Pencarian

Kamis, 24 Oktober 2019

Panduan Mencari Jodoh

Jenis-Jenis Perjodohan 

Allah menciptakan manusia berpasangan. Penciptaan seperti itu bertujuan agar manusia dapat mengenal Allah dan dapat mengenal kasih sayang. Keberpasangan merupakan tangga yang dapat mengantarkan manusia yang berada di alam jasadiah untuk dapat mengenal alam yang tinggi. 

Keberpasangan yang paling mudah dilihat adalah keberpasangan gender antara laki-laki dan perempuan. Pada alam lebih tinggi, terdapat keberpasangan yang semakin mendekatkan diri kepada Allah. Jasad manusia berpasangan dengan jiwa, dan jiwa berpasangan dengan ruh kudus yang akan mengantar manusia mengenal Allah dan kasih sayang. Keberpasangan merupakan anak tangga menuju alam yang lebih tinggi. Seorang wanita tidak akan mengenal tuhannya tanpa mengabdi pada suaminya, dan seorang laki-laki tidak akan mengenal Tuhannya tanpa mengenal nafs wahidah dirinya. 

Seorang manusia harus mengelola seluruh keberpasangan dirinya agar dapat mengenal Allah. Untuk itu alquran menurunkan banyak petunjuk agar manusia memperoleh jalan untuk mengenal tuhannya. Tujuan keberpasangan itu adalah mengenal Allah dan kasih sayang. 

Keberpasangan yang paling dzahir mudah untuk dikelola adalah keberpasangan gender laki-laki dan perempuan dalam wujud pernikahan. Terdapat beberapa tingkatan keberpasangan gender laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan itu adalah sebuah keberpasangan paling dasar. Manusia boleh menikah bila ada laki-laki dan perempuan, dan tidak akan boleh ada pernikahan hanya dengan adanya laki-laki saja atau perempuan saja. Akan tetapi banyak hal harus dipertimbangkan agar pernikahan itu menjadi tangga yang baik untuk mengenal Allah. Tidak banyak seseorang yang mempertimbangkan pernikahan hanya karena calon mempelainya berbeda gender dengan dirinya. 

Untuk menunjang perjalanan panjang mengenal Allah, setiap orang harus berusaha mendapatkan pilihan pasangan yang terbaik sebagai suami atau istri. Pasangan yang dipilih akan banyak mempengaruhi kualitas pengenalannya kepada Allah. Terdapat beberapa kriteria keberpasangan manusia yang dapat digunakan untuk memilih pasangan. 

Pasangan Jiwa 


Keberpasangan paling baik antar gender terdapat pada pasangan dimana jiwa sang istri diciptakan dari jiwa suaminya. Itu tingkatan keberpasangan yang lurus, yg biasanya ditemukan pada orang-orang yang telah mengenal nafs wahidah dirinya, yaitu orang-orang yang telah mendapatkan nikmat Allah. Orang yg diberi nikmat Allah adalah orang yang telah mengenal nafs wahidah dirinya, pasangannya berupa jiwa yg lebih mengenal Allah. Karena mengenal nafs wahidah dirinya di level malakut, diperkenalkan kepadanya pasangannya dalam level gender. 

Pasangan semacam itu tampaknya tidak akan diperoleh oleh manusia dengan mudah. Rasulullah Saw menikah dg Khadijah r.a. Begitu pula Ali KW menikah dengan Fathimah r.a. Perlu kebersihan dan ketenangan jiwa agar seseorang bisa menemukan pasangan yang diciptakan dari jiwanya sendiri. Kebanyakan manusia baru menemukan pasangan jiwanya ketika memasuki kedudukan sebagai orang yang diberi nikmat Allah. 

Apabila seseorang telah menemukan pasangan yg diciptakan dari jiwanya, seorang laki-laki tidak membutuhkan wanita lain karena semua kebutuhan khazanah terpenuhi oleh istrinya. Siti Khadijah r.a merupakan pasangan hakiki bagi Rasulullah Saw, yang akan mendampingi beliau hingga akhirat kelak. Selama bersama Khadijah r.a, Rasulullah Saw tidak menikah dengan wanita lain. Begitu pula kehidupan pernikahan Ali k.w bersama Fathimah r.a putri Rasulullah Saw. Di dunia, tidak banyak manusia yg berhasil menemukan pasangan dari jiwanya sejak awal pernikahan. Seorang laki-laki yg berhasil mengenal diri akan ditunjukkan pasangan jiwanya. 

