi makhluk lainnya. Tanpa mengusahakan kebaikan bagi makhluk lain, qalb akan sulit tumbuh dalam diri seseorang. 

Gambaran keberpasangan seseorang dengan dunianya menyerupai keberpasangan antara seorang laki-laki dengan wanita. Ada wanita yang diciptakan dari diri seorang laki-laki sebagai pasangan sejatinya, dan ada banyak perempuan lain yang mungkin menarik hatinya. Seseorang dengan hawa nafsunya sangat mungkin tertarik pada pasangan yang menghancurkan dirinya karena kecantikan, sementara dirinya berpikir hal itu akan mengantarkan pada keberhasilan dan kebahagiaan. Sebenarnya kehidupan terbaiknya akan diperoleh dengan pasangan sejatinya. Banyak visi dan pelajaran yang muncul bila seseorang memperoleh pasangan sejatinya, baik urusan dunianya ataupun jodoh wanita/prianya. 

تَبۡصِرَةٗ وَذِكۡرَىٰ لِكُلِّ عَبۡدٖ مُّنِيبٖ
QS Qaaf : 8. Sebagai penglihatan dan pelajaran bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). 

Untuk memperoleh pasangan sejati, dirinya harus berusaha memperhatikan suara kebenaran dalam hatinya, yaitu suara jiwanya, dan mentaatinya. Thariqah merupakan sebuah jalan agar seseorang terlatih untuk mendengar suara jiwanya dengan merendahkan hiruk pikuk hawa nafsu. Tetapi perlu kesiapan agar seseorang dapat menempuh thariqah dengan benar. Keikhlasan harus benar-benar terbangun kokoh dalam hati seorang murid, bahwa hatinya benar-benar mencari kebenaran saja bukan mencari kemegahan dunia. Seseorang sangat mungkin tersesat bila menempuh thariqah tanpa keikhlasan. Keikhlasan dapat dibangun dengan kebersihan hati dan mencari ilmu syar’i yang benar, ilmu syar’i yang menyentuh hatinya tidak mengurungnya hanya dalam batasan syariat yang kaku. Ikhlash adalah pengetahuan tentang Allah.

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. 

Tanpa keikhlasan, seorang murid dapat tersesat jauh mengikuti hawa nafsu yang dikira sebagai jiwa yang harus dipatuhinya. Bila keikhlasan tidak sempurna, seorang murid mungkin dapat mendengar suara kebenaran dalam hatinya, tetapi tidak mampu mematuhinya karena lebih memilih kehendak hawa nafsu sehingga pertumbuhan jiwanya tidak mencapai sempurna, atau malah terpatahkan dalam tahap pertumbuhan tertentu. Dengan keikhlasan yang sempurna, seseorang dapat tumbuh mengikuti kebenaran dalam hatinya. Sekalipun mungkin muncul keengganan dalam melaksanakan karena kurang siap, kebenaran itu mungkin kembali mendatangi pintu hatinya, mengetuknya, menggedor atau bahkan mendobrak masuk dalam hatinya. Nabi Ibrahim a.s mungkin mengalami hal ini ketika harus menyembelih puteranya, atau menempatkan istri dan putranya di padang pasir.

Kamis, 24 Oktober 2019

Pernikahan dan Negeri Syaitan


Kesatuan antara suami dan istri menjadi sasaran utama syaitan untuk menimbulkan fitnah di antara manusia. Fitnah terbesar yang dibuat syaitan akan dijalankan dengan cara memisahkan suami dengan istrinya. 

{وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ,َ} [البقرة : 102)

QS Al- Baqarah :102 Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan terhadap kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidak kafir, hanya syaitan-syaitan lah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan kepada seorangpun hingga mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya fitnah, maka janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dapat menceraikan antara seorang laki-laki dengan isterinya. Dan mereka itu tidaklah mampu memberi mudharat kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang membahayakan mereka dan tidak memberikan manfaat.

Ayat tersebut bercerita tentang sekelompok yahudi yang menjadi pengikut syaitan untuk mewujudkan sebuah negara yang dibentuk menurut bacaan syaitan atas kerajaan Sulaiman as. Negara tersebut sangatlah beraroma kekafiran, padahal tidaklah Sulaiman kafir, hanya syaitan yang membuat konsep negara yang sangat kafir. Negeri tersebut akan berwujud Babilonia baru yang menguasai dunia dalam satu negara di bawah kekuasaan syaitan. 

Untuk mewujudkan hal tersebut, syaitan mengajarkan kepada manusia dua hal, yaitu sihir dan apa yang diturunkan kepada malaikat Harut dan Marut. Sihir merupakan keahlian asli milik para syaitan, tetapi mereka menggunakan ilmu yang diturunkan kepada malaikat sebagai senjata andalan menaklukkan manusia. 

Para syaitan mempelajari ilmu dari kedua malaikat tersebut, dengan tujuan menceraikan seorang laki-laki dengan istrinya. Syaitan mempelajari ilmu-ilmu dari Harut dan Marut, tapi di tangan syaitan dari kalangan jin, ilmu tersebut tidak membahayakan sama sekali. Mereka tidak memiliki jangkauan terhadap manusia. Maka mereka mengajarkannya kepada manusia agar ilmu mereka menyentuh manusia. 

Maka sebagian manusia memperoleh ilmu tersebut dari syaitan. Itu merupakan hal yang membahayakan manusia sendiri dan tidak memberikan manfaat. Orang itu berubah menjadi senjata yang bisa dimanfaatkan syaitan untuk menceraiberaikan manusia. Ilmu yang diperoleh tersebut tidak memiliki manfaat bagi kehidupan umat manusia, hanya berguna untuk melayani keinginan sendiri dan kejahatan. 

Syaitan menggunakan ilmu yang diturunkan kepada malaikat yang taat untuk mencerai-beraikan manusia. Mereka menipu manusia yang lengah dengan ilmu. Pada kadar murni, syaitan hanya menutup sebagian ilmu malaikat sehingga tidak terasa aroma syaitaniahnya, maka ini merupakan strategi yang paling berbahaya. Ilmu itu secara utuh pun sebuah fitnah, dan syaitan merekayasa menjadi ilmu yang membahayakan manusia. Fitnah terbesar iblis akan dilaksanakan oleh syaitan yang didekatkan kepada iblis dengan cara memisahkan seorang laki-laki dengan istrinya. Maka cara tipuan ini sangat mungkin digunakan syaitan. Fitnah yang ditimbulkan akan jauh lebih besar dari fitnah yang lain, misalnya perang dunia dan lain-lain. 

Sebagian yahudi mengambil ilmu tersebut dengan sengaja kepada para syaitan demi kekuasaan terhadap manusia. Mereka bahkan menjual diri mereka kepada syaitan dengan dunia. Mereka mempelajari sihir dan ilmu Harut dan Marut dari syaitan dengan menjual dirinya kepada syaitan untuk menguasai dunia. Amat buruk perbuatan yang mereka kerjakan.
 

Peran Syaitan di Zaman Akhir 


Ikatan pernikahan adalah sendi utama dalam mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik. Pernikahan menjadi sasaran utama syaitan untuk dihancurkan. Usaha syaitan menghancurkan pernikahan merupakan satu kesatuan paket untuk mewujudkan negara syaitan yang dipimpin oleh Dajjal. Sangat penting bagi umat manusia memperbaiki kehidupan pernikahan agar tidak mudah takluk terhadap pasukan syaitan. 

Akan datang kepada umat manusia suatu zaman yang disebut zaman fitnah. Fitnah itu dibuat oleh para petinggi syaitan yang berada di atas 'arsy mereka. Syaitan itu dipimpin oleh Iblis yang dahulu hadir di sidang penciptaan Adam. 

عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ، ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ، فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً، يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا، فَيَقُولُ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا، قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ، قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ 

Dari Jabir ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air lalu mengirim bala tentaranya. (setan) yang kedudukannya paling dekat kepada Iblis adalah yang paling besar fitnahnya. Salah satu diantara mereka datang lalu berkata: 'Aku telah melakukan ini dan itu.' Iblis menjawab: 'Kau tidak melakukan apa pun.' Lalu yang lain datang dan berkata: 'Aku tidak meninggalkannya hingga aku memisahkannya dengan istrinya.' Beliau SAW bersabda: "Iblis mendekatkan setan itu kepadanya lalu berkata: 'Bagus kamu. HR. Muslim no.2813 

Mereka adalah para pemimpin syaitan yang menjadi iblis, yang mempunyai kedudukan di atas ‘arsy. Para pemimpin syaitan merencanakan fitnah dari atas 'arsy yang dibuat di atas air. Fitnah-fitnah yang mereka buat adalah berdasarkan pengetahuan. Dengan pengetahuan-pengetahuan dikirimkanlah bala tentara iblis yang sangat banyak. Bala tentara itu mempunyai bekal pengetahuan. Dengan pengetahuan itu maka umat manusia akan dibuat kebingungan tentang kebenaran yang harus diikuti. 

Terdapat banyak pembesar syaitan yang berada dalam sidang di atas arsy mereka. Mereka menimbulkan fitnah-fitnah besar di antara manusia. Di antara para pembesar syaitan, yang paling besar fitnahnya adalah syaitan yang membangkitkan suatu perselisihan pernikahan atau perceraian. Syaitan itulah yang didekatkan kepada iblis. Dibandingkan dengan pembesar syaitan yang lain, maka syaitan yang lain dianggap tidak berbuat apa-apa oleh Iblis. 

Perselisihan pernikahan yang disebutkan barangkali bukanlah perceraian manusia kebanyakan. Hanya pasangan tertentu yang menjadi sasaran untuk menimbulkan fitnah paling besar. Sasaran itu disebut dalam kata ganti tunggal "hu" yang menunjukkan seseorang dalam jumlah tunggal. Strategi semacam ini merupakan strategi merusak sebuah segel untuk merusak seluruhnya. Hanya dengan merusak sebuah atau beberapa pernikahan satu orang laki-laki, maka timbul fitnah terbesar dalam sejarah kehidupan

Menjelang Zaman Adil Paramarta


Akan datang suatu zaman bagi umat islam dimana kehidupan akan berjalan dengan Adil dan Paramartha. Kekuasaan umat Islam akan mencapai seluruh pelosok bumi. Pada zaman itu tidak ada bagian bumi yang tidak dikuasai oleh umat Islam. 

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ

Dari Tsauban, Rasulullah Saw bersabda : "Sesungguhnya Allah telah melipat bumi untukku hingga aku dapat melihat timurnya serta baratnya. Sungguh kekuasaan umatku bakal meraih apa yang sudah dilipatkan untukku daripadanya, dan aku diberi dua perbendaharaan yaitu merah dan putih. Dan sungguh aku telah bermohon kepada Tuhanku untuk umatku supaya Dia tak membinasakan mereka dengan kekeringan menyeluruh dan supaya Dia tidak memberikan kuasa atas mereka kepada musuh, terkecuali karena jiwa-jiwa mereka sendiri sehingga terapunglah harta putihnya.” (HR. Muslim No. 5144). 
Zaman itu akan terjadi pada saat dua harta perbendaharaan rasulullah Saw hadir. Kedua harta perbendaharaan itu adalah harta perbendaharaan merah dan harta perbendaharaan putih. 

Merah putih adalah pakaian bagi jiwa sang imam pada zaman tersebut. Sang imam akan diutus ke dunia dengan pakaian putih dengan jubah berwarna merah. Beliau akan datang sebagai khalifatullah yang akan memberantas seluruh kejahatan tidak bersisa hingga akar-akarnya, khalifatullah yang akan diberi tugas menggantikan iblis dalam memakmurkan bumi. 

Sebagai khalifatullah, beliau diberi jubah berwarna merah. Merah menggambarkan sifat beliau sebagai orang yang berani, teguh dan lugas. Sedangkan putih menggambarkan sifat ketulusan dan keikhlasan. Beliau sebagai manusia biasa diberi pakaian putih gambaran sifat tulus dan ikhlas. Kedua warna tersebut terkumpul dalam satu jiwa. 

Namun demikian Rasulullah SAW menyebutkan kedua warna tersebut sebagai dua harta perbendaharaan yang terpisah, tidak disebutkan sebagai satu perbendaharaan merah putih. Hal ini terkait dengan pakaian dalam wujud pernikahan. Beliau memiliki dua pernikahan yang masing-masing merupakan wujud perbendaharaan rasulullah Saw yang berwarna merah dan berwarna putih. 

Kedua pernikahan beliau adalah pernikahan berdasarkan pasangan hakiki, yaitu pasangan yang diciptakan dari satu nafs wahidah. Jiwa berpakaian merah putih itu memiliki dua pasangan hakiki, satu wanita diantaranya dengan pakaian merah dan satu wanita dengan pakaian putih. Mereka bertiga diciptakan dari satu nafs wahidah. 

Kedua pernikahan itu mengantarkan beliau sebagai ulul arham. Beliau hanya menikah dengan pasangan jiwanya, karena hanya dengan pernikahan demikian al-arham terbentuk secara sempurna. Dengan demikian akan terbentuk masyarakat adil paramarta. Hal ini mengikuti sunnah rasulullah Saw ketika menikah dengan Khadijah ra sebagai pasangan hakiki rasulullah SAW. 


يٰۤـاَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّا حِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَا لًا كَثِيْرًا وَّنِسَآءً ۚ وَا تَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهٖ وَا لْاَ رْحَا مَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا 
"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari nafs wahidah, dan menciptakan darinya pasangannya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan-Nya kamu saling meminta dan (bertakwalah terhadap) al-arham. Sesungguhnya Allah selalu mengawasimu." (QS. An-Nisa' 4: 1) 


Petunjuk dan Peringatan Rasulullah SAW 


Dalam hadits Tsauban di atas, terdapat sebuah petunjuk dan peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Beliau menyoroti keadaan jiwa-jiwa umat Islam yang menyebabkan orang lain dapat menguasai umat Islam. 

Fenomena puncak dari keadaan jiwa umat Islam yang menyebabkan umat Islam dapat dikalahkan adalah tenggelamnya harta perbendaharaan berwarna putih milik Rasulullah SAW. Rasulullah SAW menyebutkan hal tersebut setelah kata "hingga". Hal ini menunjukkan bahwa banyak fenomena lain terkait fenomena tersebut yang harus dibenahi. Jiwa-jiwa yang banyak (anfus) tersebut dapat menjadi pijakan bagi syaitan untuk mengacaukan umat. 

Terkait pernikahan dan perjodohan, umat Islam hendaknya berpegang pada tuntunan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Bentuk pernikahan merupakan gambaran dzahir bagi sikap jiwa terhadap aspek duniawi. Motivasi dan modus seseorang untuk menikah menunjukkan bagaimana sikap dirinya terhadap dunia. Seorang yang menikah karena kecantikan, harta atau kedudukan menggambarkan bagaimana sikap jiwanya terhadap dunia. 

Bagi orang-orang yang diketahui memiliki potensi sebagai ulul arham hendaknya sebisa mungkin tidak menikahi wanita selain pasangan hakiki yang diciptakan dari jiwanya, sekalipun dilakukan berdasarkan hawa nafsu rijal (pejalan). Syaitan akan mengacaukan seluruh umat melalui hawa nafsu itu. Syaitan memiliki tempat berpijak pada hawa nafsu setinggi apapun hawa nafsu itu dan sesempit apapun tempat berpijaknya. Yang paling mungkin terjadi, hawa nafsu itu akan dihembus agar mencintai pasangan hakiki sahabat terdekat jiwanya. Mencintai pasangan semacam ini adalah sifat alamiah antara sahabat jiwa yang berdekatan. Walaupun misalnya belum menjadi istri sahabatnya, itu akan menghilangkan kesempatan terbentuknya al-arham, setidaknya pada satu sahabatnya. 

Bagi mukminin umumnya, hendaknya pernikahan dilakukan berdasarkan kethayyiban. Seorang laki-laki yang thayyib hanya menikah dengan perempuan yang thayyibah, dan sebaliknya. Seorang laki-laki khabits hendaknya dinikahkan dengan perempuan yang khabitsah, dan demikian pula sebaliknya. 

Keadaan Harta Perbendaharaan Rasulullah SAW. 

Sang imam diberi pakaian putih dengan jubah merah yang menunjukkan ketulusan dan keteguhan beliau dalam kebenaran. Dari sudut kacamata lain, profil semacam ini adalah profil yang kurang menyenangkan. Profil demikian akan terlihat kaku tanpa kompromi, apalagi bila pengetahuan masih terbatas. 

Dalam hal pernikahan, beliau harus menikah dengan dua wanita. Salah satu pernikahan akan menumbuhkan sifat ketulusan dan keikhlasan beliau dalam mengabdi kepada Allah. Ini adalah harta perbendaharaan rasulullah SAW yang berwarna putih. Pernikahan beliau yang lain akan menumbuhkan keterampilan beliau dalam menegakkan kebenaran. Ini adalah harta perbendaharaan rasulullah SAW yang berwarna merah. 

Harta perbendaharaan berwarna putih itu pada akhirnya tenggelam. Ibaratnya ketika beliau menyeberang jembatan yang berada di atas air, tiba-tiba jembatan tersebut runtuh, maka beliau harus berenang untuk menyeberang. Hal ini menggambarkan bahwa pembinaan jiwa beliau dalam pernikahan tidak mencapai ketuntasan. Konstruk jiwa-jiwanya (anfus) hanya tumbuh mencapai kadar tertentu, tidak bertumbuh mencapai kedewasaan dan kepekaan yang seharusnya bagi beliau. Beliau harus menyelesaikan penyeberangan itu dengan logika jasadiahnya. 

Barangkali sifat beliau yang diberi pakaian merah memberikan andil dalam tenggelamnya pernikahan beliau. Tetapi pengaruh terbesar pada tenggelamnya pernikahan beliau adalah keadaan jiwa-jiwa umat. Itu yang disabdakan Rasulullah SAW. Kesimpangsiuran umat dalam menetapkan urusan perjodohan dan urusan pernikahan barangkali menyebabkan pernikahan beliau terperosok. Hal ini harus dibenahi agar umat mempunyai pijakan dalam mencari jodoh. Kesimpangsiuran ini tidak lepas dari perbuatan syaitan untuk mengacaukan umat manusia melalui hawa nafsu. 

Pengaruh besar jubah warna merah justru akan mempengaruhi harta perbendaharaan berwarna merah. Kedua warna merah pada dasarnya akan saling bertabrakan. Dalam interaksi laki-laki dan perempuan, hawa nafsu keduanya mungkin saling tidak menyukai. Hawa nafsu laki-laki dengan pakaian merah akan lebih memilih pernikahan dengan perempuan dengan pakaian jiwa berwarna lain. Begitu pula hawa nafsu wanita berpakaian merah akan lebih memilih pasangan yang lebih lembut. Ini merupakan sifat alamiah hawa nafsu baik laki-laki maupun perempuan. 

Tetapi pernikahan ini harus diusahakan untuk terjadi. Di tingkatan jiwa, sang imam dan wanita berpakaian merah tersebut berjodoh secara sempurna. Mereka akan menemukan cinta mereka di jalan Allah, tidak memulainya dari hawa nafsu. Hawa nafsu mereka harus ditundukkan bagi tuannya. Mereka adalah harta perbendaharaan bagi rasulullah SAW yang menjadi bekal bagi umatnya. Tanpa adanya harta perbendaharaan merah, umat mungkin akan mengalami kesulitan yang besar. Jiwa sang imam untuk menegakkan kebenaran harus ditumbuhkan melalui pernikahan tersebut, tidak boleh hanya dibiarkan tumbuh bagaikan semak-semak liar. 

Ketiga pihak dalam pernikahan beliau adalah jiwa-jiwa yang diciptakan dari satu nafs wahidah. Mereka akan dapat berjalan beriringan dengan baik secara seimbang tidak condong kepada satu pihak. Ulul Arham harus sebisa mungkin menghindari untuk ta'addud menggabungkan istri dalam kategori pasangan hakiki dengan istri thayyibah, karena perjalanan mereka bisa tidak seimbang. Rasulullah SAW tidak menggabungkan Khadijah ra dengan istri yang lain.

