Pencarian

Kamis, 29 Desember 2016

Kesempurnaan Akhlak

”Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).

Rasulullah SAW merupakan nabi terakhir yang membawa agama yang sempurna. Tidak ada ajaran agama baru setelah rasulullah diutus di dunia ini. Sebagai pembawa kesempurnaan agama, pengutusan rasulullah SAW tidak lain adalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. Hal ini menunjukkan bahwa kesempurnaan agama adalah kesempurnaan akhlak, atau  dapat dikatakan bahwa  akhlak merupakan parameter derajat kesempurnaan agama seseorang.

Kisah nabi Ibrahim a.s adalah sebuah kisah awal pencarian seseorang kepada tuhannya, sedangkan  nabi Muhammad SAW adalah cerita tentang kesempurnaan ciptaan-Nya yang layak berada di sisi tuhannya. Nabi Ibrahim a.s memberikan contoh kepada seluruh makhluk tentang tatacara berhijrah dari alamnya kepada tuhannya, sedangkan nabi Muhammad SAW memberikan tauladan tentang bentuk ciptaan mulia yang layak berada di sisi-Nya, berupa akhlak yang mulia. Rasulullah SAW diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

Alquran telah bercerita tentang keagungan akhlak rasulullah SAW sebagai berikut :

 Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak  yang agung (QS Al-Qalam :4)

Keagungan akhlak dalam ayat tersebut terkait dengan kedudukan rasulullah SAW dalam ayat-ayat sebelumnya. Penyaksian rasulullah SAW terhadap Alqalam dan apa yang dituliskannya menunjukkan kedudukan rasulullah SAW di alam yang tinggi. Untuk kedudukan yang tinggi itulah rasulullah SAW diciptakan, dan kedudukan yang tinggi itu menunjukkan keagungan akhlak rasulullah SAW.

Kemuliaan akhlak hanya dapat diperoleh bila seseorang berperilaku baik, tetapi kemuliaan akhlak tidak semata-mata diperoleh dengan berperilaku baik. Kemuliaan akhlak berhubungan erat dengan pengetahuan tentang kehendak Allah SWT, hasil musyahadah seseorang atas segenap ciptaan Allah dan risalah rasulullah SAW.

Untuk mencapai kemuliaan akhlak, makhluk dituntut untuk mengembangkan akal yang akan menuntun mengenal Allah, sumber segala kebaikan. Mengembangkan akal berawal dari sikap hanif sebagaimana dicontohkan oleh Ibrahim a.s yang berusaha keras untuk mengenal tuhannya. Tanpa sebuah sikap hanif, akal makhluk tidak akan berkembang untuk memahami ayat-ayat Allah, tetapi jahalah.yang akan berkembang menjadi pintar dan  menjebak makhluk pada hawa nafsu dan syahwat yang mengikat jiwa pada dunia.

Akhlak  mempunyai arti bentuk ciptaan. Ibnul Atsir berkata dalam An-Nihayah 2/70: “Al-Khuluq dan Al-Khulq berarti dien, tabiat dan sifat. Maksudnya adalah manusia dalam aspek bathin, yaitu jiwa dan bentuknya” Manusia yang telah mencapai derajat kesempurnaan akan menduduki tempat yang mulia.  Tidak setiap manusia menjadi makhluk yang mulia, karena tidak semua manusia berusaha bertaubat menyempurnakan dirinya.

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan kedua tangan Allah. Jasad manusia hanyalah terbuat dari tanah yang dihinakan oleh iblis, namun iblis tidak mengetahui bahwa ada tangan Dia yang lain yang melengkapi penciptaan manusia. Manusia tidak semata-mata diciptakan dari tanah, tetapi ada aspek-aspek lain yang disertakan dalam diri manusia, sehingga manusia yang terbuat dari tanah itu bisa menjadi makhluk-Nya yang paling sempurna.

Allah berfirman   kepada iblis ketika dia menolak bersujud kepada adam yang telah diciptakan dengan kedua tangan-Nya. Hal itu tertulis dalam surat al-ahqaaf : 75.
 “Dia  berfirman : wahai iblis, apakah yang menghalangi kamu bersujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tanganku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu termasuk orang-orang yang lebih tinggi?”
Ayat di atas bercerita tentang kesempurnaan penciptaan adam, berupa penciptaan makhluk dengan kedua tangan-Nya. Dengan kesempurnaan itu, makhluk-makhluk muqarrabun yang hadir pada saat penciptaan itu diperintahkan untuk bersujud maka seluruh makhluk bersujud kecuali iblis.

Nafs manusia merupakan pasangan dari jasadnya. Dengan kedua unsur itulah manusia diciptakan sebagai makhluk-Nya yang paling sempurna. Alquran surat attiin ayat 4-5 disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, namun kemudian diturunkan ke tempat serendah-rendahnya.

Sungguh benar-benar telah Kami ciptakan manusia  dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan  dia ke tempat serendah-rendahnya (QS Attiin 4-5)

dimaksud oleh ayat tersebut bukanlah bentuk jasad manusia, karena bentuk jasad manusia relatif tetap,  tidak berubah menjadi bentuk makhluk yang terendah. Jasad manusia berfungsi sebagai wadah bagi nafs, sedangkan inti dari kemanusiaan adalah jiwanya. Jiwa manusia lah yang berubah dari bentuk yang sebaik-baiknya menjadi bentuk yang seburuk-buruknya. Dan jiwa manusia pula yang harus kembali mencapai bentuk yang sebaik-baiknya kembali berupa akhlak al-karimah.

Bentuk manusia terbaik adalah sebagai citra arrahman. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits qudsi,
“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dengan citra Ar-Rahman.”
Citra arrahmaan bukanlah citra Allah, tidak sama. Arrahman adalah asmaul husna yang terbesar. Seluruh alam semesta diciptakan untuk satu tujuan, yaitu memperkenalkan rahmaniah Allah SWT.  Yang dimaksud dengan “diciptakan dengan citra Arrahman” adalah bahwa manusia diciptakan untuk mampu mengenali dengan sempurna rahmaniah Allah bagi dirinya, sebagaimana cermin mampu memantulkan objek di hadapannya. Itulah yang dimaksudkan dalam ayat 11 surat al-a’raaf sebagai berikut :

Sungguh kami telah menciptakan kalian kemudian kami memberikan citra kepada kalian kemudian kami katakan kepada para malaikat : bersujudlah kamu kepada adam. Maka merekapun bersujud kecuali iblis, dia tidak termasuk mereka yang bersujud. (QS 7:11)

Ketika manusia bertaubat kepada Allah,  jiwa manusia akan diubah dari bentuk ciptaan yang rendah menjadi bentuk yang lebih baik, hingga mencapai bentuk yang sebaik-baiknya. Bila Allah SWT menghendaki,  Dia akan menyempurnakan jiwa manusia tersebut menjadi sesuai dengan citra arrahman dan akan meniupkan kepadanya ruh-Nya. Allah SWT berfirman :

“maka apabila Aku telah menyempurnakannya (sesuai citra arrahman) dan Aku tiupkan kepadanya ruh-Ku, maka hendaklah kalian tersungkur bersujud kepadanya” (QS 38:72)

Tiupan ruh dalam konteks ayat di atas bukanlah ruh yang memberikan kehidupan bagi jasad manusia ketika berada dalam kandungan. Ruh yang dimaksudkan adalah ruh qudus sebagaimana ruh yang datang kepada Maryam a.s setelah beliau mencapai bentuk jiwa yang sebaik-baiknya.

Kesesuaian jiwa manusia dengan citra Arrahman serta peniupan ruh-Nya kepada manusia itulah kesempurnaan kemuliaan akhlak yang diajarkan oleh Rasulullah. Manusia seperti itulah bentuk ciptaan Allah yang paling sempurna, sehingga apabila Allah SWT meniupkan kepadanya ruh-Nya, para malaikat muqarrabun harus bersujud kepada manusia.

Akhlak yang mulia hanya dapat dicapai dengan bertaubat. Hampir setiap manusia yang terlahir ke dunia akan terjatuh dalam bentuk yang  buruk karena tarikan hawa nafsu dan keinginan terhadap dunia. Taubat adalah berjalan kembali menuju akhlak yang mulia, dengan selalu memohon ampun atas semua kesalahan-kesalahan yang diperbuat, dan menjalankan amal-amal shalih yang mampu dikerjakan.  Manusia akan diuji dengan berbagai masalah yang akan menghampiri kehidupannya agar jiwanya menjadi suci dan akal menjadi lebih kuat.

Rabu, 28 Desember 2016

Berselisih dalam Membaca Kitab Suci

Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak berada di atas sesuatu (dasar)", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak berada di atas sesuatu (dasar)," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. (QS Al-Baqarah :113).

Ayat tersebut bercerita tentang kaum yang berselisih padahal membaca kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi, yaitu kaum yahudi dan nasrani dan kaum (muslimin) yang tidak mempunyai pengetahuan yang mengikuti Yahudi dan Nasrani. Kaum yahudi mengatakan bahwa kaum nasrani tidak berada di atas sesuatu dasar yang benar. Demikian pula kaum nasrani mengatakan bahwa kaum yahudi tidak berada di atas suatu dasar yang benar. Hal demikian terjadi padahal kedua kaum itu masing-masing membaca alkitab yang diturunkan kepada nabi-nabi.

Demikian pula hal tersebut akan menimpa kaum yang tidak mempunyai pengetahuan, padahal kaum itu membaca alquran. Perselisihan dalam memahami kitab suci adalah sebuah indikasi bahwa kaum itu merupakan kaum yang tidak mengetahui maksud yang terkandung dalam kitab suci, sehingga  saling menuduh satu dengan yang lain sebagai orang-orang yang tidak mempunyai dasar dalam menentukan pendapatnya. Allah kelak akan menghakimi perselisihan yang terjadi  di antara mereka.

Umat rasulullah SAW akan mengalami hal buruk yang telah menimpa umat-umat sebelum rasulullah diutus. Mereka akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum rasulullah datang sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya orang-orang sebelum islam itu masuk ke dalam lubang biawak maka umat islam akan mengikutinya. Orang-orang yang diikuti umat muslim adalah yahudi dan nashara.

Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:  Sungguh kalian pasti akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kamu, jengkal demi jengkal, hasta demi hasta sehingga seandainya mereka masuk kedalam lubang biawak, kalian pasti akan memasukinya (juga). Para shahabat bertanya : "Wahai Rasulullah, Yahudi dan Nashara-kah?". Beliau menjawab : "Siapa lagi ?" [HR  Bukhari dan Muslim no. 2669]

Kaum muslimin saat ini boleh dikatakan telah ditimpa penyakit yang menimpa kaum yahudi dan nashara. Suatu kaum menganggap kaum yang lain tidak berpegang pada kitab suci dengan benar, atau kaum yang lain menyelisihi kitab suci, atau kaum yang lain tidak memahami kitab suci dan tuntunan rasul dengan benar. Masing-masing golongan merasa bahwa mereka merupakan orang yang paling benar dalam mengikuti tuntunan agama berupa kitab alquran dan sunnah rasulullah SAW. Mereka itulah yang dikatakan sebagai kaum yang mengikuti umat sebelum mereka, yaitu yahudi dan nashara.

Hal itu menunjukkan satu hal yang dengan tegas dikatakan oleh alquran dengan kalimat : Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Alquran menjelaskan bahwa mereka yang mengikuti perilaku perselisihan orang-orang yahudi dan nashara itu adalah orang-orang yang tidak mengetahui. Golongan yang merasa paling benar dan paling memahami dan mengikuti sunnah dan kitab suci hanya dapat muncul karena tidak adanya pengetahuan yang dimiliki.