Setiap manusia diciptakan berpasangan. Bagi seorang laki-laki disediakan baginya pasangan berupa perempuan yg diciptakan dari jiwa laki-laki tersebut. Akan tetapi karena harus menjalani kehidupan di ujung semesta, seringkali seseorang tidak bisa melihat pasangan jiwa yg diciptakan bagi dirinya. Hal itu merupakan hal yang biasa terjadi dalam kehidupan di bumi. Hal itu wajar bagi setiap manusia. Untuk itulah agama memberikan tuntunan dalam memilih pasangan hidupnya agar manusia dapat hidup tenteram bersama pasangannya. 

Keberpasangan manusia terletak dalam jiwa. Untuk mengenal pasangan yg diciptakan dari jiwanya, maka hal yg harus dijaga adalah kesucian jiwanya. Tanpa menjaga kesucian jiwanya, besar kemungkinan manusia gagal melihat pasangan yg diciptakan bagi dirinya. Alih-alih mendapatkan pasangan jiwa, pasangan yang diperoleh seringkali lebih merupakan bentuk keberpasangan hawa nafsu. Sebagian manusia menuruti hawa nafsu rijal, dan sebagian manusia, hawa nafsu nisaa' atau malah sekadar syahwat yang dituruti dalam memilih pasangan. 

Seberapa jauh seseorang menjaga kesucian jiwa dan mengikuti tuntunan Allah dalam memilih pasangan, sedemikian pulalah kedekatan keberpasangan jiwa yg diperoleh dalam berumahtangga. Hawa nafsu rijal lebih dekat kepada jiwa, dan hawa nafsu nisa' lebih jauh dari jiwa, sedangkan syahwat merupakan karakteristik jasad sepenuhnya. Mengikuti syahwat atau hawa nafsu nisaa' dalam memilih pasangan akan menghadirkan pasangan yg jauh secara jiwa, dan akan semakin mendekati keberpasangan secara jiwa bila mengikuti rijal yg dekat dg jiwanya. Seseorang yang sepenuhnya berserah diri akan diberi petunjuk siapa pasangan jiwanya. Sakinah, mawaddah dan rahmah akan hadir setara dengan seberapa dekat keberpasangan jiwanya. 

Di alam jasad, keadaan manusia selalu berubah-ubah. Kadangkala mengikuti hawa nafsu rijal, hawa nafsu nisaa' ataupun syahwat. Dengan keadaan seperti itu, pasangannya yg diperoleh boleh jadi bukan pasangan jiwa. 

Perkenalan pasangan jiwa dikisahkan oleh Musa ketika melarikan diri dari Mesir menuju Madyan. Di Madyan, Musa menemukan seorang wanita di sebuah sumur, yang kemudian menjadi istrinya. Sumur itu merupakan gambaran bahwa sang wanita bakal menjadi sumber rezeki dan kehidupan yang baik bagi Musa, sakinah, Mawadah dan Rahmah. Namun pernikahan mereka baru bisa dilaksanakan delapan hingga sepuluh tahun setelah pertemuannya. 

Perkenalan seseorang terhadap pasangan jiwanya seringkali terjadi delapan hingga sepuluh tahun sebelum pernikahan mereka. Pengenalan itu bisa terjadi secara fisik sebagaimana Musa menemukan calon istrinya, atau bisa secara batin, dimana jiwa sang wanita hadir kepada laki-laki, baik laki-laki itu telah mengenal secara jasadiah ataupun belum pernah melihat jasadiah wanita itu. Laki-laki itu bisa melihat atau bermimpi tentang wanita itu, yang kadangkala hadir dengan gambaran tentang sang wanita bagi dirinya. 

Al-Arham 


Dalam pernikahan antara pasangan jiwa yang diciptakan dari satu nafs wahidah, terdapat sebuah keutamaan yang tidak bisa diperoleh melalui pernikahan melalui jiwa yang berlainan asalnya. Keutamaan itu adalah pencapaian al-arham yang sempurna bilamana pernikahannya berhasil. Seseorang yang mengenal diri dan memiliki istri yang menjalin al-arham bersamanya menjadi seorang ulul arham. Dirinya mendapatkan kedudukan tertentu yang lebih utama dibandingkan dengan mukminin yang lainnya. 

Allah SWT berfirman: 

اَلنَّبِيُّ اَوْلٰى بِا لْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ اَنْفُسِهِمْ وَاَ زْوَا جُهٗۤ اُمَّهٰتُهُمْ ۗ وَاُ ولُوا الْاَ رْحَا مِ بَعْضُهُمْ اَوْلٰى بِبَعْضٍ فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَا لْمُهٰجِرِيْنَ اِلَّاۤ اَنْ تَفْعَلُوْۤا اِلٰۤى اَوْلِيٰٓئِكُمْ مَّعْرُوْفًا ۗ كَا نَ ذٰ لِكَ فِى الْكِتٰبِ مَسْطُوْرًا 

"Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Dan Ulul Arham satu sama lain lebih utama di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu hendak berbuat baik kepada para wali dengan ma'rifah. Demikianlah telah tertulis dalam Kitab." QS. Al-Ahzab 33: 6 

Ayat tersebut berkisah tentang kedudukan nabi bersama dengan para istri beliau SAW. Nabi adalah ibarat seorang ayah yang membina umat manusia untuk mencapai kedudukan yang mulia di hadirat Allah. Untuk melaksanakan tugas itu, beliau SAW didampingi para istri beliau. Peran para istri beliau adalah sebagai ibu yang melahirkan seluruh kaum muslimin mencapai akhlak al-karimah. 

Diantara para mukminin, terdapat beberapa orang yang mencapai kedudukan ulul arham. Al-arham adalah keterhubungan kasih sayang ar-rahman hingga mencapai alam jasadiah melalui sepasang suami istri. Seorang ulul arham merupakan entitas turunan dari Rasulullah SAW dan ummahat al mukminin dalam jati diri masing-masing, terbentuk dari seseorang yang mengenal Allah yang berhasil membina al-arham bersama istrinya. 

Seseorang laki-laki yang mengenal Allah, dengan mengenal diri, tidaklah selalu menjadi ulul arham bila tidak terbentuk kasih sayang bersama istrinya. Dengan keadaan itu, dirinya tidak memiliki perpanjangan tangan bagi semesta mereka sehingga asma Allah yang dikenalnya tidak dapat mengalir melalui dirinya mencapai alam jasadiah. Rumah tangga mereka harus diperbaiki terlebih dahulu. Laki-laki demikian belum termasuk dalam kategori ulul arham. Namun demikian laki-laki ini telah mendapatkan hadiah Allah yang sangat baik. 

Setiap isteri harus berusaha mendampingi suaminya agar mereka menjadi ulul arham. Tanpa isteri yang memahami, asma Allah yang dikenal suaminya tidak akan mengalir melalui mereka. Kalaupun suaminya tidak termasuk dalam kelompok yang mendapat hadiah mengenal Allah, seorang istri harus membina diri dengan sifat wanita ahli surga terhadap suaminya. Pasangan yang berhasil mewujudkan al-arham mempunyai kedudukan tersendiri sebagai ulul arham. 

Pasangan Thayyib 


Seseorang harus menikah dengan pasangan jiwanya bila mampu. Tetapi menikah tidak harus hanya dengan pasangan jiwanya. Menemukan pasangan jiwa merupakan berkah yang besar di mana pasangannya adalah perpanjangan dirinya sendiri, dan yang dibawa pasangannya benar-benar sesuai dengan dirinya. Akan tetapi itu tidak mudah, maka cukuplah seseorang menikah berdasarkan kesesuaian atau thayyibah. Pernikahan yang thayyibah itu akan mampu mengantarkan seseorang memperoleh nikmat dari Allah. Pernikahan thayyib juga akan dapat mengantarkan seorang wanita memiliki sifat-sifat wanita ahli surga. Dengan bersyukur atas kehadiran suaminya, mendengar dan mentaati apa yang disampaikan suaminya maka akan timbul sifat mawadah (al-waduud), banyak anak (al-waluud) dan keinginan selalu kembali kepada suaminya. 

Pada tingkatan dibawah pasangan jiwanya, terdapat keberpasangan dalam katagori thayyib atau bersesuaian. Kebersesuaian pasangan pada tingkatan ini dilihat dari sudut pandang pelaksanaan amr Allah bagi jamaah manusia. Allah selalu menurunkan urusan (amr) bagi umat manusia dalam setiap zaman. Amr Allah tersebut satu bagi umat manusia, yang kemudian dibagi-bagikan kepada setiap manusia dalam urusan masing-masing. Wanita berperan sebagai ladang yang menyimpan khazanah amr/urusan Allahu, dan laki-laki harus berperan mewujudkannya bagai pohon yang harus mengeluarkan buah dari khazanah itu. 

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ 

QS Ar-Rūm :21 - Dan di antara tanda-tanda -Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian isteri-isteri dari jiwa-jiwa kalian, supaya kamu tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 

Dalam kategori pasangan thayib dan khabits, jiwa-jiwa manusia tidak ditinjau dalam setiap individu, tetapi ditinjau dalam kebersamaan. Dari jiwa-jiwa laki-laki diciptakan jiwa-jiwa perempuan yang menjadi pasangan bagi mereka. Penciptaan jiwa-jiwa perempuan itu tentulah berdasarkan setiap individu jiwa laki-laki, atau dengan kata lain setiap jiwa perempuan diciptakan untuk setiap laki-laki tertentu. Akan tetapi tidak setiap manusia dapat melihat jiwa pasangannya yang diciptakan dari nafs wahidah yang sama. Dalam kasus ini, setiap orang dapat menentukan pasangan berdasarkan kriteria kesesuaian. 

Kesesuaian pasangan pada tingkatan ini tidak terjadi antara satu wanita terhadap satu laki-laki atau sebaliknya. Satu laki-laki bisa bersesuaian dengan beberapa wanita dan seorang wanita bisa bersesuaian dengan beberapa laki-laki. Seorang laki-laki yang berada dalam jamaah mempunyai peran yang berkaitan erat dengan para sahabatnya, begitu pula para wanita membawa khazanah sesuai dengan pasangan jiwanya. Peran para laki-laki dalam jamaah saling beririsan, maka khazanah para wanitanya juga beririsan dengan sahabat pasangannya. Demikian kesesuaian pasangan dalam tingkatan ini. 

Kesesuaian pasangan tidak identik dengan pernikahan. Seorang wanita hanya bisa menikah dengan satu laki-laki, walaupun bisa bersesuaian dengan empat laki-laki. Seorang laki-laki bisa menikah dengan empat wanita yang bersesuaian. Hal ini karena faktor kepemimpinan. Seseorang tidak bisa dipimpin oleh banyak pemimpin, tapi seorang pemimpin dapat diikuti oleh banyak pengikut. Dari sisi lain, jumlah pemimpin yang benar lebih sedikit dari jumlah laki-laki, karena tidak setiap laki-laki layak menjadi pemimpin. 

Kriteria pasangan jiwa dari nafs wahidah yang sama lebih utama daripada kriteria berpasangan thayyib. Bilamana seseorang diijinkan untuk menemukan pasangannya dalam kriteria pasangan jiwa, maka hendaknya dirinya mendahulukan untuk menikah dengan pasangan jiwanya daripada pasangan thayyib yang diinginkannya. Ada keutamaan pada pasangan jiwa hakiki yang tidak akan tergantikan oleh kriteria yang dibawahnya. Itu adalah hadiah yang sangat besar yang wajib untuk disyukuri. Bilamana tidak sanggup untuk berserah diri sepenuhnya terhadap petunjuk pasangan hakiki, hendaknya seseorang tidak berusaha mencari pasangan hakiki jiwanya, dan mencukupkan diri untuk menerima pasangan yang thayyib bagi dirinya. 

Dalam tingkatan pasangan jiwa, penentuan pasangan sepenuhnya dilakukan oleh nafs wahidah, tidak ada hawa nafsu yang mempengaruhi pemilihan pasangan. Sedangkan pada tingkatan pasangan thayyib, setiap hawa nafsu yang berkuasa dalam hati akan menentukan kriteria pasangannya. Tingkat keberpasangan yang diperoleh akan sesuai dengan kedekatan hawa nafsunya dengan nafs wahidahnya. 

Pasangan Khabits 


Orang-orang mukmin adalah orang-orang yang baik. Laki-laki mukmin akan berpasangan secara thayyib dengan wanita mukminat bila dipasangkan dengan amr yang berdekatan. Akan tetapi ada diantara orang-orang yang tampak beriman tetapi mereka tidak mempunyai kepedulian untuk mencari Amr Allah bahkan cenderung menimbulkan kegaduhan di antara kaum mukminin. 

Orang-orang yang cenderung membuat kegaduhan di atara kaum mukminin dikategorikan sebagai khabitsin. Wanita khabitsat harus dipasangkan dengan laki-laki khabitsin dan sebaliknya. Para wanita yang berdedikasi terhadap amr Allah harus dipasangkan dengan laki-laki yang berdedikasi pada amr Allah, dan para laki-laki yang berdedikasi dipasangkan dengan wanita-wanita yang berdedikasi. 



ٱلۡخَبِيثَٰتُ لِلۡخَبِيثِينَ وَٱلۡخَبِيثُونَ لِلۡخَبِيثَٰتِۖ وَٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِۚ أُوْلَٰٓئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَۖ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ 

QS An-Nūr :26 - Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik. Mereka itu bersih dari generasinya; yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. 

Orang-orang yang berdedikasi pada amr Allah disebut sebagai at-thayyibun, orang-orang yang thayyib. Para wanita thayyibun disebut at-thayyibat. Atthayyibuun itu tidak sama dengan orang-orang al-khabitsun walaupun meteka berada pada ruang dan waktu yang sama. 

Pasangan yg Tidak Dibolehkan 

Musyrik 


Manusia bisa mempunyai keinginan menikah karena secara internal mempunyai dorongan untuk menikah. Berbagai motivasi untuk menikah bisa muncul dalam diri seseorang. Namun demi keselamatan seseorang dalam kehidupan dunia dan akhirat, agama memberikan tuntunan berupa beberapa kriteria pasangan yg tidak boleh dinikahi. 

Di antara yg tidak boleh dinikahi adalah wanita musyrikin. Begitu pula orang mukmin tidak dibolehkan untuk menikahkan orang musyrikin dengan wanita beriman. Orang-orang musyrikin baik laki-laki maupun perempuan akan menyeret pasangannya menuju neraka. Larangan itu tidak berlaku bagi orang-orang musyrik yang telah beriman. Seorang musyrik yang telah bertaubat dan beriman berhak untuk menikahi dan dinikahkan dengan orang-orang beriman. 

وَلَا تَنكِحُواْ ٱلۡمُشۡرِكَٰتِ حَتَّىٰ يُؤۡمِنَّۚ وَلَأَمَةٞ مُّؤۡمِنَةٌ خَيۡرٞ مِّن مُّشۡرِكَةٖ وَلَوۡ أَعۡجَبَتۡكُمۡۗ وَلَا تُنكِحُواْ ٱلۡمُشۡرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤۡمِنُواْۚ وَلَعَبۡدٞ مُّؤۡمِنٌ خَيۡرٞ مِّن مُّشۡرِكٖ وَلَوۡ أَعۡجَبَكُمۡۗ أُوْلَٰٓئِكَ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلنَّارِۖ وَٱللَّهُ يَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱلۡجَنَّةِ وَٱلۡمَغۡفِرَةِ بِإِذۡنِهِۦۖ وَيُبَيِّنُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ 

QS Al-Baqarah : 221 - Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. 