Dua Wanita Teladan


 

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّـلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا امْرَاَ تَ فِرْعَوْنَ ۘ اِذْ قَا لَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَـنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ ۙ


Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir'aun, ketika dia berkata, Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,

وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرٰنَ الَّتِيْۤ اَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيْهِ مِنْ رُّوْحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمٰتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهٖ وَكَا نَتْ مِنَ الْقٰنِتِيْنَ

dan Maryam putri 'Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalamnya sebagian dari ruh Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan dia termasuk orang-orang yang tenang.
(QS. At-Tahrim 66: 11- 12) 

Terdapat 2 wanita yang disebutkan alquran sebagai teladan yaitu Asiyah isteri Fir'aun dan Maryam puteri Imran. Kedua wanita tersebut dikisahkan dalam dua ayat yang berbeda secara bersambung, dan dengan penekanan kisah yang berbeda. 

Maryam binti Imran 


Maryam binti Imran merupakan wanita yang memperoleh nafakh ruh. Beliau merepresentasikan kisah wanita dalam aspek batin yaitu jiwa atau nafs. Nafakh ruh pada beliau ra diberikan pada aspek batin, dengan penekanan secara khusus pada batin laki-laki dari dirinya. Disebutkan dalam ayat tersebut "fiihi" yang menunjuk pada laki-laki, padahal Maryam ra adalah seorang perempuan. Terlahirlah Isa as yang telah mendapatkan tiupan ruh qudus sejak bayi. Isa as merupakan wujud fisik laki-laki dari Maryam ra. 

Nafakh ruh terkait erat dengan sifat shiddiq terhadap kalimat Allah dan kitab-kitab-Nya, serta sifat qanitah. Dengan nafakh ruh, ayat-ayat Allah yang terhampar pada alam kauniyah dan ayat yang tertulis pada kitab-kitab yang diwahyukan akan terbaca, berjalan selaras antara keduanya tanpa berselisih. Sebelum nafakh ruh, kaitan kitabullah dengan alam kauniyah tidaklah terbaca dengan jelas, terlihat samar-samar atau tidak terlihat sama sekali atau malah kadang terlihat bertolak belakang. Nafakh ruh akan menjadikan kaitan keduanya jelas. Nafakh ruh juga akan memperkuat sifat qanitah dalam diri seseorang. 

Sifat shiddiq dan qanitah merupakan sifat yang muncul pada jiwa, yaitu jiwa yang baik. Sifat itu tidak tumbuh di aspek jasadiah manusia. Sekalipun seseorang menampakkan adab jasadiah sangat baik, tidak akan muncul sifat shiddiq dan qanitah pada dirinya bila jiwa tidak terdidik menjadi jiwa yang baik. Kebaikan jiwa hanya tumbuh pada hati dengan keimanan dan amal shalih yang dilakukan. 

Pada wanita selain Maryam ra, nafakh ruh tidak akan terjadi pada dirinya. Setiap wanita memperoleh nafakh ruh pada aspek laki-laki, sedangkan aspek laki-laki dalam penciptaan manusia terdapat pada suami yang menikah dengan dirinya. Pasangan suami istri adalah satu entitas manunggal yang mendapatkan amanat bersama untuk berjalan menuju rabb-nya. Seorang wanita dan pasangannya diciptakan dari satu jiwa (nafs wahidah). Nafs wahidah itu bertempat pada diri sang suami, sedangkan istri menjadi bagiannya, sehingga seorang perempuan akan mengenal rabb melalui suaminya. 

Ini merupakan gambaran jalan tasbih, bahwa Allah yang Maha Tinggi yang tidak terjangkau makhluk menyediakan jalan bagi hamba untuk mengenal-Nya. Tidak ada makhluk yang mampu mengenali Dia yang Maha Tinggi, kecuali Dia memperkenalkan diri-Nya kepada makhluk tersebut. Hanya bila Dia memperkenalkan diri maka makhluk mengenal-Nya sebatas yang Dia perkenalkan. Makhluk hanya mampu berusaha melalui jalan yang diberikan. 

Keberpasangan adalah jalan yang Dia berikan, agar manusia bisa mendaki pengenalan terhadap realitas yang semakin tinggi dengan akhlak mulia. Dengan akhlak mulia, makhluk mengetahui ihwal dirinya di hadapan Allah, tidak melampaui batas. Pernikahan merupakan representasi nyata dari jalan bagi makhluk untuk mengenal realitas-realitas yang semakin tinggi. Raga diberi jalan mengenal realitas lebih tinggi berupa penyatuan dengan jiwanya, dan jiwa diberi jalan mengenal realitas lebih tinggi berupa ruh yang membawa urusan Allah. Pada tataran paling awal yang menyentuh wujud jasadiah, seorang perempuan diberi jalan berupa pernikahan dengan suaminya. 

Hal ini bukanlah ketidak-adilan. Seorang istri tidak akan terputus dari rahmat Allah bila suaminya tidak benar. Pada sisi lain, seorang suami juga tidak menyatu dengan nafs wahidah tanpa istri yang menjalin kasih sayang bersamanya, karena jiwa istri merupakan tempat tinggal yang lain bagi nafs wahidah seorang suami. Ketidakselarasan antara suami dan istri dalam usaha mengenal Allah hanya mempengaruhi efektifitas amal shalih yang menjadi amanat bagi mereka, tidak pada kualitas pengenalan (ma'rifah) masing-masing. Seorang istri shalihah yang bersuami jahat tetap akan diberi ilmu tentang suaminya sebagaimana Asiyah ra terhadap Fir'aun. Juga nabi Nuh dan Luth as tetaplah seorang nabi walaupun istrinya berkhianat. 

Awal perjalanan mengenal Allah bagi wanita adalah menjaga kehormatan bagi suaminya. Setara dengan hal ini, laki-laki harus bertekad untuk melayani nafs wahidah tidak tergelincir menghamba pada hawa nafsunya atau syahwatnya. Hal ini merupakan turunan dari akad memurnikan pengabdian kepada Allah, turunan dari sikap bertauhid yang harus diwujudkan hingga mencapai tataran tubuh masing-masing. Hukum menjaga diri tersebut juga berlaku pada jiwa agar jiwa mampu meniti perjalanan mendaki untuk mengenal Allah. Setiap wanita harus menjaga farji dan seluruh kehormatannya baik jiwa maupun raga bagi suaminya. Itu sikap turunan paling nyata dalam meniti tangga bertauhid. Dengan menjaga kehormatan inilah nafakh ruh mungkin akan terjadi. 

Akan sangat banyak ujian mendatangi sikap seperti ini, baik karena diundang kelemahan diri ataupun ujian yang diberikan tanpa sebab. Kekayaan atau keindahan paras laki-laki lain, interaksi dan keadaan internal suami isteri dan banyak hal lain dapat menguji sikap menjaga diri. Semua ujian itu seharusnya mematangkan dan memperjalankan seseorang menuju surga bila bersyukur. Bila sikap menjaga diri bersanding dengan sikap tenang (qanitah), seorang wanita akan tergolong sebagai wanita shalihah. 

Indikasi benarnya perjalanan mengenal Allah bagi wanita adalah tumbuhnya sifat-sifat wanita ahli surga dalam dirinya, berupa sifat subur (alwaluud), sifat sayang (alwaduud) dan keinginan untuk kembali kepada suami. Kesuburan tidaklah semata dalam hal berketurunan, tetapi juga dalam kemampuan untuk menumbuhkan segala sesuatu yang ada pada suami, memahami amal shalih suami. Setiap wanita yang bertakwa akan mendapatkan pengetahuan tentang suaminya. Ini akan mendukung keberhasilan suami dalam beramal shalih. Hanya sedikit istri rasulullah yang memberikan keturunan, tetapi ummahatul mukminin adalah wanita yang subur. 

Asiyah ra Isteri Fir'aun 

Asiyah ra adalah salah seorang ratu mesir, bersuamikan Firaun. Beliau adalah representasi kisah wanita mukminat dalam aspek jasadiah. Amal perbuatan jasadiah wanita mukminat hendaknya meniru apa yang dilakukan oleh Asiyah. 

Dalam keseharian, tujuan hidup seorang wanita adalah untuk bertempat di surga. Ini sedikit berbeda dengan laki-laki yang harus menetapkan tujuan hidup untuk mengenal Allah. Ini adalah konsekuensi jatidiri seorang wanita sebagai pembawa hakikat duniawi bagi suaminya, berbeda dengan laki-laki sebagai khalifatullah yang harus mengenal kehendak Allah. Sifat wanita ahli surga harus ditumbuhkan dalam pernikahan agar seorang wanita diberi tempat di surga. 

Sekalipun bersuamikan penjahat besar, Asiyah ra tumbuh menjadi wanita penghulu surga. Asiyah ra mengetahui bahwa Fir'aun sangat jahat sehingga beliau meminta perlindungan kepada Allah terhadap Fir'aun dan amal-amalnya, serta terhadap kaum yang dzalim. Namun demikian Asiyah tetap menjaga diri dan menumbuhkan sifat wanita ahli surga. 

Kesuburan hatinya terhadap Fir'aun tergambar dalam dialog mereka tentang bayi Musa. Asiyah sangat mengenal Fir'aun dengan pemikirannya sehingga berhasil dalam percakapan mempertahankan bayi Musa untuk diasuh di lingkungan istana. Kasih sayang (mawaddah) Asiyah ra tergambar dalam niat baiknya untuk memberikan qurrata 'ain bagi Fir'aun. Kembalinya kepada suaminya tergambar dalam keputusan pengasuhan bayi Musa dalam persetujuan Fir'aun. Perbuatan Asiyah ra harus dijadikan panutan bagi kaum mukminat agar tumbuh menjadi ahli surga. 

Pada kenyataannya, sebenarnya sifat wanita ahli surga tersebut berlaku untuk istri maupun suami. Seorang suami dan istri harus bersikap subur, penuh kasih dan menyertakan pasangannya dalam kehidupan mereka, hanya saja porsi masing-masing sedikit berbeda. Perbedaannya hanya pada peran, dimana laki-laki diberi keutamaan untuk mengenal Allah melalui nafs wahidah, sedangkan wanita berperan menundukkan aspek kebumian mereka. Seorang suami yang bertakwa juga akan diberi pengetahuan tentang keadaan istrinya sehingga bisa membimbing istrinya. Keduanya harus belajar menunggalkan kehidupan mereka dengan sarana sifat-sifat tersebut. Ini merupakan turunan tauhid, menyatukan insan dalam kehendak Allah. 

Pembagian peran tidak berimplikasi mengharuskan seorang istri berperan hanya dalam rumah tangga saja. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap pihak harus berusaha menunggalkan kehidupan mereka, baik istri berkarir ataupun istri menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Sebagian diri seorang suami berada pada istrinya, dan juga sebaliknya, yang baik untuk diintegrasikan. Seorang suami mungkin justru akan mendapatkan banyak ilham bila istrinya mengerjakan bidang yang disukainya, ilham sebagai bayangan aspek diri suami yang mewujud, ataupun ilham sebagai bimbingan bagi pekerjaan yang dilakukan istrinya. Kadang seorang wanita merasa jenuh terjebak dalam kesibukan rumah tangga saja yang membuat ikatan rumah tangga semakin tidak baik. Setiap pasangan harus mempertimbangkan bersama, satu sama lain menjadi cermin.

Bumi, Bulan dan Cinta


Manusia diciptakan Allah untuk dijadikan sebagai pemakmur bumi. Manusia diciptakan dari bumi dan dan dijadikan Allah SWT untuk menjadi pemakmurnya. 

۞وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمۡ صَٰلِحٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَٱسۡتَعۡمَرَكُمۡ فِيهَا فَٱسۡتَغۡفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٞ مُّجِيبٞ

Nabi Hud:61 - Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)". 
Pemakmuran bumi adalah bentuk penghambaan manusia kepada Allah. Allah SWT telah menciptakan manusia dari bumi sehingga manusia menjadi makhluk yang paling sesuai untuk menjadi pemakmurnya, karena manusia diciptakan dengan unsur yang sama dengan bumi, dan bumi merupakan unsur yang sama dengan manusia. Manusia menjadi makhluk yang paling mampu mengerti tentang bumi karena bumi adalah bentuk perluasan dari dirinya. 

Bumi merupakan hamparan yang akan memperkenalkan manusia akan kedudukan dirinya sebagai hamba Allah. Dengan mengenal bumi sebagai hamparan petunjuk Allah maka seorang manusia mampu menjadi pemakmurnya. Bumi adalah perluasan dari dirinya, dan dirinya adalah bumi dalam wujud yang lebih sempurna, mampu terhubung dengan penciptanya. 

Pemakmuran bumi dengan cara demikian merupakan bentuk penghambaan manusia bagi Allah SWT. Allah SWT samasekali tidak membutuhkan bentuk-bentuk penyembahan yang disyariatkan bagi makhluk, tetapi Dia SWT memberikan tatacara agar makhluk bisa menyempurnakan diri sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Dengan menjadi seperti kehendak-Nya maka Allah akan mencintainya, dan makhluk menjadi hamba yang sebenarnya. Jaman ini begitu banyak penyeru yang tidak mengetahui jalan pengabdian kepada Allah, menyerukan dakwah seolah dakwah menuju jalan Allah tetapi menjadikan manusia berpecah belah mengikuti syaitan. 

Penciptaan Bumi 

Allah SWT telah menciptakan bumi dan bumi dijadikan tempat hunian bagi makhluk hidup yang diciptakan-Nya. Bumi harus menyelenggarakan sarana kehidupan yang mendukung kesejahteraan makhluk yang berada padanya. Hal ini merupakan tugas yang sama dengan tugas seorang manusia. Tugas bumi adalah tugas manusia dalam tataran dasar. Tugas manusia merupakan langkah lebih lanjut dari tugas yang diberikan Allah kepada bumi. 

Untuk menyelenggarakan sarana bagi para penghuninya, bumi harus melaksanakan tugas berupa gerakan rotasi dan revolusi. Bumi melakukan putaran rotasi pada sumbunya, dan melakukan putaran revolusi mengelilingi matahari. Dengan melakukan putaran rotasi dan putaran revolusi, bumi menyelenggarakan sarana hunian yang luar biasa bagi para makhluk, sebuah planet dengan hunian dan kehidupan yang paling ajaib di jagat raya. Semua penghuni bumi dapat menjalani kehidupan dengan penuh kenyamanan. 

Namun bumi tidak akan dapat melaksanakan tugas rotasi dan revolusi tanpa bulan. Rotasi dan revolusi bumi dapat terlaksana dengan baik karena bulan yang setia mendampingi bumi untuk melaksanakan rotasi dan revolusi. Tanpa bulan, bumi akan bergerak tanpa sebuah aturan yang baik, sehingga penyelenggaraan sarana hunian yang baik bagi kehidupan makhluk tidak akan terjadi. Dahulu sebelum bulan terbentuk, bumi merupakan planet yang sangat keras yang tidak memungkinkan kehidupan terjadi. 

Bulan adalah bagian dari bumi yang terpisah. Material pembentuk bulan adalah material pecahan dari bumi yang kemudian menyatu menjadi satelit bagi bumi. Bulan menjadi satelit yang selalu setia mendampingi bumi melaksanakan tugasnya. Dengan adanya satelit ini bumi dapat melaksanakan tugas rotasi dan revolusi dengan ajeg, sehingga bumi menjadi tempat yang luar biasa ajaib bagi kehidupan para makhluk Allah. Seluruh mata makhluk memandang bumi sebagai tempat ciptaan-Nya yang paling makmur di jagat raya. 

Bulan merupakan petunjuk dan penjelas bahwa bumi adalah dua planet yang menyatu. Sebelum bulan terbentuk, matahari mempunyai dua puluh planet. Dua buah planet diantaranya kemudian disatukan menjadi satu planet yang sekarang disebut bumi. Tumbukan dua planet tersebut meninggalkan pecahan-pecahan material di angkasa yang kemudian dikumpulkan menjadi sebuah satelit berupa bulan. 

Maka bulan merupakan bagian dari bumi yang dipisahkan untuk menjadi pendamping bagi bumi agar terselenggara hunian yang baik dan nyaman bagi makhluk Allah. Bulan menjadi sebuah petunjuk dan penjelas bahwa bumi merupakan dua entitas yang menyatu, dan bahwa bumi dan bulan merupakan satu entitas yang terpisah. Bumi tidak akan seperti yang terlihat saat ini tanpa bulan yang setia mendampingi. 

Bulan dengan setia dalam perintah-Nya melakukan rotasi dan revolusi terhadap bumi, mendampingi bumi melaksanakan rotasi dan revolusi. Wajah bulan selalu menghadap kepada bumi tanpa pernah berpaling sedikitpun sebagai konsekuensi rotasi dan revolusi bulan. Kadangkala kedudukan bulan terhadap matahari berada di belakang bumi, maka terjadilah bulan purnama yang memantulkan seluruh cahaya matahari yang diterima. Kadangkala kedudukan bumi berada di belakang bulan, maka terjadilah hilal atau bulan tua yang memantulkan sedikit cahaya matahari ke bumi. 

Penciptaan Manusia 

Manusia diciptakan sebagai makhluk yang mampu menghubungkan antara kehendak dan Amr Allah SWT hingga mencapai bumi. Manusia diciptakan dari bumi, dan penciptaan manusia sangat menyerupai penciptaan bumi. Hukum-hukum yang berlaku bagi penciptaan manusia sangat menyerupai penciptaan bumi, sehingga manusia dapat menjadi makhluk yang paling mengenal bumi sesuai kehendak dan Amr Allah. 

Adam diciptakan Allah dari bumi, akan tetapi dalam dirinya terdapat entitas langit berupa jiwa yang mampu mengenal Tuhannya. Hal ini serupa dengan bumi yang diciptakan dari dua planet. Dari diri Adam diciptakan pasangan yang akan membantu dirinya untuk melaksanakan tugas-tugas pemakmuran bumi. Hal ini serupa dengan bulan yang diciptakan sebagai bagian dari bumi. Siti Hawa merupakan bagian dari Adam yang dipisahkan, sebagaimana bulan merupakan bagian dari bumi yang dipisahkan, keduanya untuk membantu pelaksanaan pemakmuran bumi. Demikian pula keturunan Adam diciptakan sebagai makhluk yang berpasangan untuk melaksanakan pemakmuran bumi. 

Pernikahan akan menunjukkan kepada manusia tentang dirinya. Laki-laki akan menyadari dengan kehadiran istrinya bahwa dirinya diciptakan sebagai makhluk multidimensi yang mampu mengenal rabb-nya. Wanita akan memandu laki-laki bahwa dirinya adalah makhluk yang haus akan kasih sayang, dan pada akhirnya memperkenalkan sang pemilik kasih sayang, yaitu Ar-rahman. Hal ini sebagaimana bulan tercipta sebagai penunjuk dan penjelas penciptaan bumi dari penyatuan dua planet. 

Hukum dalam penciptaan bumi dan bulan merupakan role model, model panutan, bagi keislaman, keberserah-dirian pasangan manusia. Bumi dan bulan merupakan makhluk berpasangan yang sangat berserah diri kepada Allah, mengikuti seluruh ketetapan Allah bagi mereka, maka mereka menunjukkan keberserah-dirian yang sangat baik bagi manusia. Hal itu akan menunjukkan manusia kepada agama, sebagaimana pernikahan adalah setengah dari agama. Pasangan yang ingin berserah diri dapat melihat contoh pada keberpasangan bumi dan bulan. 

Beberapa Contoh Hukum 

Hukum-hukum dalam pernikahan banyak yang serupa dengan hukum antara bumi dan bulan. Keberpasangan manusia itu seperti keberpasangan bumi dan bulan, karena manusia diciptakan dari bumi untuk menjadi pemakmurnya. Beberapa hadits Rasulullah Saw menceritakan hubungan yang harus terbangun di antara suami dan isteri. Contoh berikut menunjukkan kemiripan relasi suami istri terhadap hubungan antara bumi dan bulan. 

Rasulullah bersabda : Seandainya aku memerintahkan seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya (HR Tirmidzi no.1159, Ibnu Hibban no. 1291) 
Hal ini sangat menyerupai bulan yang selalu menghadapkan wajahnya kepada bumi. 

dari ‘Abdullah bin Abi Aufa bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤَدِّى الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّّهَا حَتَّى تُؤَدِّى حَقَّ زَوْجِهَا وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ 

“Demi Allah, yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang wanita tidak akan bisa menunaikan hak Allah sebelum ia menunaikan hak suaminya. Andaikan suami meminta dirinya padahal ia sedang berada di atas punggung unta, maka ia (isteri) tidak boleh menolak.” Ibnu Majah (no. 1853), Ahmad (IV/381), Ibnu Hibban (no. 1290- al-Mawaarid) 

Bulan pun melakukan rotasi dan revolusi terhadap bumi untuk memenuhi kebutuhan bumi melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. 

Dari Hushain bin Mihshan, bahwasanya saudara perempuan dari bapaknya (yaitu bibinya) pernah mendatangi Rasulullah Saw karena ada suatu keperluan. Setelah ia menyelesaikan keperluannya, Nabi saw bertanya kepadanya, “Apakah engkau telah bersuami?” Ia menjawab, “Sudah.” Beliau bertanya lagi, “Bagaimana sikapmu kepada suamimu?” Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi (haknya) kecuali yang aku tidak mampu mengerjakannya.” 

Maka, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: 
فَانْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ.

“Perhatikanlah bagaimana hubunganmu dengannya karena suamimu (merupakan) Surgamu dan Nerakamu.” 

Hukum hukum tersebut adalah untuk membimbing manusia membentuk keberpasangan yang bisa membuat manusia menjadi pemakmur bumi yang sebenarnya, sebagaimana keberpasangan bumi dan bulan untuk memakmurkan sarana hunian makhluk. Keberpasangan manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh keberpasangan apapun yang lain, berupa pengenalan rahmaniah Allah SWT. Ada kasih sayang yang sangat intensif menyentuh nama-Nya yang tertinggi dalam keberpasangan manusia dalam pernikahan, yaitu Ar-rahman. 

Bagi pemilik bashirah, pernikahan akan mengantarkan dirinya mengenal Ar-rahman. Cahaya Ar-rahman akan terpantul dalam diri istrinya, sehingga seseorang dapat melihat kehendak dan Amr Allah bagi dirinya. Dengan demikian dirinya melihat kebenaran melalui pernikahannya. 

Berbagai Sikap Berpasangan 


Perlu sikap yang benar dalam pernikahan agar cahaya Ar-rahman terlihat dalam pernikahan. Sikap itu tercermin dalam hubungan bumi dan bulan. Bumi adalah pemimpin dan bulan adalah satelit. Laki-laki adalah pemimpin dan istrinya sebagai pendamping. 

Seorang laki-laki tidak boleh menempatkan istrinya di hadapan dirinya sebagai tujuan. Demikian pula seorang wanita tidak boleh menempatkan laki-laki sebagai tujuan. Tujuan pernikahan adalah murni untuk Allah. Ini merupakan kethayyiban dalam pernikahan. Rusaknya tujuan karena hal semacam itu akan menghijab laki-laki untuk mengenal Allah, sebagaimana bulan akan membuat gerhana matahari, ataupun bumi membuat gerhana bulan bilamana bulan terletak pada garis lurus yang menghubungkan bumi dan matahari. 

Suami harus berusaha menjadi pemimpin dan istri harus berusaha mengikuti suaminya di belakang. Suami sebisa mungkin menunjukkan bahwa dirinya berjalan menuju Allah untuk diikuti, dan istrinya berusaha untuk benar-benar mengenal bahwa suaminya memimpin dirinya menuju rabb-nya. Semakin baik derajat keimaman yang terbentuk, semakin jelas cahaya rahmaniah Allah terpantul dalam pernikahan itu. 

Seorang wanita yang benar-benar meyakini suaminya sebagai imam bagi dirinya menuju rabb-nya adalah bagaikan bulan purnama yang memantulkan seluruh cahaya matahari yang diterimanya bagi bumi. Dirinya mengikuti di belakang sang imam menuju rabb-nya. Wanita seperti ini menjadi pemantul cahaya rahmaniah Allah yang sempurna bagi bashirah suaminya, sehingga suaminya mengenal kebenaran darinya. Dalam pandangan suaminya, wanita semacam itu adalah wanita berkerudung rapi dan menghadapkan seluruh wajah dan badannya kepada suaminya. Rasa cinta ilahi suaminya kepada istrinya akan tumbuh sempurna sebagaimana kesempurnaan bulan purnama. 

Sebaliknya seorang istri yang memandang remeh suaminya adalah bagaikan bulan tua yang sulit dilihat pantulan cahaya matahari darinya. Dirinya merasa pantas berada di depan suaminya. Sekalipun seorang wanita merasa berbakti kepada Allah, tapi bila memiliki sikap demikian maka sebenarnya wanita itu tidak memiliki kebaktian kepada Allah kecuali sekadar dengan derajat pantulan cahayanya. Bakti wanita adalah memantulkan cahaya rahmaniah Allah bagi suaminya. Tanpa pantulan cahaya yang memadai, sulit bagi bashirah suaminya untuk melihat keutamaan istrinya. Bagi bashirah suaminya, wanita semacam ini tampak sebagai wanita tanpa kerudung dengan sikap semaunya. Tidak banyak cinta ilahi yang dapat terbit dan diharapkan ada dalam hati suaminya. 

Tanpa suami berusaha benar untuk berjalan menuju rabb-nya, sulit bagi wanita untuk menjadikan dirinya sebagai imam. Namun demikian seorang wanita tidak boleh memandang remeh suaminya karena ia adalah jalan pengabdian kepada Allah. Setiap wanita harus menumbuhkan sikap kasih sayang, kesuburan dan keinginan kembali kepada suaminya, karena itu adalah kriteria bagi wanita untuk masuk surga. Rasulullah Saw bersabda : 

وَنِسَاؤُكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ: اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا؛ اَلَّتِي إِذَا غَضِبَ جَائَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِيْ يَدِ زَوْجِهَا وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوْقُ غَمْضًا حَتَّى تَرْضَى

“Wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni Surga adalah yang penuh kasih sayang, banyak anak, dan banyak kembali (setia) kepada suaminya yang apabila suaminya marah, ia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas tangan suaminya dan berkata, ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau ridha. 

Seorang wanita yang tidak peduli pada suaminya adalah kegelapan sebagaimana bulan yang tidak terlihat. Bila dirinya berusaha untuk memperhatikan suaminya, dirinya akan berubah sebagaimana bulan sabit yang tumbuh membesar. Bagi bashirah suaminya, wanita itu akan terlihat semakin rapih dan menghadapkan diri pada suaminya.

Wanita Tiang Negara


Wanita shalihah merupakan tiang yang menegakkan negara. Para laki-laki diberikan kelebihan-kelebihan dan khazanah kekayaan yang besar, akan tetapi mereka tidak akan mampu menguasai nya tanpa ada wanita shalihah yang mendukung jati diri laki-laki. Keshalihan para wanita bukan terletak pada ibadah-ibadah yang dilakukan kepada Tuhannya. Keshalihan para wanita adalah terletak pada perasaan qanitah (ketenangan) dan menjaga diri. 

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٞ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُۚ وَٱلَّٰتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهۡجُرُوهُنَّ فِي ٱلۡمَضَاجِعِ وَٱضۡرِبُوهُنَّۖ فَإِنۡ أَطَعۡنَكُمۡ فَلَا تَبۡغُواْ عَلَيۡهِنَّ سَبِيلًاۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيّٗا كَبِيرٗا 

QS Annisaa : 34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. 
Maka wanita yang saleh, ialah yang tenang (qanitah) lagi memelihara diri terhadap yang ghaib, dengan yang Allah telah memelihara (mereka).
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. 

Tanpa bersyukur atas suaminya, seorang wanita tidak akan tenang dengan suaminya, dan akan sulit menjaga apa yang ghaib dalam dirinya. Fikiran akan mudah tergoda oleh hal-hal yang tidak haq yang ada pada dunia di luar dan laki-laki selain suaminya. Ketampanan, kekayaan, kecerdasan ataupun keshalihan pria lain mungkin menggoda jiwa dan hawa nafsunya. Tidak ada yang boleh memalingkan hati seorang wanita bersuami sekalipun itu berupa keshalihan laki-laki lainnya. Keshalihan laki-laki lain itu akan dihias-hias oleh syaitan bagi pandangan seorang wanita bersuami yang mempunyai waham keshalihan. 

Seorang perempuan mukminat dan menjaga diri haruslah membangun kasih sayang bersama suaminya. Seseorang tidak bisa berhenti dalam bertaubat kembali kepada Allah, sedangkan jalan menuju Allah bagi perempuan mukminat adalah suaminya bersamaan dengan terwujudnya al-arham. Kegagalan membentuk al-arham akan memutuskan jalan taubatnya pada Allah sehingga mukminat tersebut akan terkatung-katung di jalan taubat. 

Kegagalan dalam membentuk kasih sayang merupakan bentuk kelalaian. Seorang suami adalah jalan bagi istrinya untuk kembali menuju Allah bila terbentuk al-arham. Seorang istri yang menjaga diri dan termasuk dalam golongan mukminat akan termasuk dalam golongan perempuan yang lalai bila tidak membentuk kasih sayang bersama suaminya. 

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَرۡمُونَ ٱلۡمُحۡصَنَٰتِ ٱلۡغَٰفِلَٰتِ ٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ لُعِنُواْ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ 

QS An-Nuur : 23 sungguh orang-orang yang melempar pada perempuan-perempuan yang menjaga diri, yang lalai, lagi mukminat mereka dilaknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar. 

Wujud semesta bagi seorang laki-laki akan hadir pada diri istrinya. Laki-laki diciptakan sebagai khalifatullah, dan istrinya adalah perpanjangan dirinya bagi dunia. Kebanyakan akal makhluk duniawi hadir dalam wujud perempuan layaknya bidadari, sedangkan isteri merupakan pemimpin para bidadari bagi laki-laki. Dengan hidup bersama istri dalam kasih sayang, seorang laki-laki mendapatkan seorang yang menundukkan dunianya baginya, yaitu istrinya. 

Bangkit atau runtuhnya suatu kaum akan sangat dipengaruhi oleh kualitas para wanitanya. Para laki-laki shalih tidak akan mampu berbuat banyak bagi bangsa tanpa istri yang shalih, sedangkan laki-laki jahat dengan mudah merusak. Para wanita harus dibina agar shalihah dan mampu berperan sebagai tiang negara. Para laki-laki harus menjadi penegak bagi para wanita. 

Bahaya Kerusakan Wanita 

Kesalahan dalam membina para wanita sangatlah menghancurkan. Rasulullah SAW menempatkan kesalahan tersebut dalam tujuh dosa yang membinasakan bersama dengan syirik, sihir, membunuh, memakan riba, memakan harta anak yatim dan melarikan diri dari perang. Ketujuh dosa tersebut akan menghancurkan umat. 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَمَا هُنَّ قَالَ « الشِّرْكُ بِاللَّهِ ، وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ، وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ


Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan (al-muubiqaat).” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apa saja dosa yang membinasakan tersebut?” Beliau bersabda, “(1) Syirik kepada Allah, (2) sihir, (3) membunuh jiwa yang haram untuk dibunuh kecuali dengan benar, (4) makan riba, (5) makan harta anak yatim, (6) lari dari medan perang, (7) qadzaf (menanamkan pada hati) wanita mukminah yang menjaga diri dan lalai". (HR. Bukhari, no. 2766 dan Muslim no 89) 
Ungkapan yang digunakan dalam hadits ini sedikit berbeda dengan ayat 23 surat An-Nuur. Qadzafa dalam alquran digunakan untuk pengertian semisal "menanamkan" keraguan di dalam hati. Dalam hadits tersebut, qadzafa dapat diartikan merusak jiwa wanita mukminat yang menjaga diri dan lalai dengan sesuatu dari luar diri mukminat tersebut. Hasutan, perkataan tidak baik, sihir dan lain-lain dapat merusak wanita tersebut. 

Setiap mukminat harus dibina untuk membangun al-arham bersama suaminya, tidak boleh rusak. Merusak jiwa wanita mukminat sangat membahayakan bagi umat. Asiyah merupakan panutan bagi wanita mukminat yang disebut dalam alquran. Beliau sosok paling berhasil melaksanakan program suaminya, Fir'aun, menemukan bayi yang dicari, berkeinginan memberikan qurrata 'ain bagi suami, dan mendidik anak dengan persetujuan suami. Setiap mukminat harus dibina menjadi baik apapun keadaan suaminya. 

Ketenangan wanita shalihah 

Ketenangan (qanitat) merupakan sikap lahir dan batin yang terwujud berdasarkan pengetahuan dan kepercayaan. Ibrahim a.s merupakan representasi dari umat yang tenang (qanit). Tidak ada sedikitpun dalam diri Ibrahim a.s yang tidak tenang atau memberontak dalam mengabdi kepada Tuhannya, baik perasaan maupun anggota tubuhnya. Seluruhnya merasa tenang dan mantap mengikuti jiwa Ibrahim a.s mengabdi kepada Tuhannya. 

Sikap itu merupakan buah dari pengetahuan dan kepercayaan. Hawa nafsu dan jasad Ibrahim a.s mengetahui bahwa jiwa Ibrahim a.s mengabdi kepada Tuhannya, dan mempunyai kepercayaan kepada jiwanya sehingga hawa nafsu dan jasadnya mengikuti jiwa dengan tenang. 

Tanpa wanita yang qanitah, seorang laki-laki tidak akan bisa menjadi dirinya sendiri. Laki-laki akan dituntut untuk menjadi sebagaimana orang kebanyakan, tidak mampu sepenuhnya menjadi seorang mujahid yang memperjuangkan agama sehingga tercipta tatanan masyarakat sesuai dengan kehendak Allah. 

Menjaga yang Ghaib 


Seorang wanita shalihah adalah yang menjaga dirinya baik dzahirnya maupun batinnya. Dikatakan wanita itu shalihah bila dirinya bisa menjaga apa yang ghaib di dalam dirinya, yaitu batinnya. Boleh jadi jasadiah wanita itu taat kepada suaminya, dan rajin melakukan ibadah-ibadah nawafil bagi Tuhannya, akan tetapi dirinya tidak menjaga batinnya terhadap apa-apa yang Allah jaga bagi suaminya. Maka wanita demikian tidak dikatakan sebagai wanita shalihah. Seorang wanita shalihah menjaga yang ghaib dengan apa yang Allah memeliharanya. Dalam ikatan pernikahan, hal yang dipelihara Allah adalah al-arhaam yaitu kasih sayang. 

Tidak mudah menumbuhkan dan menjaga kasih sayang di antara dua manusia, tetapi ada sebuah fasilitas besar yang tersedia dalam pernikahan. Dalam ikatan pernikahan, seorang wanita diberikan peran sebagai ladang atau rahim yang merawat pertumbuhan jiwa suaminya. Seorang wanita berperan untuk memperhatikan dan mewujudkan apa yang disampaikan suaminya, sebagaimana benih yang harus ditanam dg baik pada lahan. 

Pada tingkatan dzahir, seorang wanita harus menjaga farjinya bagi suaminya. Allah memberikan kepada wanita rahim agar wanita bisa mengenal kasih sayang melalui bayi yang dilahirkannya. Bayi itu merupakan perwujudan dari benih milik suaminya yang berkembang di dalam dirinya. Sebagai jalan menuju rahim, diciptakan farji, yang merupakan jalan bagi suami agar bisa menempatkan benihnya dalam rahim istrinya. Jalan itu harus dijaga agar hanya suaminya yang memperolehnya sehingga diperkenalkan kepada mereka kasih sayang, bagi keduanya. 

Pada tingkatan ghaib, yaitu batinnya, Allah berkehendak untuk memperkenalkan kasih sayang yang lebih hakiki bagi manusia. Jiwa wanita merupakan rahim yang harus menerima jiwa suaminya sebagai pohon thayyibah. Benihnya adalah jiwa suaminya yang harus tumbuh sebagai pohon thayyibah, dan rahimnya adalah jiwa sang wanita sendiri. Tingkatan batin ini merupakan tingkatan yang lebih hakiki daripada tingkatan jasadiah. Rahimnya adalah keseluruhan inti kemanusiaan sang wanita, yaitu jiwanya, dan benihnya adalah keseluruhan inti kemanusiaan dari sang laki-laki, yaitu jiwanya. Subjek dan objek selalu menyatu dalam satu entitas tidak terpisahkan selama tidak bercerai, tidak sebagaimana bayi yang kemudian harus terpisah dari ibu dan bapaknya. 

Seorang wanita shalihah adalah wanita yang menjaga jiwanya bagi pertumbuhan jiwa suaminya. Wanita shalihah adalah wanita yang menjaga jalan-jalan batiniah menuju terbentuknya kasih sayang bersama suaminya. Wanita shalihah menjaga dirinya agar menjadi lahan terbaik bagi pertumbuhan pohon thayyibah jiwa suaminya, memperhatikan jalan-jalan terbentuknya kasih sayang dengan suaminya semata, menjauhkan jalan itu dari hal lain semata-mata bagi suaminya. 

Wanita yang tidak memperhatikan atau tidak berusaha mewujudkan apa yang disampaikan suaminya ibaratnya adalah rahim yang menolak atau membunuh benih suaminya, atau ibarat rahim yang mandul. Seorang wanita harus memperhatikan apa yang disampaikan suaminya agar suaminya sebagai benih dapat tumbuh, sebagaimana dirinya memperhatikan pertumbuhan benih bayi dalam rahimnya. Dengan cara demikian maka seorang wanita menumbuhkan sifat banyak anak (alwaluud) yang hakiki, yang merupakan sifat wanita ahli surga. 

Tanpa mekanisme demikian, akan sulit bagi wanita menjaga hal yang ghaib dalam dirinya dengan apa yang dipelihara Allah. Dirinya akan mudah tergoda oleh hal yang ada di luar suaminya. Teramat banyak hal yang menarik jiwanya di luar suaminya, dari hal-hal jasadiah berupa ketampanan ataupun harta hingga hal-hal spiritual dan kekayaan ruhaniah berupa keshalihan laki-laki lain. Dunia ini akan menarik jiwanya secara aktif, menebarkan pesona berupa apapun hingga bentuk-bentuk terbaik berupa keshalihan. Maka akan sulit bagi wanita menjaga jiwanya bila tidak mencoba memahami suaminya dengan mentaati dan melaksanakan apa yang disampaikan suaminya. 

Dua hal itulah yang menjadi parameter keshalihan wanita, yaitu sifat qanitat dan menjaga batinnya. Ibadah-ibadah kepada Tuhannya dan pengabdian kepada masyarakat akan membantu terbentuknya sifat shalihah, tetapi bila tidak terbentuk kedua sifat itu, tidak ada keshalihan pada dirinya. Mentaati suami dan menjalankan perintah nya setara dengan nilai jihad laki-laki. Rasulullah lebih mengutamakan bagi wanita ketaatan kepada suami dan melaksanakan perintahnya daripada mereka berjihad bersama beliau SAW. 

Peran Istri dan Suami dalam Pernikahan


Peran Wanita dalam Pernikahan 

Ada seorang wanita yang pernah meminta izin kepada Nabi saw. untuk turut serta berjihad. Ia berkata, ”Wahai rasulullah, aku diutus oleh kaum wanita untuk menghadap kepadamu, sebagai wakil mereka dalam berjihad, yang telah ditetapkan oleh Allah kepada kaum laki-laki. Apabila mereka menang, mereka akan beroleh pahala; jika mereka gugur, mereka akan mendapatkan kemuliaan disisi Allah. Sementara itu, kami adalah kaum wanita. Apabila kami membantu kaum laki-laki (dalam berjihad), apakah kami akan beroleh pahala?” 

Nabi saw. menjawab, ”Sampaikanlah salamku kepada kaum wanita yang mengutusmu. Mentaati suami dan menjalankan semua perintahnya adalah sama pahalanya dengan orang yang berjihad. Sayangnya mereka banyak yang tidak menjalankan hal ini.” (HR al-Bazzar) 

Allah SWT berkehendak untuk dikenal sebagai Ar-rahman Ar-rahiim. Hal itu bisa diperoleh dengan pernikahan sebagai ajang digelarnya kasih sayang. Syaitan ingin membuat pemahaman yang lain tentang Allah, maka dia membuat perkataan-perkataan indah yang menipu manusia agar terbentuk pemahaman yang salah tentang Allah. Kadangkala manusia dibuat syaitan untuk mengenal Allah SWT sebagai pribadi haus penyembahan, menyimpang dari kehendak Allah untuk memperkenalkan Ar-rahman Ar-rahiim. Padahal jelas bahwa dahulu para malaikat muqarrabun diperintahkan untuk bersujud kepada selain diri-Nya. Syaitan membuat perkataan-perkataan indah tentang Allah dengan menekankan satu ayat secara berlebihan dan menyembunyikan ayat lain agar manusia tersesat. Pengenalan terhadap Allah harus dimulai dari Ar-rahman Ar-rahiim. 

Cinta kasih dalam Islam bukanlah semata romantisme antara laki-laki dan wanita. Cinta kasih itu merupakan keterhubungan terhadap rahmaniah dan rahimiah Sang Pencipta sehingga alam semesta terahmati melalui seorang laki-laki dan wanita yang menikah dengannya. Perlu kesiapan yang baik untuk menjadi penghubung asma Allah yang mulia hingga alam semesta. Seorang laki-laki harus digembleng untuk mengenal Tuhannya, dan seorang wanita digembleng untuk memiliki sifat ahli surga, menebarkan keharuman rahmaniah Allah. Gemblengan itu tersedia dalam pernikahan. 

Cinta kasih pasangan muslim merupakan fungsi dari rahmaniah Allah. Seorang laki-laki harus mencari apa yang terserak bagi dirinya agar mengenal Allah, dan seorang wanita harus berusaha menerima semua pemberian-Nya dengan senang hati, berupa laki-laki berwujud suaminya beserta masalah turunannya agar memiliki sifat wanita ahli surga. Mengharapkan kekasih selain pasangan yang diberikan Allah baik kekasih masa lalu atau masa depan merupakan hal buruk yang harus dihilangkan. Saling mengenal antara suami-istri merupakan keharuman yang harus ditumbuhkan, untuk penyatuan yang terserak. Pengenalan satu terhadap yang lain akan mengungkapkan ayat-ayat Allah yang sangat agung. Cinta sebelum pernikahan akan sangat membantu pengenalan, tetapi itu bukan sebuah syarat mutlak untuk pernikahan yang baik. Iktikad untuk menjadi sarana keterhubungan rahmaniah Allah adalah syarat yang paling penting. 

Ketaatan seorang istri terhadap suaminya memiliki derajat yang sama dengan jihad seorang laki-laki yang dilakukan bersama Rasulullah. Akan tetapi kebanyakan wanita tidak mengetahui derajat itu, dan lebih menginginkan melakukan hal lain yang sesuai dengan keinginan mereka sendiri. 

Tanggungjawab terbesar seorang wanita adalah terhadap suaminya. Bakti wanita kepada Rasulullah SAW berwujud bakti kepada suaminya. Seorang wanita dengan sifat-sifat wanita ahli surga harus mendampingi suaminya agar mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam perjalanan menuju Tuhan. Mendampingi suaminya bukanlah semata untuk membuat senang, tetapi juga agar suaminya menempuh perjalanan menuju rabb-nya mengikuti Rasulullah sesuai keadaan suaminya. Kebaktian seorang istri adalah bagi suaminya, bukan bagi laki-laki lain yang berjihad, bukan pula berperang bersama Rasulullah SAW. 

Jihad bagi wanita itu terlihat remeh di mata manusia. Tetapi demikianlah Allah dan rasul-Nya menetapkan bagi manusia. Manusia harus melaksanakan kehendak-Nya, bukan keinginan makhluk. Hal itu adalah jalan yang Dia tentukan bagi manusia dan makhluk. Allah menentukan bagi para malaikat muqarrabun bersujud kepada khalifatullah untuk mengenal Allah, dan menentukan bagi para wanita untuk bersujud kepada suaminya untuk menunaikan hak Allah. Ada sebuah rahasia besar dibalik semua ketentuan-Nya bagi makhluk-makhluk-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. 

Peran Wanita sangat besar untuk kemajuan perjalanan suaminya mengikuti sunnah Rasulullah SAW menuju rabb-nya. Dengan perjalanan yang benar, jihad seorang laki-laki akan benar. Seorang wanita perlu memiliki pengetahuan yang luas dan cinta kasih kepada suaminya, agar dirinya bisa mendampingi perjalanan suaminya meniti jalan Allah yang terjal dan licin penuh tipuan syaitan. Seorang laki-laki tidak akan bisa menempuh perjalanan itu dengan baik tanpa istri hebat yang mendampingi. Rasulullah SAW pun merasa kebingungan ketika beliau diangkat sebagai nabi. Demikian pula laki-laki lain membutuhkan wanita yang hebat, yang berpengetahuan dan cinta kasih kepada suaminya, baik pada masa kebodohannya atau masa terangnya. Wanita yang memiliki sifat ahli surga sangat dibutuhkan oleh laki-laki apapun keadaannya. 

Rasulullah bersabda : ingatlah, aku telah memberitahu kalian tentang istri-istri kalian yang akan menjadi penduduk surga, yaitu yang penyayang, banyak anak, dan banyak kembali kepada suaminya; yang jika ia menyakiti suaminya atau disakiti, ia akan segera datang hingga berada di pelukan suaminya, kemudian berkata : Demi Allah, aku tidak bisa memejamkan mata hingga engkau meridhaiku (HR Baihaqi). 

Sifat wanita ahli surga adalah penyayang, banyak anak, dan banyak kembali kepada suaminya; yang jika ia menyakiti suaminya atau disakiti, ia akan segera datang hingga berada di pelukan suaminya. Setiap wanita harus berusaha untuk memiliki sifat yang demikian. Perjalanan hidupnya harus diarahkan untuk memiliki sifat yang demikian. Setiap laki-laki membutuhkan wanita dengan sifat-sifat yang demikian, yang akan membawa dirinya menuju kebaikan. Seorang Fir'aun ridla dengan istrinya sehingga atas perkataannya mau merawat anak yang dicari dengan seluruh usaha hendak dibunuh. Rasulullah SAW membutuhkan Khadijah ra bagi kenabian beliau. 

Sifat pertama wanita penduduk surga adalah penyayang (al-waduud). Penyayang menunjukkan sifat wanita yang banyak mengharapkan pertemuan dengan suaminya. Seorang suami adalah jalan baginya untuk dapat mengabdi kepada Allah, maka dirinya banyak berharap untuk bertemu dengan suaminya. 

Seorang suami harus berusaha membantu istrinya memiliki sifat al-waduud kepada dirinya. Istri adalah lahan pertumbuhan bagi dirinya, maka membantu istrinya untuk bisa memiliki sifat alwaduud pada dasarnya akan membantu diri-sendiri untuk merawat pohon kalimah thayyibah. Sifat alwadud itu akan memberikan motivasi besar bagi suami untuk selalu mendekatkan diri pada Tuhannya. 

Sifat kedua adalah banyak anak (al-waluud). Seorang wanita tidak bisa mengenal tuhannya kecuali melalui suaminya, akan tetapi wanita diberikan jalan yang sangat lapang, berupa rahim untuk mengenal kasih sayang dengan melahirkan anak-anak. Anak-anak akan menumbuhkan dalam diri wanita kasih sayang yang sangat besar, dan kasih sayang itu melontarkan dirinya pada derajat tinggi. Banyaknya anak akan semakin mengenalkan dirinya pada kasih sayang. 

Tidak setiap wanita mudah untuk mendapatkan keturunan. Akan tetapi secara bathin, wanita tersebut tetap mendapatkan jalan untuk mengenal kasih sayang dengan memperhatikan dan mewujudkan apa-apa yg disampaikan kepada dirinya oleh suaminya. Suami hendaknya menjadi guru yang memberikan pengajaran bagi istrinya, dan wanita hendaknya memperhatikan suaminya dengan seksama, mencari kehendak Allah diantara apa yang disampaikan suami. Ikatan suami istri adalah ikatan paling kuat di hadapan Allah setelah ikatan antara Allah dengan rasul-Nya, yang dikenal sebagai mitsaqan ghalidza. 

Dengan sifat alwaluud secara bathiniyah demikian, hubungan antara guru yang baik dengan murid wanita yang baik kadangkala mengundang malapetaka bagi ikatan pernikahan sang murid. Seorang wanita yang memperhatikan pengajaran akan mudah timbul rasa sayang pada sang guru, dan juga sebaliknya. Maka sebaiknya pengajaran kepada murid wanita sebisa mungkin melibatkan suaminya sesuai kemampuan suaminya agar terhindar dari fitnah. Guru, atau mentor, atau pembimbing harus membangun kepercayaan murid terhadap suaminya, sehingga murid dapat membangun kasih sayang dengan suaminya. Juga membuat mengerti murid wanita tentang kebaikan dan keutamaan yang ada pada suaminya sebagai pendorong tumbuhnya sifat alwaluud. Seringkali suami istri mengalami kesulitan karena prasangka, masalah dan perselisihan yg terjadi dalam pernikahan mereka sehingga perlu dibantu. 

Sifat yang ketiga wanita penduduk surga adalah selalu kembali kepada suaminya (al-'a uud). Suaminya harus menjadi kesukaan dan kesenangan bagi dirinya, sedemikian hingga apapun masalah yang menimpa di antara mereka, harapannya adalah suaminya dapat kembali bersama dirinya seakan-akan tidak pernah terjadi masalah di antara keduanya. 

Wanita merupakan belahan jiwa seorang laki-laki. Seorang laki-laki tidak dapat berkembang tanpa seorang wanita yang menikah dengannya. Seorang wanita akan membuat seorang laki-laki menjadi lengkap, yang membuat dirinya bisa melangkah di jalan Allah dengan mantap. Sulit bagi seorang laki-laki untuk berkembang tanpa seorang istri. 

Perkembangan yang dimaksudkan adalah dalam langkah menuju Allah dan menumbuhkan kasih sayang bagi semesta alam. Tanpa seorang wanita yang menikah dengannya, seorang laki-laki akan kesulitan berjalan menuju Allah dan membangun kasih sayang. Seseorang tidak akan bisa melangkah mantap di jalan Allah dengan separuh jiwa, tanpa wanita yang melangkah bersama dirinya. Modal untuk berjalan pun sulit diperoleh tanpa wanita bersamanya, yaitu tumbuhnya kasih sayang. Seorang wanita yang tepat merupakan hal yang sangat penting bagi seorang laki-laki untuk berjalan menuju Allah. 

Pernikahan merupakan jalan agar manusia dapat berkembang. Dengan pernikahan, Allah hendak membuat manusia berkembang, tidak hanya berkembang secara kuantitas saja, juga berkembang secara kualitas. Tetapi pernikahan harus dilakukan dengan wanita yang tepat. Salah satu kriteria yang menentukan tepat atau tidak pernikahan adalah kesesuaian, atau thayyib. Thayyib menunjuk pada perhatian seseorang kepada amr Allah. Kethayyiban dalam pernikahan merupakan modal seorang laki-laki untuk mengenal diri sehingga tumbuh kalimah thayyibah dalam jiwanya dan dapat berbuah. 

Seorang laki-laki yang thayyib harus menikah dengan wanita yang thayib, dan sebaliknya seorang wanita thayyibah harus menikah dengan seorang laki-laki thayyib. Seorang laki-laki yang peduli dengan urusan (amr) Allah harus mencari wanita yg peduli dengan amr Allah, dan begitu juga sebaliknya. Laki-laki yg tidak peduli dg urusan Allah tidak boleh dinikahkan dengan wanita thayyib, dan sebaliknya. 

Kedudukan Suami 

Menikah berdasarkan kethayyiban merupakan modal untuk mengenal Allah. Setelah melaksanakan pernikahan yang berdasarkan kethayyiban, maka suami istri harus membangun adab sehingga perjalanan menuju Allah dapat berjalan dengan baik. 

Seorang suami adalah pemimpin dalam rumah tangga karena dirinya yang memiliki benih pengenalan kepada Allah. Seorang laki-laki adalah pohon kalimah thayyibah yang harus tumbuh, sedangkan istri merupakan ladang yang mampu menyediakan nutrisi bagi pertumbuhan pohon kalimah thayyibah, dan agar pohon itu dapat berbuah. 


نِسَآؤُكُمۡ حَرۡثٞ لَّكُمۡ فَأۡتُواْ حَرۡثَكُمۡ أَنَّىٰ شِئۡتُمۡۖ وَقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّكُم مُّلَٰقُوهُۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ

QS Al-Baqarah:223 - Isteri-isterimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan dahulukanlah untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. 
Dalam pernikahan yang thayyib, seorang laki-laki harus berusaha menumbuhkan kalimah thayyibah dalam dirinya. Kethayyiban itu agar manusia dapat bertemu dengan tuhannya. Kethayyiban itu akan membuat seseorang bisa berjalan menuju tuhan, dan hal itu ada pada diri laki-laki. Seorang wanitanya dapat mengenal tuhannya melalui suaminya. 

Karena itu laki-laki menjadi pemimpin bagi wanita. Seorang wanita dalam batasan tertentu diperintahkan untuk bersujud kepada suaminya. Hal ini karena suaminya menjadi jalan bagi dirinya untuk mengenal Allah, sebagaimana para malaikat muqarrabun diperintahkan bersujud kepada khalifatullah karena khalifatullah menjadi jalan para malaikat untuk mengenal Allah. 
Rasulullah bersabda : Seandainya aku memerintahkan seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya (HR Tirmidzi no.1159, Ibnu Hibban no. 1291) 
Seandainya semua laki-laki adalah manusia yang benar, niscaya Rasulullah Saw memerintahkan wanita utk bersujud kepada suaminya. Tetapi itu tidak terjadi dalam kenyataan sehingga Rasulullah memerintahkan hal itu dengan batasan-batasannya tertentu. 

Seorang wanita tidak akan dapat beribadah kepada Allah dengan meninggalkan hak-hak suaminya. Tidak ada cinta seorang wanita kepada Allah tanpa cinta kepada suami yang memimpin dirinya menuju tuhannya. Laki-laki menjadi satu-satunya jalan agar seorang wanita bisa menunaikan hak-hak Allah. 
Sabda Rasulullah : ” Tidaklah seorang perempuan menunaikan hak Tuhannya sehingga ia menunaikan hak suaminya”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) 
Salah satu hak yang paling utama bagi seseorang dalam pernikahan adalah kasih-sayang. Allah menciptakan manusia berpasangan agar mengenal Allah dan kasih sayang. Seorang istri harus memberikan kasih-sayang sepenuhnya bagi suaminya sehingga suaminya bisa tumbuh, dan bisa menghasilkan buahnya bagi semesta alam sesuai dengan penciptaan dirinya. 

Dengan kasih sayang itu seorang istri akan menjadi penduduk surga. Para wanita yang bakal menjadi penduduk surga memiliki beberapa sifat yang terbangun dalam pernikahan, yaitu sifat penyayang (alwaduud), banyak anak (al-waluud) dan selalu kembali kepada suaminya. 

Banyak hal yang mempengaruhi perjalanan seorang laki-laki mengikuti sunnah Rasulullah SAW untuk menuju rabb-nya. Kadangkala kebodohan menghalangi seorang laki-laki untuk menuju rabb-nya. Kadangkala seorang laki-laki kebingungan terhadap perubahan pada dirinya ketika Allah mengubah keadaannya, sebagaimana Rasulullah SAW di awal menjadi nabi. Seringkali perjalanan seorang laki-laki menuju rabb-nya disesatkan oleh syaitan. Syaitan sangat berkeinginan untuk menyesatkan manusia, apalagi yang menempuh perjalanan menuju rabb-nya. Syaitan membuat perkataan-perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan dalam kata-kata yang indah, untuk menyesatkan manusia yang berjalan menuju rabb-nya. Kata-kata itu sangat menipu karena manusia akan mengira bahwa dirinya berada di jalan Allah, padahal syaitan menyesatkannya untuk mengikuti thaghut, tuhan yang dibuat berdasarkan selera hawa nafsunya. Demikian keadaan kaum khawarij yang ritual ibadah mereka sangat mengagumkan. Hal itu harus diketahui wanita sebagai bekal untuk mendampingi suaminya. 

Setiap wanita harus menjadi pendamping suaminya menempuh perjalanan menuju rabb-nya. Dengan sifat wanita ahli surga, Allah SWT akan memberikan pengetahuan untuk mendampingi suaminya sesuai keadaan dirinya. Seorang wanita yang kuat dalam pemikiran akan diberi petunjuk dalam pemikiran, yang kuat bashirah diberi petunjuk dalam bashirah, begitu juga dalam kelebihan yang lain. Allah mengajarkan hal yang perlu dilakukan terhadap suaminya bilamana wanita itu bertakwa. Pengenalan seorang wanita terhadap suaminya merupakan sebuah parameter ketakwaan yang ada dalam hati seorang wanita. Dirinya dan pengetahuannya merupakan satu sayap bagi suaminya, berdampingan dengan sayap lain berupa diri suaminya. 

Wanita seharusnya memiliki pengetahuan tentang suaminya sesuai keadaannya. Rasa mawadah dan kesuburan akan memunculkan pengetahuan tentang objek rasa itu, yaitu suaminya. Bilamana seorang wanita tidak memiliki pengetahuan tentang suaminya, ada yang tidak tepat dalam pernikahannya. Tidak munculnya pengetahuan menjadi indikator adanya masalah. Seringkali seseorang tidak menyadari keadaan dirinya terhadap suaminya, maka pengetahuannya itu menjadi petunjuk adanya masalah dalam dirinya, yang mungkin berupa kurangnya pengetahuan, rasa syukur, adanya iktikad buruk atau keadaan lain. Apalagi bila pengetahuannya kepada laki-laki lain lebih baik, hal itu mungkin sebuah tanda munculnya bibit pengkhianatan dalam pernikahan. 

Boleh jadi seseorang di luar suatu ikatan pernikahan bisa masuk dalam hubungan pernikahan sepasang suami-istri, baik dikehendaki atau tidak dikehendaki. Hal itu akan memperumit hubungan, terutama bila pihak luar itu seorang laki-laki. Seorang laki-laki yang masuk ke dalam ikatan pernikahan orang lain akan merusak hubungan pernikahan. Kadangkala seorang laki-laki mengharapkan dan menunggu kejandaan seorang wanita bersuami. Dalam taraf tertentu, bila hadir tanpa dikehendaki, wanita dalam pernikahan itu akan mengalami bias orientasi. Wanita itu seharusnya menerima pengetahuan yang menjadikan dirinya kokoh dalam mendampingi suaminya, tapi pengetahuan itu akan terkacaukan, sehingga suaminya akan terabaikan tidak mendapatkan pendamping yang kokoh. Bila hadir dengan keinginan wanita, maka wanita tersebut akan diperintahkan untuk mengikuti orang-orang yang memasuki neraka karena pengkhianatan. Bila yang hadir adalah wanita, boleh jadi itu adalah godaan yang menguji tujuan hidup laki-laki. 

Seluruh keadaan harus diukur dengan kitabullah dan petunjuk Rasulullah SAW. Tidak ada pengetahuan yang benar yang menyelisihi syariat. Seluruhnya harus sesuai dengan syariat. Hawa nafsu bersama syaitan akan membengkokkan hati agar manusia menjadi bengkok. Para malaikat suci ataupun orang-orang suci dapat menguji seseorang dalam beberapa hal yang tidak sesuai syariat agar seseorang membersihkan jiwanya dari dosa. Bila orang yang diuji termasuk dalam golongan orang celaka, maka ujian itu akan membuatnya celaka. Bila orang itu mensucikan diri, ujian itu akan menyadarkannya perihal keadaan dirinya. Setiap orang harus benar-benar memperhatikan kitabullah dan petunjuk Rasulullah SAW agar memiliki pengetahuan yang benar. 

Pengetahuan yang samar tidak menutup kemungkinan bernilai benar bila diuji dengan teliti dengan ayat-ayat yang tidak populer. Tetapi hawa nafsu manusia akan selalu dibengkokkan oleh syaitan. Seluruh pengetahuan yang samar harus diuji dengan kitabullah dan petunjuk Rasulullah SAW dengan hati yang bersih, yaitu orang-orang yang selalu berada di atas petunjuk Allah. Dosa atas kesalahan penafsiran pengetahuan yang samar akan ditanggung penafsirnya. Bila memilih penafsir Secara sembarangan, maka dosa itu tetap ditanggung sendiri.