Bahkan bila kelak umat yahudi dan nashara memasuki liang biawak, mereka akan mengikutinya. Itu salah satu penyakit yang akan diikuti oleh sebagian umat islam, sebagaimana telah diceritakan oleh rasulullah SAW. Ketika dunia semakin memburuk tidak berketuhanan, sebagian umat muslimin yang tidak mempunyai pengetahuan bakal mengikuti perilaku kaum yahudi dan nashara, bahkan bila mereka masuk ke lubang biawak sekalipun.

Kaum yang membaca kitab tetapi tidak mempunyai pengetahuan dapat muncul karena kelemahan akal yang menimpa kaum muslimin. Kelemahan akal yang menimpa sebagian umat rasulullah ini telah beliau ceritakan dalam sebuah hadits. Rasulullah SAW menyampaikan tentang akan bangkitnya kaum yang keluar dari islam walaupun kaum itu merupakan kaum yang membaca alquran, yang karenanya banyak manusia akan tertipu menjadi pengikut Dajjal.

Dari Ali r.a berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia terbaik. Mereka membaca alquran tetapi tidak melampaui kerongkongannya. Mereka keluar dari islam sebagaimana anak panah terlepas dari busurnya. Apabila kalian bertemu dengan mereka maka perangilah mereka, karena memerangi mereka berpahala di sisi Allah pada berdirinya as-sa’ah (HR Muslim)

Pembicaraan di antara kaum yang lemah akal itu adalah pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia terbaik. Mereka membaca alquran tetapi bacaan alquran itu tidak melampaui kerongkongan mereka, tidak mengubah keadaan hati yang berada di dalam dada. Tanpa akal yang baik, perkataan dari manusia terbaik menjadi bermakna tidak sesuai dengan yang diajarkan agama. Begitu pula bacaan Alquran tanpa akal yang baik hanya akan menjadi hiasan di kepala, tidak mengubah yang di dalam dada.

Dengan bacaan kitab tanpa mengetahui isinya, suatu kaum membuat perselisihan dengan kaum yang lain berdasarkan bacaan kitabnya. Kadangkala perselisihan itu hingga membawa suatu kaum mengatakan bahwa suatu kaum yang lain keluar dari islam, mengatakan demikian tanpa suatu petunjuk yang benar. Hendaknya setiap kaum berhati-hati untuk mengatakan hal yang demikian karena tuduhan itu akan kembali kepada dirinya bila ternyata tuduhan itu tidak benar.

Dari Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang berkata kepada saudaranya : “Wahai kafir”, berarti telah kembali kepada salah satu dari keduanya” [Hadits Riwayat Bukhari- Muslim]

Bila hal demikian terjadi, hendaknya setiap orang memeriksa keadaan dirinya apakah dirinya hanya mengikuti orang-orang yang tidak mempunyai pengetahuan, atau bahkan dirinya termasuk kaum yang keluar dari islam sebagaimana telah disampaikan rasulullah SAW, sementara dirinya merasa telah mengikuti perkataan orang-orang terbaik dan membaca alquran dengan benar.

Sikap Hanif merupakan pangkal dari tumbuhnya akal untuk memahami alquran dan petunjuk para nabi dan Rasulullah SAW dengan benar. Hanya dengan sikap hanif sebagaimana dicontohkan oleh nabi Ibrahim seseorang dapat mempunyai pengetahuan yang benar tentang kitab yang diturunkan kepada para nabi. Fanatisme buta terhadap sebuah ajaran boleh jadi bakal menyeret seseorang mendekati atau menjadi kaum khawarij.

Pemahaman dalam beragama harus berangkat dari sikap hanif, berupa sikap tulus dalam berusaha sungguh-sungguh  mengenal kebenaran dan melakukan amal berdasar kebenaran dari segala sesuatu yang hadir dalam semesta dirinya. Ayat-ayat qauliyah harus dipahami dengan hati bersih, dipahami selaras dengan ayat-ayat kauniyah yang hadir. Doktrin-doktrin kebenaran yang diterima tanpa sebuah sikap hanif boleh jadi akan melontarkan seseorang keluar dari Islam sebagaimana anak panah terlempar dari busurnya, sementara dirinya merasa sebagai seorang pejuang untuk agama.

Alquran merupakan kitab semesta dari sang Khalik yang menjangkau alam jasadiah, diturunkan kepada Rasulullah SAW agar menjadi pedoman bagi seluruh makhluk untuk mengenal Allah SWT dan beramal sesuai kehendak-Nya. Tidak ada makhluk yang dapat memahami secara sempurna isi Alquran kecuali Rasulullah SAW. Setiap makhluk mempunyai bagian tersendiri dari ayat-ayat alquran dalam setiap waktu yang menjelaskan seluruh aspek kehidupan dirinya dan memberikan petunjuk bagi amal-amal dirinya. Perselisihan dalam memahami alquran hanya terjadi karena tidak adanya pengetahuan tentang kandungan Alquran yang sebenarnya. Perbedaan pengetahuan alquran oleh setiap hambanya hanya menunjukkan perbedaan sudut pandang setiap hamba, tidak menunjukkan perselisihan kandungan Alquran.

Alquran merupakan tali Allah  yang salah satu ujungnya berada di tangan manusia, sedangkan ujung lain berada dalam genggaman Allah. Allah menarik hamba yang dikehendaki-Nya menuju kepada-Nya dengan Alquran. Manusia yang ditarik kepada-Nya akan mendapatkan pembersihan dari dosa-dosa, perbaikan sifat-sifat sesuai dengan asma Allah, dan akalnya akan disempurnakan sehingga dapat memahami kitab Allah. Pemahaman dan pembacaan Alquran oleh manusia yang akalnya disempurnakan akan dapat menyatukan hati-hati para manusia hingga mereka berkasih sayang satu dengan yang lain sebagai saudara.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 'Sesungguhnya Al-Qur'an ini ujungnya ada di tangan Allah dan ujung satunya lagi ada di tangan kalian. Maka berpegang teguhlah kalian dengan Al-Qur'an, sebab kalian tidak akan sesat dan tidak akan binasa selama-lamanya selama kalian berpegang teguh dengannya" [Shahih Targhib wa Tarhib 1/93/35]


Kaum yang bercerai berai memperselisihkan alquran merupakan pertanda bahwa pembacaan alquran bagi mereka itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak mempunyai pengetahuan, atau orang-orang yang menjual kebenaran dengan harga yang sedikit. Pembacaan ayat alquran yang datang dari Allah akan membangun persatuan umat manusia dan persaudaraan. Walaupun mungkin orang-orang yang mendengarnya harus melalui pembersihan hati, akan tetapi akan tetap terlihat bahwa pembacaan ayat itu akan mengarah pada persatuan umat manusia.

Dalam memahami alquran, perselisihan tidak boleh dilakukan. Seseorang diperintahkan untuk mengamalkan apa yang diketahuinya dan meninggalkan apa yang tidak diketahuinya, hingga dirinya mengetahuinya. Tidak perlu seseorang mendebat pemahaman yang berbeda dengan pemahaman dirinya terhadap alquran. Perintahnya adalah mengamalkan apa yang telah dirinya ketahui dan meninggalkan apa yang belum diketahuinya, hingga datang pengetahuan tentang ayat itu.


beberapa Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang duduk-duduk di dekat rumah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallm, tiba-tiba di antara mereka ada yang menyebutkan salah satu dari ayat al-Qur-an, lantas mereka bertengkar sehingga semakin keras suara mereka, lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dalam keadaan marah dan merah mukanya, sambil melemparkan kerikil dan bersabda: Tenanglah wahai kaumku! Sesungguhnya cara seperti ini (bertengkar) telah membinasakan umat-umat sebelum kalian, yaitu mereka menyelisihi para Nabi mereka serta mereka ber-pendapat bahwa sebagian isi kitab itu bertentangan sebagian isi kitab yang lain. Ingat! Sesungguhnya al-Quran tidak turun untuk mendustakan sebagian dengan sebagian yang lainnya, bahkan ayat-ayat al-Quran sebagian membenarkan sebagian yang lainnya. Karena itu amalkanlah apa yang telah kalian ketahui darinya, dan tinggalkanlah apa yang kalian tidak ketahui darinya hingga kalian mengetahuinya.” HR. Ahmad (II/195, 196)

Senin, 26 Desember 2016

Hanif dan Kejumudan Beragama

Menegakkan Wajah bagi Agama

Dalam terminologi Alquran   yang dimaksud sebagai agama (addiin) adalah sebuah jalan hidup sempurna sesuai dengan fitrah diri yang telah digariskan oleh Allah SWT. Untuk mencapai agama, manusia harus menempuh perjalanan panjang menaklukkan diri sendiri dan ujian yang menghadang dalam perjalanan hidupnya. Perjalanan hidup untuk mencapai agama (Addiin) itu disebut hijrah.  
Pengertian agama didefinisikan dalam Alquran sesuai dengan ayat di bawah :

“Maka tegakkanlah wajahmu bagi addiin secara hanif, yaitu fitrah Allah yang manusia diciptakan di atasnya. Tidak ada penggantian bagi ciptaan Allah. Itulah agama (addiin) yang tegak, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS 30 : 30).

Manusia diperintahkan menegakkan kehidupan untuk agama (addiin) secara hanif, yaitu pelaksanaan fitrah diri yang telah digariskan Allah bagi setiap manusia. Tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah, bahwa fitrah yang telah digariskan_Nya bersifat tetap. Dengan pelaksanaan fitrah diri itulah agama menjadi tegak.

Beberapa point yang dapat kita ambil dari ayat tentang agama di atas :
- Allah telah menciptakan manusia atas sebuah fitrah tertentu
- Fitrah manusia telah ditetapkan, dan tidak berubah
- Manusia diperintahkan untuk menegakkan wajah kehidupan dirinya bagi agama
- Menegakkan wajah bagi agama hanya dapat dilakukan dengan bertindak hanif
- Agama yang tegak adalah pelaksanaan fitrah diri oleh setiap manusi

Terminologi hanif diterangkan dalam kisah Ibrahim sebagaimana disebutkan dalam alquran. Ibrahim  telah berlaku hanif dan tidaklah termasuk golongan musyrikin semenjak kecil. Tindakan beliau bersembah kepada bintang, bulan dan matahari bukanlah sebuah kemusyrikan, karena beliau mencari apa yang sebenar-benarnya patut menjadi tuhan. Dalam semua tindakan beliau mencari kebenaran yang sejati itu, beliau bertindak secara hanif. 

“Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku bagi yang telah menciptakan langit-langit dan bumi secara hanif, dan aku bukanlah termasuk golongan orang musyrik.”(QS 6:79).

Dengan ketulusan hati mencari kebenaran dan dengan segenap kemampuan akalnya, Ibrahim mencari pengetahuan tentang ayat-ayat Allah dari alam,  ayat-ayat tentang bintang, bulan dan matahari. Namun dengan segenap usaha yang telah dilakukan, beliau merasa bahwa apa yang bisa dicapai dan dimengerti oleh dirinya hanyalah bagian kecil dari kebenaran yang sesungguhnya, maka beliau mengatakan sebagaimana ayat tersebut. Dari ayat tersebut, gambaran tentang hanif adalah sebagai berikut :
- Mencari pengetahuan kebenaran, dan mengikuti kebenaran yang lebih tinggi.
- Tidak berhenti dalam mencari pengetahuan kebenaran.
- Tidak merasa bahwa apa yang diperolehnya adalah kebenaran yang mutlak

kejumudan dalam beragama

Dengan tuntutan sikap hanif dalam menegakkan wajah bagi agama, setiap orang yang berusaha menegakkan agama seharusnya berkembang akalnya dan berpikiran  terbuka terhadap hal-hal yang mengandung kebenaran. Tetapi di jaman modern ini,  hal sebaliknya terjadi  ketika beberapa umat berselisih atas nama agama. Di kalangan umat Islam sendiri berkembang sebuah fenomena perselisihan yang kuat antar kelompok-kelompok. Fenomena itu bahkan berkembang kadang hingga taraf salah satu fihak tidak  mengakui bahwa pihak lain bukan merupakan bagian dari Islam hanya berdasarkan pikiran sendiri tanpa berdasarkan petunjuk dari Alquran maupun hadits nabi.

Fenomena perselisihan yang sering terjadi menunjukkan bahwa seseorang seringkali tidak berusaha mencari perkataan yang lebih baik, dan  lebih berkeinginan untuk membuktikan  bahwa lawan bicaranya dalam posisi salah. Orang yang berbeda pendapat cenderung tidak berusaha memahami frase kalimat yang diucapkan lawan bicaranya dengan lebih komprehensif, dan lebih berusaha menekankan pemahaman atas apa yang diucapkan dirinya. Tentu hal itu sama sekali berkebalikan dengan tuntutan sikap hanif untuk menghadapkan wajah bagi agama. Perselisihan itu tidak membawa manfaat karena semangat mengalahkan pihak lawan, dan tidak mempunyai ujung penyelesaian karena masing-masing tidak berusaha mencari perkataan yang terbaik.

Kelemahan akal yang menimpa sebagian umat rasulullah ini telah beliau ceritakan dalam sebuah hadits. Rasulullah SAW menyampaikan tentang akan bangkitnya kaum yang keluar dari islam walaupun kaum itu merupakan kaum yang membaca alquran, yang karenanya banyak manusia akan tertipu menjadi pengikut Dajjal. Salah satu ciri yang disebutkan oleh rasulullah adalah adanya kelemahan akal pada kaum tersebut.

Dari Ali r.a berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia terbaik. Mereka membaca alquran tetapi tidak melampaui kerongkongannya. Mereka keluar dari islam sebagaimana anak panah terlepas dari busurnya. Apabila kalian bertemu dengan mereka maka perangilah mereka, karena memerangi mereka berpahala di sisi Allah pada berdirinya as-sa’ah (HR Muslim)

Kaum itulah yang dimaksudkan sebagai Khawarij.  Rasulullah telah menerangkan bahwa akan muncul suatu kaum yang keluar dari islam (khawarij), walaupun mereka mengikuti ajaran islam. Bahkan dalam sebagian riwayat dikatakan bahwa para sahabat akan merasa minder bila membandingkan shalat, puasa dan ibadah-ibadah mereka terhadap ibadah kaum itu, tetapi kaum itu keluar dari islam sebagaimana anak panah terlepas dari busurnya.  Hal yang mereka tegakkan berdasarkan pemahaman mereka terhadap agama pada dasarnya keliru sehingga mereka dikatakan keluar dari agama.

Pemahaman dalam beragama harus berangkat dari sikap hanif, berupa sikap tulus dalam berusaha sungguh-sungguh  mengenal kebenaran dan melakukan amal berdasar kebenaran dari segala sesuatu yang hadir dalam semesta dirinya. Doktrin-doktrin kebenaran yang diterima tanpa sebuah sikap hanif boleh jadi akan melontarkan seseorang keluar dari Islam sebagaimana anak panah terlempar dari busurnya, sementara dirinya merasa sebagai seorang pejuang untuk agama. Hal itulah yang menimpa kaum khawarij yang harus diperangi oleh  umat rasulullah.

Pendidikan agama harus diarahkan untuk pembentukan karakter hanif sebelum diberikan indoktrinasi ajaran agama. Ketiadaan sikap hanif pada tahap awal akan menjadikan seseorang menjadi lemah akal, dan pada akhirnya akan menjadikan seseorang menghayati pendidikan agama secara salah. Seorang anak yang diberi doktrin-doktrin agama tanpa sikap hanif boleh jadi akan mudah menjadi orang yang merasa sebagai pemilik kebenaran tanpa mengetahui kebenaran secara menyeluruh dan akhirnya malah melontarkannya menjauh dari agama.

Hal itulah yang menimpa hampir seluruh umat manusia jaman modern, sehingga keberagamaan dipandang sebagai sesuatu kelompok yang menjadi pemilik kebenaran yang membawa perselisihan terhadap klaim benar dan salah. Umat manusia tidak bergerak untuk mengenal kebenaran yang lebih tinggi tetapi terjebak dalam kebenaran yang statis, atau bahkan mungkin sebenarnya bisa dikatakan terjebak dalam waham kebenaran. Dalam jebakan waham kebenaran, satu orang berselisih dengan orang lain,  satu kaum berselisih dengan kaum yang lain dan satu umat berselisih dengan umat yang lain. Masing-masing merasa sebagai pemilik kebenaran sehingga perbedaan pendapat itu tidak membawa manfaat.

Keber-agama-an harus dilihat sebagai usaha untuk menjalankan perintah sang Pencipta, yang mempunyai nama-nama baik dan sifat yang baik. Segala cela dan kekurangan berasal dari makhluk sedangkan tidak ada cacat dan cela sedikitpun dalam segala kehendak-Nya. Dengan menyadari hal itu, seseorang yang berusaha menjalankan perintah-Nya dengan ikhlas harus juga berusaha mengenali dan menghindari segala cela dalam usahanya, karena syaitan akan menjadikan manusia memandang baik segala usaha  manusia termasuk keburukan dan cacat yang ada dalam usaha itu.


Pada jaman ini bersikap hanif tidaklah seperti perbuatan Ibrahim muda  yang bersembah kepada bintang, bulan dan matahari. Agama pada jaman ini telah diturunkan kepada para nabi hingga akhirnya disempurnakan kepada rasulullah Muhammad SAW. Bersikap hanif pada jaman ini adalah berusaha dengan tulus memahami kebenaran dan menjalankannya sesuai dengan tuntunan nabi. Kebenaran demi kebenaran harus dipahami hingga akhirnya mengantarkan setiap diri  bersaksi bahwa Rasululllah SAW adalah makhluk yang paling mulia, membawa kebenaran paling tinggi.

Minggu, 01 Mei 2016

Konflik Timur Tengah dalam Perspektif Agama Lokal

Kedudukan Agama-Agama

Dalam islam, konflik yang terjadi di  yaman dan suriah secara bersamaan adalah sebuah pertanda datangnya jaman fitnah yang akan menandai akan datangnya dajjal.  Agama lain pun mendukung apa yang diajarkan dalam Islam.
Agama sebelum datangnya nabi Muhammad merupakan agama-agama yang bersifat lokal. Agama hindu adalah agama bagi kaum hind yang tinggal di benua india dan kepulauan di lautan india, dari maladewa termasuk Indonesia. Agama Ibrani merupakan agama yang diturunkan bagi kaum keturunan nabi Ibrahim, sedangkan Zoroaster merupakan agama yang turun bagi kaum Persia. Seluruhnya merupakan jalan untuk mengenal sang pencipta.
Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk menyempurnakan agama, sebagai batu-bata terakhir yang menyusun bangunan agama. Dengan demikian, agama Rasulullah SAW adalah agama yang paling sempurna. Kadang-kadang ada perselisihan di antara umat beragama bahwa agama yang dianutnya adalah yang paling benar, sedangkan yang lain salah. Menurut rasulullah SAW tidak demikian, agama Rasulullah adalah agama yang paling sempurna, dan murni.
Setiap orang dituntut untuk menyempurnakan agama dalam dirinya masing-masing. Dan kesempurnaan itu tidak akan terjadi sebelum seseorang mempunyai pengetahuan bahwa nabi Muhammad adalah benar-benar Rasulullah. Sebagian manusia terlahir mengikuti syariat agama sebelum Rasulullah SAW, dan sebagian manusia terlahir mengikuti syariat Rasulullah. Tuntutan bagi keduanya sama, menyempurnakan agama hingga berpengetahuan bahwa nabi Muhammad adalah Rasulullah. 
Setiap orang beriman  akan berjalan kepada pengetahuan itu. Sebagian berjalan dengan perlahan karena mengikuti syariat yang usang, sebagian berjalan dengan cepat karena mengikuti syariat yang masih baik. Yang tersesat adalah orang-orang yang merasa telah mencapai kebenaran, sebagian merasa benar dengan Kristen, sebagian dengan yahudi, sebagian dengan hindu, sebagian dengan keislamannya. Orang-orang tersesat inilah yang menimbulkan konflik antar umat beragama.

Kaum Turki dan Yahudi Ashbahan

Dajjal muncul  dari golongan pembaca Al-quran, beberapa kaum akan menjadi pendukung kekuatan Dajjal menguasai muka bumi. Di antara pendukung  kekuasaan Dajjal  adalah bangsa turki dan kaum yahudi ashbahan sebagaimana diceritakan dalam hadits berikut :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ التُّرْكَ قَوْمًا وُجُوهُهُمْ كَالْمَجَانِّ الْمُطْرَقَةِ يَلْبَسُونَ الشَّعَرَ وَيَمْشُونَ فِى الشَّعَرِ
Tidak akan tegak  As-sa’ah  hingga kaum muslimin memerangi bangsa Turk, yaitu kaum di mana wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit, mereka memakai (pakaian) yang terbuat dari bulu dan berjalan (dengan sandal) yang terbuat dari bulu” (HR. Muslim no. 2912).

Dalam riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تُقَاتِلُوا قَوْمًا نِعَالُهُمُ الشَّعَرُ ، وَحَتَّى تُقَاتِلُوا التُّرْكَ ، صِغَارَ الأَعْيُنِ ، حُمْرَ الْوُجُوهِ ، ذُلْفَ الأُنُوفِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ
Tidak akan tegak as-sa’ah  hingga kalian memerangi satu kaum yang sandal-sandal mereka terbuat dari bulu, dan kalian memerangi bangsa Turk yang bermata sipit, berwajah merah, hidungnya pesek, wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit” (HR. Bukhari no. 3587).

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْبَهَانَ سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ
Yang mengikuti Dajjal adalah orang Yahudi Ashbahan dan jumlahnya ada 70.000 orang dan mereka memakai thilsan (sabuk yang menutup pundak dan badan)” (HR. Muslim no. 2944).

Sedikit sulit untuk menentukan dengan tepat apa yang dimaksud oleh rasulullah sebagai Yahudi Ashbahan. Pemahaman yang berkembang saat ini mengatakan bahwa yahudi ashbahan adalah yahudi dari kota Isfahan, Iran. Tanpa bermaksud menolak pemahaman itu, penulis berfikir bahwa penulisan Isfahan dalam Bahasa arab tidak perlu mengalami perubahan sedikitpun, maka boleh jadi yang dimaksud sebagai Yahudi Ashbahan tidak sepenuhnya sebagai pemahaman yang ada saat ini.
Di sisi lain, beberapa hal  yang disampaikan oleh rasulullah SAW mengenai pasukan dajjal  juga telah dinubuatkan dalam agama lain dengan ciri-ciri yang sangat mirip. Dalam  ajaran agama lokal di Persia, yaitu Zarathustra (Zoroaster), terdapat nubuat yang sangat mirip dengan hadits rasulullah SAW. Pada bab 3 kitab Zand-i Vohuman Yasht  terdapat sebuah nubuat yang sangat panjang dan jelas  tentang zaman akhir yang menyebutkan tentang :
makhluk berambut,
kaum yang memakai sabuk (kulit), 
bangsa turki,  bangsa arab dan bangsa eropa.
Tulisan ini dibatasi hanya pada materi-materi yang bersesuaian dengan islam, tidak lebih, untuk menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Walaupun demikian, sebenarnya islam telah menceritakan hampir secara keseluruhan isi cerita tersebut secara garis besar, sedangkan agama lokal lebih terlihat merupakan penjabaran dari petunjuk rasulullah.

Makhluk berambut

Makhluk berambut kusut pada punggung muncul dari arah timur dengan jumlah ribuan. Mereka merupakan kaum yang asal-usulnya tidak ada, artinya muncul hanya pada zaman tersebut. Makhluk-makhluk itu merupakan makhluk yang salah buat, berasal dari ras rendah dan angkara murka. Mereka merupakan pasukan yang bertempur di lapangan membawa umbul-umbul  dengan jumlah sangat banyak. Dalam pertempuran, mereka membunuh apa saja yang hidup dan merusak banyak hal. Mereka mempunyai sihir dan akan merusak kekudusan agama.
Ohrmazd berkata : Zartosht yang benar. Aku akan membuatnya jelas. Tanda bahwa millennium kalian akan berakhir dan perioda paling jahat datang adalah bila ratusan, ribuan, jutaan jenis makhluk dengan rambut kusut dari ras penuh kemurkaan  berduyun-duyun memasuki negeri Iran dari arah timur, dari ras rendah dan ras kemurkaan.
Mereka mempunyai umbul-umbul terangkat, membunuh segala yang hidup di dunia, rambut mereka kusut masai pada punggung, dan mereka berukuran kecil dan ras rendah, maju ke depan menghancurkan  orang-orang yang kuat. Wahai Zartosht yang bijak, Ras kemurkaan adalah salah buat dan asal-usulnya tidak ada.
Mereka dengan keterampilan sihir berduyun-duyun memasuki negeri Iran. Mereka membakar dan merusak banyak hal, rumah-rumah yang dimiliki, tanah yang digarap. Kesejahteraan, kehormatan, kekuasaan, agama, perjanjian, keamanan, kenyamanan dan setiap karakter yang sesuai dengan agama yang kudus,  mengalami pemusnahan, dan penghancuran dan kekacauan akan segera terlihat.
Wahai Zarthost yang bijak, mereka akan menjadikan negeri iran menjadi sasaran hasrat kejahatan, menjadi tiran dan salah urus. Makhluk dengan rambut kusut adalah penipu, apa yang mereka katakana tidak mereka kerjakan, dan mereka dari agama yang busuk, apa yang tidak mereka katakan mereka mengerjakannya. 
Bantuan dan janji-janji mereka tidak mempunyai ketulusan. Tidak ada hukum, mereka tidak menjaga keamanan, dukungan yang mereka berikan tidak bisa diandalkan, penuh dengan tipuan, dan dengan semangat perampokan mereka merusak segala yang ada di Iran.
Pada masa itu, wahai zartosht yang bijak, setiap orang akan menjadi penipu, teman yang baik akan menjadi terpisah, penghormatan, kasih sayang, harapan dan kebijaksanaan terhadap jiwa akan pergi dari dunia. Kasih sayang ayah akan pergi dari anak, dan saudara tidak saling menyayangi. Menantu akan menjadi pengemis terhadap mertua, dan ibu akan terpisah dan diasingkan dari putrinya.

Kaum Yang Bersabuk Kulit

Dalam nubuat Zarathustra, kaum bersabuk kulit diceritakan sebagai orang yang memberikan kekuasaan kepada kaum yang mempunyai rambut pada punggung mereka. Artinya mereka merupakan  golongan yang berderajat tinggi,  dengan fungsi sebagai  pengendali. Fungsinya berada  di atas golongan orang-orang yang mempunyai kekuasaan. Keadaan seperti itu mirip  sebagaimana rumor yang terjadi pada saat ini, dimana kekuasaan amerika serikat sebenarnya merupakan perpanjangan dari kekuasaan Israel.
Selaras dengan hal itu,  Rasulullah mengatakan bahwa kaum Yahudi Ashbahan adalah kaum yang menggunakan thilsan (Sabuk) dengan jumlah 70.000 orang. Walaupun hanya berjumlah 70.000 bila dibandingkan dengan jumlah jutaan makhluk berambut, dengan kedudukan sebagai golongan yang memegang kendali, jumlah itu merupakan jumlah yang sangat banyak, 
Kekuasaan akan diberikan oleh orang-orang yang bersabuk kulit, orang-orang arab dan orang-orang eropa kepada mereka (makhluk berambut), maka mereka akan menjalankan pemerintahan dengan salah, sehingga sama saja bagi mereka membunuh orang yang benar dengan lalat, sama saja bagi mereka.
Orang-orang yang memakai sabuk kulit akan berbaur sebagai orang turki, dan bersama orang-orang eropa dan Shedashpih Kilisyakih, mereka menyerang negeri Persia dalam tiga gelombang simultan. 
Orang-orang Turki bersabuk, dan orang-orang eropa, shedaspih kilisyakih datang dengan gerakan simultan,  pada tiga tempat dengan perselisihan yang sama, dan  akan terjadi tiga pertempuran, wahai zartosht yang bijak.
Mereka yaitu ras kemurkaan dan pasukan besar Shedashpih, yang artinya serigala berkaki dua, dan iblis-iblis bersabuk kulit, berada  di tepi Arvand, mengobarkan tiga pertempuran, satu di Sped-razhur dan satu di dataran Nishanak. Sebagian mengatakan akan terjadi di danau tiga ras, sebagian berkata akan terjadi di Maruy yang brilian, dan sebagian berkata akan terjadi di Parsi. 

Bangsa Turki, Arab, dan Eropa

Kekuasaan akan diberikan kepada kaum budak dari ras rendah. Mereka merupakan kaum berambut pada punggung sebagaimana surai kuda, datang dari arah timur namun pada akhirnya berbaur menjadi warga yang melayani penguasa Turki.

Peraturan dan kekuasaan akan diberikan kepada budak-budak seperti Turki dan tentara non Turanian, dan kekuasaan itu akan bergolak sebagaimana pergolakan diantara orang-orang gunung, dan chini, kavuli, softi dan orang eropa, dan orang karmak yang berbaju putih akan mendapatkan kekuasaan di negara iran, dan keinginan dan kesenangan mereka akan menjadi hal mutakhir di dunia.
Pasukan para penyerang merupakan musuh-musuh  yang banyak dari turki dan Karm, yang menggunakan umbul-umbul tinggi. Ketika memasang umbul-umbul, mereka akan melewati banyak orang dengan rambut seperti bulu ditengkuk kuda yang tersisa di negeri iran.

Setelah berkuasanya kaum berambut kusut pada punggung, akan muncul iblis Shedaspih Kilisyakih dari negeri Salman.. Bilamana yang disebut Shedashpih Kilisyakih adalah tanduk syaitan, maka hal itu selaras dengan hadits rasulullah tentang munculnya tanduk syaitan dari negeri Najd, yaitu Arab Saudi. Bilamana yang disebut sebagai salman adalah salman raja Saudi yang berkuasa saat ini, maka sangat mungkin jaman itu akan datang dalam waktu dekat

Ohrmazd berkata : Wahai Zartosht yang bijak, setelah pertanda buruk berkuasanya ras kemurkaan, akan muncul  iblis, Shedaspih Kilisyakih, dari negeri Salman. Mah-yand-dad berkata bahwa orang-orang ini adalah orang eropa, dan Roshan berkata bahwa mereka memiliki senjata merah, umbul-umbul merah dan topi merah.
Orang-orang bersabuk kulit akan menjadi orang turki. Mereka bersama orang-orang eropa dan Iblis Shedashpih Kilisyakih yang muncul dari negeri Salman  akan datang untuk bertempur dengan kaum Persia. Hal itu merupakan pertempuran iblis memerangi agama, yang dilakukan melalui orang Turki, Eropa dan Arab. 
Orang-orang Turki bersabuk kulit, dan orang-orang eropa, dan shedaspih kilisyakih datang dengan gerakan simultan,  seperti yang terjadi pada tiga tempat dengan perselisihan yang sama, dan  tiga pertempuran, wahai zartosht yang bijak. Yang pertama ketika Kay Kaus berkuasa, ketika (pertempuran terjadi) dengan bantuan para iblis, sedangkan dia bersama dengan para malaikat, yang kedua ketika kau, wahai Zartosht yang bijak, menerima agama dan kamu menjadi jamaah, dan raja Vishtasp dan Arjasp muncul bertempur   dengan kemurkaan memerangi agama dalam pertempuran sped-razhur yang dikatakan orang terjadi di sped-razhur, dan yang ketiga akan terjadi pada masa akhir millennium kalian, ketika tiga negara yaitu orang-orang Turki, orang-orang Arab dan orang-orang Eropa  secara bersama datang ke negeri ini, di dataran Nishanak.

Orang-orang Turki, Arab dan Eropa , dikatakan sebagai musuh yang bergantung kepada Iblis. Mereka akan diperangi oleh putra Vishtasp yang datang dengan kejayaan memerangi semua musuh-musuh agama. Orang-orang yang tidak menerima agama akan dimusnahkan tidak bersisa hingga munculnya zaman baru. 
Ketika mendekati akhir millennium peshotan, putra Visthasp akan terlihat, dari bangsa Kayanian yang bergerak maju dengan berjaya. Musuh-musuh yang bergantung kepada iblis-iblis seperti Turki, Arab dan Eropa, dan orang-orang jahat yang mengendalikan kekuasaan Iran dengan biadab dan penindasan, dan musuh-musuh terhadap kekuasaannya, mereka menghancurkan api dan menjadikan agama lemah. Mereka menghantarkan kekuatan dan keberhasilan mereka kepada  setiap orang yang menerima agama dan hukum dengan sukacita, jika dia tidak menerimanya maka hukum dan agama akan menghancurkannya hingga tibanya akhir masa millennium.

Hipotesa Kronologis

Dengan keterangan-keterangan nubuat di atas, dapat disusun sebuah hipotesa kronologis kejadian. Sangat mungkin hipotesa ini salah, dan bukan tidak mungkin ada benarnya.
Ohrmazd berkata : Zartosht yang benar. Aku akan membuatnya jelas. Tanda bahwa millennium kalian akan berakhir dan perioda paling jahat datang adalah bila ratusan, ribuan, jutaan jenis makhluk dengan rambut kusut dari ras penuh kemurkaan  berduyun-duyun memasuki negeri Iran dari arah timur, dari ras rendah dan ras kemurkaan. 
Kekuasaan akan diberikan oleh orang-orang yang bersabuk kulit, orang-orang arab dan orang-orang eropa kepada mereka (makhluk berambut), maka mereka akan menjalankan pemerintahan dengan salah, sehingga sama saja bagi mereka membunuh orang yang benar dengan lalat, sama saja bagi mereka.
Peraturan dan kekuasaan akan diberikan kepada budak-budak seperti Turki dan tentara non Turanian, dan kekuasaan itu akan bergolak sebagaimana pergolakan diantara orang-orang gunung, dan chini, kavuli, softi dan orang eropa, dan orang karmak yang berbaju putih akan mendapatkan kekuasaan di negara iran, dan keinginan dan kesenangan mereka akan menjadi hal mutakhir di dunia.
Ohrmazd berkata : Wahai Zartosht yang bijak, setelah pertanda buruk berkuasanya ras kemurkaan, akan muncul  iblis, Shedaspih Kilisyakih, dari negeri Salman. Mah-yand-dad berkata bahwa orang-orang ini adalah orang eropa, dan Roshan berkata bahwa mereka memiliki senjata merah, umbul-umbul merah dan topi merah.
Orang-orang Turki bersabuk kulit, dan orang-orang eropa, dan shedaspih kilisyakih datang dengan gerakan simultan,  seperti yang terjadi pada tiga tempat dengan perselisihan yang sama, dan  tiga pertempuran, wahai zartosht yang bijak.
Ketika mendekati akhir millennium peshotan, putra Visthasp akan terlihat, dari bangsa Kayanian yang bergerak maju dengan berjaya. Musuh-musuh yang bergantung kepada iblis-iblis seperti Turki, Arab dan Eropa, dan orang-orang jahat yang mengendalikan kekuasaan Iran dengan biadab dan penindasan, dan musuh-musuh terhadap kekuasaannya, mereka menghancurkan api dan menjadikan agama lemah. Mereka menghantarkan kekuatan dan keberhasilan mereka kepada  setiap orang yang menerima agama dan hukum dengan sukacita, jika dia tidak menerimanya maka hukum dan agama akan menghancurkannya hingga tibanya akhir masa millennium.


Minggu, 24 April 2016

Konflik Timur Tengah ; Kajian Al-kitab

Tibanya as-sa’ah akan ditandai dengan kedatangan Isa a.s ke bumi. Ilmu yang diberikan kepada beliau banyak menjabarkan pengetahuan dan ilmu-ilmu akan datangnya as-sa’ah, dan kita tidak boleh  ragu-ragu tentang ilmu itu. Hal itu  sebagaimana disebutkan dalam alquran berikut ini :

Dan sungguh dia (‘Isa) benar-benar ilmu akan tentang  as-sa’ah. Maka janganlah kamu ragu-ragu tentang hal itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus (QS Az-zukhruf : 61)

Terminologi Kristen untuk as-sa’ah adalah datangnya kerajaan tuhan. Kerajaan tuhan menjadi tema yang cukup penting, atau paling penting dalam ajaran Kristen. Hal itu karena nabi Isa a.s memang benar-benar membawa ilmu tentang as-sa’ah sebagaimana disebutkan dalam ayat alquran tersebut.

Kitab injil yang ada saat ini merupakan catatan-catatan murid-murid nabi Isa a.s selama beliau berada di bumi. Murid-murid nabi Isa a.s dalam terminologi islam dikenal dengan istilah Hawariyyun. Mereka adalah para penolong Allah. Hawariyyun terdiri dari 2 kelompok, yaitu 12 Hawariyyun utama yang dipilih oleh nabi Isa dari awal risalah, dan 75 Hawariyyun yang mengikuti beliau a.s setelah beberapa waktu.  Masing-masing murid mempunyai catatan tentang ajaran nabi Isa, yang boleh jadi mempunyai sedikit perbedaan satu dengan yang lain tergantung pada keadaan masing-masing orang.  

Ajaran nabi Isa a.s akan ilmu tentang as-sa’ah dapat ditemukan pada kitab Matius pasal 24-25, kitab Markus pasal 13, dan kitab Lukas pasal 21:5-38. Yohannes termasuk 12  hawariyyun utama yang paling muda. Kitab Yohannes tidak menyebutkan adanya penjelasan nabi Isa a.s tentang zaman akhir, namun ketika melakukan safar di pulau Patmos, beliau mendapatkan penglihatan yang menjelaskan secara detail dan terang tentang  as-sa’ah, dan dikatakan bahwa hal itu merupakan wahyu nabi Isa yang disampaikan kepada Yohannes. Penglihatan itu dituliskan dalam sebuah kitab tersendiri yang diberi nama kitab Wahyu (Revelation).

Matius, Markus dan Yohannes termasuk dalam Hawariyyun 12, sedangkan Lukas termasuk dalam 75 Hawariyyun berikutnya. Ajaran tentang As-sa’ah pada kitab Lukas terlihat lebih bervariasi daripada kitab Markus dan Matius, namun ketiganya menceritakan hal yang sama. Ketiganya menceritakan kejadian kasat mata peristiwa As-sa’ah yang terdiri  dari :
nubuat akan keruntuhan rumah-rumah ibadah, 
tanda-tanda permulaan masa penderitaan berupa kabar-kabar perang, 
kedatangan nabi-nabi palsu dan masa penderitaan yang berat
kedatangan Putera Adam.
Perintah menantikan jaman baru.

Keruntuhan Rumah Ibadah

Nubuat keruntuhan rumah-rumah ibadah bisa jadi merupakan bentuk penyatuan agama yang akan terjadi pada zaman akhir. Imam Mahdi akan menyatukan seluruh manusia dalam satu ajaran agama yang murni, tidak memberikan pilihan jalan beragama selain ajaran agama yang murni. Namun juga bisa jadi nubuat itu berarti  rumah-rumah ibadah akan diruntuhkan oleh orang-orang fasik yang menjadi pengikut dajjal.

Kabar-Kabar Perang

Ayat alkitab menjelaskan bahwa permulaan penderitaan ditandai dengan kabar-kabar perang. Dalam kitab Matius ditegaskan tentang  nubuat yang disampaikan oleh nabi Daniel. Masa permulaan penderitaan ini merupakan sebuah jaman fitnah, dimana muncul orang-orang yang menampakkan dirinya sebagai orang baik, mengajak kepada kebaikan namun sebenarnya mereka menyesatkan. Manusia diperintahkan untuk memperhatikan, jangan sampai seseorang disesatkan oleh orang yang tampak baik.  Bahkan nabi-nabi palsu akan muncul. Dalam islam, nabi-nabi palsu itu diriwayatkan sebagai sekitar 30 dajjal yang akan muncul.  Perang akan terjadi melibatkan seluruh dunia, dan orang-orang yang benar akan mengalami penyiksaan. Kasih sayang antar manusia akan turun mencapai level sangat rendah.

Kitab nabi Daniel  merupakan nubuat dengan latar belakang daerah Babilonia yang mencakup daerah Israel, Suriah, Iraq dan Iran modern.  Hal itu selaras dengan petunjuk rasulullah SAW  dalam hadits terkait datangnya as-sa’ah. Diterangkan  dalam hadits itu tentang akan datangnya kekacauan di negeri Syam (Suriah).  Kekacauan ini disebut rasulullah sebagai fitnah, yang artinya tipuan. Banyak hal terlihat baik padahal menyesatkan, yang benar dibuat tampak salah dan sebaliknya. Hal itu adalah pertanda yang mendahului  datangnya as-sa’ah:

Abu Darda berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku tidur tiba-tiba aku melihat tiang kitab diambil dari bawah kepalaku. Aku melihatnya dibawa pergi dan aku pun mengikutinya dengan dua pandanganku. Kemudian tiang itu ditegakkan di Syam. Ketahuilah bahwa sesungguhnya iman berada di syam ketika terjadi Fitnah.” (HR. Ahmad no. 21781)
dari Qurroh radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Apabila penduduk negeri Syam telah rusak, maka tidak ada lagi kebaikan bagi kalian. Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang mendapatkan pertolongan (at-thaifah al-manshurah), tidaklah membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datangnya as-sa’ah.” (HR at-Tirmidzi : 2192; Ahmad : V/34)

Beberapa nubuat tentang perang terdapat dalam kitab nabi Daniel.  Domba bertanduk ganda dan kambing bertanduk tunggal yang kemudian patah dan berkembang menjadi empat tanduk dan akhirnya meluas ke seluruh bumi. Nubuat itu selaras dengan petunjuk rasulullah dalam  hadits tentang tanduk syaitan yang akan muncul.

dari Abi Mas’ud r.a  berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan tangannya ke arah Yaman dan berkata “Iman di Yaman disini dan kekerasan hati adalah milik orang-orang Faddadin [arab badui atau pedalaman] yang sibuk dengan unta-unta mereka dari arah munculnya tanduk setan [dari] Rabi’ah dan Mudhar [Shahih Bukhari no 3126]

Nubuat tentang negeri utara dan negeri selatan menjelaskan negara-negara yang terletak di sebelah utara dan selatan tanah babilonia. Saat ini dua negeri di utara dan selatan babilonia yang terkait tanda-tanda as-sa’ah sedang bersekutu untuk mengatasi konflik, membuat kabar-kabar perang di Suriah, yaitu negeri selatan Najd dan negeri utara Turki.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ التُّرْكَ قَوْمًا وُجُوهُهُمْ كَالْمَجَانِّ الْمُطْرَقَةِ يَلْبَسُونَ الشَّعَرَ وَيَمْشُونَ فِى الشَّعَرِ
Tidak akan tegak  As-sa’ah  hingga kaum muslimin memerangi bangsa Turk, yaitu kaum di mana wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit, mereka memakai (pakaian) yang terbuat dari bulu dan berjalan (dengan sandal) yang terbuat dari bulu (HR. Muslim no. 2912).
dari Ibnu Umar r.a  berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa : “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan”[Shahih Bukhari 2/33 no 1037]

Empat binatang yang muncul dari laut bercerita tentang wali-wali kalangan iblis bagi  penguasa-penguasa yang akan muncul dari empat negeri tanduk syaitan. Empat negeri itu berasal dari satu negeri tanduk syaitan  yang berupa kambing yang telah mengalahkan domba bertanduk ganda. Dalam hadits tamim ad-daari tentang dajjal dan al-jassasah, rasulullah mengatakan : 
Perhatikanlah, dia (Dajjal) muncul di laut Syria (Mediterania) atau Laut Yaman (Laut Merah). Tidak, sebaliknya  dia  berada di timur, dia berada di timur, dia berada di timur, dan dia (rasulullah SAW) menunjukkan tangannya ke arah timur. (HR Ahmad no. 7028: kitab 41)

Dajjal itu akan muncul di Suriah dan/atau di Yaman, tetapi sesungguhnya dajjal itu bukan berasal  Suriah atau Yaman, tetapi dari arah timur. Rasulullah  berulang kali mengatakan bahwa dia berasal dari timur, dan beliau SAW telah berulang kali menjelaskan tentang asal tanduk syaitan bahwa dia berasal dari Najd yang terletak di arah timur kota Madinah.  Saat ini Najd terletak di Saudi Arabia yang sedang berperang melawan Yaman dan sedang berusaha “mengatasi” konflik di Suriah. Perang di Suriah dan Yaman pada dasarnya merupakan pekerjaan yang berasal dari tempat yang sama. Saudi Arabia merupakan anak keturunan Rabiah dari suku Banu Hanifah, dimana rasulullah telah bercerita bahwa tanduk syaitan akan muncul dari anak cucu Rabiah.

Penderitaan Besar

Ayat alkitab menjelaskan bahwa masa penderitaan besar akan ditandai dengan penguasaan tempat yang kudus di Israel. Orang-orang di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan dengan sangat segera meninggalkan seluruh yang dimiliki. Peristiwa itu menandai terjadinya penderitaan besar bagi seluruh manusia, penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah terulang lagi setelahnya. Pada masa penderitaan besar ini banyak kabar tentang munculnya mesias-mesias, maka hendaknya umat manusia TIDAK  mendatangi mesias itu. Mesias akan datang dengan pertanda yang jelas, berupa kilat yang memancarkan cahaya dari  sebelah timur hingga ke barat. Itulah tanda kedatangan Mesias.

Dalam nubuat nabi Daniel tentang binatang, binatang ke-empat merupakan binatang yang sangat mengerikan, berbeda dengan binatang-binatang lain. Itulah kedatangan penderitaan besar yang dimaksudkan. Dalam nubuat tentang empat tanduk, itu adalah munculnya tanduk yang menyombong pada tanduk yang meluas hingga mencapai tanah permai. Itulah dajjal besar yang menguasai seluruh bumi.

Nabi Isa menjelaskan bila ada orang menunjukkan mesias ada di gurun, mesias ada di  suatu tempat, hendaknya tidak mengikutinya. Selaras dengan hal itu, Khalifatullah Al-Mahdi akan diishlahkan dalam satu malam. Sebelumnya beliau bukanlah orang yang terpandang, beliau orang yang tidak diperhitungkan.  Bila ada seseorang yang mengaku sebagai almahdi atau nama-nama lain yang berkonotasi dengan jabatan khalifatullah atau juru selamat, maka pengakuannya hanyalah sebuah kedustaan. Nabi Isa melarang umatnya untuk mencari atau mengikuti orang yang mengaku-aku sebagai mesias.

Rasulullah SAW bersabda : Pada akhir masa umatku akan ada khalifah yang akan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat tanpa menghitungnya. Al-Mahdi berasal dari ahlul baitku, tidak diragukan bahwa Allah akan mengishlahkannya dalam satu malam (HR Ahmad dan Ibnu Majah)

Kedatangan Putera Adam

Ayat alkitab berikutnya menjelaskan setelah peristiwa penderitaan besar itu terjadi, akan muncul tanda-tanda  alam menandai akan bergantinya jaman.  Matahari akan terbit dalam keadaan gelap tidak bersinar, bulan akan muncul tanpa cahaya dan bintang-bintang berjatuhan. Kekuasaan-kekuasaan langit akan berguncang. Putera Adam akan muncul di langit disertai para malaikat. Dengan meniup sangkakala, mereka mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari seluruh penjuru bumi.

Dalam terminologi Islam, Sang Putera Adam mengacu pada kisah penciptaan adam ketika Allah SWT berkehendak menciptakan khalifah di bumi.  Hal itu tertuang dalam alquran surat albaqarah :

Dan ingatlah ketika rabb-mu berfirman kepada para malaikat : sesungguhnya Aku akan menjadikan di bumi khalifah. (para malaikat) berkata :apakah Engkau akan menjadikan (makhluk) yang membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami selalu bertasbih dengan memuji-Mu dan mengkuduskan-Mu. (rabb) berfirman : sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang tidak kalian ketahui.
Dan (rabb) mengajarkan kepada adam nama-nama seluruhnya kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman : beritakanlah kepada-Ku tentang nama-nama itu bila kalian mengetahui  (QS 2:30-31)

Putera Adam itulah yang dimaksudkan sebagai Khalifah di muka bumi. Adam diciptakan di surga dan diturunkan ke bumi, namun kehendak tuhan tentang khalifah di muka bumi adalah atas  Putera Adam, bukan adam. Allah SWT berkehendak menggantikan iblis dengan khalifatullah dari kalangan manusia pada hari agama, bukan pada saat Adam diturunkan dari surga. dalam alquran surat Shaad ayat 78 disebutkan :
Dan sungguh tetap atasmu (iblis)  laknat-Ku hingga hari agama
Itu adalah kehendak Allah sejak semula, tidak ada rencana-Nya  yang berubah, tidak ada penundaan melaksanakan kehendaknya menjadikan khalifah karena permintaan penundaan iblis. Putera Adam itu adalah Khalifatullah Al-Mahdi.

Surat an-naba’ bercerita tentang datangnya hari ketika sangkakala ditiup. Langit pada hari itu terbuka menjadi pintu-pintu. Hari itu adalah hari pengelompokan (yaum al-fashl), orang-orang beriman akan dikumpulkan bersama, dan orang fasik bersama sesama. Pada hari itu Ar-ruuh bersama para malaikat berdiri bershaff-shaff, mereka tidak berkata-kata kecuali bagi yang  telah diijinkan oleh Ar-rahmaan.  Ar-ruuh itu adalah ruh yang ditiupkan atas Putera Adam, sehingga para malaikat seluruhnya bersujud kepada Putera Adam.

Perintah Berjaga-jaga Menanti datangnya Zaman yang dijanjikan

Ayat-ayat alkitab berikutnya mengajarkan tentang perintah untuk berjaga-jaga menanti kedatangan jaman itu. Jaman itu akan datang tanpa diketahui bilamana seseorang tidak berjaga-jaga.  Seseorang yang bersama-sama boleh jadi akan terpisah, seorang selamat dan seorang tidak selamat. Jaman itu adalah jaman penyaringan, sebagaimana terjadi pada zaman nabi Nuh, hanya orang-orang yang beriman yang akan selamat hingga jaman baru datang. Kitab Matius pasal 25 pada ayat 31-46  menceritakan lebih jauh tentang peristiwa penghakiman yang akan dilakukan oleh Sang Putera Adam.

Alquran juga  memperingatkan manusia agar memperhatikan benar-benar tentang as-sa’ah. Banyak ayat dalam Alquran menyebutkan bahwa boleh jadi as-sa’ah itu akan datang dengan segera. Setiap orang harus berjaga-jaga memperhatikan bilamana as-sa’ah itu datang. Allah telah memberikan peringatan  dan tanda-tandanya. Hal itu sebagaimana dalam surat Muhammad yang berbunyi :

Maka apakah yang mereka tunggu-tunggu selain datangnya as-sa’ah yang akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, padahal sungguh  telah datang  tanda-tandanya. Maka apakah gunanya bagi mereka ketika datang kepada mereka peringatan bagi mereka. (QS Muhammad : 18)

Pada zaman itu akan terjadi pengelompokan (yaum al-fashl), orang beriman akan bersatu dengan orang beriman, dan orang fasik akan bersama orang fasik. Setiap orang akan diuji keimanannya, apakah akan setia pada kebenaran, atau akan ikut berbuat fasik untuk kehidupan dunianya. Penyaringan itu akan terjadi sebagaimana terjadi pada jaman nabi Nuh a.s, hanya orang-orang beriman yang akan tetap akan berada di bumi, sedangkan orang-orang dan makhluk-makhluk  fasik akan diperangi oleh imam almahdi hingga tidak bersisa, kecuali iblis besar yang dijanjikan hingga alqiyamah.

Kamis, 21 April 2016

ISIS dan Timur Tengah : Menuju Zaman Akhir

As-Sa’ah 

Seluruh agama di dunia memiliki ajaran tentang suatu jaman yang dijanjikan, zaman dimana dunia akan penuh dengan keadilan dan kemakmuran. Umat islam mengenal zaman keadilan itu sebagai zaman khalifatullah al-mahdi, sementara umat judeo-cristian mengenal sebagai kerajaan tuhan yang akan dipimpin oleh messiah. Umat hindu menantikan avatara kalki dan agama-agama lain pun terdapat ajaran tentang jaman yang dijanjikan. Ajaran itu bersifat universal bahkan hingga ajaran jawa pun mengenal jaman itu sebagai jaman ratu adil herucakra.

As-sa’ah adalah istilah yang dipakai islam untuk menyebut datangnya jaman yang dijanjikan itu. Kebanyakan umat islam mengalami  sedikit kerancuan dalam pemahaman tentang as-sa’ah dengan mengatakan bahwa as-sa’ah adalah hari lenyapnya seluruh alam ciptaan. Sebenarnya tidak demikian, yang dimaksudkan dengan as-sa’ah adalah tibanya zaman yang dijanjikan.  Hari itu disebut As-sa’ah sebagaimana  hadits berikut :

Dari aisyah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Malam dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Lata dan Al-Uzza telah disembah. Lalu Aisyah bertanya : 'Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa tatkala Allah menurunkan firman-Nya : "Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai, hal ini itu telah sempurna (realisasinya)". Beliau menjawab : "Hal itu akan terwujud  saat yang ditentukan oleh Allah". (HR Muslim).

Waktu yang dijanjikan itu dalam agama judeo-christian disebut kerajaan tuhan. Hal itu selaras dengan sebutan dalam ayat 4 surat alfatihah dalam alquran yang berbunyi :

Raja pada hari agama (QS al-fatihah : 4)

Yaumu addiin (hari agama) adalah hari ketika agama yang telah sempurna akan ditegakkan. Agama telah diturunkan dengan sempurna menjelang akhir hayat Rasulullah SAW, kurang lebih 3 bulan sebelum beliau SAW meninggal. Kesempurnaan agama ditandai dengan turunnya wahyu alquran yang terakhir dalam haji wada :
Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku bagimu dan Aku ridlo islam sebagai agama ( QS al-maidah 3).

Sedangkan hari ditegakkannya agama kita lihat dalam alquran surat Shaad ayat 78 :
- Dan sungguh tetap atasmu (iblis)  laknat-Ku hingga hari agama
- (iblis) berkata : ya rabbi, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan
- (Allah) berfirman : maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan
- Sampai pada hari yang telah ditentukan. (QS 38:78 – 81)

Fragmen dialog rabbul-‘alamiin dengan iblis tersebut terjadi ketika iblis akan terusir dari surga karena tidak mau mentaati perintah rabbnya untuk bersujud kepada adam. Iblis adalah makhluk yang ditugaskan sebagai pengawas bumi, dan Allah SWT berkehendak menggantikan iblis dengan khalifatullah dari kalangan manusia pada hari agama, karenanya laknat bagi iblis adalah hingga hari agama. Namun iblis meminta kepada Rabb untuk ditangguhkan, melampaui hari kiamat, yaitu hari kebangkitan manusia. Allah SWT memberikan penangguhan bagi iblis hanya hingga hari yang telah ditentukan yaitu kiamat.
Dari urutan  peristiwa dalam ayat-ayat tersebut, kita dapat mengetahui urutan waktu tiga hari tersebut yang akan terjadi pada semesta alam setelah diciptakan, yaitu secara terurut : 
(1) Yaum addiin (hari agama)  
(2) Yaum Al-qiyamah (hari kiamat/hari lenyapnya alam ciptaan) 
(3) Yaum al-ba’tsu ( hari kebangkitan)
Hal itu menunjukkan bahwa Yaum addiin (hari agama) akan terjadi sebelum hari kiamat. Artinya, hari agama akan terjadi pada saat manusia berada di bumi yang saat ini telah ada, bukan bumi pada masa akhirat. Iblis pada saat itu tidak menyadari bahwa penangguhan yang dimintanya kepada rabb hanyalah sia-sia. Tidak ada manfaat bagi dirinya meminta penangguhan itu. Al-quran surat alfatihah menyatakan bahwa Rabbul-‘alamiin akan menjadi malik (raja)  pada yaum addiin (hari agama), maka tidak ada yang bisa mengganggu kerajaan-Nya, termasuk iblis terlaknat. Pada yaum addiin, Rabbul-‘alamiin mengutus Al-mahdi sebagai khalifatullah.

Tanda-Tanda Datangnya As-Sa’ah

Kekacauan yang terjadi saat ini di wilayah timur tengah, baik di Suriah, Yaman, ataupun yang di antara Suriah dan Iraq, yaitu berdirinya negara ISIS, sebenarnya telah diterangkan oleh Rasulullah SAW terkait pertanda dari akan  datangnya as-sa’ah dan munculnya  Dajjal.  Dalam sebuah hadits  disebutkan, dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:

بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ دَجَّالِينَ كَذَّابِينَ كُلُّهُمْ يَقُولُ أَنَا نَبِيٌّ أَنَا نَبِيٌّ

di antara dua tangan as-sa’ah (perubahan jaman)  akan muncul sekitar tiga puluh Dajjal pendusta, mereka semua berkata: ‘Aku adalah seorang Nabi, aku adalah seorang Nabi. (HR. Ahmad)

sedangkan dalam hadits lain berkaitan dengan munculnya (salah satu di antara 30) Dajjal, rasulullah menerangkan :

إِنَّهُ خَارِجٌ خَلَّةً بَيْنَ الشَّأْمِ وَالْعِرَاقِ فَعَاثَ يَمِينًا وَعَاثَ شِمَالاً يَا عِبَادَ اللَّهِ فَاثْبُتُوا

Dajjal itu keluar di antara Syam dan Irak. Dia lantas merusak kanan dan kiri. Wahai para hamba Allah, tetap teguhlah”

Walaupun saat ini belum muncul Dajjal yang mengaku nabi di kalangan ISIS, sangat memungkinkan di wilayah itulah salah satu dajjal akan muncul, tanduk syaitan yang lebih kuat daripada ISIS yang sekarang. 

Dalam hadits lain terkait datangnya as-sa’ah, diterangkan tentang akan datangnya kekacauan di negeri Syam (Suriah) dan Yaman. Hal itu adalah pertanda yang mendahului akan datangnya as-sa’ah:

dari Qurroh radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Apabila penduduk negeri Syam telah rusak, maka tidak ada lagi kebaikan bagi kalian. Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang mendapatkan pertolongan (at-thaifah al-manshurah), tidaklah membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datangnya as-sa’ah.” (HR at-Tirmidzi : 2192; Ahmad : V/34)

dari Abi Mas’ud r.a  berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan tangannya kearah Yaman dan berkata “Iman di Yaman disini dan kekerasan hati adalah milik orang-orang Faddadin [arab badui atau pedalaman] yang sibuk dengan unta-unta mereka dari arah munculnya tanduk setan [dari] Rabi’ah dan Mudhar [Shahih Bukhari no 3126]

Akan muncul pertanyaan, apakah benar konflik yang terjadi saat ini merupakan tanda yang diterangkan rasulullah SAW. Masyarakat modern mengenal bahwa daerah timur tengah adalah daerah konflik. Sejak masih duduk di sekolah dasar, berita-berita yang terdengar menunjukkan bahwa timur-tengah merupakan daerah konflik. 
Jawaban bagi pertanyaan itupun telah dijelaskan oleh rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang dikenal sebagai hadits jibril, dimana jibril datang kepada rasulullah SAW yang sedang bermajlis bersama para sahabat-sahabat. Jibril a.s ketika itu datang untuk menerangkan tentang agama :

Rasulullah SAW berkata (kepada Malaikat Jibril ketika menanyakan kepada beliau tentang waktu terjadinya As-sa’ah) : Tetapi, saya akan memberitahukan kepadamu tentang tanda-tandanya : Apabila penggembala-penggembala ternak sudah berlomba-lomba dalam membuat gedung tinggi, maka itu termasuk tanda telah dekatnya as-sa’ah [Shahih Bukhari, 1 : 114, dan Shahih Muslim, 1 : 161-164]

Dunia arab saat ini  sedang berlomba membangun gedung tinggi dan megah, menaklukkan tantangan alam yang dahulu  tampak musykil untuk dilakukan.  Sebagian besar gedung tersebut dibangun untuk memuaskan selera tanpa batas bagi kalangan super kaya, menyediakan fasilitas secara berlebihan tanpa mempedulikan kemampuan dukungan alam terhadap fasilitas tersebut.
Sebelum era ekonomi minyak, orang-orang super kaya yang memiliki gedung-gedung itu dahulu adalah orang-orang miskin penggembala ternak. Ketika minyak ditemukan, profesional bidang perminyakan dan teknologi disediakan oleh orang-orang asing yang menjadi mitra mereka.  Mereka menjadi kaya tanpa perlu mengubah keadaan diri mereka. Jadi sebenarnya, keadaan mereka tidak berubah dari keadaan yang dahulu  sebagai penggembala ternak. 

Konflik di Timur Tengah

Saat ini sulit untuk bercerita dengan benar tentang konflik di timur tengah tanpa ada sebuah pedoman dari rasulullah SAW. Secara sederhana, rasulullah SAW menerangkan keruwetan itu sebagai Fitnah.

Abu Darda berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku tidur tiba-tiba aku melihat tiang kitab diambil dari bawah kepalaku. Aku melihatnya dibawa pergi dan aku pun mengikutinya dengan dua pandanganku. Kemudian tiang itu ditegakkan di Syam. Ketahuilah bahwa sesungguhnya iman berada di syam ketika terjadi Fitnah.” (HR. Ahmad no. 21781)

ISIS menjadi kanker yang menggerogoti negara Suriah dan Iraq. Banyak pihak terlibat, yang seharusnya mereka tidak terlibat. Amerika, Turki, dan Saudi Arabia secara bersama-sama telah mempersiapkan persenjataan dalam jumlah besar di turki. Israel secara diam-diam juga berada di tengah  medan pertempuran untuk membantu korban-korban pertempuran di pihak ISIS. Russia hadir atas permintaan pemerintah terpilih untuk membantu mengatasi pemberontakan yang terjadi.

Amerika, Turki dan Saudi Arabia memperkuat pasukan koalisi yang dipimpin Amerika untuk menumpas ISIS dengan mengumpulkan peralatan militer dalam jumlah besar di Turki. Tetapi langkah itu terlihat janggal, karena justru dilakukan ketika ISIS telah hampir dikalahkan oleh pemerintah yang sah dibantu Russia. Semakin janggal bila melihat persenjataan yang dikirimkan oleh Amerika ke Suriah, dimana disertakan senjata-senjata tangan anti tank dan anti pesawat.  Truk-truk Toyota yang dimiliki pasukan ISIS tidak perlu diserang dengan senjata anti-tank dan anti pesawat, justru tank-tank dan pesawat pemerintah Suriah dan Russia yang perlu diserang dengan senjata itu.

Turki merupakan bangsa yang perannya dalam peristiwa as-sa’ah telah diterangkan oleh rasulullah SAW sebagaimana hadits berikut :

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ التُّرْكَ قَوْمًا وُجُوهُهُمْ كَالْمَجَانِّ الْمُطْرَقَةِ يَلْبَسُونَ الشَّعَرَ وَيَمْشُونَ فِى الشَّعَرِ
Tidak akan tegak  As-sa’ah  hingga kaum muslimin memerangi bangsa Turk, yaitu kaum di mana wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit, mereka memakai (pakaian) yang terbuat dari bulu dan berjalan (dengan sandal) yang terbuat dari bulu (HR. Muslim no. 2912).

Begitu pula tentang Saudi Arabia yang berkedudukan di negeri Najd. Rasulullah SAW telah menjelaskan dengan panjang-lebar tentang peran negeri ini dalam masa-masa fitnah. Sangat banyak riwayat hadits yang menceritakan peran Najd dalam memainkan fitnah.

dari Ibnu Umar r.a  berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa : “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan”[Shahih Bukhari 2/33 no 1037]

Konflik di  timur tengah saat ini sungguh merupakan sebuah fitnah. Sebagaimana naturnya fitnah, kita akan terjebak dalam kesalahan-kesalahan dalam menentukan sikap bilamana tidak berdasarkan petunjuk yang diberikan, bahkan boleh jadi tetap akan salah walaupun telah mencoba mengurai berdasarkan petunjuk. Perlu kebersihan hati untuk dapat melihat semuanya dengan jernih.

Hal yang saat ini masih tampak bertentangan dengan petunjuk rasulullah SAW adalah keterlibatan kaum Yahudi Ashbahaan.  Dalam sebuah hadits, rasulullah SAW menjelaskan tentang peran keterlibatan yahudi Ashbahaan menjelang As-Sa’ah.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْبَهَانَ سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ
“Yang mengikuti Dajjal adalah orang Yahudi Ashbahan dan jumlahnya ada 70.000 orang dan mereka memakai thilsan (yang menutup pundak dan badan)” (HR. Muslim no. 2944).

Saat ini, Iran sebagai negara yang tempat beradanya kota Ashbahan tidak tampak bergabung dalam pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat. Bahkan sebaliknya terlihat menjadi pihak oposan terhadap koalisi. Iran disinyalir merupakan pendukung pemerintah Suriah paling aktif. Hampir tidak mungkin membayangkan Iran berbalik mendukung pasukan koalisi. Namun bilamana itu terjadi, tidak perlu ragu-ragu mengatakan bahwa mereka itulah pendukung Dajjal yang akan datang. Kemungkinan lain yang bisa terjadi, bahwa di negara iran, di kota ashbahan, terdapat 70.000 Yahudi yang akan mengikuti dajjal ketika muncul. Atau kemungkinan lainnya, sebenarnya Ashbahan yang dimaksudkan oleh rasulullah SAW bukan kota Isfahan yang ada di Iran. Tidak sulit untuk menuliskan kata Isfahan dalam Bahasa Arab, kenapa harus dituliskan dengan Ashbahan. Wallahu a’lam.

Minggu, 17 April 2016

Menuju Allah

Makhluk Berakal


Manusia diciptakan Allah untuk diberi rahmat-Nya dan menjadi khalifah-Nya di muka bumi. Hal itu adalah sebuah kedudukan paling sempurna yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Bumi adalah tempat terjauh dari ‘arsy sedangkan rahmat berada di sisi-Nya. Artinya pada seorang manusia sempurna,  jasadnya berada di bumi namun jiwanya menerima rahmat dari sisi-Nya. Hal itu berbeda dengan malaikat dan makhluk-makhluk lain yang mempunyai kedudukan tertentu.  Allah SWT berfirman: 

“kecuali orang-orang yang diberi rahmat Rabbmu, dan untuk itulah Allah menciptakan mereka” (QS Huud : 119)

Seluruh makhluk berakal mencari wasilah kepada Rabb, termasuk para malaikat,  tidak terkecuali syaitan-syaitan yang menginginkan disembah manusia. Wasilah mereka  berupa makhluk lebih tinggi yang lebih dekat dengan Rabb.  Mereka mengharapkan rahmat Allah dan takut siksaan-Nya, namun syaitan-syaitan itu mencari wasilah melalui jalan yang terputus, karena iblis tidak mempunyai wasilah kepada  pemilik ‘arsy.

Katakanlah : seandainya ada ilah di samping-Nya sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu akan mencari jalan kepada Pemilik ‘Arsy  (Al-Isra’ :42)
dan apa-apa yang diseru oleh mereka, mereka (yang diseru) senantiasa berusaha untuk mencari wasilah kepada Rabb mereka,  siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada-Nya), dan mereka mengharapkan rahmat-Nya serta takut akan siksa-Nya, sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang ditakuti.  (Al-Isra': 57)

Rasulullah SAW adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan wasilah kepada Allah.  beliau SAW adalah makhluk yang paling tinggi di antara seluruh makhluk, dan beliau mendapatkan washilah rabb. Beliau SAW mengajak umat manusia menuju Allah. Demikian pula orang-orang yang mengikuti rasulullah SAW mengajak manusia menuju Allah dengan mengikuti beliau SAW. Beliau dan umatnya mengajak umat manusia mengenal Allah dengan bashirah, tidak hanya menduga-duga. Artinya rasulullah dan pengikutnya adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan ilahi sesuai jarak perjalanan mereka menuju Allah, kecuali rasulullah SAW telah paripurna pengetahuannya.  Dengan bashirah itu manusia dapat mengetahui keterlepasan dirinya dari kesyirikan.  Firman Allah Ta'ala: 

"Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak  kepada Allah di atas  bashirah (penglihatan). Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang berbuat syirik." (Yusuf: 108)

Orang-orang yang benar dalam mengikuti beliau SAW mengajak umat manusia menuju Allah dengan mengikuti rasulullah. Sebagaimana disebutkan dalam qs al-isra : 57, para nabi, shiddiqin, syuhada’ dan shalihin menjadi wasilah bagi manusia kepada rasulullah.

Keadaan Manusia

Manusia diciptakan dari tanah di bumi, sebuah tempat yang jauh dari cahaya tuhan. Kepada manusia diberikan akal  (bersama jahalah).  Di antara makhluk di bumi, manusia adalah makhluk paling cerdas. Tetapi bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk berakal, manusia termasuk paling bodoh, walaupun membawa potensi untuk menjadi makhluk paling cerdas. Ciri kebodohan yang terlihat adalah seringkali manusia merasa sebagai makhluk mandiri yang tidak membutuhkan tuhan, sementara seluruh makhluk berakal yang lain dengan sungguh-sungguh mencari wasilah kepada tuhan.

Syaitan-syaitan mencari wasilah tuhan kepada makhluk yang lebih tinggi, lebih dekat dengan tuhannya walaupun pada ujung jalannya mereka terputus. Malaikat-malaikat juga bershaff-shaff mencari wasilah kepada tuhan. Sedangkan manusia seringkali mengira bahwa dirinya adalah penguasa alamnya dan melupakan tuhan. Para makhluk berakal (kecuali manusia)  sungguh-sungguh menyadari bahwa eksistensi dan kebahagiaan mereka tergantung terhadap wasilah mereka terhadap rabb. Tanpa wasilah terhadap rabbul ‘alamiin mereka memandang diri sendiri sebagai  makhluk hina tanpa makna.

Waham manusia merasa cukup, merasa tidak memerlukan wasilah kepada tuhannya, adalah hasil pemikiran jahalah (kebodohan) yang telah diberikan kepada dirinya bersamaan dengan akal. Jahalah merupakan aspek kecerdasan jasadiah sedangkan akal merupakan aspek kecerdasan jiwa manusia. Ketika seorang manusia terlahir ke dunia, aspek akal dan jahalah akan berkembang bersama namun karena dosa-dosa menutupi hati, aspek akal kemudian melemah sedangkan jahalah selalu berkembang seiring pertumbuhan jasadnya.

Pertumbuhan jahalah dengan mudah dapat dilihat dengan melihat intelegensi yang tumbuh pada seseorang, sedangkan pertumbuhan akal sedikit lebih tersembunyi. Pertumbuhan akal dapat dilihat dari pertumbuhan akhlak mulia seseorang, berupa sifat-sifat baik yang keluar dari hati. Kadang-kadang sifat baik itu hanya keluar karena pencitraan, maka hal itu bukan termasuk sebagai indikator pertumbuhan akal. Pertumbuhan akal lah yang akan membuat seseorang itu mengerti kebutuhan dirinya menempuh jalan, mencari wasilah kepada rabb-nya, sebagaimana kisah ibrahim dalam alquran :

Dan dia (Ibrahim) berkata: sesungguhnya aku orang yang pergi kepada tuhanku, dia akan memberikan aku petunjuk.  (QS as-shaffat : 99)
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya; Sesungguhnya aku melepaskan diri dari segala apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan menunjukiku. (Az-Zukhruf: 26-27)

Akal yang tumbuh baik akan memimpin jahalah untuk membuka kunci-kunci aspek jasadiah, sehingga kecerdasan jasadiah seseorang akan tumbuh dengan baik dan terarah untuk hal-hal yang bermanfaat untuk masyarakat. Kecerdasan jasadiah yang tumbuh tanpa terpimpin akal boleh jadi akan menghasilkan madlarat bagi masyarakat.

Rintangan Menuju Allah

Tantangan manusia untuk mencari wasilah rabb sangat besar, karena manusia hidup di tempat paling jauh dari cahaya Allah. Selain jauh dari cahaya, manusia juga dihadapkan pada tabir yang menutup kebenaran. Manusia harus menghadapi hawa nafsu dirinya yang seringkali menuntut untuk dipertuhankan. Begitupun kebutuhan jasadiah acapkali menuntut manusia untuk berbuat melampaui batas,  dan bahkan kesesatan, meminta pertolongan dan bersekutu pada syaitan-syaitan.  

Rasulullah SAW bersabda: "Sesuatu yang paling aku khawatirkan kepada kamu sekalian adalah perbuatan syirik kecil. Ketika ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab: Yaitu riya'." (HR Ahmad, Ath-Thabarani, Ibnu Abid-Dunya dan Al Baihaqi dalam kitab Az-Zuhd)

Hadits tersebut menjelaskan bahwa hawa nafsu, keinginan diri untuk dipandang besar dan berharga oleh makhluk adalah suatu kesyirikan. Riya merupakan bentuk mempertuhankan diri sendiri yang sangat mungkin menimpa orang-orang beriman. Bahkan riya itu hal yang ditakutkan oleh rasulullah SAW atas diri sahabat-sahabat, bukan atas orang-orang musyrik.

Sebagian manusia mencintai iblis-iblis karena memberikan keinginan-keinginan dirinya dalam kehidupan dunia, baik berupa kekuasaan, kedudukan maupun harta. Mereka menghamba kepada syaitan,  bersekutu dalam perbuatan-perbuatan syaitan menjadi musuh bagi manusia dengan imbalan sesuai keinginan dirinya.  

Dan diantara manusia ada orang-orang yang mengambil tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah...  (Al-Baqarah: 165)

Mereka itulah manusia yang pasti masuk neraka. Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa mati dalam keadaan menghamba kepada selain Allah, masuklah ia ke dalam neraka." (HR Bukhari)

Sedangkan orang-orang beriman amat sangat  cintanya kepada Allah. Orang-orang beriman sangat mengerti bahwa kebahagiaan sempurna bagi dirinya adalah mengenal Allah, kebahagiaan tanpa cela sedikitpun,  maka mereka sangat mencintai Allah SWT. Mereka itulah orang-orang yang diharamkan bagi mereka neraka. 

Syaitan juga berusaha menyesatkan orang-orang yang berjalan menuju Allah. Untuk orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah dan mencari ilmu, syaitan-syaitan memberikan tiupan-tiupan kejahatan pada akidah manusia sehingga manusia akan tersesat. Ilmu alquran dari rasulullah mereka ajarkan kepada manusia dengan tiupan penghayatan yang keliru. Mereka memberikan tiupan-tiupan kejahatan pada aqidah, sehingga manusia berjalan tersesat. 

Dan dari kejahatan penyihir yang meniup-niup pada akidah-akidah (QS 113:4)

Fanatisme kelompok merupakan salah satu tiupan pada buhul-buhul. Kaum khawarij mempunyai akal lemah karena tiupan-tiupan syaitan pada akidah pada kaum tersebut.  Walaupun kaum tersebut menjalankan syariat dengan mengagumkan dan  mempelajari sunnah dengan rajin, mereka dikatakan oleh rasulullah keluar dari islam. Akidah mereka diberi tiupan-tiupan penghayatan yang tidak semestinya sehingga akal mereka tidak berkembang malah melemah, tidak mampu melihat realitas kebenaran. Ayat-ayat alquran dan ajaran rasulullah malah mengikat mereka pada kebodohan.

Bagi kaum khawarij, syaitan menghembuskan akidah bahwa ilah mereka adalah Allah yang mereka pahami dengan jahalah mereka. Kendati mereka sering berbicara tentang dakwah menuju Allah, sebenarnya mereka tidak pernah berjalan menuju Allah, karena mereka merasa telah menemukan Allah dengan jahalah mereka. Tentu saja hal itu hanya sebuah konsep tentang tuhan, karena Allah berada di atas ufuk yang tertinggi yang hanya bisa didaki dengan semakin sempurnanya akal.

Perjalanan Manusia

Tantangan bagi manusia menuju Allah sangat besar, karena manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Manusia adalah makhluk yang diciptakan di bumi, namun harus kembali bertaubat menuju Allah yang berada jauh dari bumi. Rasulullah adalah uswatun hasanah, manusia yang telah mencapai ufuk tertinggi ketika  beliau bermi’raj. Beliau SAW mengajak manusia untuk menuju Allah, walaupun tentu saja tidak ada yang bisa mencapai  kedudukan sebagaimana yang beliau capai. Manusia hanya bisa mencapai kedudukan dirinya masing-masing di sisi Allah.

Perjalanan itu merupakan  perjalanan paling panjang dan berat bagi makhluk. Malaikat muqarrabun dapat mencapai surga dan bumi namun tidak membawa jasad, sementara manusia harus membawa jasad, hawa nafsu dan jahalah. Namun Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Seseorang yang berjalan menuju Allah dengan ikhlas, kelak pasti akan sampai ke surga. Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari 'Itban: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada neraka orang yang berkata: Laa ilaha illa Allah (Tiada ilah selain Allah), dengan ikhlas dari hatinya dan mengharapkan  Wajah Allah."
'Ubadah ibn Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu, menuturkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba dan Rasul-Nya; dan (bersyahadat) bahwa 'Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat pula bahwa) surga adalah benar adanya dan neraka-pun benar adanya; maka Allah pasti memasukkannya ke dalam surga betapapun amal yang diperbuatnya." (HR Bukhari Muslim)

perjalanan seorang hamba menuju Allah ditandai dengan perkembangan akal. Manusia memulai perjalanannya dari keadaan jahalah. Dengan berserah diri mengikuti kebenaran, bersikap hanif,  maka akan tumbuh sifat baik dalam dirinya.  Dengan sifat baik di dalam hati, akal akan berkembang dan semakin mampu melihat realitas kebenaran yang semakin meningkat.  Alquran adalah cahaya yang semakin terlihat terang bagi akal yang berkembang. Bila ada yang mengatakan akal dapat bertentangan dengan kitabullah, maka sebenarnya yang dikatakan sebagai akal itu hanyalah jahalah. Akal tidak akan bertentangan dengan kitabullah.

Perkembangan akal merupakan  penyempurnaan akhlak manusia. Akhlak sempurna berarti bentuk ciptaan sempurna, yaitu sempurnanya akal seseorang hamba. Akal yang berkembang akan membuat ciptaan dari tanah yang berbentuk manusia itu menjadi mulia. Dengan sempurnanya akal seorang hamba, Allah berkehendak memberikan tiupan ruh, yaitu ruh al-quds sebagaimana ruh al-quds yang datang kepada Maryam.

Maka apabila telah aku sempurnakan dirinya dan Aku tiupkan ruh-Ku, maka hendaklah hendaklah kalian (malaikat muqarrabun) bersujud baginya (QS. AL-HIJR 15 : 29)

Manusia dikatakan mengenal rububiyah-Nya apabila mengenal untuk apa dirinya diciptakan. Apabila seseorang mengerjakan amal-amal yang telah ditetapkan bagi dirinya, hal itu  merupakan awal dari keberagamaan seseorang. Membela agama bisa dilaksanakan hanya bila seseorang mengenal untuk apa dirinya diciptakan.

Bagi umat rasulullah SAW, dakwah menuju Allah dilakukan dengan bashirah, bukan atas dugaan semata-mata. Tanpa mengenal diri sendiri untuk apa dirinya diciptakan, dakwah kepada Allah itu hanya dilakukan atas dugaan semata-mata. Oleh karenanya tidak layak bagi seseorang memaksakan paham dirinya bila tidak mengetahui qadla dirinya. Dakwah pada kebenaran wajib dilakukan, tetapi tidak perlu menghakimi pihak-pihak lain yang tidak sependapat dengan diri.