Pencarian

Kamis, 24 Oktober 2019

Menanam dan Merawat Al-Arham.

Al-arhaam adalah bentuk cinta ilahi yang tumbuh diantara makhluk. Tidak ada al-arhaam tanpa cinta kepada Allah. Al-arhaam akan membuat kehidupan menjadi indah, akan tetapi itu bukanlah sesuatu yang mudah ditumbuhkan kecuali akan dilanda badai permasalahan yang akan mematangkannya. Al-arhaam itu indah seperti cinta, dan akan bertahan sepanjang masa. Akan tetapi tidak mudah menumbuhkan dan merawatnya. 

Al-arhaam akan terwujud bila seorang laki-laki mengenal dirinya, karena dia akan mengenal rabb-nya. Dengan cintanya kepada rabb-nya maka dia mencintai istrinya. Dirinya mengenal istrinya sebagai bagian dari dirinya untuk menghadap kepada rabb-nya. Bila istrinya mengenal suaminya, maka al-arhaam akan tegak sehingga laki-laki itu bisa mengerjakan urusan Tuhan dengan baik. Tanpa al-arhaam, seseorang tidak akan bisa mengerjakan urusan dirinya dengan baik. Seorang wanita adalah belahan jiwa laki-laki, dimana laki-laki tidak akan bisa tenteram tanpa wanita yg menikah dengan dirinya. 

Seorang wanita ahli surga adalah wanita yang memiliki sifat-sifat yang memudahkan al-arhaam tumbuh diantara dirinya dan suaminya. Sifat-sifat itu hanya dapat ditumbuhkan dalam pernikahan. Sifat itu akan memudahkan munculnya pengenalan, dan pengenalan itu akan menyatukan apa yang terserak di antara pasangan. Potongan-potongan pengenalan itu merupakan keping puzzle yang membuat seorang wanita bisa menyatu kuat dengan suaminya untuk mengenal Tuhannya. Potongan pengenalan itu akan menumbuhkan al-arhaam yang menjadi saluran rahmaniah Allah bagi semesta alam. 

Pengenalan itu akan menjauhkan wanita dari sikap khianat kepada suaminya. Pengkhianatan istri nabi Nuh dan Luth as terjadi karena mereka tidak mengenal suaminya. Pengenalan itu akan meneguhkan ikatan pernikahan dan meneguhkan langkah agamanya bersama suaminya. Seandainya badai fitnah melanda ikatan pernikahan mereka hingga hampir porak poranda, potongan pengenalan ini dapat menjadi pemicu ulang rasa cinta di antara mereka. Pengenalan itu merupakan bagian ketakwaan seorang wanita dalam membangun setengah dari agamanya, setelah setengah agamanya ketika menikah. Itu merupakan bagian dari pengenalan diri seorang wanita sebagai bagian integral bersama suaminya. Sedangkan suaminya bagian dari integral Rasulullah Saw. Pengenalan diri seorang istri adalah berupa pengenalan peran dirinya bagi Rasulullah SAW melalui suaminya. 

Peran itu kadangkala (hanya) berupa menarik suaminya dari jeratan kebodohan dan maksiat dengan cintanya yang tulus. Kadangkala peran itu berupa perjuangan mewujudkan hal besar bersama suaminya. Tidak ada perbedaan nilai dalam peran seorang wanita, baik besar atau kecil. Yang membedakan nilainya adalah ketaqwaan. Maryam binti Imran berperan (hanya) mengasuh putra yang dilahirkan di luar pernikahan, tetapi ketaqwaan beliau membuat beliau sebagai salah satu penghulu wanita ahli surga. Tanpa pengenalan terhadap putranya, Maryam r.a akan sangat berat menanggung beban pandangan manusia terhadap dirinya. 

Seorang laki-laki berusaha mencari pengenalan terhadap Tuhan. Pencarian seorang laki-laki hanya dapat dilakukan dengan mencari urusan dirinya sebagai bagian dari urusan Rasulullah SAW. Seringkali urusannya harus dicari dari laki-laki lain yang telah mengenal Rasulullah SAW. Pengenalan diri laki-laki adalah pengenalan sebagai bagian yang terintegrasi bersama Rasulullah Saw. 

Dengan berusaha mengenal Rasulullah SAW dan urusan beliau untuk ruang dan zamannya, seorang laki-laki akan mendapatkan kilasan-kilasan informasi diri baginya. Istrinya menjadi cermin bagi pencarian identitas intrinsik dirinya. Bilamana Allah menghendaki pada waktunya, kilasan-kilasan informasi dirinya yang diperoleh hanya sebagian dan terserak akan tiba-tiba saling terhubung, meluas dan menyatu sehingga dirinya melihat kedudukannya dalam perjuangan Rasulullah SAW. Mengenal diri adalah mengetahui peran dirinya dalam perjuangan Rasulullah SAW. 

Suami Istri Sebagai Cermin 


Seorang laki-laki dan seorang istri masing-masing dapat mencari informasi intrinsik dirinya melalui kebersamaan dengan pasangannya bila bersyukur atas pasangannya. Urusan Allah bagi seorang laki-laki terdapat dalam khazanah yang dibawa oleh istrinya. Sebaliknya pengenalan diri seorang perempuan kepada Allah adalah melalui suaminya. Keluhan dan kemarahan akan menghambat datangnya potongan pengenalan dirinya terhadap pasangannya. Pengkhianatan akan menutup jalannya pengenalan diri. Bila salah satu melakukan, maka jalannya terhambat atau tertutup, tetapi tidak memhambat pasangannya. Pengenalan diri dan pasangannya akan menumbuhkan kasih sayang di antara mereka, sedangkan keterasingan dari pasangannya akan membuat seseorang mudah tergoda untuk berkhianat. 

Seseorang yang mengeluh tentang pasangannya seringkali merupakan cerminan keadaan dirinya sendiri. Seseorang yang merasa tidak dicintai pada dasarnya cermin bahwa tidak terbangun al-arhaam di antara mereka, terutama dalam dirinya sendiri. Keluhan itu akan semakin menjadi bila dirinya tidak memperbaiki diri. Apalagi bila telah muncul khianat dalam pernikahan. Membuat standar cinta, kelembutan, perasaan dan hal-hal yg ghaib terkait al-arhaam dengan sesuatu bersama selain pasangan nikah, baik kekasih masa lalu ataupun calon kekasihnya merupakan jerat syaitan untuk merusak pernikahan. Seorang wanita harus menjaga apa yang dijaga Allah. Standar bersama orang lain itu akan menutup pengenalan terhadap cinta oleh pasangannya kepada dirinya. Dirinya tidak bisa melihat cinta dan hal lainnya yang diberikan oleh pasangannya yang sah. Berikutnya syaitan akan mengobarkan kebencian di antara mereka dengan hal itu. 

Memperbaiki diri adalah jalan agar pernikahan menjadi baik, tidak mencari penyelesaian pada orang lain. Menerima pasangan apa adanya mutlak dilakukan, Apa yang baik dan apa yang dipandang buruk pada pasangan adalah untuk membangun kasih sayang, maka semua hal itu adalah kebaikan bagi dirinya. Semua kenangan dan harapan yang muncul dari masa lalu dan masa depan harus dihapuskan dari perasaan, tidak membandingkan pasangannya apalagi menginginkan pasangannya seperti kekasih lama atau calon kekasihnya. 

Seseorang bisa menjadi suami atau istri yang baik walaupun pasangannya orang celaka. Wanita harus berusaha menjadi penyayang sekalipun suaminya jahat, dan laki-laki harus berusaha menjadi seorang hamba Allah. Seorang laki-laki tidak perlu memaksa istrinya menyertainya mewujudkan amanah Allah kecuali sekadar mengajaknya, dan seorang wanita tidak perlu menggugat cerai atas kejahatan suaminya selain kepada dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar