Pencarian

Minggu, 27 Oktober 2019

Membina Jiwa Raga Memakmurkan Bumi

Memakmurkan bumi harus dimulai dengan membangun jiwa dan raga manusia yang menjadi penghuni bumi. Pemakmuran bumi akan terjadi mengikuti pembinaan manusianya. Tidak akan terjadi pemakmuran bumi tanpa melakukan pembinaan penghuninya. Bilamana terjadi peningkatan jumlah pemilikan materi pada masyarakat tanpa pembinaan jiwa raganya, hal itu tidak menunjukkan kemakmuran bumi. Terjadi ketimpangan pada masyarakat, baik karena eksploitasi berlebihan pada sumber daya alam ataupun eksploitasi satu individu atau kelompok masyarakat terhadap lainnya. Kemajuan semacam itu akan runtuh pada suatu saat. Pembinaan jiwa raga masyarakat menjadi syarat mutlak untuk memakmurkan bumi. 

Pembinaan manusia harus bersamaan dilakukan antara jiwa dan raga. Pembinaan raga saja akan cenderung menjadikan manusia sebagai perusak bumi, sehingga pada akhirnya bumi dapat mengalami kematian tidak memberikan daya dukung kehidupan bagi para penghuninya. Sedangkan pembinaan jiwa tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa membangun raga. Jiwa dan raga merupakan pasangan yang mendukung kemajuan satu dengan yang lain, dan akan menghidupkan kembali negeri yang mati. 

Akal Sebagai Langit Diri 


Yang mengawali kembali kehidupan suatu negeri adalah dengan mengamati bagaimana Allah meninggikan dan menghiasi langit tanpa sedikitpun cacat dan cela. 

أَفَلَمۡ يَنظُرُوٓاْ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَوۡقَهُمۡ كَيۡفَ بَنَيۡنَٰهَا وَزَيَّنَّٰهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٖ 

QS Qaaf : 6. Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami membinanya dan menghiasinya, dan (langit itu) tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? 

Ayat ini merupakan penjelasan bagi ayat 10 tentang urutan mekanisme penghidupan kembali negeri yang mati. Langit dalam ayat ini bukan hanya langit yang berada di atas kepala. Langit yang lebih mudah teramati oleh setiap diri manusia adalah jiwa dalam dirinya sendiri. Manusia kebanyakan hidup di bumi hanya dengan jasad beserta hawa nafsu yang tumbuh seiring pertumbuhan jasadnya. Sebenarnya, bila diteliti dengan seksama, ada jiwa yang menuntun manusia untuk mencari kebenaran, bersuara lirih dalam lubuk hati untuk ditaati. Suara kebenaran di lubuk hati yang menuntun pengenalan terhadap rahmaniah dan rahimiah Allah itu adalah jiwanya. Dengan mentaati suara kebenaran dalam hatinya, seseorang akan mengetahui bagaimana Allah membangun langit jiwanya yang berada di atas jasad dan hawa nafsunya. 

Jiwa itu adalah pasangan langit bagi bumi jasadnya, sedangkan kecerdasan jasadiah merupakan anak-anak yang terbentuk karena interaksi antara keduanya. Kecerdasan jasadiah itu adalah hawa nafsu manusia. Kecerdasan jasad atau hawa nafsu itu akan hilang ketika jasad mati, tetapi terdapat hubungan yang sangat erat antara hawa nafsu dengan keadaan jiwa seseorang. Bentuk-bentuk hawa nafsu seseorang akan menentukan keadaan jiwanya. Setiap manusia harus mendidik hawa nafsunya agar jiwanya mendapatkan pembinaan. 

Pada jasad manusia terdapat kecerdasan jasadiah, dan pada jiwa manusia terdapat akal yang berguna untuk memahami kehendak Allah. Akal merupakan tali kendali yang menghubungkan manusia terhadap kehendak Allah. Entitas akal inilah yang sering disebutkan dalam alquran, bukan kecerdasan jasadiah manusia. Kecerdasan jasadiah manusia tidak akan mampu mengerti kehendak Allah. Bila selalu diperturutkan, kecerdasan jasadiah ini dapat berkembang liar menyesatkan manusia. Akal jiwa lah yang menjalin hubungan kepada Allah. Sebagaimana jasad memiliki indera-indera, demikian pula jiwa memilikinya berupa penglihatan dan pendengaran untuk mencerap kebenaran. Namun seringkali manusia tidak dapat merasakan indera-indera jiwanya. Hal ini terjadi karena ketertutupan qalb. 

Membangun Hubungan Jiwa dan Raga 


Untuk menumbuhkan akal jiwa, seseorang harus menumbuhkan qalb. Yang menghubungkan antara jasad dan jiwa adalah qalb. Jika dan hanya jika qalb tumbuh dalam diri seseorang maka akalnya akan tumbuh. Qalb merupakan operating system bagi terbentuknya akal yang menghubungkan seseorang dengan kehendak Allah. 

أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَتَكُونَ لَهُمۡ قُلُوبٞ يَعۡقِلُونَ بِهَآ أَوۡ ءَاذَانٞ يَسۡمَعُونَ بِهَاۖ فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ  

QS Al-Hajj : 46. maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati (qalb) yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. 

Pembinaan qalb harus dilakukan dengan memperhatikan keadaan bumi. Setiap orang harus diperjalankan di bumi dan memperhatikan dengan hatinya kebutuhan masyarakat dan lingkungan agar tumbuh qalb dalam dirinya. Bila seseorang hanya bergelut dengan kepentingan dirinya sendiri tanpa memperhatikan kebaikan bagi keadaan sekitarnya, tidak akan tumbuh qalb pada dirinya. 

Dengan memperhatikan buminya seseorang dapat membangun jiwanya. Tanpa memperhatikan buminya seseorang tidak mempunyai pijakan berupa qalb untuk mengembangkan langit dirinya dengan akal, pendengaran dan penglihatan jiwa. Perjalanan di bumi harus dilakukan untuk menumbuhkan kasih sayang. Hubungan seorang manusia dengan Allah harus dibangun berdasarkan rasa kasih sayang terhadap sesama makhluk, tidak mengawang-awang dengan menanamkan teori-teori dan perkataan tentang Allah tanpa disertai pengetahuan. Ilmu harus dicari agar seseorang memperoleh sudut pandang yang semakin tepat terhadap dirinya dan lingkungannya, sehingga jiwanya mendapatkan pijakan untuk berkembang. 

Di sisi lain, perjalanan di muka bumi ini seringkali menghisap seseorang dengan ketertarikan terhadap dunia. Dunia ini bagaikan seorang puteri cantik jelita bagi orang-orang yang mengejar dunia, yang mengakibatkan orang tersebut terjatuh pada perjalanan untuk kepentingan diri sendiri, tidak memperjuangkan kebaikan bagi masyarakat dan kepentingan sekitar. Dengan hal ini, dirinya tidak lagi mempunyai hubungan dengan jiwanya. Dirinya menjadi terpecah menjadi manusia tanpa integritas, hanya menjadi makhluk jasadiah tanpa hubungan dengan jiwanya, padahal jiwanya merupakan entitas yang mempunyai akal yang dapat terhubung dengan kehendak Allah. 

Penghamparan Bumi Diri 


Dengan tumbuhnya qalb maka seseorang akan mendapatkan peluasan wawasan terhadap buminya. Indera-indera jiwanya akan terhubung dengan jasadnya, dan jasad dapat melihat buminya dengan perspektif jiwanya. Akan tumbuh kekuatan kecerdasan jasadiah yang membuat kokoh kehidupan dirinya, sebagaimana gunung yang menjadikan bumi tidak berguncang. 

وَٱلۡأَرۡضَ مَدَدۡنَٰهَا وَأَلۡقَيۡنَا فِيهَا رَوَٰسِيَ وَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوۡجِۢ بَهِيجٖ 

QS Qaaf : 7. Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam pasangan yang menyenangkan. 

Dengan tumbuhnya kecerdasan jasadiah, seseorang dapat melihat kesesuaian antara dirinya dengan dunianya. Akan tumbuh wawasan keberpasangan yang menyenangkan dalam segala sesuatu yang menjadi bagian dari dirinya. Pada puncak wawasan itu, dirinya akan melihat keberpasangan jasadiahnya dengan jiwanya. Jasadnya mengenal jiwanya, dan mengetahui bahwa jiwanya merupakan pembimbing jalan pengabdiannya kepada Allah. Dengan mengenal jiwanya, jasadnya mengenal pasangan wanita yang diciptakan dari jiwanya, dan mengetahui bahwa wanita itu adalah jalannya untuk terhubung dengan dunianya dalam urusan Allah. 

Membina Jiwa 


Peluasan wawasan ini adalah penghamparan bumi. Hal ini dapat terbentuk bila seseorang memperhatikan pembinaan langitnya, yaitu jiwanya. Pembinaan jiwa harus dilakukan dengan memperhatikan dunianya dengan qalb, yaitu aspek dunia yang menjadi pasangan sejati dirinya. Untuk hal ini setiap orang harus berusaha untuk mengikuti suara hati dengan sebaik-baiknya. Bila terjebak oleh kecantikan dunia, seseorang tidak akan terhubung dengan jiwanya sehingga tidak akan terjadi pembinaan jiwa. Setiap orang harus setia dengan suara hati yang menunjukkan aspek dunia yang menjadi pasangan sejati dirinya, tidak tertipu dengan jumlah harta duniawi dari aspek dunia yang menggoda. Dunia akan tampil cantik menggoda hati agar manusia terikat kepadanya melupakan jiwanya. 

Sebenarnya rezeki yang terbaik selalu terdapat pada pasangan sejatinya. Dunia lain yang menggoda hanya akan membuat seseorang terombang-ambing dalam fatamorgana. Misalnya bila seseorang mempunyai ketertarikan hati dalam pengolahan limbah kotoran sapi, niscaya rezeki terbaik berada pada kotoran sapi, sekalipun terlihat menjijikkan. Akan terbuka jalan rezekinya pada kotoran sapi bila hatinya terbuka. Untuk membuka hal ini, perlu dibangun hati, yaitu dengan berjalan-jalan di muka bumi memperhatikan kebaikan bagi makhluk lainnya. Tanpa mengusahakan kebaikan bagi makhluk lain, qalb akan sulit tumbuh dalam diri seseorang. 

Gambaran keberpasangan seseorang dengan dunianya menyerupai keberpasangan antara seorang laki-laki dengan wanita. Ada wanita yang diciptakan dari diri seorang laki-laki sebagai pasangan sejatinya, dan ada banyak perempuan lain yang mungkin menarik hatinya. Seseorang dengan hawa nafsunya sangat mungkin tertarik pada pasangan yang menghancurkan dirinya karena kecantikan, sementara dirinya berpikir hal itu akan mengantarkan pada keberhasilan dan kebahagiaan. Sebenarnya kehidupan terbaiknya akan diperoleh dengan pasangan sejatinya. Banyak visi dan pelajaran yang muncul bila seseorang memperoleh pasangan sejatinya, baik urusan dunianya ataupun jodoh wanita/prianya. 

تَبۡصِرَةٗ وَذِكۡرَىٰ لِكُلِّ عَبۡدٖ مُّنِيبٖ
QS Qaaf : 8. Sebagai penglihatan dan pelajaran bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). 

Untuk memperoleh pasangan sejati, dirinya harus berusaha memperhatikan suara kebenaran dalam hatinya, yaitu suara jiwanya, dan mentaatinya. Thariqah merupakan sebuah jalan agar seseorang terlatih untuk mendengar suara jiwanya dengan merendahkan hiruk pikuk hawa nafsu. Tetapi perlu kesiapan agar seseorang dapat menempuh thariqah dengan benar. Keikhlasan harus benar-benar terbangun kokoh dalam hati seorang murid, bahwa hatinya benar-benar mencari kebenaran saja bukan mencari kemegahan dunia. Seseorang sangat mungkin tersesat bila menempuh thariqah tanpa keikhlasan. Keikhlasan dapat dibangun dengan kebersihan hati dan mencari ilmu syar’i yang benar, ilmu syar’i yang menyentuh hatinya tidak mengurungnya hanya dalam batasan syariat yang kaku. Ikhlash adalah pengetahuan tentang Allah.

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. 

Tanpa keikhlasan, seorang murid dapat tersesat jauh mengikuti hawa nafsu yang dikira sebagai jiwa yang harus dipatuhinya. Bila keikhlasan tidak sempurna, seorang murid mungkin dapat mendengar suara kebenaran dalam hatinya, tetapi tidak mampu mematuhinya karena lebih memilih kehendak hawa nafsu sehingga pertumbuhan jiwanya tidak mencapai sempurna, atau malah terpatahkan dalam tahap pertumbuhan tertentu. Dengan keikhlasan yang sempurna, seseorang dapat tumbuh mengikuti kebenaran dalam hatinya. Sekalipun mungkin muncul keengganan dalam melaksanakan karena kurang siap, kebenaran itu mungkin kembali mendatangi pintu hatinya, mengetuknya, menggedor atau bahkan mendobrak masuk dalam hatinya. Nabi Ibrahim a.s mungkin mengalami hal ini ketika harus menyembelih puteranya, atau menempatkan istri dan putranya di padang pasir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar