Pencarian

Rabu, 26 Juli 2017

Musyrikin dari Masa ke Masa

Syirik di antara bani Israel

Syaitan adalah musuh yang jelas bagi manusia sejak adam terusir dari surga. Pemimpin mereka adalah iblis dari kalangan jin, memimpin syaitan-syaitan dari kalangan jin dan manusia untuk menyesatkan segenap manusia kecuali hanya sedikit dari hamba-hamba Allah yang mukhlasin. Salah satu bentuk penyesatan yang digunakan syaitan adalah dengan menggoda manusia dengan kekuasaan atas dunia dan kekayaan melimpah.

Syaitan-syaitan itu menarik hawa nafsu manusia untuk memperoleh kekuasaan atas dunia dengan bacaan-bacaan kitab suci, dan menjerumuskan manusia untuk bertindak keji dan munkar demi mewujudkan angan-angan kekuasaan sebagaimana Babilonia. Mereka menyeret pengikutnya dalam rencana besar syaitan bagi manusia, sehingga menjadi musyrikin. Allah berfirman :
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan atas kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidak kafir, tetapi syaitan-syaitan-lah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babilon yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya fitnah, sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dapat menceraikan antara seseorang  dengan isterinya.  (QS Albaqarah : 102)
Kaum yang pertama mendapatkan godaan semacam itu adalah kaum Israel setelah jaman kerajaan Sulaiman a.s. Dengan bacaan-bacaan syaitan itu, kaum Israel setelah jaman Sulaiman tercabik-cabik menjadi umat sesat yang menyembah Baal dan Asyera, setelah sebelumnya tersatukan dalam satu kerajaan di bawah pimpinan khalifah dan raja besar, umat yang mengabdi kepada Allah  tuhan yang memperkenalkan diri-Nya pada nabi Ibrahim a.s.

Umat Israel setelah meninggalnya raja Sulaiman a.s, terbagi dalam dua kerajaan yaitu kerajaan Israel yang dipimpin oleh Yerobeam, dan kerajaan Yehuda yang dipimpin oleh Rehabeam. Kerajaan Israel dibawah pimpinan Yerobeam menjadi kaum yang sesat, karena Yerobeam mendirikan patung-patung sapi untuk pengorbanan kepada Baal, sedangkan kerajaan Yehuda tidak mendirikan kuil pemujaan, akan tetapi sebagian rakyat Yehuda melakukan pemujaan hingga terdapat sebuah upacara pelacuran bakti. Puncak kejahatan kaum Israel terjadi pada jaman raja Ahab. Raja mendirikan kuil-kuil dan patung-patung untuk pemujaan Baal dan Ashera. Dalam kuil itu dilakukan pengorbanan untuk pemujaan Baal agar diberikan kekuatan dan kekuasaan, dan dilakukan pemujaan terhadap dewi Ashera agar diberikan kesuburan dan kemakmuran.

Upacara pemujaan Baal merupakan upacara yang sangat tidak berperikemanusiaan. Patung pemujaan Baal adalah berupa patung kepala sapi yang terhubung pada badan dengan tangan yang bisa bergerak dengan cara tertentu. Pada bagian bawah badan terdapat tungku yang dinyalakan dengan api berwarna merah. Tungku itu terhubung menyatu dengan badan patung, terhubung dengan kepala sapi dengan suatu lorong. Ketika pengorbanan dilakukan, seorang anak atau bayi diletakkan pada tangan patung Baal, dan dengan gerakan tangan tertentu, bayi itu digerakkan seolah ditelan oleh patung Baal menuju tungku pembakaran.

Pemujaan Ashera juga merupakan upacara yang sangat keji berupa upacara pelacuran bakti. Upacara dipimpin oleh pendeta laki-laki dan perempuan di suatu kuil dengan berhala berupa tiang-tiang tinggi Para pemimpin upacara dan para pesertanya melakukan persetubuhan secara liar sebagai bakti kepada Ashera, agar dilimpahkan kesuburan dan kemakmuran terhadap mereka. Pemujaan semacam ini menginspirasi sebagian manusia untuk membuat wahana hiburan berupa tarian tiang (pole dance), dan boleh jadi sebagian musyrikin  modern menyamarkan kuil mereka dlm bentuk wahana hiburan ini.

Hal-hal keji itu telah menyesatkan kaum Israel, sehingga mereka melakukan pembunuhan terhadap nabi-nabi yang hadir di antara mereka. Mereka lebih memilih nabi-nabi palsu yang mendukung mereka untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan daripada nabi-nabi yang mengingatkan mereka untuk beribadah dengan benar kepada Allah. Sekian banyak nabi-nabi mereka bunuh demi hasrat mereka akan kekuasaan dan kekayaan.

Asal Muasal Syirik

Pemujaan Baal dan Ashera dilakukan pertama kali oleh orang-orang di negeri  Babilon kuno yang berdiri setelah jaman nabi Nuh a.s. Mereka disesatkan oleh syaitan untuk menyembah para dewa yang memberikan kepada mereka kekuatan sihir. Dewa-dewa yang mereka perkenalkan itu pada tingkatan tertingginya adalah dewa Baal, Dewi Ashera, dan Dewi Asytoret, selain dewa-dewa lain yang menyesatkan manusia.

Dewa-dewi itu dahulu adalah para panglima Iblis dari golongan jin, akan tetapi sebenarnya ketiga dewa itu telah tewas dalam peristiwa banjir pada jaman nabi Nuh a.s. Penyembahan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap ketiga dewa itu hanyalah penyembahan terhadap nama-nama kosong yang telah tiada lagi tuhan yang mereka sembah. Itu adalah sebagian makna dzahir yang dimaksudkan oleh ayat berikut :
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu kekuasaan pun pada nama-nama itu. (QS Yusuf : 40)
Keadaan tersebut dapat kita temukan keterangannya dalam kitab nabi Idris, dimana disebutkan kisah tentang perintah terhadap para malaikat untuk melakukan tindakan penghakiman atas balatentara iblis yang telah menyesatkan manusia. Peristiwa penghakiman itu kemudian terjadi pada jaman nabi Nuh a.s. Dalam penghakiman itu, panglima Iblis yang bernama Azazel dan Semyaza diberi hukuman berupa diikat dan diletakkan pada tempat tertentu, dengan perlakuan tertentu. Sedangkan dua monster dipisahkan yang bernama Leviathan dan Behemoth.

Azazel yang diikat bukanlah pemimpin Iblis yang dahulu menolak perintah untuk bersujud pada Adam. Terdapat beberapa nama Azazel, baik yang berada pada level panglima atau pada level pemimpin di bawahnya. Yang diikat pada waktu  penghakiman jaman nabi Nuh a.s adalah Azazel yang berpangkat panglima, di antara tujuh panglima yang lain. Sedangkan pemimpin besar iblis tetap diberikan penangguhan hingga waktu yang telah ditentukan.

Di antara tujuh panglima iblis, empat diantaranya dikurung oleh para malaikat yang akan diijinkan untuk kembali keluar  pada akhir jaman. Azazel dan Semyaza merupakan dua di antara empat panglima itu. Behemoth dan leviathan adalah satu panglima lainnya, pada saat penghakiman itu telah dipisahkan.  Dari alkitab mazmur 74:14 dapat diketahui bahwa leviathan telah tewas. Behemoth  dan leviathan inilah yang dikenalkan sebagai Baal, dan dikenal dalam berbagai nama lain yaitu Bal, Bel, Belial dan Beelzebub. Baal dan Leviathan  merupakan  satu kesatuan,  panglima dan kendaraanya.

Dua panglima yang lain bernama Ashera dan Asytoret  juga tewas dalam penghakiman yang terjadi pada jaman nabi Nuh a.s. Maka sejak jaman nabi Nuh a.s, manusia telah diberi Allah  keamanan di bumi dari gangguan  para Iblis yang mempunyai kekuatan besar, karena yang tertinggal di antara mereka tidak seperti para penghulu mereka yang telah ditahan atau tewas.