Syaitan sangat berkepentingan untuk merusak ikatan pernikahan karena itu akan merusak tangga manusia untuk mengenal alam yang lebih tinggi. Kerusakan rumah tangga akan merusak rasa kasih sayang di antara manusia sehingga manusia tetap menjadi makhluk bumi yang hina, bermusuhan satu dengan yang lain. 

Syaitan yang berhasil merusakkan suatu rumah tangga akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di antara para syaitan. Mereka menggunakan ilmu guna-guna di antara para manusia dengan sangat intensif dengan berbagai sasaran, baik agar tidak terjadi pernikahan, merusak pernikahan yang ada, atau untuk membentuk pernikahan sesuai dengan yang mereka inginkan. Pernikahan antara manusia yang benar merupakan musuh besar syaitan. 

Salah satu alat yang mereka jadikan andalan adalah orang musyrik. Mereka meminta kepada syaitan untuk membantu mendapatkan laki-laki atau perempuan yang mereka inginkan, maka akan sangat banyak syaitan yang berkeinginan membantu sebagai media promosi bagi kedudukan mereka. Syaitan memperoleh pembantu yang paling bermanfaat ketika seseorang datang untuk meminta bantuan kepada mereka untuk memperoleh laki-laki atau wanita yang diinginkan. Syaitan akan berkumpul untuk membantu. Seluruh data yg mereka miliki akan digunakan, baik orang yg datang ataupun yang diinginkan. 

Dengan semuanya, mereka menghembus-hembus dalam dada mereka agar asmara berkobar di dalam dada, memperindah pandangan mata agar keduanya terlihat indah di mata mereka masing-masing, dan diperdengar-dengarkan kebaikannya. Tidak hanya menggunakan ilmu sihir, para syaitan itu juga memanfaatkan ilmu dari dua malaikat Harut dan Marut untuk sasaran orang-orang beriman. Maka orang yang meminta bantuan kepada syaitan akan sangat menakjubkan bagi sasarannya. 

Haram menikah atau dinikahi orang musyrik. Mereka menakjubkan karena syaitan membantu mereka, menghembuskan asmara dalam dada manusia, menjadikan indah dalam pandangannya dan lain-lain. Akan tetapi mereka akan menyeret pasangannya menuju neraka karena orang musyrik itu dalam kekuasaan syaitan. Seorang budak yang beriman lebih baik daripada orang musyrik. Hal itu perlu diperhatikan oleh keluarga. Tidak boleh menikahkan seseorang yang berada dalam pengaruh syaitan karena kesyirikan, baik sebagai pelaku kesyirikan maupun sebagai sasaran kesyirikan. 

Dalam intensitas lebih kecil, syaitan selalu berusaha merusak rumah tangga siapapun, baik melakukan kesyirikan maupun tidak. Setiap perilaku, keinginan, kekecewaan, keluhan dan sebagainya yang terjadi pada seseorang berada dalam pengawasan syaitan. Apalagi bila menyangkut rumah tangga. Mereka akan berusaha merusak pernikahan dg semua data yg bisa mereka miliki. Syaitan masih bisa melemparkan godaan pada keinginan seorang nabi, maka akan lebih leluasa bagi yg bukan nabi. 

Pezina 

Kriteria lain yang tidak boleh dinikahi adalah pezina. Kaum mukminin diharamkan untuk menikahi salah seorang pezina. Yang dimaksudkan pezina (az-zaani/az-zaaniat) adalah orang-orang yang gemar berzina. Mereka menjadikan zina sebagai kegemaran. Kadang- kadang seseorang terpeleset untuk melakukan zina tetapi tidak menjadikannya kegemaran, maka mereka hanya masuk kategori orang yg berzina (zaani/zaaniat). 

ٱلزَّانِي لَا يَنكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوۡ مُشۡرِكَةٗ وَٱلزَّانِيَةُ لَا يَنكِحُهَآ إِلَّا زَانٍ أَوۡ مُشۡرِكٞۚ وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ 

QS An-Nūr : 3 - Laki-laki pezina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan pezina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin. 

Orang-orang yang masuk dalam kategori pezina hanya diperbolehkan menikah dengan orang yang pernah berzina atau orang musyrik. Mereka diharamkan bagi orang-orang yang beriman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar