Pencarian

Selasa, 05 September 2017

Khilafah Islam Akhir Jaman

Kekuasaan atas bumi akan diberikan kepada orang-orang beriman dan beramal shalih. Namum sebelumnya orang dzalim akan menguasainya. Orang beriman akan dibuat mengalami ketakutan oleh orang-orang yang dzalim, akan tetapi Allah akan mempertukarkan keadaan mereka. Orang-orang yang dzalim akan berada dalam ketakutan yang mendalam dan orang-orang beriman akan hidup aman sentausa.
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka akan menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (QS An-Nuur : 55)
Setelah orang-orang beriman menguasai bumi, manusia akan beribadah kepada Allah dengan murni tanpa menyekutukan dengan sesuatu apapun. Tidak ada sesembahan lain yang menginginkan untuk disembah, dan tidak ada yang berusaha menyesatkan manusia dalam ibadah. Manusia hanya akan berjibaku dengan dirinya sendiri, berupa kebodohan hawa nafsu dan keinginannya. Tidak ada ajaran yang menyesatkan manusia, kecuali dirinya sendiri yang menyesatkan.

Akan tetapi sebelum khilafah itu berdiri, datang kepada manusia suatu jaman dimana bumi ini akan dikuasai oleh orang-orang yang dzalim. Mereka menguasai bumi ini dengan sekehendak mereka sendiri mengabaikan seruan Allah dan tidak mengikuti para rasul. Mereka berbuat dzalim di muka bumi dan Allah memberikan penangguhan atas kekuasaan mereka hingga pada masa tertentu. Allah mencatat setiap perbuatan mereka, tidak mengabaikan sedikitpun dari apa-apa yang mereka perbuat.  Setiap perbuatan dzalim makhluk sedikitpun tidak akan terlepas dari pengawasan Allah, dan kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban masing-masing. Allah hanya  memberikan sedikit penangguhan bagi mereka tidak seketika memberikan adzab,  tetapi Allah tidak mengabaikan sedikitpun perbuatan orang-orang dzalim itu. Kelak mereka akan diadzab karena perbuatannya.

Kekuasaan Orang-orang Dzalim

Sebelum pewarisan bumi kepada orang-orang beriman, pada dasarnya manusia tinggal di tempat kediaman orang-orang yang dzalim. Tempat orang beriman adalah surga, dan bumi hanyalah tempat persinggahan. Walaupun demikian, bumi akan diwariskan kepada orang beriman. Sebelum pewarisan itu, bumi adalah kediaman orang-orang dzalim. Orang-orang dzalim itu leluasa untuk berbuat dan mengikuti fitnah-fitnah yang dibuat oleh para syaitan untuk menguasai bumi,  karena iblislah yang dahulu diberi kekuasaan atas bumi.  Iblis akan senantiasa berusaha menyesatkan manusia hingga kelak syaitan dapat melampiaskan dendam kepada manusia. 
dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang mendzalimi diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan?" (QS Ibrahim :45)
Para nabi dan rasul  telah memperingatkan umatnya tentang akibat pendustaan suatu umat  kepada risalah yang sampai kepada mereka. Banyak umat yang telah sampai kepada mereka risalah, tetapi mereka mendustakan rasul-Nya, malah mengikuti kesesatan yang ada di antara  mereka sebagaimana kaum nabi Nuh, nabi Hud, nabi Shalih, nabi Luth dan lain-lain. Orang-orang dzalim itu telah menerima pemberitaan tentang kaum-kaum yang mempertuhankan kesesatan dan mendustakan rasul-rasul, akan tetapi mereka tetap mengikuti kesesatan, maka Allah akan menimpakan azab kepada mereka.

Manusia pada zaman rasulullah SAW dan setelahnya pada dasarnya juga ada yang mengikuti kesesatan sebagaimana kaum-kaum yang terdahulu dilenyapkan karena kesesatan itu, akan tetapi azabnya ditangguhkan hingga tiba dimana hari itu mata akan terbelalak tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong tidak mempunyai harapan apapun kecuali menyesali perbuatannya. Pada waktu itu mereka hanya  ingin menjawab seruan Allah dan mengikuti langkah-langkah rasul-Nya, sebelum mereka dilenyapkan. Mereka adalah orang-orang yang menjadikan diri mereka dzalim.

Mereka adalah kaum yang mengikuti bacaan-bacaan syaitan. Yang paling kuat di antara mereka adalah orang-orang yang mengikuti bacaan-bacaan syaitan atas kerajaan Sulaiman. Syaitan-syaitan membangkitkan visi kepada pengikutnya untuk membangun kerajaan Babilon raya yang membentang di seluruh permukaan bumi, dan menjadikan pengikutnya sebagai penguasa di bumi, sedangkan yang tidak mengikuti syaitan akan menjadi budak yang bekerja bagi mereka. Mereka itulah yang membangkitkan imperialism, kolonialisme, perang-perang dunia segala kejahatan di muka bumi, agar terwujud kerajaan babilonia raya bagi mereka. Wujud mereka di antaranya adalah berupa New World Order yang melakukan penindasan di seluruh bumi terutama negeri-negeri muslimin.
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-setan terhadap kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidak kafir, tetapi setan-setan itulah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babilon yaitu Harut dan Marut (QS Al-Baqarah : 102)
Mereka membuat makar bagi manusia dengan makar yang sangat besar tidak terkira. Makar mereka akan membuat gunung-gunung lenyap karena hebatnya rencana makar mereka bagi manusia. Mereka hendak menjadikan seluruh manusia sebagai budak-budak mereka, dan menjadikan kelompok mereka sebagai penguasa atas seluruh bumi. Mereka kaum yang sangat dzalim. Bersama dengan pengikut syetan yang lain, mereka membuat kekacauan besar di muka bumi, sehingga orang yang tidak mengikuti mereka  harus hidup sengsara karena perselisihan yang mereka bangkitkan.
Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya (QS Ibrahim : 46)
Besarnya makar mereka tidak sebatas pada makar terhadap manusia. Iblis itu menghendaki makar terhadap Allah. Hebatnya makar yang mereka rencanakan tidak sebatas untuk membuat manusia menjadi budak bagi golongan pengikut syaitan.  Mereka mengikuti makar Iblis, dimana Iblis ingin menjadikan dirinya sebagai tuhan bagi manusia menggantikan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan di sisi Allah lah makar mereka.

Kelak manusia akan dipaksa untuk  bersujud kepada syaitan-syaitan. Mereka tidak ingin ada orang beriman yang tertinggal di bumi, dan tidak ada orang atheist hidup di muka bumi. Mereka menghendaki seluruh manusia bersujud kepada iblis meninggalkan Allah SWT. Iblis hendak membalaskan kebenciannya kepada manusia karena dahulu dirinya diminta bersujud kepada Adam. Mengherankan,  orang-orang dzalim itu mengikuti langkah syaitan yang berkeinginan melampiaskan dendam kepada jenisnya sendiri.

Akhir Kekuasaan Orang-Orang Dzalim

Penangguhan bagi orang-orang dzalim bukanlah agar mereka berkuasa di muka bumi. Allah telah menentukan bahwa bumi ini akan diwarisi oleh orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Orang-orang yang dzalim telah ditetapkan, pasti mereka akan dilenyapkan di muka bumi sebelum bumi ini sepenuhnya diwariskan kepada orang-orang beriman dan beramal shalih. Penangguhan terhadap orang-orang dzalim dilakukan agar mereka mempunyai waktu untuk memikirkan kehidupan mereka.

Ketika tiba masa bumi diwariskan kepada orang beriman dan beramal shalih, orang-orang dzalim dan kekuasaan mereka di muka bumi akan dilenyapkan. Mata mereka akan terbelalak menatap ke langit. Mereka akan bergegas memenuhi panggilan, mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka merasa kosong.  Mereka akan mendapatkan adzab dari Allah sebelum mereka meninggalkan dunia, mereka akan menyesal dan mengharapkan agar Allah memberikan penangguhan kepada mereka barang sedikit waktu sebelum mereka pergi, agar mereka bisa memenuhi seruan Allah dan mengikuti rasul-Nya.
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari datangnya  azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dzalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami  walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Kepada mereka) dikatakan: "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu  bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? (QS Ibrahim :44)
Mereka meminta sedikit penangguhan waktu di dunia untuk menjawab panggilan Allah untuk kembali bertaubat kembali kepada-Nya. Ketika waktu itu tiba, mereka baru menyadari bahwa langkah kehidupan mereka sebelum masa itu hanyalah ilusi yang akan lenyap setelah waktu itu. Mereka sebelumnya hanya mengejar kehidupan dunia dan mempertuhankan hawa nafsu yang tidak akan memberi manfaat sedikitpun setelah waktu itu. Dan mereka baru mengetahui bahwa apa yang diserukan Allah dan langkah rasul-rasul-Nya adalah jalan yang abadi. Mereka meminta penangguhan sedikit waktu agar mereka bisa memulai kehidupan kembali menuju Allah bersama rasul-rasul-Nya walaupun cukup bagi mereka berada pada barisan paling belakang. Hal itu menjadi harapan paling besar dari orang-orang yang dzalim pada masa tibanya adzab itu.

Penangguhan itu telah mereka peroleh sebelumnya, akan tetapi mereka tidak pernah mendengarkan seruan Allah untuk kembali kepada-Nya. Mereka sangat mempercayai apa yang mereka kuasai akan membuat mereka hidup sejahtera selamanya, dan mereka merasa tidak akan binasa karena mereka harta dan kekuasaan yang mereka bangun sebelumnya. Mereka tidak pernah menyadari bahwa jalan yang abadi itu adalah jalan Allah. Oleh karena itu, akan dikatakan kepada mereka : “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?”

Penangguhan itu telah diberikan. Selayaknya mereka mendapatkan adzab sejak mereka mengabaikan seruan Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya dan lebih mempercayai apa yang ada dalam kekuasaan mereka, akan tetapi Allah  memberikan penangguhan agar mereka memikirkan seruan Allah dan mengikuti langkah rasul-rasul-Nya. Dalam kurun sekian lama, mereka malah menjadi semakin jauh dari seruan Allah. Mereka bahkan membuat makar yang besar demi kekayaan dan kekuasaan mereka.

Fitnah dari Orang Dzalim

Sebagian orang-orang beriman sebelum pewarisan bumi hanya mendapatkan sebagian  dari kekuasaan atas bumi. Kelak bumi akan diwariskan sepenuhnya kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Jauhnya langkah orang-orang beriman menyambut seruan Allah dan mengikuti sunnah rasulullah SAW akan menentukan kekuasaan mereka atas bumi. Kelak akan terjadi orang-orang beriman mengikuti sunnah rasulullah SAW hingga mereka mengenal dan menempati tempat mi’raj masing-masing, maka kekuasaan bumi akan diberikan kepada orang-orang yang menempati tempat mi’raj mereka. Saat itulah syaitan dan orang yang mengikutinya akan kehilangan kekuasaan mereka atas bumi. Pada saat itulah tiba masa adzab yang menakutkan tiba bagi mereka yang hidup  di atas kedzaliman. 

Sebelum masa itu, syaitan akan berusaha dengan keras untuk menyesatkan manusia dalam setiap level. Syaitan akan membuat makar hingga fitnah berada di dalam kalangan orang-orang muslim. Sebagian di antara orang-orang muslim termasuk dalam kelompok yang membangkitkan fitnah dalam umat islam. Muslimin itu adalah muslimin yang mengatur siasat di malam hari untuk menjerumuskan muslimin dalam makar syaitan.

Orang-orang muslimin yang mengatur siasat untuk menjerumuskan muslimin dalam makar syaitan itu adalah orang-orang munafik. Mereka mampu membuat siasat ketika malam hari, yaitu ketika cahaya yang berada di antara umat islam meredup. Bukan sumber cahaya yang meredup akan tetapi ketika akal umat islam menjadi lemah sehingga cahaya yang ada di antara umat islam terlihat lemah. Ketika akal umat islam kuat, cahaya di antara umat islam akan mampu mengenali gerak-gerik mereka, sehingga mereka tidak akan mampu membuat siasat untuk menyesatkan umat islam. Hanya ketika cahaya itu redup atau padam mereka bisa membuat siasat. Siasat itu hanya mampu berada di antara kegelapan umat islam, dan akan terusir  bila ada cahaya yang menuntun umat islam.
Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: “ketaatan". Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari  lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung (QS An-Nisaa’ : 81)
Orang munafik itu menggunakan kata-kata yang menyerupai perkataan orang islam, akan tetapi mempunyai maksud yang berbeda dengan yang dimaksud Allah. Mereka mengedepankan perkataan tentang ketaatan, akan tetapi maksud dari perkataan itu sama sekali tidak sama dengan kehendak Allah, karena yang mereka inginkan  hanyalah mengatur siasat di antara kegelapan yang melanda umat islam. Mereka mempunyai rencana yang lain dengan perkataan ketaatan yang mereka dengungkan.

Mereka mengatakan kepada  seluruh muslimin untuk membangun ketaatan, akan tetapi sebenarnya mereka mempunyai rencana yang buruk terhadap umat islam dibalik perkataan mereka tentang ketaatan. Mereka akan memecahbelah umat islam dan membangkitkan kebanggaan terhadap kelompoknya, dan mereka mempunyai rencana buruk yang lain sehingga umat islam terjebak dalam makar syaitan.

Orang yang mentaati rasulullah SAW berarti mentaati Allah SWT. Perkataan itu adalah benar tanpa kesalahan. Akan tetapi mereka membuat suatu siasat tersembunyi dalam perkataan ketaatan kepada rasulullah SAW. Mereka menjadikan  bentuk-bentuk dzahir syariat sebagai parameter bentuk ketaatan, dan mereka menjadikan parameter itu sebagai sebagai alat untuk membangkitkan kebanggaan. Mereka membangkitkan kebanggaan terhadap kelompok mereka, dan kebanggaan terhadap kelompok itu mereka mereka jadikan  sebagai sebuah siasat untuk memecah belah umat islam. 

Mereka menuntut umat islam untuk taat kepada pemimpin. Umat islam tidak diperbolehkan untuk bertentangan dengan pemimpin. Itu adalah perkataan yang benar, akan tetapi digunakan untuk tujuan yang salah karena mereka mempunyai tujuan tersembunyi yang tidak mereka tampakkan kepada muslimin. Mereka mengatur siasat  tersamar dengan perkataan yang benar itu. Mereka berusaha membangun hegemoni untuk menyesatkan manusia. Mereka berusaha menjadikan diri mereka sebagai pemimpin umat islam yang wajib ditaati, padahal mereka hanyalah mengikuti arahan-arahan syaitan.

Allah memerintahkan kaum muslimin untuk berpaling dari orang-orang munafik. Perkataan-perkataan mereka adalah siasat yang tersembunyi dalam kegelapan, siasat yang tersembunyi dalam perkataan-perkataan indah.  Perkataan mereka itu akan membahayakan umat islam karena terdapat rencana tersembunyi dalam perkataan indah mereka. Umat islam harus bertawakkal kepada Allah, mencari kebenaran dari alquran tanpa perlu memperhatikan apa yang mereka katakan.

Sangat penting bagi umat islam untuk membangun ketaatan pada zaman fitnah. Pada zaman itu sangat sulit untuk mempertahankan akidah sendirian, karena Iblis yang dahulu hadir dalam penciptaan adam akan beroperasi sangat dekat dengan manusia. Mengenali imam dan mematuhinya akan sangat membantu mempertahankan akidah. Selain itu, muslimin sangat dicegah untuk terjebak dalam berbagai perdebatan dan pertikaian. Seluruh perdebatan dan pertikaian itu semua berpangkal sama yaitu dari syaitan. Mempertahankan kebenaran sendiri atau menyerang kesalahan orang lain hanyalah alat permainan syaitan. Manusia harus mengerti tentang amar ma’ruf dan nahyi munkar. Yang penting diperjuangkan oleh manusia adalah amar ma'ruf nahy munkar, yaitu pengetahuan tentang Allah. Itulah yang akan menyelamatkan manusia dalam jaman fitnah.

Rabu, 30 Agustus 2017

Tipuan Syaitan dengan Allah

Umat islam akan atau sedang ditimpa keadaan sebagaimana  keadaan buih. Sebagian (besar?) umat islam akan terpengaruh oleh hasil pengacauan akidah yang dilakukan oleh kaum munafikin yang  berada di antara orang-orang beriman. Orang-orang beriman akan terhinggapi penyakit al-wahn yang menyerupai penyakit orang munafik yaitu mencintai dunia dan takut mati.

Orang-orang musyrik berusaha menciptakan golongan musyrikin dari kalangan muslimin sebagaimana disebutkan QS Arruum :32-33, dan orang musyrik dari golongan orang muslim mengaduk-aduk ajaran islam sehingga umat islam akan seperti buih. Syaitan memerintahkan untuk membuat perkataan-perkataan tentang Allah tanpa berdasar pengetahuan, maka mereka membuat-buat perkataan-perkataan itu  dan membuat kekacauan bagi umat islam. Hanya itu kemampuan syaitan, karena mereka tidak bisa membengkokkan islam.

Sebagian di antara orang-orang munafik  adalah  syaitan-syaitan berwujud manusia, dan sebagian di antara  mereka adalah orang-orang yang bergaul dengan orang-orang beriman dan lebih akrab bergaul dengan syaitan-syaitan itu. Kelak dari mereka itu akan muncul tanduk syaitan, yaitu dari Najd. Mereka itu adalah para pemimpin kaum munafik yang menyesatkan manusia dari jalan Allah. 
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami bersama dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". (QS Al-Baqarah: 13-14)
Urusan syaitan-syaitan di antara mereka adalah membuat perkataan-perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan. Mereka membuat tuntunan dan kerangka pengetahuan bagi manusia untuk mengenal Allah, dan mengatakan bahwa yang mereka ajarkan adalah ilmu tauhid. Akan tetapi ilmu mereka sebenarnya justru  melepaskan manusia dari jalan tauhid yang dikehendaki Allah tanpa manusia merasakan lepasnya jalan itu. Dengan mengikuti ajaran itu,  umat islam tidak mempunyai pijakan yang kokoh dalam beragama sehingga Allah mencabut rasa takut dari hati musuhnya. Umat islam tidak akan berhasil membangun kekuatan di antara mereka karena mengikuti ajaran-ajaran itu, dan yang lebih buruk, umat islam akan ditimpa suatu penyakit yang menyerupai keadaan orang-orang munafik, yaitu penyakit Al-wahn. Penyakit itu berupa rasa cinta dunia dan takut mati.
Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui (QS Al-Baqarah :169)
Jalan tauhid untuk mengenal Allah adalah jalan taubat, bukan jalan yang mereka buat. Jalan taubat merupakan jalan yang menyentuh hal paling fundamental, tidak sekadar mempergunakan logika. Manusia dituntut untuk selalu menyadari sepenuhnya bahwa dirinya diciptakan di dunia, alam yang paling jauh dari sumber cahaya,  menyadari bahwa dirinya perlu kembali kepada sumber cahaya agar dapat mengenal Allah. Manusia perlu berjalan dengan mengubah sifat duniawi dirinya  dengan sifat yang dikehendaki Allah bagi dirinya, agar Allah berkenan memperkenalkan asma dan sifat-Nya.

Perkataan Syaitan

Syaitan-syaitan akan membuat perkataan-perkataan indah untuk menipu manusia. Dari mereka muncul perkataan-perkataan indah, akan tetapi sebenarnya hal itu merupakan tipuan. Mereka memberikan istilah yang indah bagi perkataan-perkataan mereka, menyembunyikan perihal yang sebenarnya dari perbuatan mereka. Timbul banyak kerusakan akibat perbuatan mereka, sementara mereka merasa berbuat kebaikan.
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (QS Al-An’aam : 112)
Musuh para nabi adalah syaitan-syaitan terdiri dari golongan jin dan manusia. Syaitan dari golongan manusia itu adalah yang bergaul dengan para pemuka dari kaum munafikin, sedangkan syaitan dari golongan jin  memberikan bisikan-bisikan dengan syaitan dari kalangan manusia untuk merumuskan kata-kata yang indah sebagai tipuan bagi manusia. Mereka saling berbisik satu dengan yang lain untuk memperdayakan manusia dengan tipuan perkataan yang indah.

Syaitan itu adalah musuh-musuh bagi para nabi, bukan syaitan-syaitan biasa yang menggelincirkan manusia biasa. Mereka tidak lagi dapat menggelincirkan nabi-nabi, maka umat besar para nabi lah yang menjadi sasaran tipuan mereka. Syaitan itu menggunakan basis kehidupan dunia sebagai tipuan, akan tetapi tipuan mereka bukan sekadar  tipuan berbentuk sulap, ilusi, mimpi harta atau kekuasaan. Mereka membuat tipuan yang  lebih menipu dari hal itu semuanya. Mereka menipu manusia dengan memperdayakan manusia tentang Allah. Syaitan-syaitan itu menipu manusia dengan Allah.
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (QS Faathir :5)
Persaksian tentang Allah merupakan prinsip paling dasar bagi setiap muslimin. Seluruh urusan kehidupan setiap muslimin adalah untuk mengenal Allah. Dengan menyadari bahwa setiap urusan yang datang kepada dirinya merupakan urusan dari Allah yang hendak memperkenalkan diri-Nya, seorang muslimin akan selalu bersikap baik dan beramal dengan kebaikan.  Dengan kesadaran seperti itulah seorang muslimin akan berbuat ihsan.

Syaitan menipu manusia dengan Allah. Allah telah menciptakan manusia di dunia, ujung terjauh dari-Nya, yang dihinakan oleh syaitan. Manusia harus bertaubat, menjadikan dirinya baik sebagaimana kehendak-Nya bagi dirinya. Sifat yang mulia hanya dikenal oleh makhluk yang mulia.  Sifat penyayang dan pengampun akan dipandang hina oleh orang yang rakus dan pendendam, tetapi dipandang mulia oleh yang orang yang baik, dan sebagian orang tidak mempunyai imajinasi tentang arti sifat penyayang dan pengampun. Setiap manusia akan mempunyai tanggapan sesuai keadaan dirinya, maka mengenal Allah hanya mungkin dilakukan dengan menjadikan diri makhluk yang baik.

Hanya jika manusia bertaubat menuju sifat-sifat mulia, Allah berkenan akan memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-Nya. Dengan cara itulah manusia dapat memperoleh persaksian tentang Allah, sedikit demi sedikit tanpa batas akhir, karena pengenalan terhadap  Allah tidak akan dapat diselesaikan oleh seluruh makhluk walaupun apabila hidup abadi.

Manusia yang Tertipu

Syaitan menipu manusia tentang Allah. Mereka membuat manusia memandang bahwa Allah adalah sebagaimana perkataan mereka sendiri. Orang-orang munafikin membuat perkataan-perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan karena mereka mengikuti syaitan-syaitan di antara mereka. Dengan perkataan itu, mereka memandang dan meyakini diri sendiri sebagai orang-orang yang baik, ihsan. Mereka menganggap bahwa amal-amal mereka adalah amal-amal yang penuh keihsanan. Orang-orang yang dalam keadaan seperti ini termasuk dalam kelompok orang-orang yang tertipu oleh syaitan.
Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik amalnya yang buruk maka dia meyakininya sebagai kebaikan? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS Faathir : 8)
Allah akan  memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Manusia harus senantiasa berharap agar Allah menjadikan dirinya termasuk orang yang dikehendaki-Nya untuk mendapatkan petunjuk. Manusia tidak dapat meyakini bahwa dirinya adalah orang yang mendapatkan petunjuk tanpa berharap kepada Allah, karena Allah-lah yang menentukan hal itu. Manusia hanya dapat berusaha dan berharap sebagaimana yang ditentukan Allah. bersikap hanif, mengikuti perkataan-perkataan yang terbaik  dan lain-lain merupakan sarana yang ditentukan Allah agar seseorang mendapat petunjuk . 

Allah akan menyesatkan  siapa saja yang dikehendaki-Nya. Orang-orang yang tidak pernah berharap kepada Allah, tidak bersikap hanif, atau  terjerat fanatisme, mungkin akan menjadi golongan yang disesatkan Allah, bahkan bila sekalipun mereka merasa  atau mengaku-aku mendapatkan petunjuk dengan kitabullah. Boleh jadi Allah menyesatkan mereka. Allah Maha mengetahui apa yang diperbuat oleh segenap makhluk-Nya.

Para pemimpin kaum munafikin membuat-buat perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan. Sebenarnya mereka hanyalah melayani syaitan-syaitan yang berkeinginan untuk membuat manusia mengatakan tentang Allah tanpa pengetahuan.  Mereka menyeru selain Allah karena  mempunyai harapan-harapan terhadap apa yang mereka perbuat, agar yang mereka seru memberikan bagian kepada mereka.
Katakanlah: "Terangkanlah kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. Perlihatkanlah kepada-Ku apa yang telah mereka ciptakan dari bumi ini ataukah mereka mempunyai sekutu di langit-langit atau adakah Kami memberi kepada mereka sebuah Kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang jelas daripadanya? Sebenarnya orang-orang yang dzalim itu sebahagian dari mereka tidak menjanjikan kepada sebahagian yang lain, melainkan tipuan belaka". (QS Faathir : 40)
Orang-orang munafik itu dahulu ketika hidup di bumi mengharapkan sesuatu  dari bumi yang dapat diperbuat oleh para sekutu mereka. Para sekutu itu memberikan kepada orang-orang munafik apa yang dapat mereka perbuat dari bumi yang mereka kuasai, padahal apa yang mereka berikan itu tidak akan memberikan manfaat bagi para penyerunya. Kaum munafikin mendapatkan pemberian para sekutu mereka dari bumi, tetapi itu tidak memberikan manfaat kepada mereka. Mereka berbuat keji dan jahat dengan pemberian itu.

Petrodollar adalah salah satu contoh hal yang mereka buat dari bumi. Petrodollar menjadi satu-satunya tumpuan sistim riba modern berupa uang fiat. Akibat petrodollar, riba dengan leluasa merajalela di seluruh permukaan bumi menjerat seluruh manusia karena otoritas keuangan tidak perlu menyediakan jaminan kekayaan terhadap uang yang dikeluarkan. Itu adalah salah satu contoh hal yang mereka buat dari bumi. Mereka mendapatkan perwalian dari musyrikin berupa perlindungan keamanan dan supply senjata, sedangkan musyrikin mendapatkan keuntungan berupa kuatnya mata uang dollar mereka yang sebelumnya hampir runtuh, karena mata uang itu berupa uang fiat yang tidak mempunyai jaminan kekayaan sama sekali.

Para syaitan menipu para penyerunya  bahwa mereka adalah makhluk-makhluk yang menguasai langit-langit. Sebenarnya keadaan mereka adalah makhluk-makhluk yang terusir dari langit, dan mereka tidak mempunyai kedudukan di langit. Mereka diciptakan sebagai makhluk langit akan tetapi perbuatan mereka hina sehingga mereka tidak layak menetap di langit karena hinanya perbuatan mereka. Para syaitan yang diseru itu adalah makhluk yang tidak layak untuk tinggal di langit dan tidak pula layak di bumi.

Para syaitan membuat-buat kitab, akan tetapi kitab mereka adalah kitab yang tidak memberikan keterangan-keterangan yang jelas.  Mereka tidak membuat kitab itu dari Allah karena Allah tidak memberikan kitab kepada mereka. Mereka hanya membuat-buatnya, sehingga kitab  mereka  tidak memberikan keterangan yang jelas. Kitab itu hanyalah rekaan-rekaan yang mereka buat dengan bisikan-bisikan berdasarkan logika yang ada dalam pikiran mereka.

Mereka yang menyeru selain Allah termasuk dalam golongan orang-orang yang dzalim. Mereka bekerja sama saling membantu berdasarkan janji-janji keuntungan. Akan tetapi janji itu sebenarnya bukanlah janji karena mereka  sebenarnya lebih mengharapkan keuntungan bagi diri sendiri. Mereka berbuat demikian untuk sekedar mendapatkan keuntungan dari janji orang lain. Janji mereka bukanlah janji melainkan sekedar tipuan.

Termasuk dalam golongan orang dzalim adalah kaum munafikin. Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah bahwa jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk daripada kaum yang lain. Mereka mengatakan dengan sungguh-sungguh bahwa golongan mereka adalah golongan yang paling mendapatkan petunjuk. Akan tetapi ketika telah datang pemberi peringatan, mereka menolak pemberi peringatan itu dan  mereka tidak mendapatkan sesuatu dari pemberi peringatan itu, bahkan mereka semakin bertambah jauh dari peringatan itu.

Mereka bertambah jauh dari peringatan itu karena mereka menyombongkan diri. Mereka menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang berilmu dan memandang orang-orang yang beriman sebagai orang-orang yang bodoh. Mereka menghapal sekian banyak ayat dari kitabullah, sehingga menganggap diri mereka berilmu dan orang lain bodoh, akan tetapi sebenarnya mereka tidak memahami apa yang ada dalam kitabullah. Mereka bagaikan keledai yang membawa kitab-kitab, banyak kitab yang bisa dibawa akan tetapi tidak mempunyai kemampuan memahami sesuatu dari kitabullah. Mereka melupakan prinsip dasar dalam memahami kitabullah, yaitu kesucian hati.
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran),(QS Faathir :42)
karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan sunnah  kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunah Allah, dan sekali-kali tidak akan menemui penyimpangan bagi sunah Allah itu (QS Faathir :43)
Tidak hanya karena kesombongan yang menjauhkan kaum munafikin dari peringatan itu. Mereka mempunyai rencana yang jahat terhadap seluruh manusia., sehingga menjauhkan mereka dari peringatan.  Mereka terjebak menjadi bagian  dari kaum musyrikin yang berkeinginan memecah belah manusia, dengan peran sebagai pemecah belah agama mereka sendiri menjadi bergolongan-golongan dan setiap golongan berbangga dengan apa yang ada pada diri mereka. Mereka terjebak menjadi golongan musyrikin, karena sebagian dari pemimpin-pemimpin mereka adalah musyrikin yang membuat rencana jahat terhadap manusia.

Rencana jahat itu akan menimpa orang-orang yang merencanakannya. Mereka berusaha memecah belah agama menjadi beberapa golongan, akan tetapi mereka sendirilah yang berpecah belah menjadi beberapa golongan. Satu golongan dengan golongan lain di dalam kelompok mereka saling berbangga dengan pendapatnya dan menyalahkan pendapat yang lain. Mereka terjebak dalam hizbiyah akan tetapi tidak melihat bahwa mereka telah terjebak dalam sikap hizbiyah. Rencana jahat yang mereka buat itu menimpa kepada kelompok mereka sendiri.

Mereka adalah orang-orang yang mengharapkan sunnah orang-orang yang telah terdahulu (salafiyun), akan tetapi sebenarnya mereka telah melenceng dari sunnah itu. Mereka salah dalam memahami sunnah orang-orang yang terdahulu, dan mereka membuat definisi yang baru perihal sunnah, padahal sunnah itu tidak akan berubah. Sunnah orang-orang terdahulu tidak pernah berganti yaitu agama yang tegak berupa pelaksanaan fitrah diri.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan hanif kepada agama; (yaitu) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang tegak; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui  (QS Ar-ruum:30)
Agama yang tegak adalah pelaksanaan fitrah diri yang telah ditetapkan Allah bagi setiap manusia. Fitrah itu merupakan tujuan penciptaan manusia, jalan ubudiyah bagi masing-masing manusia untuk berjalan menuju Allah. Tidak ada perubahan dalam ciptaan Allah. Menegakkan agama adalah melaksanakan fitrah diri, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Mereka tidak mengetahui sunnah yang tidak akan pernah berubah, yaitu agama yang tegak berupa pelaksanaan fitrah diri. Mereka membuat pengertian sunnah melenceng dari sunnah yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW, dan mereka mengharapkan pelaksanaan sunnah dalam pengertian mereka sendiri.



Kamis, 24 Agustus 2017

Alquran dan Pemahaman Akal

Akal

Manusia adalah makhluk Allah yang sangat unik, diciptakan di alam dunia dengan sifat jasadiah yang hina akan tetapi diberikan akal yang mempunyai kemampuan untuk  terhubung dengan Allah. Pada waktu penciptaan manusia, para malaikat muqarrabun mempertanyakan fungsi manusia sebagai khalifah Allah karena mereka mengetahui perilaku makhluk yang diciptakan dari tanah. Bahkan salah satu di antara yang hadir dalam sidang itu harus terhempas menjadi makhluk yang sangat hina karena mempertahankan pendapatnya (selain sebab lainnya). Manusia diciptakan dari tanah, tetapi ada sebuah entitas lain dari manusia yang menjadi rahasia di mata para malaikat muqarrabun tetapi diketahui Allah. Entitas  itu adalah akal.

Akal berasal dari bahasa arab ‘aql.  'aql secara bahasa berarti ikatan,  kekang, tali kendali, dan pemahaman terhadap sesuatu. Orang yang menggunakan akalnya adalah orang-orang yang berusaha menjalin hubungan dengan Allah agar dirinya bisa melihat, mendengar dan memahami apa-apa yang Allah kehendaki bagi dirinya, sehingga dirinya berada dalam kendali Allah SWT. Akal adalah suatu entitas yang dikaruniakan Allah  kepada manusia agar manusia menjalin hubungan dengan diri-Nya.

Pertumbuhan akal

Entitas akal terdapat di dalam hati. Hal ini menunjukkan bahwa  akal tidak sama dengan logika yang terdapat di kepala. Logika akan selalu ada bersama dengan kehidupan jasad seseorang, baik anak kecil ataupun orang dewasa yang tidak gila, sedangkan akal hanya akan tumbuh bila hati (qalb) tumbuh pada diri seseorang.
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat menggunakan akal atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.(QS Al-Hajj :46)
Qalb akan tumbuh bila seseorang melakukan perjalanan di muka bumi. Seseorang harus memperhatikan alam sekitarnya dengan seksama, sehingga dirinya menyadari keseimbangan dan keteraturan yang terjadi di sekitarnya. Kesadaran tentang segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupannya, akan menumbuhkan qalb dalam diri seseorang. Qalb tidak akan tumbuh pada orang yang berdiam dalam ego dan kepentingan dirinya  sendiri tidak memperhatikan orang lain, atau orang yang hidup untuk memenuhi keinginan hawa nafsu dan syahwatnya sendiri.

Seseorang akan dapat menggunakan akal hanya jika  qalb telah tumbuh dalam dadanya. Qalb merupakan operating system dari akal, telinga dan mata yang terdapat dalam hati. Tanpa ada qalb pada diri seseorang, tidak akan tumbuh akal, telinga dan mata dalam hatinya. Dalam bahasa populer, mata dan telinga itu mungkin bisa disebut sebagai mata yang peduli, telinga yang peduli,  dan sebagainya, dalam batasan peduli dan perhatian yang sungguh-sungguh. Telinga, mata dan akal semacam inilah yang akan menjadikan manusia memiliki sarana untuk menjalin hubungan dengan Allah.

Boleh jadi seseorang dapat melihat, mendengar dan mempunyai kemampuan berpikir yang hebat, akan tetapi tanpa ada qalb yang tumbuh, orang itu sama dengan orang yang buta, tuli dan tidak berakal. Bukanlah mata itu yang buta tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada.  Tanpa qalb, seseorang tidak akan dapat membangun hubungan dengan Allah, dan mungkin manusia itu akan tumbuh sebagaimana yang dikhawatirkan oleh para malaikat muqarrabun ketika penciptaan manusia.

Fungsi dari qalb adalah untuk membangun akal sebagai sarana menjalin hubungan dengan Allah. Kepedulian terhadap masyarakat dan alam sekitar akan membuat jiwa seseorang terus berkembang, yaitu hanya bila dirinya menjalin hubungan kepada Allah. Tanpa menjalin hubungan kepada Allah, seseorang akan merasa bahwa menjalankan kebaikan adalah tugas yang semakin lama semakin bertambah berat. Dengan membangun hubungan dengan Allah, tantangan yang selalu  tumbuh akan diimbangi  dengan tumbuhnya fasilitas  berupa akal. 

Tanpa membangun akal dan mengandalkan diri sendiri, seseorang tidak akan berjalan menjadi lebih baik. Qalb benar-benar harus difungsikan untuk membangun akal, yaitu sarana berhubungan dengan Allah. Seseorang yang mempunyai qalb harus senantiasa mempertajam penglihatan hati dan pendengaran hatinya agar mampu menangkap apa yang menjadi kehendak Allah.
Kami telah menjadikan untuk isi neraka Jahanam, kebanyakan dari manusia dan jin. Mereka mempunyai hati (akal), tetapi tidak menggunakan akal dengannya. Mereka mempunyai mata, tetapi tidak digunakan untuk melihat. Mereka mempunyai telinga, tetapi tidak digunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti hewan ternak, bahkan lebih hina lagi, Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’râf : 179).
Dengan akal, seseorang dapat mengetahui apa-apa yang datang dari Allah sehingga menambah ilmu bagi dirinya. Hanya orang-orang yang berakal pada taraf tertentu saja yang dapat mengambil pelajaran (ad-dzikr) dari Allah, sehingga bisa mengetahui kebenaran yang diturunkan kepada seseorang dari Allah dan bisa membedakan dengan sesuatu yang tidak haq. Tanpa menggunakan akal, seseorang akan terjebak dalam kebutaan hati.
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu adalah kebenaran  (al-haqq) sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (QS Ar-Ra’d :19)
Mata dan telinga seseorang mempunyai batasan kepekaan. Seringkali keterbatasan pendengaran dan penglihatan itu menjerumuskan seseorang untuk mengambil kesimpulan yang salah. Akal yang berkembang akan memperkuat sensibilitas seseorang dalam memandang  dan mendengar perkara suatu masalah. Pada taraf tertentu, seseorang akan mengetahui dengan pasti segala hal yang diturunkan Allah kepada seseorang. Dengan kekuatan akal tertentu, seseorang akan benar-benar beriman kepada nabi tanpa harus bertemu dengan nabi. Dengan cara demikian pula Abu Bakar As-shidq benar-benar tidak mendustakan sedikitpun apa yang dikisahkan oleh nabi SAW  ketika Isra’ Mi’raj.

Penglihatan dan pendengaran orang-orang yang akalnya kuat mempunyai kualitas berbeda dengan orang-orang yang tidak berakal. Orang yang akalnya mencapai kedudukan lubb, atau ulul albab akan mendapatkan pelajaran berupa adz-dzikra. Mereka melihat dan mendengar hakikat-hakikat yang terdapat dalam segala sesuatu yang diturunkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Mereka adalah orang-orang yang dapat mengerti adz-dzikra yang terkandung dalam alquran,  yang diturunkan Allah dan terjaga keadaannya. Tidak ada yang dapat menyentuh Al-quran kecuali orang-orang yang disucikan, dan tidak memahami adz-dzikra kecuali orang yang telah menjadi ulul-albaab.

Alquran

Alquran adalah kitab yang diturunkan dari sisi Allah bagi seluruh makhluk. Allah tidak melepaskan Alquran dari tangan-Nya, dan memberikan salah satu ujungnya kepada manusia di alam dunia. Orang yang berpegang teguh kepada Alquran niscaya tidak akan celaka selamanya. Alquran adalah tali yang diturunkan kepada manusia sehingga manusia bisa berjalan menuju Allah dengan selamat.
Rasulullah SAW bersabda, "Maka bergembiralah kalian, karena Al-Qur'an ini satu ujungnya di tangan Allah, dan ujung yang lain ditangan kalian. Maka berpegang teguhlah dengannya, niscaya kalian tidak akan celaka selamanya". [HR. Thabrani no. 1539)
Alquran memberikan petunjuk kepada jalan yang paling lurus. Perjalanan manusia untuk kembali kepada Allah merupakan perjalanan yang sangat panjang, sulit dan penuh marabahaya. Akan sulit bagi seseorang untuk menempuh perjalanan itu tanpa berharap dan menjalin akal kepada Allah. Perlu waktu 50.000 tahun bagi manusia untuk menempuh perjalanan  di alam makhsyar, perjalanan yang sangat berat bagi seseorang agar bisa bertemu dengan rabb-nya. Akan tetapi alquran akan memberikan jalan yang paling lurus kepada manusia untuk bertemu rabb-Nya.

Akal manusia lah yang bisa menempuh perjalanan menuju Allah. Alquran adalah tali yang harus ditapaki manusia dengan akalnya. Alquranlah  yang akan menuntun manusia untuk mendapatkan jalan yang paling lurus menuju rabb-nya. Tanpa Alquran, manusia tidak akan mampu mendapatkan jalan, apalagi menempuhnya. Kalau menemukan jalan tanpa alquran, jalan itu hanya akan menipu manusia menuju tempat yang lain.

Alquran akan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal-amal shalihnya. Orang yang memahami alquran akan menemukan amal shalih yang harus dikerjakannya dari alquran, dan bila kemudian mengerjakan amal shalih yang ditentukan baginya, maka dia akan mendapatkan kabar tentang kedudukan dirinya di alam dunia dan di alam akhirat. Allah SWT akan menunjukkan tempat-tempat mi’raj (al-ma’arij) masing-masing.  Dengan amal shalih itu seseorang dapat berjalan dengan lebih singkat menuju rabb-nya, dan kelak di alam makhsyar  memerlukan perjalanan lebih singkat dari  50.000 tahun jika Allah menghendaki. Di sisi rabb-nya mereka akan mendapatkan pahala yang besar.
Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, [QS. Al-Israa' : 9]
Alquran adalah firman Allah yang berlaku abadi. Tidak ada satupun yang terjadi di suatu zaman tanpa terkait suatu petunjuk dari alquran. Alquran menerangkan setiap keadaan di setiap zaman, walaupun zaman selalu berubah-ubah. Alam semesta dan alquran keduanya adalah ayat Allah.  Alquran merupakan ayat Allah yang tertulis, sedangkan alam semesta adalah ayatnya yang terwujud. Penglihatan, pendengaran dan akal seseorang terhadap alam sekitarnya akan bernilai benar bila bersesuaian dengan Alquran, sebaliknya akan bernilai salah bila bertentangan dengan Alquran.  Kesesuaian atau pertentangan itu dapat dilihat oleh orang-orang yang dibersihkan. Semakin kuat akal seseorang, maka akan semakin jelas pemahamannya akan alquran.

Bila seseorang memahami Alquran, maka dirinya akan mengerti kehendak Allah atas zamannya itu. Seseorang  yang mengerti kehendak Allah bagi zamannya yang tersebut dalam Alquran harus menempatkan diri bersama dengan Alquran. Alquran akan menjelaskan keadaan dalam setiap zaman, dan keadaan setiap zaman akan terdapat penjelasannya dalam alquran. Bila seseorang memahami Alquran, dirinya akan melihat peredaran kitabullah pada jaman itu, maka seseorang harus menempatkan diri bersama dengan penjelasan kitabullah.
Hudzaifah berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Beredarlah kalian bersama Kitab Allah (Al-Qur'an) kemana saja ia beredar". [HR Hakim dalam Al-Mustadrak no. 2652)
Kegelapan dan bersinarnya suatu zaman akan tergantung pada pemahaman manusia akan alquran. Allah akan mengangkat derajat suatu kaum dengan alquran, dan merendahkan kaum yang lainnya dengan alquran. Suatu kaum akan terangkat derajatnya dengan memahami alquran dan akan rendah kedudukannya bila tidak memahami atau bertentangan dengan alquran. Kebangkitan peradaban umat manusia terletak pada pemahaman terhadap alquran.
Umar (bin Khaththab RA) berkata : Ketahuilah, sesungguhnya Nabi kalian SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya Allah mengangkat derajat beberapa kaum dengan Kitab Al-Qur'an ini, dan merendahkan kaum-kaum yang lain dengannya pula". [HR. Muslim juz 1, hal. 559] 
Alquran adalah kitab yang terjaga. Akan tetapi banyak orang yang tidak memahaminya. Hanya orang-orang yang disucikanlah yang dapat menyentuh dengan benar makna-makna dan nilai yang diterangkan dalam alquran. Orang yang tidak disucikan hanya dapat meraba-raba apa yang dimaksudkan dalam alquran, sedangkan orang yang disucikan akan mengerti apa yang sedang dijelaskan alquran dalam konteks kehidupan yang sedang dijalani. Pemahaman makna yang diperoleh oleh orang yang disucikan akan terangkum  dalam  ayat alquran  tidak akan berselisih dengan bunyi dzahirnya.
Maka apakah mereka tidak memperhatikan al Qur`an? Sekiranya al Qur`an itu bukan dari sisi Allah, tentu mereka sudah mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya”. [an Nisaa`/4 : 82]
Orang yang mengerti alquran berdasar pemahaman yang diturunkan dari sisi Allah akan melihat bahwa Alquran adalah kitab yang sempurna. Allah menurunkan pemahaman itu melalui akal. Sedangkan orang yang baru bisa meraba-raba ayat alquran akan menemukan pertentangan satu ayat dengan ayat yang lain. Orang yang mempertentangkan pemahamannya terhadap pemahaman orang lain, atau orang yang menemukan pertentangan ayat satu dengan yang lain menunjukkan bahwa dirinya belum memahami alquran. Bila pemahaman itu bukan dari sisi Allah, niscaya akan terdapat banyak pertentangan dijumpai  dalam alquran. Setiap orang bisa mendapatkan pemahaman yang berbeda terhadap satu ayat yang sama, akan tetapi pemahaman yang benar tidak akan saling bertentangan. Pemahaman ayat alquran yang berbeda hanya menunjukkan perbedaan sudut pandang, karena alquran mencakup segala spectrum makhluk.

Taghut

Kesucian hati adalah syarat mutlak untuk memahami alquran. Orang-orang yang mempunyai penyakit atau kotoran dalam hatinya tidak akan dapat menyentuh alquran. Apabila seseorang yang mempunyai penyakit hati berusaha mencari makna  alquran, sedikit atau banyak akan timbul sebuah pengertian yang tidak sesuai dengan pengertian yang dikehendaki Allah. Pengertian dari kitab suci yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki Allah itu disebut taghut. Penulis memohon agar tulisan ini terbebas dari taghut, akan tetapi tidak ada yang bisa menjamin bahwa tulisan ini terbebas dari taghut. Pembaca harus mencari sendiri pemahaman dari kitabullah dan menghayati apa yang tercantum dalam kitabullah agar terbebas dari taghut.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya (QS An-Nisaa : 60)
Orang yang disucikan akan melihat makna-makna yang terkandung dalam alquran sebagai petunjuk yang terang dalam kehidupannya, dan orang yang memiliki akal dalam derajat lubb akan melihat Al-haqq pada ayat-ayat alquran dan adz-dzikra di dalamnya. Orang yang belum memiliki kesucian hati akan melihat alquran dalam makna-makna dzahirnya. Ketika hawa nafsu dan keinginan dunia turut serta dalam memberi makna alquran, maka akan terlahir taghut. Orang menganggap bahwa pemahaman yang diperolehnya adalah sebuah kebenaran, akan tetapi sebenarnya terkandung kesesatan di dalamnya.

Dengan taghut inilah syaitan mengambil jalan untuk menyesatkan manusia. Alquran tidak akan tersentuh oleh syaitan ataupun manusia yang jahat yang berkeinginan menyesatkan manusia. Tidak ada yang dapat membengkokkan alquran hingga akhir zaman. Akan tetapi syaitan mampu menyesatkan manusia dengan taghut, yaitu pengertian kurang tepat dari Alquran yang disertai hawa nafsu dan syahwat manusia.

Muslimin diperintahkan menjauhi taghut. Alquran adalah petunjuk bagi setiap orang yang bertakwa. Dalam realita, kebanyakan umat islam zaman ini belum bertakwa, sehingga belum mempunyai kemampuan untuk melihat makna yang terkandung dalam ayat alquran yang memberi petunjuk hingga konteks kesehariannya. Kebanyakan muslimin baru sekadar mengikuti apa yang disampaikan oleh orang yang dianggap sebagai ulama. Dalam hal ini, manusia diperintahkan untuk tidak berhakim kepada taghut, yaitu dirinya wajib untuk mengambil pengertian yang paling dekat dengan makna yang bisa diketahuinya dari ayat alquran. Setiap orang tidak diperbolehkan mengambil pemahaman yang diketahuinya menyimpang dari ayat alquran, sedikitnya ataupun yang jelas menyimpang. Tidak mengambil  tidak berarti harus menolak karena boleh jadi dirinya belum memahaminya.

Taghut merupakan pijakan awal syaitan untuk menyimpangkan manusia dengan bacaaan kitab suci. Pada level lebih lanjut, syaitan akan menjadikan manusia beriman pada jibt dan taghut.  Syaitan bersama balatentaranya akan membuat perkataan-perkataan yang tidak mempunyai dasar dalam alquran,  jauh menyimpang dari firman Allah dan petunjuk nabi, dan bahkan bertentangan. Itu adalah al-jibt. Orang-orang yang terbiasa mengikuti taghut akan mempercayai bahwa al-jibt adalah kebenaran yang harus mereka pegang.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir, bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. (QS An-Nisaa : 51)
Orang-orang yang beriman kepada al-jibt dan taghut mempunyai ciri merasa sebagai orang-orang yang paling benar jalannya, bahkan merasa lebih benar dari orang-orang yang beriman.  Mereka mengatakan kepada orang-orang kafir bahwa mereka adalah orang yang paling benar jalannya. Terhadap orang beriman, mereka mencari-cari dan mempublikasi kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang beriman. Mereka merasa sebagai orang yang paling benar jalannya. Mereka menghalangi manusia untuk mengenal kebenaran dengan memperburuk citra orang-orang yang beriman, dan memaksa manusia untuk mengimani taghut mereka.

Mereka yang beriman hingga pada aljibt dan taghut adalah bagian dari orang-orang yang mendapatkan murka dari Allah.  Kesesatan telah menghinggapi mereka sehingga mereka mendustakan orang-orang yang beriman dan beriman kepada al-jibt dan taghut. Mereka tidak mampu melihat apa yang bernilai kebaikan dan hawa nafsu menjadikan mereka melihat diri sendiri sebagai orang yang paling benar jalannya.

Kebodohan itu adalah karena mereka tidak menghidupkan qalb di dalam dada mereka, dan memahami alquran dan petunjuk nabi berdasar hawa nafsunya.  Qalb, mata hati, telinga hati dan akal hanya akan tumbuh bila seseorang mempunyai perhatian dan kasih sayang kepada sekitar mereka. Bila kebenaran dipelajari dengan hawa nafsu, maka orang akan tersesat hingga mendapat murka Allah.
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak menggunakan akalnya. (QS Al-Anfaal:22)
Orang yang tidak menghidupkan qalb nya, yaitu orang yang memperhatikan hanya dirinya sendiri adalah makhluk yang seburuk-buruknya di sisi Allah.  Manusia perlu memperhatikan masyarakat dan lingkungan sekitarnya, dan membangun akal yang terhubung dengan Allah agar terlahir menjadi makhluk yang sebaik-baiknya. Seburuk-buruk makhluk inilah hal yang dahulu menghantui para malaikat muqarrabun, dan sebaik-baik makhluk adalah yang dikehendaki Allah atas manusia.

Selasa, 22 Agustus 2017

Munafikin dan Kekuasaan Sinarki

Telah tiba masa yang diceritakan oleh rasulullah SAW tentang umat islam, di mana umat-umat di dunia akan mengerumuni umat islam dari seluruh penjuru seperti  memperebutkan makanan yang terhidang. Mereka memperebutkan segala sesuatu  yang ada di tangan umat islam, satu dengan yang lain saling bersekutu untuk merebutnya dari tangan umat islam.

Di wilayah timur tengah dan afrika, negara-negara islam yang tidak tunduk kepada kekuatan barat dihancurleburkan dengan pengacau-pengacau yang didatangkan oleh kekuatan tersembunyi, seperti iblis yang mendatangkan madlarat kepada manusia dengan cara tersembunyi.  Di wilayah Asia, negara-negara dengan penduduk mayoritas islam dijadikan sentra untuk menghasilkan barang-barang haram yang meracuni manusia dengan operasi yang rumit. Indonesia sebagai bangsa  dengan penduduk mayoritas muslimin  yang mampu merebut kemerdekaan dari bangsa kolonialis pun tidak lepas dari perebutan kekayaan oleh korporasi-korporasi multinasional. Semua usaha itu terjadi secara sinergis dilakukan oleh pihak-pihak yang berafiliasi pada sinarki internasional.
Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat  mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai buih yang mengambang di atas air. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278)
Perebutan atas umat islam itu terjadi bukan karena orang-orang islam sedikit. Orang-orang islam sangatlah banyak akan tetapi hal itu tidak membuat bangsa-bangsa takut untuk memperebutkan segala sesuatu yang ada di kalangan umat islam. Allah telah menghilangkan rasa takut dari hati musuh umat islam, dan mereka memandang umat islam sebagai umat yang lemah.

Pelemahan Umat Islam

Kelemahan yang menimpa umat islam adalah serupa dengan buih yang terombang-ambing di atas air. Buih adalah gelembung yang terbentuk pada waktu air yang mengandung kotoran dikacaukan. Buih  sulit terbentuk pada air yang bersih, dan tidak dapat bertahan bila tidak berpijak pada air.  Buih tidak mempunyai pijakan yang kokoh,  dan tidak mempunyai banyak kekuatan sehingga mereka hanya mengikuti gerakan sesuatu yang menjadi landasan mereka. Sekalipun banyak, buih tidak dapat menahan segala sesuatu yang datang kepada mereka.

Umat islam akan atau sedang ditimpa keadaan sebagaimana  keadaan buih. Orang-orang musyrik berusaha menciptakan golongan musyrikin dari kalangan muslimin sebagaimana disebutkan QS Arruum :32-33, dan orang musyrik dari golongan orang muslim mengaduk-aduk ajaran islam sehingga umat islam akan seperti buih. Syaitan memerintahkan untuk membuat perkataan-perkataan tentang Allah tanpa berdasar pengetahuan, maka mereka membuat-buat perkataan-perkataan itu  dan membuat kekacauan bagi umat islam. Sebagian (besar?) umat islam akan terpengaruh oleh hasil pengacauan akidah yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah.

Umat islam akan terpengaruh oleh ajaran itu. Dengan mengikuti ajaran itu,  umat islam tidak mempunyai pijakan yang kokoh dalam beragama sehingga Allah mencabut rasa takut dari hati musuhnya. Umat islam tidak akan berhasil membangun kekuatan di antara mereka karena mengikuti ajaran-ajaran itu, dan yang lebih buruk, umat islam akan ditimpa suatu penyakit yang menyerupai keadaan orang-orang munafik, yaitu penyakit Al-wahn. Penyakit itu berupa rasa cinta dunia dan takut mati.

Munafikin Pelemah Umat Islam

Orang yang membuat dan membesar-besarkan perkataan tentang Allah tanpa berdasar pengetahuan adalah orang-orang munafik. Umat islam yang mengikutinya akan terserang penyakit yang menyerupai penyakit orang munafik. Dalam hati orang-orang munafik itu terdapat penyakit, dan Allah akan menambahkan banyak penyakit pada hati mereka. Pangkal dari penyakit hati di kalangan orang munafik adalah kecintaan kepada kehidupan dunia, dan kecintaan itu membuat mereka takut akan kematian. Muslimin yang mengikutinya akan terserang penyakit yang menyerupainya, yaitu penyakit al-wahn.
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (QS Al-Baqarah : 8-10)
Orang-orang munafik membuat perkataan-perkataan dusta, oleh karenanya mereka akan ditimpa siksa yang pedih. Perkataan-perkataan itu dimaksudkan untuk menipu Allah dan menipu orang-orang beriman, akan tetapi sebenarnya tipuan mereka adalah untuk diri mereka sendiri sementara mereka tidak menyadari. Perkataan mereka itu akan membuat mereka bodoh akan tetapi dirinya merasa berilmu. Hati mereka penuh penyakit yang bertambah-tambah tanpa menyadari bahwa mereka berpenyakit hati. Mereka hidup di ruang kesadaran mereka sendiri yang tertutup dari jalan menuju Allah. Semakin bertambah usia mereka akan semakin bertambah waham yang mengungkung mereka, sehingga dirinya tidak mengetahui keadaan dirinya yang sebenarnya penuh penyakit hati dan bodoh.

Kerusakan Oleh Munafikin

Dengan kesadaran semacam itu, mereka tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan kerusakan. Apabila dikatakan kepada mereka agar jangan membuat kerusakan di muka bumi, mereka mengatakan bahwa mereka sesungguhnya orang-orang yang mengadakan perbaikan. Mereka sesungguhnya orang-orang yang membuat kerusakan, akan tetapi mereka tidak menyadari. Mereka terkurung  oleh ruang kesadaran yang salah karena hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman.
Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS Al-Baqarah : 11-12)
Perkataan-perkataan mereka bukanlah perkataan yang jelas kesalahannya. Yang diperbuat oleh para pemimpin di kalangan mereka adalah mempertukarkan ayat satu dengan ayat yang lain,  tidak meletakkan suatu ayat pada tempat yang benar. Mereka mencabut ayat dari konteks yang sebenarnya dan digunakan untuk membangkitkan kebingunan di antara umat islam. Para pengikut mereka adalah orang-orang yang tekun membaca kitab suci, sehingga mereka mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang berilmu.
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (QS Al-Baqarah : 13)
Waham yang melanda mereka membuat mereka memandang diri sendiri sebagai orang yang berilmu dan memandang orang beriman sebagai orang yang bodoh. Alquran menegaskan,  mereka yang memandang umat islam selain  mereka sebagai orang bodoh itulah orang-orang yang sebenarnya bodoh. Mereka bodoh tetapi merasa berilmu sehingga tidak mendapat celah untuk menggapai iman. 

Mereka menganggap diri mereka sebagai kelompok orang-orang yang berilmu dan memandang golongan yang  lain bodoh dan tidak berilmu. Sekian banyak ayat-ayat Alquran dan hadits mereka pegang secara literal dan hal itu mereka bangga-banggakan sebagai ilmu, akan tetapi sebenarnya mereka tidak memegang firman Allah dan petunjuk nabi dengan benar. Hal yang menjadi dasar pemahaman kitab suci  sama sekali tidak pernah mereka jalankan, dan  kemudian mereka terjebak memahami kitab suci dengan mengandalkan kecerdasan kepala mereka, bukan dengan hati mereka. Hati mereka penuh penyakit yang bertambah-tambah. 

Akidah mereka tidaklah sama dengan keimanan kaum mukminin. Mereka memandang orang-orang beriman sebagai orang-orang yang bodoh tidak berilmu. Mereka mempunyai akidah yang baru dan berbeda dibandingkan generasi umat islam sebelumnya. Bid’ah yang terselip dalam akidah mereka membuat mereka memandang diri mereka sebagai pembaharu pemurni akidah. Mereka merasa sebagai kaum yang mempunyai akidah paling benar. Mereka melakukan gerakan pemurnian islam, padahal mereka itu melakukan perusakan. Apabila dikatakan kepada mereka untuk tidak melakukan kerusakan, mereka mengatakan bahwa sesungguhnya mereka itu hanyalah melakukan perbaikan. Mereka merasa melakukan perbaikan akidah, padahal sesungguhnya mereka itu telah melakukan perusakan akidah.

Syaitan sebagai Pemimpin

Sebagian di antara mereka  adalah  syaitan-syaitan berwujud manusia, dan sebagian di antara  mereka adalah orang-orang yang bergaul dengan orang-orang beriman dan lebih akrab bergaul dengan syaitan-syaitan itu. Kelak dari mereka itu akan muncul tanduk syaitan, yaitu dari Najd. Mereka itu adalah para pemimpin orang-orang munafik yang menyesatkan manusia dari jalan Allah. 
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami bersama dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". (QS Al-Baqarah: 13-14)
Urusan syaitan-syaitan di antara mereka adalah membuat perkataan-perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan. Mereka membuat tuntunan dan kerangka pengetahuan bagi manusia untuk mengenal Allah, dan mengatakan bahwa yang mereka ajarkan adalah ilmu tauhid. Akan tetapi ilmu mereka sebenarnya justru  melepaskan manusia dari jalan tauhid yang dikehendaki Allah tanpa manusia merasakan lepasnya jalan itu.

Allah adalah tempat bergantung bagi semua makhluk, dimana manusia yang merindu-Nya dapat berharap untuk mengenal Allah. Dalam Ilmu tauhid buatan munafikin, mereka memperlakukan Allah sebagai objek yang dapat didefinisikan dengan logika. Mereka menolak dikatakan untuk berusaha mengenal Allah dengan logika, akan tetapi akidah mereka sama sekali tidak terlepas dari domain logika. Sangat banyak cacat dalam metode itu, dan akidah mereka untuk menutupi cacat itu menunjukkan bahwa metode mereka tidak terlepas dari fenomena domain logika. Mereka menutupi cacat dengan menutup natur logika berupa  larangan untuk melakukan tamtsil, tahrif, takwil, takyif dan lain-lain yang sepenuhnya merupakan fenomena dalam domain logika. Pada jalan yang benar, orang yang bertauhid tidak akan menjumpai fenomena ini.

Jalan tauhid untuk mengenal Allah adalah jalan taubat, bukan tauhid yang mereka buat. Jalan taubat menyentuh hal yang paling fundamental, tidak sekadar bermain logika. Manusia dituntut untuk selalu menyadari sepenuhnya bahwa dirinya diciptakan di dunia, alam yang paling jauh dari sumber cahaya,  menyadari bahwa dirinya perlu kembali kepada sumber cahaya agar dapat mengenal Allah. Manusia perlu berjalan dengan mengubah sifat duniawi dirinya  dengan sifat yang dikehendaki Allah bagi dirinya, agar Allah berkenan memperkenalkan asma dan sifat-Nya.

Untuk mengenal rububiyah-Nya, manusia perlu mengabdi secara murni dengan amal-amal yang telah ditetapkan Allah bagi dirinya sebelum dirinya dilahirkan. Mengenal amal dirinya itu hanya dapat diperoleh dengan hati bersih dan dengan keinginan menghamba secara sungguh-sungguh dan benar. Jalan ubudiyah dengan amal yang telah ditentukan itulah yang akan mengantar manusia berjalan menuju Allah. Jalan Tauhid yang benar itu akan memotong semua pemahaman taghut dan hati yang tidak bersih, sedangkan tauhid buatan munafikin hanya akan menyuburkannya.

Syaitan memerintahkan agar manusia mengatakan tentang Allah dengan apa-apa yang tidak diketahui. Tauhid yang mereka buat adalah tauhid yang demikian. Mereka mengatakan tentang Allah dengan apa-apa yang tidak mereka ketahui. Hal itu telah cukup untuk membuat manusia terlepas dari jalan tauhid. Manusia yang mengikutinya merasa bahwa mereka telah mengenal Allah sehingga tidak berjalan untuk kembali kepada Allah, dan lebih buruk lagi sebagian merasa sebagai orang yang paling benar. Mereka terombang-ambing dalam paham thaghut. Itulah yang membuat umat islam menjadi bagaikan buih yang terombang-ambing di atas air, tidak mempunyai pijakan yang kokoh.

Syaitan-syaitan akan membuat perkataan-perkataan indah untuk menipu manusia. Dari mereka muncul perkataan-perkataan indah yang melahirkan gerakan-gerakan atas nama islam, akan tetapi sebenarnya hal itu merupakan tipuan yang indah. Mereka memberikan nama yang indah bagi perkataan-perkataan mereka, menyembunyikan perihal yang sebenarnya dari perbuatan mereka. Timbul banyak kerusakan akibat perbuatan mereka, sementara mereka merasa berbuat kebaikan.

Olok-olok dan Kesesatan yang Diperbuat

Mereka memandang diri mereka  berilmu dan memandang bodoh orang-orang yang beriman, akan tetapi apabila mereka bersama-sama orang beriman, mereka mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah beriman. Mereka menampakkan diri kepada orang-orang mukmin  sebagai orang-orang yang beriman, akan tetapi hati mereka tetap bersama syaitan-syaitan di antara mereka. Mereka hanyalah memperolok-olok orang-orang beriman. Kelak Allah akan membalas olok-olok mereka kepada orang-orang beriman sehingga mereka menjadi golongan yang hina. 

Mereka membuat pemahaman-pemahaman agama secara melampaui batas, dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mengikuti ajaran mereka akan membuat umat islam terombang-ambing dalam taghut, yaitu pemahaman-pemahaman agama yang keluar melampaui batas-batas yang dikehendaki Allah. Muslimin akan semakin terombang-ambing dalam taghut bilamana semakin berbangga dengan taghut mereka,  mengklaim sebagai pemilik kebenaran 

Pemahaman atas  firman Allah dan petunjuk nabi dengan memperturutkan hawa nafsu akan membawa pada kesesatan thugyan (taghut), yaitu pemahaman melampaui batas yang dikehendaki Allah. Pemahaman thugyan inilah yang akan membuat masyarakat muslimin terombang-ambing seperti buih. Allah membiarkan orang-orang munafik terombang-ambing dalam pemahaman melampaui batas, maka muslimin yang mengikuti mereka juga  akan terombang-ambing sebagaimana buih. 
Allah akan mengolok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka (QS Al-Baqarah  15).
Muslimin yang mengikuti pemahaman melampaui batas (thugyan)  akan menjadi mudah dipermainkan oleh syaitan dan balatentaranya, sekalipun berpegang teguh dengan penuh semangat pada Alquran dan petunjuk nabi. Obat dari kelemahan seperti itu adalah kembali memahami dan menjalankan  firman Allah dan petunjuk rasulullah sesuai dengan batas yang dikehendaki-Nya secara presisi, tidak menuruti hawa nafsunya. Firman Allah dan petunjuk rasulullah SAW telah paripurna, tidak perlu membuat-buat  sandaran-sandaran baru untuk memahaminya. Kedua hal di atas telah mencukupi bagi umat muslim untuk mencari pemahaman agama sesuai dengan kehendak-Nya.

Keadaan dan Misal bagi Munafikin

Orang-orang munafik membuat perkataan-perkataan yang menjerumuskan umat islam pada sikap melampaui batas. Mereka menggunakan petunjuk-petunjuk untuk menyeret umat islam melampaui batas sehingga umat islam terombang-ambing dalam taghut. Orang-orang munafik telah memperjualbelikan petunjuk-petunjuk dengan  kesesatan. Perniagaan mereka dalam petunjuk dan kesesatan itu tidak akan mendatangkan keuntungan bagi mereka, dan mereka tidak akan mendapatkan petunjuk yang dapat menyelamatkan mereka untuk menempuh jalan yang lurus.
Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk (QS Al-Baqarah : 16). 
Mereka membacakan ayat-ayat Allah dan petunjuk Rasulullah SAW  kepada orang-orang yang ada di sekeliling mereka agar mendapatkan keuntungan duniawi bagi mereka. Ketika terdapat orang-orang yang mendapatkan cahaya dari ayat-ayat dan petunjuk yang mereka bacakan, mereka justru akan mendustakan cahaya itu. Allah menghilangkan cahaya bagi mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan. Mereka tidak dapat melihat cahaya dari ayat-ayat yang mereka bacakan kepada orang-orang di sekeliling mereka.
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat (QS Al-Baqarah :17)
Mereka adalah orang-orang yang bisu, buta dan tuli terhadap ayat-ayat Allah. Sekalipun mereka membacakan ayat-ayat tentang dakwah rasulullah SAW dan para sahabat yang menyertai beliau untuk kembali kepada Allah dengan bashirah yang nyata, dan mereka mengaku sebagai kaum yang berbuat mengikuti dakwah rasulullah SAW demikian, mereka tidaklah dalam keadaan demikian. Ayat berikutnya menepis semua perkataan mereka. Mereka adalah orang yang tuli, bisu dan buta, dan mereka bukanlah orang yang kembali kepada Allah.
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka  kembali (QS Al-Baqarah 18)
Alquran menafikan dengan tegas klaim-klaim mereka. Mereka mengaku  mengajak manusia untuk kembali kepada Allah dengan bashirah yang nyata sebagaimana yang diperbuat oleh rasulullah dan orang-orang yang menyertainya . Alquran mengatakan mereka tidaklah kembali kepada Allah dan mereka adalah orang yang buta, bisu dan tuli terhadap kebenaran.

Perkataan mereka bukanlah perkataan yang benar walaupun berdasarkan dalil-dalil dari firman Allah. Bukan dalil  yang mereka gunakan yang salah, tetapi cara mereka memahami yang salah. Mereka tidak melihat cahaya dari ayat-ayat yang mereka bacakan, dan mereka tidak mendengar kebenaran apabila ayat-ayat itu dibacakan kepada mereka.

Kamis, 17 Agustus 2017

Sinarki dan Perpecahan Muslimin

Allah telah menciptakan dunia dengan al-haq, kebenaran yang menuntun manusia untuk mengenal Allah SWT. Akan tetapi kebanyakan manusia tertipu dengan dunia. Mereka menjadikan dunia sebagai tujuan dan melupakan Allah sebagai sumber kebaikan yang sebenarnya bagi dirinya. Sebagian manusia beriman kepada Allah dengan iman yang sebenar-benarnya sebagaimana para nabi. Sebagian manusia mencintai kehidupan dunia dengan sebenar-benarnya sehingga menjadi musyrikin penyembah tuhan yang lain selain Allah. Dan sebagian manusia mencintai kehidupan dunia sekaligus mengakui beriman kepada kehidupan akhirat.

Orang-orang musyrik menyembah tuhan-tuhan selain Allah karena mereka mencintai kehidupan dunia dan tidak mempunyai kepedulian terhadap  kebaikan dan kebenaran. Mereka adalah orang-orang jahat yang lebih mementingkan kehidupan dunia bagi diri mereka sendiri tanpa mempedulikan kebaikan bagi masyarakat sekitarnya. Mereka rela untuk berbuat jahat terhadap orang lain demi keuntungan diri sendiri.  Keinginan mereka  terhadap dunia  itulah yang menjadi pijakan syaitan untuk menyeret manusia untuk bersembah kepada selain Allah. 

Syaitan menjanjikan kekuasaan dan kekayaan kepada orang-orang yang menyembahnya. Bahkan syaitan menjanjikan kepada penyembahnya untuk menjadikannya tuhan sesembahan manusia bersama dengan dirinya, sebagaimana pengakuan fir’aun kepada Musa a.s :
(Fir’aun) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi". (QS An-Naziat:24)
Fir’aun adalah seorang manusia yang menginginkan kekuasaan dan kekayaan bagi dirinya, oleh karena itu dia menyembah kepada Iblis untuk memberikan kekuasaan kepadanya. Iblis menipu fir’aun dengan menjadikannya sebagai salah satu dewa sesembahan manusia, sehingga fir’aun mengatakan bahwa dirinya adalah tuhan yang tertinggi bagi manusia. 

Musyrikin dan Perbuatan Keji

Dalam kepercayaan  pagan mesir, Dewa ra adalah Iblis yang menjadi sesembahan bagi fir’aun, sedangkan fir’aun adalah perwujudan dari dewa Osiris yang menjadi sesembahan bagi masyarakat musyrik mesir. Ratu kerajaan mesir adalah perwujudan dari dewa Isis yang dianggap menjadi sumber kemakmuran bagi negeri mesir. Dengan kepercayaan seperti itu, maka firaun mengatakan bahwa dirinya adalah tuhan yang tertinggi bagi manusia.

Iblis tidaklah memberikan kekuasaan kepada Fir’aun. Iblis hanya memberikan teknik dan pengetahuan tentang kekejian dan sihir untuk mengatur manusia dan alam sekitarnya. Fir’aun mengambil dari iblis pengetahuan yang membuat dia mampu untuk berkuasa di negerinya. Karena pengetahuan itulah perbuatan fir’aun menyerupai perbuatan iblis bagi manusia. Fir’aun berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, menindas golongan yang ada pada masyarakatnya untuk keuntungan masyarakat yang lain.
Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi  itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi  (QS Al-Qashas :4-5)
Firaun mencitrakan  dirinya sebagai orang yang tinggi hebat dalam semua perbuatannya bagi masyarakat mesir dan masyarakat dunia, sehingga masyarakat memandang dirinya pantas dijadikan sebagai  penguasa di antara mereka. Fir’aun selalu mengejar kemegahan-kemegahan untuk ditampilkan di muka bumi agar dirinya dipandang tinggi di antara manusia di muka bumi.

Untuk menguasai masyarakat mesir, Fir’aun melakukan politik pecah belah di antara masyarakat agar masyarakatnya lemah tidak mampu untuk membangun kebaikan di antara mereka, dan lemah  untuk menyadari keburukan yang diperbuat fir’aun bagi mereka. Mereka dibuat untuk tidak melihat fir’aun sebagai  sumber kesengsaraan mereka, tetapi malah sebagai sumber kebaikan dan persatuan bagi mereka.

Segolongan manusia selalu dibuat tertindas dalam pemerintahan fir’aun, yaitu golongan orang-orang yang dikehendaki Allah untuk dijadikan sebagai pemimpin dan orang-orang yang mewarisi bumi. Golongan yang selalu ditindas dalam pemerintahan fir’aun  adalah golongan orang-orang yang beriman dan beramal shalih, yaitu golongan yang akan dijadikan Allah SWT sebagai golongan pewaris bumi.

Anak-anak laki-laki di antara kaum yang tertindas itu acapkali disembelih. Sebagian di antara anak-anak laki-laki itu dijadikan sebagai tumbal untuk persembahan bagi dewa Osiris  dalam upacara pengorbanan bagi patung sapi, dan sebagian besar dibunuh dengan tujuan agar tidak tumbuh pemimpin yang kuat dalam masyarakat Israel sehingga umat Israel selalu lemah. Sedangkan anak-anak perempuan dibiarkan hidup untuk menjadi perhiasan kehidupan dunia mereka.

Dengan perbuatan-perbuatan itu, Fir’aun benar-benar telah berbuat kerusakan di muka bumi. Sekian banyak peninggalan-peninggalan yang megah telah dibuat oleh Fir’aun, akan tetapi tidak ada kebaikan dari peninggalan-peninggalan itu. Kerusakan yang dibuat oleh Fir’aun jauh lebih besar daripada tampilan megah yang ditampakkan kepada manusia.

Dengan cara itulah fir’aun menciptakan dan mempertahankan hegemoni atas kerajaannya. Fir’aun menjadikan dirinya sebagai citra syaitan dalam hal kekejian dan kejahatan perbuatannya,  sebagai strategi untuk menguasai kerajaan. Citra itu membuat masyarakat mesir harus melihat Fir'aun dengan kacamata ganda, sebagai orang yang hebat akan tetapi jahat dan keji. Kekejian dan kejahatan merupakan ciri khas pemerintahan syaitan atas manusia.  Selain kekejian dan kejahatan, khusus di antara orang-orang beriman iblis memerintahkan agar manusia mengatakan terhadap Allah apa yang tidak diketahuinya. Perkataan dusta terhadap Allah inilah yang  digunakan oleh wali-wali syaitan untuk memecah belah manusia khususnya kaum yang beriman .
Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui (QS Al-Baqarah : 169)

Sinarkisme Musyrikin

Firaun telah berlalu, namun syaitan akan selalu berusaha menguasai manusia ketika kegelapan datang melanda manusia. Fir’aun adalah manifestasi kekuasaan dan kerajaan syaitan atas manusia. Barangkali belum ada manusia di dunia modern ini yang memiliki dedikasi terhadap Iblis sebagaimana dedikasi Fir’aun. Musyrikin modern harus bersembunyi dari pandangan manusia karena agama telah sempurna diturunkan bagi manusia ketika Rasulullah Muhammad SAW diutus. Akan tetapi kelak akan muncul dajjal yang melebihi Fir’aun. 

Secara tak kasat mata, umat manusia dewasa ini sebenarnya masih terkungkung dalam hegemoni syaitan, misalnya dalam masalah  riba. Riba merupakan salah satu instrument syaitan untuk menjerat manusia dalam sistem yang keji.  Dengan sistem keuangan dan perbankan ribawi, segelintir  kecil masyarakat dapat mengumpulkan sekian banyak bagian harta di antara masyarakat, sedangkan sebagian besar masyarakat hanya mendapatkan sebagian kecil dari harta yang beredar. Sebagian besar masyarakat dunia dipekerjakan untuk memperkaya orang-orang yang menguasai banyak harta .

Hegemoni sistem keuangan dan perbankan ribawi itu sedemikian kuat sehingga hampir tidak ada manusia yang bisa terlepas dari sistem riba itu. Karena kekuatan hegemoninya, sebagian besar manusia memandang bahwa keuangan dan perbankan ribawi itu memang sepantasnya menguasai kehidupan mereka. Hanya sebagian kecil manusia menyadari bahwa sistem keuangan dan perbankan riba telah menjerat kehidupan mereka, namun tidak mengetahui cara untuk melepas kehidupan manusia dari riba.

Penguasa sistem keuangan di hampir seluruh dunia dewasa ini sebenarnya mengkerucut pada suatu sekelompok manusia tertentu, tidak bercabang banyak. Mereka itu adalah orang-orang yang telah terbiasa berbicara dengan syaitan. Mereka itu tidak dapat  tegak dalam riba tanpa pembicaraan syaitan kepada mereka sebagaimana orang mabuk yang tidak bisa berbuat apa-apa dengan benar. Mereka yang mengendalikan riba itu pula yang melakukan gerakan kolonialisme dan imperialism modern. Merekalah yang menjadi puncak sinarkisme di seluruh dunia. Mereka mengikuti bacaan syaitan atas kerajaan Sulaiman a.s. Babilonia baru menjadi sebuah visi  cita-cita besar mereka.

Mereka mengatur dunia sesuai dengan cara  syaitan mengatur manusia, sebagaimana terwujud dalam sosok Fir’aun. Manusia dibuat menjadi beberapa kelompok kemudian dimunculkan di setiap kelompok itu kebencian dan permusuhan antara satu dengan yang lain. Setiap kelompok dibuat mengikuti suatu fanatisme kelompoknya dan dibuat mudah untuk berselisih dengan kelompok yang lain.

Sejak kemunduran dunia islam mereka dengan leluasa memecah belah manusia demi tercapainya tujuan mereka, yaitu Babilonia baru yang berada di bawah kekuasaan mereka.  Dalam rumusan mereka, dunia akan dibuat mengalami tiga fase perang dunia untuk mencapai tujuan itu. Dua perang dunia di antaranya telah terjadi, sedangkan perang dunia ketiga akan dibuat dengan sasaran melenyapkan agama dari muka bumi dan menjadikan seluruh manusia menyembah syaitan. Untuk itu mereka akan membuat perang dunia ketiga antara muslimin dengan dunia liberal, sedemikian sehingga tercapai sebuah keadaan dimana tidak ada  orang  percaya dengan sang Khalik dan tidak ada pula orang atheist. Semuanya akan dibuat menyembah dan tunduk kepada syaitan.

Bagi para penghamba syaitan, mereka diberi janji kosong berupa kerajaan yang membentang di seluruh dunia. Masyarakat besar akan dibuat sebagai budak yang bekerja bagi kemakmuran mereka yang menghamba kepada syaitan. Negara sosialis seperi Uni Soviet merupakan prototype sosialisme yang mereka inginkan, dimana para pemimpin dapat berpesta di atas hasil jerih payah warga negaranya. Negara sosialis yang akan mereka bentuk akan lebih kejam daripada prototype itu.

Tafriq  di antara  Muslimin

Terhadap orang-orang islam, orang-orang musyrik itu benar-benar memecah belah umat islam agar orang islam tidak menjadi kuat. Mereka menjadikan sebagian di antara umat islam sebagai agen-agen yang menyebarkan fanatisme dan permusuhan di antara umat islam. Orang-orang yang mengikuti dakwah para agen musyrikin akan termasuk dalam golongan musyrikin.
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka bergolongan-golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (QS Ar-Ruum : 32-33)
Alquran telah menjelaskan ciri-ciri para agen dan pengikut musyrikin dengan jelas, sebagaimana disebutkan dalam surat an-Nisaa ayat 48-52.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun.
Perhatikanlah, betapakah mereka mengada-adakan dusta terhadap Allah? Dan cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka).
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang  kafir, bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
(QS An-Nisaa : 48-52)
Ciri mereka di antaranya adalah menganggap dirinya bersih. Mereka menganggap orang lain tidak bersih dan menganggap diri sendiri bersih, sehingga mereka perlu melakukan gerakan tashfiyah dan tarbiyah, padahal Allah lah yang akan membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.  Mereka juga membuat perkataan-perkataan dusta tentang Allah dengan rumusan ilmu tauhid tidak sebagaimana yang dikehendaki Allah. Mereka itu adalah pelaksana perintah syaitan untuk membuat perkataan-perkataan dusta tentang Allah untuk menutup manusia dari jalan Allah. Mereka itu beriman kepada aljibt dan taghut, sehingga mereka memahami dan menjalani agama melampaui batas yang ditetapkan Allah. Itulah di antara ciri-ciri agen orang musyrikin yang berada di antara umat islam. Mereka membagi umat islam dalam berbagai kelompok dan membangkit-bangkitkan kebanggaan atas kelompoknya sendiri, dan tujuan  utama  untuk memecah-belah umat islam.

Mereka itu mengharap bahwa mereka akan mendapatkan bagian dari kerajaan. Apa yang mereka lakukan bertujuan agar mereka mendapatkan bagian dari kerajaan. Mereka melakukan perbuatan demikian tidak semata-mata untuk memperjuangkan keyakinan dan ajaran itu, tetapi yang mereka perjuangkan adalah bagian dari kerajaan. Mereka menjadi ulama-ulama yang menginginkan menjadi bagian dari kerajaan.
Ataukah ada bagi mereka bahagian dari kerajaan (kekuasaan)? Maka jika demikian  mereka tidak akan memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia
(QS An-Nisaa : 53)
Tidak ada sesuatupun kebaikan yang dapat diberikan oleh ulama-ulama yang demikian, yaitu ulama yang mengharapkan bagian dari kerajaan. Mereka tidak akan dapat memberikan kepada manusia sedikitpun kebaikan, karena mereka hanyalah alat bagi kerajaan. Manusia tidak sepantasnya berharap mendapatkan kebaikan dari para ulama yang menjadi bagian dari kerajaan orang-orang musyrik.

Kerajaan yang dimaksud ayat di atas saat ini berbentuk sinarki yang tidak banyak dikenal oleh masyarakat, dimana kekuasaan dikendalikan oleh sekelompok rahasia. Secara populer, kelompok itu dikenal sebagai Novus Ordo Seclorum (NWO). Mereka memberikan bagian kepada orang yang melakukan perbuatan-perbuatan itu bagi mereka. Kerajaan itu saat ini merupakan bagian dari Novus Ordo Seclorum, bukan kerajaan dari orang beriman. Sebelum kerajaan itu berdiri, musyrikin telah merencanakan mendirikan kerajaan itu, dan akan memberikan bagian kekuasaan kepada agen-agen mereka yang membantu kerajaannya. Ketika kerajaan itu telah berdiri, mereka tetap merupakan bagian dari kerajaan orang-orang musyrik sekalipun mereka mengaku sebagai kelompok yang paling benar jalannya.

Penindasan terhadap Muslimin

Orang-orang musyrik akan melakukan penindasan kepada orang-orang beriman dan beramal shalih sebagaimana Fir’aun melakukan hal itu.  Dewasa ini, negara-negara dengan penduduk mayoritas islam yang tidak membangun afiliasi dan tunduk kepada negara-negara yang dikendalikan musyrikin mendapatkan tekanan yang tidak mudah. Orang-orang musyrik dengan segala tipuannya membangkitkan kekacauan di dalam negeri-negeri  itu. Suriah, Yaman, Libya dan negara-negara muslimin lain dapat menjadi contoh sebagai negeri yang  telah mengalami penindasan dari musyrikin.

Pembunuhan terhadap anak-anak laki dari kalangan orang-orang beriman dan membiarkan anak-anak perempuannya mungkin tidak terlihat secara nyata. Akan tetapi telah menjadi tabiat  bahwa  syaitan akan selalu berusaha dengan mekanisme demikian. Hal itu sudah tertulis dalam alkitab.  Syaitan bersama orang-orang yang menghambanya  akan selalu berusaha membuat manusia lemah dan bodoh agar dapat diperbudak. Mereka berusaha menghilangkan calon-calon orang berilmu dari kalangan orang beriman yang berpotensi untuk mencapai kehidupan yang beradab. Dan syaitan akan membiarkan orang-orang yang menjadi penghias kehidupan dunia.

Sekian banyak kecurigaan muncul di antara manusia bahwa ada suatu usaha sistematis untuk meperlemah manusia. Berbagai usaha dalam skala lokal maupun internasional yang melibatkan korporasi-korporasi besar terutama di negara-negara berkembang dan muslim dicurigai sebagai usaha memperlemah manusia. Namun segala kecurigaan itu dimentahkan dengan kekuatan media massa  dan perkataan-perkataan orang-orang yang dipandang sebagai ahli. Terlepas dari benar atau salahnya kecurigaan itu, syaitan dan para hambanya akan berusaha melemahkan kekuatan manusia agar tunduk dalam hegemoni kekuasaan mereka.

Jumat, 11 Agustus 2017

Kemenangan, Jibt dan Taghut

Muslimin di segala zaman dan di seluruh dunia pasti akan mendapatkan berita gembira, yaitu mereka yang mengikuti rasululullah SAW dan rasul-rasul sebelumnya. Akan tetapi keadaan yang terjadi menunjukkan hal lain. Dalam sebuah hadits bahkan disinggung bahwa umat islam akan menjadi banyak akan tetapi bagaikan buih yang terombang-ambing. Zaman ini, hal itu sepertinya telah menjadi kenyataan, di mana umat islam sangat banyak akan tetapi terombang-ambing diperebutkan oleh bangsa-bangsa.
Rasulullah SAW bersabda :“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Keadaan itu tampak  berseberangan dengan janji kabar gembira yang diberikan Allah. Terkait janji tentang berita gembira bagi hamba-hamba Allah, ada beberapa hal yang tidak diperhatikan dengan seksama oleh muslimin sehingga muslimin tidak memperoleh berita gembira yang dijanjikan. Boleh jadi hal itu menyebabkan muslimin tumbuh dengan penyakit alwahn. Salah satu yang menghalangi berita gembira itu  di antaranya adalah tentang taghut. Orang yang menjauhi taghut akan mendapatkan berita gembira, sebagaimana tertulis dalam ayat berikut :
Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku (QS Az-Zumar : 17)
Orang-orang yang menjauhi taghut dengan tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah bagi mereka berita gembira. Firman itu menjelaskan dengan mutlak, bahwa hamba-hamba menjauhi taghut akan mendapatkan berita gembira. Yang dimaksud sebagai menjauhi taghut yaitu orang yang kembali kepada Allah dan  tidak menyembah thaghut. Bila seorang hamba Allah tidak mendapatkan berita gembira, maka sebenarnya dirinya boleh jadi masih mengikuti salah satu atau beberapa taghut atau boleh jadi sebenarnya dirinya belum mempunyai keinginan atau belum berusaha untuk kembali kepada Allah.

Pengertian Taghut

Thaghut secara bahasa berarti melampaui batas. Dalam alquran, taghut seringkali diatribusikan kepada orang-orang yang diberi kitab suci, menunjukkan kemelencengan yang dialami oleh pembaca kitab suci. Taghut merupakan lawan dari apa yang diturunkan Allah kepada hamba-Nya.

Orang yang merasa beriman kepada apa yang diturunkan kepada rasulullah SAW dan kitab-kitab terdahulu belum tentu terbebas dari taghut. Orang yang terbebas dari taghut mempunyai indikasi yang jelas, yaitu mereka telah mendengar kabar gembira dari Allah, maka orang yg belum mendengar kabar gembira bagi dirinya bukanlah orang yang terbebas dari taghut.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu (QS An-Nisaa : 60-61)
Kitab suci adalah firman Allah yg beristiwa di atas ‘arsy disampaikan kepada nabi-nabi yang hidup di bumi. Firman itu tidak keliru kecuali telah diubah oleh tangan-tangan manusia. Alquran al karim adalah satu-satunya kitabullah yang dijamin tidak akan bisa diubah oleh siapapun, dan alquran lah kitab suci yang menyampaikan firman Allah SWT secara  sempurna. Kitab itu menyampaikan kebenaran dari atas ‘arsy kepada seluruh makhluk tanpa sedikitpun kesalahan.

Di sisi lain, manusia adalah makhluk yang diciptakan dari tanah di bumi, sedangkan bumi adalah alam yang paling jauh dari ‘arsy. Sekian banyak hijab menutupi kehidupan manusia. Seringkali  manusia berpikir bahwa tata aturan kehidupan di bumi ini adalah tata aturan yang sebenarnya. Sebagian manusia benar-benar tertutup oleh kehidupan di bumi sehingga mereka mendustakan firman-firman Allah, sebagian beriman sepenuhnya kepada kitab suci dengan bashirah yang nyata, dan sebagian merasa beriman kepada kitab suci namun kehidupannya bergantung kepada tata aturan di bumi.

Seseorang yang beriman akan mendambakan pertemuan dengan tuhannya sehingga dia mencari jalan Allah. Manusia diciptakan di bumi dan harus berjalan di jalan Allah agar dapat bertemu dengan tuhannya. Di sisi inilah kitabullah berperan penting.  Kitabullah merupakan cahaya dan petunjuk yang diberikan untuk menyibak hijab-hijab yang meliputi diri manusia selama perjalanan dari dunia menuju Allah. Manusia dihadapkan pada tantangan untuk beriman sepenuhnya kepada firman-firman Allah dan mengkufuri thagut..

Selain berhadapan dengan tata aturan di bumi, manusia harus berhadapan dengan hawa nafsu dan syahwat yang hidup bersama dirinya sendiri. Hawa nafsu dan syahwat akan mendorong manusia untuk memperoleh penghormatan serta kedudukan di antara manusia, serta harta benda dan hal duniawi lainnya. Ketika hawa nafsu dan syahwat manusia bersentuhan dengan kebenaran, manusia akan terseret kepada taghut. Hawa nafsu akan cenderung untuk melampaui batas dalam memahami kebenaran, sehingga melenceng dari apa yang dikehendaki Allah sebagaimana tersurat dalam kitab suci. Ketika  pemahaman seseorang melenceng atau melampaui kehendak-Nya maka terwujudlah taghut.
Tanpa membersihkan jiwa, manusia akan cenderung mempertuhankan taghut. Manusia akan mengambil apa yang disukainya dari kitab suci dan meninggalkan yang tidak disukainya. Manusia akan cenderung untuk mengikuti kebenaran yang disukai oleh hawa nafsunya daripada apa yang difirmankan oleh Allah, dan cenderung akan memutuskan segala sesuatu berdasarkan apa yang disukai hawa nafsunya. Dengan demikian maka manusia akan mengambil taghut sebagai hakim baginya.

Taghut yang dicontohkan dalam ayat alquran itu adalah tentang pensikapan pada kitab suci, di antaranya adalah perbuatan mendustakan kitab suci yang diturunkan sebelum alquran tanpa mengujinya dengan alquran. Alquran telah menjelaskan kedudukan dirinya di antara kitab suci yang dengan detail. Membatalkan, atau sebaliknya mengikuti seluruh kitab suci selain alquran tanpa mengujinya dengan alquran adalah sebuah taghut. Alquran merupakan pembenar bagi kebenaran yang disampaikan kitab suci yang lain, dan batu penguji yang mampu memilah kebenaran dan hal yang tidak akurat atau keliru yang tercantum dalam kitab suci yang lain.

Manusia diperintahkan untuk mengkufuri  taghut. Tanpa membaca kitab suci, pikiran manusia akan dipenuhi oleh hawa nafsu dan syahwat. Dengan membaca kitab suci, pikiran manusia akan melahirkan taghut. Apa yang diputuskan oleh pikiran seorang manusia yang dipengaruhi oleh hawa nafsu atau syahwat akan  menyimpan potensi taghut, baik kecil ataupun besar. Taghut akan semakin menciut bila seseorang semakin bersih dan teliti membaca kitab suci dan mentaati apa kehendak Allah yang tersurat di dalamnya. Ketika manusia berhasil memahami kitab suci dan beramal sesuai dengan kehendak Allah, maka dirinya akan mendapatkan kabar gembira.

Taghut adalah alat syaitan untuk menyesatkan manusia dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya. Syaitan tidak lagi mempunyai celah untuk membengkokkan ajaran Allah secara terang-terangan dan nyata bagi manusia-manusia yang membaca kitab suci. Syaitan hanya mempunyai celah-celah sempit, namun menjadi lapang bila manusia tidak waspada atau malah membuka dirinya terhadap hawa nafsu dan syahwat. Dengan hal itulah syaitan menyesatkan manusia, bahkan dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya.

Kesesatan Akibat Taghut

Kesesatan yang ditimbulkan syaitan kepada manusia yang mengikuti taghut sangatlah jauh. Sekalipun orang membaca kitab suci, akan tetapi apabila bacaan itu dengan mengikuti hawa nafsu maka bacaan itu akan membawa pembacanya untuk menjadi orang yang dilaknat Allah.

Orang-orang yang dilaknat Allah karena membaca kitab suci ini justru menampakkan bahwa mereka adalah orang-orang yang paling benar jalannya, bahkan  bila dibandingkan dengan orang-orang beriman. Akan tetapi tampilan itu hanyalah bagi orang-orang kafir, tidak bagi orang yang beriman. Orang beriman akan mengetahui bahwa  jalan yang ditampakkan oleh orang-orang yang dilaknat Allah adalah tidak benar.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir, bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barang siapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya (QS An-Nisaa:51-52)
Orang-orang yang dilaknat Allah dari kalangan pembaca kitab suci  itu adalah orang-orang yang mencapai taraf  beriman kepada al-jibt dan beriman kepada taghut. Jibt adalah perkataan  atau pertanda yang tidak mempunyai logika atau dasar yang benar, misalnya takhayul dan perkataan-perkataan yang diada-adakan tanpa sebuah dasar  pengetahuan. Dalam sebuah hadits, rasulullah SAW bersabda :
Iyafah, Thiyarah dan Thurq termasuk bagian dari al-Jibt. Hr. Abu Dawud, al-Nasa`iy, Ibn Hibban.
Iyafah ialah kepercayaan pada suara atau jenis burung atau binatang lain yang  mereka temukan dianggap berkaitan dengan nasib yang akan diterima.  Thiyarah adalah kepercayaan yang beranggapan bila ada burung hantu berkicau dan hinggap di rumah seseorang, maka salah satu penghuninya akan sial. Sedangkan al-Thurq ialah menentukan sikap dengan melemparkan batu atau sejenisnya, atau memutar alat. Hal-hal itu termasuk al-jibt.

Di kalangan orang yang membaca kitab suci, terdapat perkataan-perkataan yang bertentangan dengan yang tersurat dalam kitab suci ataupun petunjuk rasulullah SAW. Sebagian perkataan itu muncul karena pengaruh hawa nafsu yang tidak mau memahami kehendak Allah sebagaimana yang tersurat dalam kitab suci. Sebagian perkataan muncul akibat tidak teliti membaca kitab suci. Yang paling berbahaya adalah perkataan yang dimaksudkan untuk menutupi cahaya petunjuk untuk menyesatkan manusia. Inilah yang akan mengantarkan manusia menjadi terlaknat oleh Allah, bila dirinya beriman dengan perkataan yang menentang itu.

Contoh perkataan yang menentang petunjuk itu adalah tentang munculnya syaitan. Rasulullah SAW telah dengan terang benderang mengatakan tentang kemunculan syaitan. Akan tetapi sebagian orang yang mengaku beriman dengan kitab suci membuat perkataan-perkataan yang menutupi petunjuk yang disampaikan rasulullah SAW itu.  Perkataan-perkataan mereka itu adalah al-jibt.   Orang-orang yang beriman kepada al-jibt yang dibuat oleh diri mereka atau panutan mereka akan termasuk dalam golongan orang yang mendapatkan laknat Allah.

Perkataan itu muncul dari antara orang yang mengaku beriman kepada kitab suci. Mereka itulah orang-orang yang akan benar-benar berusaha menghalangi manusia untuk kembali kepada apa yang diturunkan Allah  dan untuk kembali kepada rasul-Nya. Orang yang dilaknat Allah akan menjadi orang-orang yang hina. Mereka tidak mempunyai kehormatan karena mereka melemahkan akal mereka sendiri. Tidak ada makhluk yang dapat menolong orang-orang yang mendapatkan laknat Allah.

Mereka mempunyai pembalasan yang sangat buruk di sisi Allah. Mereka lebih buruk daripada orang-orang fasik, dan mereka setara  dengan orang-orang yang dijadikan kera dan babi. Itu adalah kehinaan yang menimpa orang-orang yang menghambakan diri kepada taghut. Jalan mereka adalah jalan yang lebih tersesat dari jalan yang lurus.
Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari  itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?" Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS Al-Maidah : 60)
Demikian dahsyat kesesatan yang bisa ditimbulkan syaitan terhadap orang-orang yang membaca kitab suci. Bahkan orang-orang yang membaca kitab suci itu bisa tercampakkan ke tempat yang paling hina di mata Allah, dan mendapatkan laknat serta murka-Nya.

Orang-orang yang mendapatkan kemenangan

Allah telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat agar umat manusia dapat menghindari taghut dan menghambakan diri kepada Allah dengan benar. 
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan hindariilah Thaghut",  maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya (QS An-Nahl : 36)
Maka di antara umat-umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.

Orang-orang yang bisa menghindari taghut akan mendapatkan berita gembira, yaitu berita gembira dalam kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. Mereka adalah wali-wali Allah yang pendengaran mereka adalah pendengaran Allah dan  penglihatan mereka adalah penglihatan Allah, dan sifat-sifat lain sebagaimana yang diterangkan dalam hadits qudsi. Mereka mendengar dan melihat sesuai dengan kehendak Allah, namun dalam batasan sesuai  keadaan diri mereka sendiri.
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan  di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (QS Yunus:62-64)