Para panglima jin yang telah tewas itulah yang kemudian diperkenalkan oleh Iblis sebagai sesembahan bagi manusia setelah jaman nabi Nuh a.s. Para syaitan itu menggoda manusia dengan kekuatan sihir demi mendapatkan kekuasaan dan kekayaan, dengan melakukan pemujaan terhadap Baal, Ashera dan Asytoret. Pada zaman setelah nabi Sulaiman, godaan syaitan itu lebih diperkuat dengan bacaan-bacaan atas kerajaan Sulaiman, sehingga bani Israel tersesat mengikuti pemujaan terhadap Baal dan Ashera.

Pada dasarnya, para iblispun takut akan azab tuhan. Para iblis yang dijadikan sebagai sesembahan adalah yang telah mati di antara mereka, sedangkan yang masih hidup pada dasarnya mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Akan tetapi mereka keliru dalam mencari jalan kepada tuhannya, karena mereka mengikuti iblis yang terputus dari tuhannya.
Apa-apa  yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang  ditakuti (QS Al-Israa’ : 57)
Hanya pemimpin besar iblis yang mempunyai keberanian untuk mengajak manusia menyembah dirinya. Dia memperkenalkan dirinya kepada manusia sebagai dewa matahari, dan memperkenalkan dewi Ashera sebagai ratu para dewa, sedangkan Baal sebagai tuhan anak.

Syirik dari masa ke masa

Masyarakat Babilon kuno melakukan persembahan pada ketiga dewa itu. Mereka memuja iblis besar sebagai dewa matahari, menjadikan ratu Semiramis sebagai perwujudan dewi Ashera, dan anaknya Nimrod sang raja sebagai  perwujudan dari Baal. Nimrod menjadikan ibunya sebagai istri  dan telah membuatnya hamil sebelum Nimrod mati. Ketika Nimrod telah mati, maka anaknya menjadi perwujudan dari Baal. Dari masyarakat Babilon kuno inilah lahir konsep trinitas ketuhanan,  yang bertahan dari waktu ke waktu dalam nama yang lain. Masyarakat mesir mengenal trinitas dewa Ra sebagai dewa matahari, Osiris dan Isis sebagai nama lain dari trinitas tuhan di Babilon. Mereka menjadikan Fir’aun raja mereka sebagai perwujudan dewa Osiris dan ratunya sebagai Isis. Sebagian masyarakat yang lain melakukan pemujaan yang sama, atau  kadang dilakukan pemujaan terhadap Asytoret.

Masyarakat Israel seringkali membawa sesembahan orang mesir ini dalam hatinya, yang terwujud dalam berbagai peristiwa. Peristiwa pertama yang terjadi adalah terjadinya penyembahan patung sapi pada zaman Musa a.s  di dataran Sinai dalam perjalanan menuju tanah yang dijanjikan,. Patung itu merupakan tiruan dari Apis Bull, patung sesembahan masyarakat mesir bagi dewa Osiris. Pada masa setelah Sulaiman a.s, penyembahan itu dilakukan secara terang-terangan bahkan hingga terwujud kuil-kuil pemujaan yang sangat keji. 

Pada masa ketika Alquran diturunkan, kaum Israel kabbalah tetap mengikuti bacaan-bacaan syaitan dengan tatacara peribadatan ala Babilonia sebagaimana disebutkan ayat 102 surat Al-Baqarah. Dan di jaman ini kita mengenal dengan jelas bahwa jaman modern ini adalah jaman keemasan bagi kekuasaan Yahudi dengan ide Babilonia baru, menyatukan dunia di bawah satu kekuasaan dalam kendali mereka dalam wujud New World Order (NWO).

Menjelang zaman akhir, Allah akan mengijinkan para sesembahan itu untuk kembali ke dunia. Mereka akan memberikan kekuasaan dan kekayaan bagi para penyembahnya, akan tetapi kekuasaan dan kekayaan itu akan segera lenyap tanpa bekas. Kitab Wahyu pasal 17 dan 18 menjelaskan rinci tentang bangkitnya Babilonia baru dan penghakiman atas Babilonia,  keruntuhan yang akan terjadi padanya.

Nubuat kitab Wahyu Yohannes itu menceritakan tentang munculnya binatang berkepala tujuh bertanduk sepuluh. Binatang  itu sangat serupa dengan, atau boleh dikatakan bahwa itu adalah leviathan  atau Baal. Binatang itu pernah ada, kemudian telah dimatikan, dan kelak akan kembali diijinkan untuk muncul. Dia akan memberikan kekuasaan pada para penyembahnya untuk membentuk Babilonia baru di permukaan bumi di bawah kekuasaan mereka, bahkan dia sendiri yang akan menjadi raja bersamaan dengan raja penyembah Baal di akhir jaman, yaitu raja ke-tujuh  penyembah Baal dan raja ke-delapan binatang itu sendiri.

Binatang itu mengusung seorang pelacur besar yang memberikan kelimpahan  bagi para raja dan pedagang yang mau melakukan percabulan dengan pelacur besar itu. Itu adalah dewi Ashera yang dianggap memberikan kesuburan dan kemakmuran. Penduduk bumi akan mabuk oleh anggur percabulannya. Pelacur besar itulah rahasia yang mendukung terbentuknya Babilonia raya, dan pelacur besar itu adalah induk dari segala pelacuran semacamnya dan segala kekejian yang terjadi di muka bumi.  Yang dimaksudkan adalah pelacuran bakti.

Itulah nubuat tentang hal yang akan terjadi atas kemusyrikan yang ada di dunia ini. Dunia akan dikuasai oleh orang-orang musyrik para penyembah Baal dan Ashera, akan tetapi semua akan dilenyapkan dari dunia dalam sekejap. Beberapa ciri datangnya jaman nubuat itu telah mendekat. Misalnya bila dikaitkan dengan petunjuk nabi tentang kekacauan yang terjadi di Suriah dan Yaman yang melibatkan Najd, hal itu bersesuaian dengan petunjuk Rasulullah tentang fitnah dan tanduk syaitan yang akan muncul. 

Perbuatan Musyrikin di Jaman Akhir 

Rasulullah SAW telah memberitahukan tentang kedatangan Dajjal dalam sebuah hadits tentang Al-Jassasah  yang bersumber dari sahabat Tamim Ad-Daari r.a. Rasulullah SAW bersabda : 
Perhatikanlah, dia (Dajjal) muncul di laut Syria (Mediterania) atau Laut Yaman (Laut Merah). Tidak, sebaliknya  dia  berada di timur, dia berada di timur, dia berada di timur, dan beliau (rasulullah SAW) menunjukkan tangannya ke arah timur. (HR Ahmad no. 7028: kitab 41)
Dajjal itu akan muncul di Suriah dan/atau di Yaman, tetapi sesungguhnya dajjal itu bukan berasal  Suriah atau Yaman, tetapi dari arah timur. Rasulullah  berulang kali mengatakan bahwa dia berasal dari timur, dan beliau SAW telah berulang kali menjelaskan tentang asal tanduk syaitan bahwa dia berasal dari Najd yang terletak di arah timur kota Madinah.  Saat ini Najd terletak di Saudi Arabia yang sedang berperang melawan Yaman dan sedang terlibat dalam konflik di Suriah.

Kekacauan di Syam (Suriah) bukanlah kekacauan yang terjadi akibat perselisihan biasa antara dua negara. Ada suatu hal besar bagi penyembah Baal yang harus dikuasai di Suriah. Di Palmyra terletak kuil besar penyembahan Baal yang harus dikuasai oleh para penyembahnya, untuk menyambut kembalinya Baal ke dunia. Para penyembah Baal juga dengan gigih mencari orang yang akan menjadi musuh bagi Baal, sebagaimana diceritakan dalam sumber berikut ini. Hal itu menunjukkan bahwa gerakan untuk mempersiapkan kerajaan Babilon baru yang akan dipimpin oleh para penyembah Baal itu telah dilakukan secara besar-besaran.

Demikian pula kekacauan di Yaman. Pada jaman nabi Hud, bangsa Hadramaut di Yaman dikenal sebagai Eudaimonia Arabia. Mereka merupakan bangsa mayoritas musyrikin penyembah berhala,  mendirikan kuil berupa tiang-tiang yang tinggi sebagai berhala penyembahan bagi dewa mereka. Pada jaman akhir ini, kaum musyrikin berusaha dengan keras untuk dapat menguasai daerah Hadramaut di Yaman, bersama-sama dengan kuil Baal di Suriah. Mereka berusaha mempersiapkan penyambutan kedatangan dewa-dewa yang mereka sembah.

Kemenangan dan kekuasaan akan diberikan kepada umat yang beriman dan beramal shalih. Keamanan akan kembali diberikan kepada umat yang beriman setelah berada dalam keadaan ketakutan karena kekejaman Baal. Kekuasaan akan diberikan kepada umat yang beriman dan beramal shalih setelah sebagaimana sebelumnya bumi dikuasai oleh Baal dan para penyembahnya. Agama akan diteguhkan di muka bumi setelah peristiwa itu.
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS An-Nuur : 55)

Kamis, 13 Juli 2017

Fitnah dan Ayat-ayat Mutasyabihat

Umat islam saat ini sedang dilanda fitnah sehingga banyak muslimin yang memerangi saudara muslim lainnya. Salah satu penyebab dari munculnya fitnah adalah penggunaan ayat-ayat mutasyabihat yang digunakan oleh orang-orang yang dalam hatinya terdapat kecondongan untuk menimbulkan fitnah di antara umat islam.
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecondongan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya (QS Ali Imran : 7)
Sebagian muslimin menimbulkan fitnah bagi sebagian yang lain dengan menggunakan takwil ayat-ayat untuk  dipersamakan  dengan amal-amal muslimin yang lain, sehingga muslimin yang lain mendapatkan tuduhan yang tidak benar.

Alquran merupakan kitab Allah yang paling sempurna, terjaga dari kebengkokan dan perubahan,  menjadi tali yang akan membimbing manusia menapaki sunnah rasulullah SAW hingga mencapai telaga al-kautsar. Tidak akan tersesat orang-orang yang mengikuti Alquran dalam menapaki sunnah rasulullah hingga mencapai telaga al-kautsar, kecuali orang-orang yang terdapat dalam hatinya kecondongan. Mereka tersesat karena mengikuti orang-orang yang mencari-cari fitnah dan takwil dari ayat-ayat yang mutasyabihat.

Fitnah menunjukkan sesuatu yang terjadi tidak sebagaimana yang terlihat.  Demikian pula muslimin yang mendapatkan fitnah oleh orang-orang yang menggunakan ayat mutasyabihat, sebenarnya mereka tidak melakukan hal-hal yang dituduhkan. Mereka beramal berdasarkan tuntunan-tuntunan  petunjuk rasulullah SAW, dan sama sekali tidak bermaksud untuk melanggar hal-hal yang dituduhkan pihak lainnya. Akan tetapi karena adanya kecondongan pada hati orang-orang yang menuduhnya, maka dilemparkanlah tuduhan terhadap  amal-amal mereka.

Fitnah di antara Umat Islam

Di antara fitnah yang sering dilontarkan terhadap muslimin adalah tuduhan kemusyrikan terhadap orang-orang yang gemar berziarah kubur.  Mereka berniat dan berusaha untuk  melakukan hal-hal yang mengingatkan diri terhadap dekatnya maut, dan mereka berusaha melakukan napak tilas terhadap orang-orang shalih yang telah hidup sebelum mereka. Akan tetapi orang-orang yang mempunyai kecondongan dalam hatinya mencari-cari fitnah dan takwil berdasarkan ayat mutasyabihat yang bisa mereka temukan.  Di antara ayat yang mereka gunakan adalah sebagaimana ayat ini :
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang murni. Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar( QS Az-Zumar : 3)
Sebagian muslimin dituduh sebagai penyembah orang-orang  sholeh oleh muslimin lain  yang mencari-cari fitnah berdasarkan takwil. Para penuduh itu tidak mau memahami bahwa muslimin yang mereka tuduh melakukan amal berdasarkan tuntunan yang lain dari rasulullah SAW.  Seringkali duduk permasalahan yang sebenarnya dalam perkara tuduhan itu  tidak mempunyai arti penting bagi penuduh, karena sebenarnya mereka hanya berusaha menimbulkan fitnah, sehingga penjelasan dan tabayyun terhadap amal-amal yang dituduh tidak mempunyai arti bagi penuduh.

Tentu saja hal itu menimbulkan perselisihan di antara muslimin, dan perselisihan itulah yang kelak akan Allah putuskan perkaranya di antara mereka. Tidak akan terdapat titik temu penyelesaian dalam perselisihan itu, karena memang ada pihak yang tidak mempunyai keinginan mencari titik temu dan pemecahan masalah. Sebagian di antara yang berselisih hanyalah berusaha mencari-cari dan menimbulkan fitnah. Mereka adalah orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.

Para pendusta dan sangat ingkar itu adalah orang-orang yang mengambil wali-wali selain Allah. Mereka adalah orang-orang yang menyembah para wali-wali mereka selain Allah, dan menganggap wali-wali mereka adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini merupakan salah satu kepelikan yang muncul dalam perselisihan di antara muslimin, karena masing-masing pihak merasa sebagai orang-orang yang mencari jalan kepada Allah, baik orang-orang yang mengikuti para pendusta dan sangat ingkar ataupun orang-orang yang benar-benar mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Hal itulah yang harus dicari penjelasannya dari tuntunan rasulullah SAW dalam perkara itu. Mustahil ditemukan titik terang permasalahannya tanpa melihat tuntunan dari rasulullah SAW ataupun dari ayat-ayat lain dari Alquran. Setiap pihak akan mempunyai alibi dan alasan untuk merasa benar. 

Tuhan dari kalangan Alim dan Rahib

Permasalahan menjadikan para alim dan rahib sebagai tuhan ini merupakan perihal pelik di setiap agama. Orang-orang yahudi mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allah, sedangkan orang Nasrani mengatakan bahwa Isa ibn Maryam adalah anak Allah. Ini hanyalah perkataan-perkataan yang mereka buat-buat saja tanpa pengetahuan, sebagaimana perkataan orang-orang kafir tentang tuhan-tuhan mereka. Yahudi dan nasrani berbuat demikian padahal mereka hanya diperintahkan untuk menyembah Ilah yang esa tidak ada Ilah selain Dia.
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan  Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Mahaesa; tidak ada Tuhan selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan." [At-Taubah: 31]
Umat islam akan dilanda penyakit yang sama dengan umat yahudi dan umat nasrani, dalam bentuk yang berbeda. Orang islam akan menjadikan orang-orang alim dan rahib di antara mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Akan tetapi umat islam tidak akan mengatakan bahwa  orang-orang alim dan rahib itu sebagai anak Allah, sekalipun terhadap rasulullah SAW, akan tetapi mereka akan berbuat demikian dalam bentuk yang lain. Dalam sebuah hadits, rasulullah SAW menjelaskan ayat tersebut :
Ketika Adiy bin Hatim r.a mendengar ayat ini (QS At-Taubah : 31), ia berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya kami tidak menyembah mereka." Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya:  Bukankah mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan, kemudian kalian menghalalkannya. Dan mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan, kemudian kalian mengharamkannya?!" Ia menjawab, "Ya. benar." Maka beliau bersabda, "Itulah bentuk ibadah kepada mereka." [Hadits Riwayat. At-Tirmidzi]
Umat islam tidak akan dengan sengaja beriktikad  menjadikan orang-orang alim dan rahib mereka sebagai tuhan yang patut untuk disembah. Hal itu sangat diketahui oleh para shahabat yang hidup di jaman rasulullah SAW, sebagaimana telah diungkapkan oleh Adiy bin Hatim r.a yang berkata : "Ya Rasulullah, sesungguhnya kami tidak menyembah mereka”. Para shahabat jaman rasulullah SAW sangat mengenal bahwa islam tidak akan dapat dibengkokkan sehingga  tidak memungkinkan terjadinya penyembahan kepada para alim dan rahib secara sengaja dengan iktikad demikian.

Penyembahan para alim dan rahib di kalangan umat islam akan terjadi dalam bentuk lain berupa mengikuti penghalalan para alim dan rahib mereka atas apa yang diharamkan Allah dan pengharaman mereka atas apa yang Allah halalkan. Itulah bentuk menjadikan para alim dan rahib sebagai tuhan  yang mungkin terjadi di antara umat islam. Tidak akan terjadi di antara umat islam  seseorang atau sekelompok orang yang menganggap para alim atau rahib  di antara mereka atau yang mendahului mereka sebagai tuhan yang patut disembah. Tidak ada satupun orang yang mengatakan itu kecuali jelas dikenal bahwa mereka bukan termasuk orang islam.

Hal sumirlah yang akan menjebak umat islam dalam perkataan sebagaimana perkataan orang yahudi dan nasrani, dan orang-orang kafir sebelum mereka, yaitu berupa kesertaan umat islam untuk mengikuti penghalalan para alim dan rahib mereka atas apa yang diharamkan Allah dan pengharaman mereka atas apa yang dihalalkan oleh Allah. Orang-orang yang mengikuti para alim dan rahib tanpa peduli pada maksud dan ketentuan halal dan haram sesungguhnya terjebak pada sikap mempertuhan para alim dan rahib.  Setiap insan harus peduli pada tujuan sunnah/perjalanan yang diajarkan rasulullah, dan peduli pada hal-hal berupa ketentuan halal dan haram, dan mengikuti ketentuan tersebut sesuai dengan ketentuan Allah,  bukan sekadar ketentuan yang dikatakan oleh para alim dan rahib panutan mereka. 

Penghalalan yang apa yang diharamkan Allah

Di antara bentuk penghalalan atas apa yang diharamkan Allah adalah mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. Membuat-buat perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan adalah termasuk  perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 surat Al-A’raaf. Membuat teori tauhid tanpa pengetahuan terhadap Allah SWT adalah hal yang diharamkan. Orang yang mengenal Allah SWT mempunyai ciri yang jelas, yaitu setidaknya mereka mengenal untuk apa diri mereka diciptakan.

Orang yang mengadakan perkataan-perkataan tentang Allah sebagai kedustaan adalah orang-orang yang paling dzalim. Tidak ada orang yang lebih dzalim daripada orang yang mengadakan perkataan-perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan sebagai kedustaan. Keadaan mereka sama dengan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Apabila ayat Allah dibacakan secara benar kepada mereka, maka mereka akan mendustakan bacaan itu.
Maka siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa. (QS Yunus : 17)
Mereka itu adalah orang-orang yang menyembah  selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan. Orang-orang yang mengikuti perbuatan membuat perkataan-perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan berimplikasi menjadi penyembah orang-orang yang membuat perkataan-perkataan itu.

Para penyembah para alim dan rahib membuat struktur kerahiban untuk menjalankan urusan syariat, dan memberikan gelar-gelar keilmuan secara berlebihan kepada para alim di antara mereka tanpa pengetahuan yang benar. Mereka  menganggap bahwa orang-orang yang mereka sembah adalah para pemberi syafaat kepada mereka di sisi Allah. Banyak perkataan orang alim dan rahib yang mereka pertuhankan sebenarnya tidak menyentuh pengetahuan yang benar atau bahkan bertentangan dengan kitab Allah. Menurut mereka, kitabullah mutlak perlu ditafsirkan oleh para alim dan rahib yang mereka pertuhankan, sedangkan manusia tidak akan mampu memahami kitabullah dengan benar tanpa tafsir mereka.

Pemberian gelar-gelar keilmuan terhadap para alim mereka itu hanyalah pengabaran kosong kepada Allah perihal apa yang tidak diketahui Allah. Dalam pengetahuan Allah, orang-orang yg mereka pertuhankan tidaklah mempunyai pengetahuan sebagaimana gelar yang mereka dengung-dengungkan. Mereka mengabarkan kepada Allah berita kosong yg berbeda dengan pengetahuan Allah.
Dan mereka menyembah selain dari Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).(QS Yunus : 18)
Mereka menjadikan para alim dan rahib mereka sebagai tuhan-tuhan. Ketika para alim mereka menghalalkan yang haram dan mengharamkan yg halal, mereka mengikutinya tanpa memeriksa kehalalan dan keharaman perihalnya.  Ketika para alim dan rahib mereka menganggap kafir orang-orang mukmin, mereka mengikutinya tanpa memeriksa dengan teliti perihal pengkafiran yang dimaksudkan oleh alquran. Mereka mengambil ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan  fitnah di antara orang-orang mukmin. 

Di antara ayat yang digunakan untuk menghalalkan pengkafiran adalah sebagai berikut :
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasu-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan  di antara yang demikian (iman atau kafir),
merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (QS An-Nisaa : 150-151)

Di antara orang-orang yang mengikuti nabi, terdapat orang-orang yang  mengatakan bahwa dirinya beriman kepada sebagian dan kafir terhadap sebagian yang lain. Dengan perkataan itu, mereka bermaksud untuk mencari jalan lain sehingga mereka tidak dikatakan sebagai orang-orang kafir akan tetapi sebenarnya mereka tidak beriman.

Mereka itulah orang-orang yang sebenar-benarnya kafir. Mereka tidak akan beriman walaupun mereka berada di antara orang-orang beriman. Mereka termasuk orang-orang kafir walaupun mereka tidak berada di antara orang-orang kafir. Mereka adalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Bagi mereka telah disediakan siksaan yang menghinakan.

Orang-orang yang mengikuti para alim dan rahib yang mengkafirkan muslimin lainnya tidak memeriksa dengan teliti perihal tersebut, sehingga mereka ikut menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah. Dengan demikian mereka menjadikan para alim dan rahib mereka sebagai tuhan.  Ayat mutasyabihat seperti di atas digunakan dengan serampangan untuk mengkafirkan orang-orang islam yang lain, tidak menyadari bahwa mereka telah terjebak dalam golongan kafir yang sesungguhnya.

Jalan di antara kekafiran dan dan keimanan yang mereka tempuh merupakan jalan yang paling buruk di antara jalan kalangan  munafikin. Hal itu dijelaskan dalam ayat sebagai berikut :
Kemudian kalian memerangi  diri kalian  dan mengusir segolongan dari kalian dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat (QS Al-Baqarah : 85)
Mereka menempuh jalan yang tidak ditempuh oleh orang-orang yang menampakkan kekafiran secara jelas, dan mereka tidak juga menempuh jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang beriman. Jalan yang mereka tempuh  adalah berupa perbuatan memasuki  golongan muslimin kemudian memerangi orang-orang yang menjadi saudara mereka dalam islam, mengusir segolongan di antara mereka dari kampung halamannya, dan membantu untuk terjadinya dosa dan permusuhan di antara  muslimin. Mereka masuk dalam golongan orang-orang muslimin, akan tetapi kemudian mereka memerangi orang-orang muslimin. Mereka itulah orang-orang yang beriman dengan sebagian dan kafir terhadap sebagian.

Keterangan alquran telah tersedia dengan sedemikian jelas, akan tetapi orang-orang yang mempertuhankan para alim dan rahib tidak pernah memeriksa dengan akalnya tentang pengharaman dan penghalalan. Mereka menggunakan ayat-ayat mutasyabihat dengan serampangan untuk membangkitkan fitnah di antara kaum muslimin. Banyak perbuatan dosa, permusuhan dan keributan di antara umat islam akibat ulah mereka, sementara mereka memperlihatkan diri sebagai orang islam. Mereka seolah-olah peduli dengan dengan keadaan orang-orang islam dengan menebus para tawanan perang dari kalangan umat islam.