Pencarian

Kamis, 27 Februari 2020

Mencintai Allah


Iblis merupakan makhluk yang sangat cerdas, diciptakan dari api di alam tinggi yang dekat dengan Allah. Dengan kecerdasannya Iblis merasakan kerinduan dan kecintaan terhadap zat yang telah menciptakannya, zat Maha Mulia yang pernah bertemu dengan dirinya. Tetapi dengan kualitas diri dan pemahaman yang salah maka iblis menolak jalan yang digariskan Allah untuk menuju kembali kepada-Nya. Iblis kafir dalam kecerdasannya. Dahulu setelah terusir dari surga, Iblis masih sering berdoa dan bermunajat kepada Allah karena kerinduan dan cinta. Akan tetapi karena doa dan munajat itu berasal dari kualitas diri dan pemahaman yang salah, maka doa itu tidak berjawab. Dari semua doa dan munajat yang dipanjatkan Iblis kepada Allah SWT, hanya sebuah jawaban yang didengar oleh Iblis bagi doa dan munajatnya, yaitu ketika Iblis bermunajat : "Allah, aku telah berdosa terhadap Engkau dan sorga, aku tidak layak lagi disebutkan golongan-Mu." Allah tampaknya berkenan dengan doa itu, akan tetapi Iblis kemudian menyingkirkan semua kesadarannya yang benar itu, dan kemudian memilih jalannya sendiri.

Dari kejadian itu, tampaklah suatu kenyataan bahwa cinta transenden Iblis kepada Allah yang seharusnya manunggal ternyata mendua. Iblis lebih mencintai dirinya sendiri daripada cintanya kepada Allah. Semua kecintaannya kepada Allah hanya sebuah implikasi dari kecintaannya kepada dirinya sendiri, bukan hasil dari pengenalannya kepada Sang sumber segala kebaikan. Ketika Allah mengungkapkan kualitas diri Iblis kepada dirinya, untuk kebaikannya, Iblis malah bersikap kafir dan bertambah kafir hingga dirinya kemudian berani menghujat kepada zat yang dahulu dicintainya karena kemuliaan.

Manusia diciptakan berbeda dengan Iblis. Dirinya diciptakan dari tanah namun dilengkapi dengan jiwa dan ruh yang berasal dari alam yang tinggi. Dengan kelengkapan demikian, maka manusia dapat mencintai segala hal dari alam yang rendah maupun alam yang tinggi. Manusia dapat mencintai harta benda duniawi, kehormatan duniawi, dan seterusnya hingga dapat mencintai Allah yang Maha Tinggi. Semua itu karena manusia diciptakan dengan kedua tangan-Nya.

قَالَ يَٰٓإِبۡلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسۡجُدَ لِمَا خَلَقۡتُ بِيَدَيَّۖ أَسۡتَكۡبَرۡتَ أَمۡ كُنتَ مِنَ ٱلۡعَالِينَ 

Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?" (QS Shaad :75)

Manusia diciptakan lebih sempurna daripada makhluk apapun sehingga memiliki potensi untuk menjadi khalifatullah. Akan tetapi kesempurnaan itu bukanlah sebuah jaminan bahwa manusia akan menjadi sempurna. Manusia harus memulai kehidupannya dari kehidupan bumi yang merupakan alam terjauh dari Allah, alam yang paling bodoh terhadap Allah. Manusia harus berjihad agar kesempurnaan yang ada dalam dirinya menjadi kenyataan. Kebanyakan manusia terjebak dalam kehidupan jasadiah saja, tidak mampu mengembangkan kesempurnaannya untuk menambah pengetahuannya tentang Allah melalui jiwa dan ruhnya. Pengetahuannya terkungkung dalam batas alam-alam jasadiah sehingga kecintaannya juga terbatas hanya dalam alam jasadiah. Seharusnya manusia mengembangkan dirinya untuk mengenal jiwanya hingga Allah memberikan ruh qudus kepada dirinya sehingga dirinya dapat mencintai Allah yang Maha Tinggi dengan benar.

Jalan Menuju Cinta


Untuk mengembangkan jiwanya itu, manusia diciptakan berpasangan. Kecintaan kepada Allah adalah mencintai segala sesuatu sebagaimana kehendak Allah mencintai. Allah menciptakan entitas yang paling dicintai-Nya yang dijadikan sebagai wasilah, maka hendaknya manusia mencintainya demikian. Demikian pula Allah menciptakan makhluk lemah agar manusia mensejahterakan, maka hendaknya manusia mencintai dengan cara demikian. Cinta Iblis kepada Allah adalah bentuk cinta yang salah, dimana cintanya hanya merupakan bentuk kecintaan diri. Iblis mencintai Allah secara egoistik, sehingga dia tidak mencintai sebagaimana kehendak Allah mencintai. Ketika diperintahkan Allah untuk bersujud kepada Adam, timbul iri dengki dan kesombongannya terhadap manusia. Hal itu disebabkan kecintaannya yang bersifat kecintaan kepada diri sendiri. Manusia diciptakan berpasangan agar menyadari bahwa kecintaannya kepada Allah harus dibangun sesuai dengan kehendak Allah, bukan kecintaan egoistik sebagaimana kecintaan Iblis.

Seorang laki-laki merupakan wujud manusia yang lebih dipersiapkan untuk mengenal Allah sebagai Ar-Rahman, zat yang mengajarkan Alquran kepada manusia dan memberikan penjelasannya (al-bayaan). Seorang laki-laki diciptakan dengan akal yang kuat untuk mengenal Allah yang Maha Ghaib. Dengan akal yang kuat, dirinya merupakan entitas yang bertanggung jawab untuk memahami ayat-ayat Allah yang terhampar pada segenap ufuk dan dalam dirinya, bersesuaian dengan dengan ayat-ayat Allah dalam wujud kitabullah. Dengan pengetahuan itu, dirinya akan mengetahui bahwa ada zat Yang Maha Tinggi yang tersembunyi (ghaib) dari pandangan segenap makhluk-Nya yang menghendaki kebaikan bagi seluruh makhluk.

Seorang perempuan adalah wujud manusia yang lebih dipersiapkan untuk mengenal Allah sebagai Ar-Rahiim,  zat yang menghendaki kesejahteraan bagi seluruh makhluk-Nya. Secara umum, seorang wanita merupakan wujud manusia yang terbentuk secara asali sebagai petugas yang sangat tepat untuk mensejahterakan lingkungannya. Bahkan dalam diri perempuan disematkan wujud jasadiah rahim sebagai media mengenal rahimiyah-Nya. Dengan rahim, seorang perempuan mengenal kasih sayang terhadap bayi yang dilahirkannya, dapat membangun kasih sayang terhadap suaminya melalui jalan menuju rahimnya, dan dapat mewujudkan khazanah tersembunyi yang ada pada benih suaminya dalam wujud bayi yang dilahirkan dari rahim.

Setiap manusia adalah khalifatullah yang harus mewujudkan kesejahteraan di alam semesta sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mewujudkannya, setiap manusia harus membangun kecintaan kepada semestanya sesuai dengan kehendak Allah, dan caranya adalah dengan menikah. Menikah merupakan setengah bagian dari agama. Asma-Nya sebagai Ar-Rahman Ar-Rahiim harus dihadirkan secara sempurna agar Allah dapat dikenal oleh makhluk. Kehendak Allah harus dimengerti oleh setiap laki-laki dengan akalnya, sedangkan setiap wanita menjadi media agar objek duniawi yang tepat dapat hadir bagi suaminya masing-masing. Dengan kehadiran objek duniawi bagi seorang laki-laki, maka kehendak Allah melalui mereka akan dapat terrealisasi sehingga terwujudlah kesejahteraan sesuai dengan kehendak Allah.

Jiwa wanita merupakan pembawa semesta bagi suaminya. Hal ini dapat terlihat dalam gambaran jasadiah berupa sel telur seorang wanita yang merupakan semesta duniawi bagi benih suaminya. Benih suaminya akan mendapatkan semesta bila istrinya menghadirkan sel telur bagi benih itu. Tanpa hal itu, benih yang ada dalam diri suami hanya akan menjadi khazanah tersembunyi yang tidak diketahui oleh makhluk. Sebagaimana gambaran jasadiahnya, jiwa wanita sebenarnya merupakan pembawa semesta bagi suaminya. Khazanah ilahiah yang dikenal oleh seorang laki-laki tidak akan dapat termanifestasi di alam mulkiyah tanpa jiwa seorang istri yang menghadirkan semesta yang tepat bagi suaminya. Karena inilah syaitan yang paling tinggi setelah iblis adalah syaitan yang memisahkan seorang istri dari suaminya.

Keberpasangan laki-laki dan perempuan merupakan turunan paling nyata tentang dunia transenden. Ada zat yang Maha Ada sebagai pencipta seluruh makhluk, akan tetapi zat itu tidak terjangkau oleh makhluk. Dia yang Maha Ada itu menurunkan berbagai tingkatan alam dan keberpasangan agar dapat dikenal oleh makhluk-Nya. Manusia merupakan wujud turunan paling nyata, dimana setiap manusia diciptakan berpasangan sebagai makhluk mulkiyah dan malakutiyah berupa jiwa dan jasad. Keberpasangan dalam setiap diri manusia kemudian diturunkan lagi dalam wujud keberpasangan laki-laki dan perempuan dalam peran masing-masing di alam mulkiyah dan malakutiyah. Dengan keberpasangan itu, manusia dapat mendaki tangga untuk mengenal Dia Yang Maha Ada, dengan kecintaan.

Keberpasangan manusia secara hakiki berada pada jiwanya. Allah menciptakan setiap laki-laki dari satu nafs wahidah. Dari masing-masing nafs wahidah tersebut diciptakan pasangannya berupa jiwa (nafs) seorang perempuan tertentu bagi nafs wahidah tersebut, dan diciptakan pasangan lain bagi nafs wahidah itu berupa badan jasmaniahnya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا [ النساء:1-1]

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari nafs wahidah, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan al-arham. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. [An Nisa":1]

Keberpasangan secara hakiki berada pada tingkatan nafs wahidah. Cinta pada diri seseorang pada pasangannya dapat tumbuh pada berbagai tataran hawa nafsu yang menjadi penguasa hatinya, baik karena harta, kehormatan ataupun keilmuan dan kebenaran. Cinta yang mengantarkan cinta kepada Allah adalah cinta pada tataran nafs wahidah dan pasangannya. Banyak orang mengenali nafs wahidahnya, namun kebanyakan manusia belum mengenalinya. Bila seseorang mengenali nafs wahidah dirinya, dia akan mengerti bagaimana Allah mencintai makhluk-Nya. Kecintaannya kepada rasulullah SAW akan melebihi kecintaannya kepada siapapun, dan dirinya mengerti istrinya menjadi cermin yang menghadirkan semestanya bersama khazanah Allah di dalamnya.

Tanjakan di Jalan Cinta


Tidak setiap orang dapat mengenali pasangan hakikinya karena nafs itu tersembunyi tertutup oleh hawa nafsu dan sifat jasadiah. Akan tetapi hal ini dapat diusahakan bila seseorang membersihkan jiwanya. Keberpasangan hakiki merupakan ayat yang akan menuntun penghambaan dan ubudiyah seseorang kepada Allah. Jiwa yang bersih akan merasakan tingkat kualitas penghambaannya kepada Allah bertambah dengan kedekatannya pada pasangan hakiki. Bagaikan bumi dan rembulan, bumi akan mendapatkan sumbu rotasi yang teguh karena kehadiran rembulan, karenanya bumi dapat menghadapkan wajahnya secara benar kepada matahari. Demikian gambaran hubungan antara seorang dengan pasangan hakikinya.

Hal ini akan menembus hingga tataran jasadiah. Seorang laki-laki akan kokoh dalam menjalani kehidupan di alam dunia bersama pasangan hakikinya. Segala sesuatu yang hadir dapat dipahami sesuai petunjuk Allah tanpa menyimpang, dan kemudian dapat beramal shalih secara efektif dan efisien memberikan nilai manfaat yang tinggi bagi lingkungannya. Bumi hanya perlu berputar secara ajeg untuk menyelenggarakan kesejahteraan bagi para penghuni permukaannya.

Tidak setiap pasangan yang gagal dalam kehidupan menunjukkan ketidakberpasangan. Sepasang manusia yang berpasangan secara hakiki dapat dipisahkan oleh syaitan dengan segenap tipu daya. Dengan pemisahan maka kehidupan dunia bagi mereka akan berantakan, tidak menunjukkan kehidupan yang baik.

Kadangkala, dan seringkali orang yang berpasangan secara hakiki tampak tidak sepenuhnya sesuai dalam pandangan pasangannya. Hal ini akibat pengaruh bentukan lahiriah. Hal ini menunjukkan bentuk lahiriah atau pemahaman dari salah satu atau kedua insan berpasangan tersebut belum tepat, belum menemukan sudut pandang yang benar, atau keadaan mereka belum pada bentuk yang benar. Boleh jadi seseorang melihat sifat pasangan hakikinya tidak sesuai dengan keinginannya, atau tidak menyukainya atau bahkan terlihat mengintimidasi baginya. Bila pasangannya telah berada pada kebenaran, hal itu menunjukkan dirinya tidak pada sudut pandang yang tepat terhadap pasangannya atau dirinya dalam keadaan yang salah. Tetapi boleh jadi pasangannya perlu diingatkan agar memperbaiki diri.

Allah menghalalkan bentuk pernikahan ta’addud bagi manusia sebagai sebuah media untuk memperkenalkan bentuk hubungan cinta yang dikehendaki Allah. Nama Ar-Rahman yang lebih dikenal oleh laki-laki berkedudukan lebih tinggi daripada nama Ar-Rahiim yang lebih dikenal oleh perempuan. Ar-Rahman dikenal oleh orang-orang yang lebih khusus, sedangkan Ar-Rahiim hendaknya dijadikan sebagai ruh bagi setiap makhluk dalam menjalani kehidupannya. Pernikahan ta’addud dihalalkan untuk menggambarkan bentuk hubungan cinta yang dikehendaki Allah. Laki-laki merupakan bentuk transenden yang diturunkan bagi perempuan karena kekuatan akalnya memahami Allah, sedangkan perempuan merupakan umat yang harus mampu mencintai dalam hubungan transenden (yang diturunkan) dalam bentuk yang ditentukan Allah, maupun mencintai dalam bentuk-bentuk hubungan horizontal kepada semestanya. Seorang laki-laki yang memahami Allah tentulah mengenal cinta secara transenden, dan hal itu harus diwujudkan hingga kecintaannya dalam hubungan horizontal, yaitu istri-istrinya dan semestanya. Pernikahan ta’addud akan menghindarkan manusia dari kecintaan egoistik sebagaimana kecintaan iblis dahulu kepada Allah.

Selasa, 11 Februari 2020

Berdirinya Negeri Dajjal


Syaitan akan mendirikan sebuah negara di alam mulkiyah yang berada dalam kekuasaannya sepenuhnya, dipimpin oleh dajjal. Ada sekumpulan manusia musyrik, mereka mendapatkan pengajaran dari para syaitan tentang sebuah kerajaan yang merupakan bentuk turunan dari kerajaan Sulaiman a.s. Bentuk kerajaan itu sangatlah kafir, walaupun dikatakan sebagai bentuk kerajaan Sulaiman a.s. Bukanlah Sulaiman yang kafir, tetapi syaitan-syaitan itu yang membuat konsep kerajaan yang sangat kafir. Orang-orang musyrik itu sedang mengupayakan untuk mendirikan kerajaan syaitan tersebut secara rahasia dan terstruktur, tanpa terasa oleh masyarakat dunia.



وَٱتَّبَعُواْ مَا تَتۡلُواْ ٱلشَّيَٰطِينُ عَلَىٰ مُلۡكِ سُلَيۡمَٰنَۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيۡمَٰنُ وَلَٰكِنَّ ٱلشَّيَٰطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحۡرَ وَمَآ أُنزِلَ عَلَى ٱلۡمَلَكَيۡنِ بِبَابِلَ هَٰرُوتَ وَمَٰرُوتَۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنۡ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَآ إِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَةٞ فَلَا تَكۡفُرۡۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنۡهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِۦ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَزَوۡجِهِۦۚ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِۦ مِنۡ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمۡ وَلَا يَنفَعُهُمۡۚ وَلَقَدۡ عَلِمُواْ لَمَنِ ٱشۡتَرَىٰهُ مَا لَهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنۡ خَلَٰقٖۚ وَلَبِئۡسَ مَا شَرَوۡاْ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمۡۚ لَوۡ كَانُواْ يَعۡلَمُونَ ١٠٢ [ البقرة: 102]

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidaklah kafir, hanya syaitan-syaitan lah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seseorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka (syaitan-syaitan) itu tidak memberi mudharat dengannya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang membahayakan kepada mereka dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya, kalau mereka mengetahui. [Al Baqarah:102]

Dalam rangka mendirikan kerajaan syaitan itu, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan mengajarkan kepada manusia ilmu milik harut dan marut. Sihir adalah ilmu milik para syaitan sendiri. Tidak cukup dengan ilmu sendiri, mereka mempelajari dan mengajarkan ilmu yang diturunkan kepada dua malaikat Harut dan Marut untuk diajarkan kepada manusia. Di tangan syaitan sendiri, ilmu malaikat itu tidak dapat memberikan mudharat sedikitpun kepada seseorang kecuali atas ijin Allah, maka para syaitan itu mengajarkannya kepada manusia. Maka manusia mempelajari ilmu itu dari para syaitan sedangkan ilmu itu akan membahayakan bagi kehidupan umat manusia dan tidak memberikan manfaat.

Tujuan syaitan mempelajari dan mengajarkan ilmu dua malaikat itu adalah untuk menceraikan seseorang dari istrinya. Ilmu Harut dan Marut itu merupakan ilmu yang menumbuhkan asmara dan cinta di antara dua makhluk. Akan terbentuk penyatuan hati dan ikatan yang kuat di antara hati seorang laki-laki dan perempuan yang membuat pemahaman antara dua pihak menjadi mudah. Hal itu akan tampak indah di mata manusia, tetapi sesungguhnya ilmu mereka itu hanyalah fitnah yang akan merusak manusia. Penyatuan hati dan ikatan yang kuat itu seharusnya dicapai dengan pembersihan hati dan perjuangan sinergis bersama-sama di antara suami istri di jalan Allah. Dengan ilmu itu, hal itu dapat dengan mudah terbentuk antara laki-laki dan perempuan bahkan di atas dasar dosa. Karena itulah Syaitan memanfaatkan ilmu tersebut untuk menipu dengan tujuan menceraikan seorang laki-laki dengan istrinya. Untuk tujuan itulah syaitan belajar dari kedua malaikat itu, dan kemudian syaitan mengajarkannya kepada manusia. Mereka mempelajari dan mengajarkan ilmu itu kepada manusia dalam rangka agar negeri yang mereka inginkan dapat berdiri tegak tanpa hambatan berarti dari manusia yang mengetahuinya.

Upaya Syaitan Menguasai Manusia


Pernikahan yang baik merupakan basis pertahanan manusia yang paling kuat terhadap usaha infiltrasi syaitan menguasai manusia. Pernikahan merupakan setengah dari agama yang akan membuat manusia dapat bertahan dari upaya syaitan dan para pengikutnya untuk menindas umat manusia. Hendaknya umat manusia mengetahui dan memperhatikan pernikahannya. Fitnah paling hebat yang akan menimpa umat manusia akan terjadi melalui upaya syaitan yang memisahkan seorang suami dengan istrinya. Fitnah dari syaitan yang lain tidaklah sebanding dengan besarnya fitnah yang dilakukan oleh syaitan tersebut. Bila perang dunia adalah fitnah besar, fitnah yang jauh lebih besar akan ditimbulkan oleh syaitan yang memisahkan seorang suami dengan istrinya. Iblis tidak menganggap fitnah syaitan yang lain dibandingkan fitnah syaitan yang didekatkan. 

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ

“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang syaitan yang lain dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblis pun mendekatkannya dan berkata, “benarlah (setan) seperti engkau” (HR Muslim IV/2167 no 2813)

Syaitan yang memisahkan seseorang dengan istrinya tersebut adalah syaitan yang didekatkan kepada Iblis karena besarnya fitnah yang akan ditimbulkannya. Sebenarnya pada asalnya syaitan tersebut bukanlah syaitan yang dekat kepada Iblis, namun karena pengetahuannya tentang keberpasangan antara laki-laki dan perempuan, maka Iblis mendekatkannya karena fitnah besar itu dapat ditimbulkan dengan merusak keberpasangan laki-laki dan perempuan.

Syaitan itu berasal dari golongan syaitan pengamat manusia. Ada setidaknya sekitar dua ratus (200-an) syaitan dari golongan pengamat manusia yang lebih memiliki kuasa dan lebih berpengetahuan daripada syaitan itu dan lebih dekat kedudukannya kepada Iblis, akan tetapi kedua ratus (200) syaitan tersebut tergelincir tergoda untuk mengambil pasangan wanita dari kalangan manusia. Mereka terdorong untuk menyalahi ketetapan dirinya sebagai makhluk langit karena pengetahuan mereka tentang keberpasangan manusia. Pengetahuan tentang keberpasangan itu menjerumuskan mereka untuk mengambil pasangan perempuan dari kalangan manusia, karenanya mereka mendapatkan hukuman dari Allah. Hal ini diceritakan dalam kitab Nabi Idris a.s. Karena penghukuman yang menimpa para penghulunya itu, syaitan itu kemudian didekatkan kepada Iblis.

Golongan syaitan pengamat manusia merupakan salah satu dari 7 golongan syaitan yang menjadi pembantu utama iblis. Selain golongan pengamat, terdapat syaitan dalam golongan tentara, golongan penguasa bumi, golongan pemakmur bumi, golongan penyihir, golongan pandai-cendekia, dan golongan ahli alam gelap. 3 pemimpin golongan syaitan telah tewas dan dijadikan iblis sebagai sesembahan bagi manusia yang dikenal sebagai Baal, Ashera dan Ashtoret, sedangkan 4 pemimpin golongan syaitan ditangkap dan dipenjarakan. Pada zaman setelah Nuh a.s, manusia telah dibebaskan dari kekuasaan para Iblis yang memiliki kekuatan besar. Pada masa akhir jaman, ketujuh pemimpin golongan syaitan itu akan memperoleh peran kembali, dan memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan negara mereka.

Para pemimpin yang telah mati dan akan dikembalikan itu kelak akan memiliki kekuatan yang lebih daripada yang lain. Pemimpin golongan syaitan penguasa bumi kelak akan muncul sebagai kekuatan pendukung 30 Dajjal dalam menguasai bumi. Pemimpin golongan syaitan penguasa bumi ini dikenal sebagai Baal atau Lewiathan. Sebenarnya Baal telah mati namun kelak akan dikembalikan ke bumi ketika masanya tiba. Dia akan dikembalikan bersama dengan pemimpin golongan syaitan pemakmur bumi yang dikenal sebagai Ashera yang juga telah mati.

Baal atau Lewiathan ini akan diberi seluruh kekuatan yang dimiliki oleh iblis untuk menguasai manusia. Makhluk itu akan dapat menghadirkan surga dan neraka ke hadapan manusia dalam wujud yang terbalik. Sedangkan Ashera akan menjadi kekuatan rahasia dibalik kemakmuran negeri syaitan tersebut, negeri Babel, negeri dajjal yang akan dibentuk oleh orang-orang musyrik. Dalam paparan kitab suci, kedua pemimpin ini disebutkan sebagai binatang buas dan perempuan berkain ungu dengan kirmidzi yang akan muncul mengatur bumi.

Pemimpin golongan syaitan pandai-cendekia yang dikenal dengan nama ashtoret juga telah tewas, kelak juga akan dikembalikan ke dunia. Ashtoret akan membuat manusia kebingungan untuk mencari kebenaran, apa yang salah akan terlihat benar dan apa yang benar akan terlihat salah. Manusia akan dibuat kebingungan hingga bersembah kepada syaitan-syaitan melalui patung-patung dan gambar-gambar yang menjadi representasi syaitan.

Golongan syaitan penyihir mendukung orang-orang musyrik dalam mengimplementasikan program-program jahat tanpa mendapatkan perlawanan atau sorotan dari manusia. Golongan pengamat manusia mendapatkan peran pembuka dalam membuat fitnah terbesar bagi manusia. Mereka menggunakan pengetahuan keberpasangan manusia untuk menimbulkan fitnah yang sangat besar, yaitu dengan memisahkan seorang laki-laki dari istrinya. Hal ini menyerupai pembunuhan karakter terhadap seorang laki-laki.

Dalam pertumbuhan jiwa, seorang istri adalah ladang bagi pohon diri suaminya. Untuk menumbuhkan pohon thayyibah seorang laki-laki membutuhkan ladang berupa jiwa istrinya. Tanpa jiwa istri yang subur, seorang laki-laki akan kesulitan dalam menumbuhkan jiwanya. Pertumbuhan jiwanya akan sulit mencapai keadaan yang baik tanpa istri yang subur bagi dirinya.

Dalam amal shalih, seorang istri shalihah adalah pasangan dalam melahirkan wujud mulkiyah pohon thayyibah suaminya, sebagaimana benih seorang laki-laki akan terwujud dalam rahim istrinya. Bila pohon thayyibah seorang laki-laki tumbuh, semesta mulkiyahnya mestinya akan berubah mengikuti pertumbuhan pohon thayyibahnya. Hal itu akan terjadi bila dirinya menikah dengan seorang wanita shalihah yang subur baginya. Akan tetapi pertumbuhan jiwa laki-laki itu tidak akan terlihat dalam wujud mulkiyah tanpa seorang istri yang subur baginya. Pertumbuhan jiwa itu hanya akan menjadi sebuah khazanah yang tersembunyi di dalam jiwa si laki-laki bila istri berkhianat, sebagaimana terlihat dalam fenomena Nuh a.s dan Luth a.s. yang diremehkan oleh umatnya.

Dengan fungsi demikian, syaitan berusaha memisahkan seorang istri dari suaminya untuk mendatangkan fitnah yang besar. Kebenaran yang diperoleh oleh seorang laki-laki diubah menjadi sumber bencana bagi umatnya dengan melakukan pembunuhan karakter seorang laki-laki yang benar dengan memisahkannya dengan istrinya. Umatnya akan dibuat mendustakan laki-laki yang mengenal kebenaran itu, maka bencana akan mengintai masyarakat itu. Seandainya bencana pendustaan itu terhindarkan, kalimah thayyibah dari laki-laki yang mengenal kebenaran itu tidak akan dikenali oleh umatnya.


Tipuan Syaitan dalam Rumah Tangga


Pemisahan itu dapat terjadi terhadap pasangan mukmin-mukminat yang shaleh dan shalihah, karena syaitan menggunakan ilmu yang diturunkan kepada malaikat Harut dan Marut. Seorang suami yang benar bisa terpisahkan dari istrinya yang benar karena ulah syaitan. Kadangkala pemisahan syaitan terhadap suami-istri itu tidak terlihat dengan mata biasa. Syaitan dapat memisahkan pernikahan dalam tingkatan jiwa saja. Seorang suami yang berharap besar terhadap dukungan istrinya dalam perjuangan agama bisa menemui kenyataan pahit didustakan oleh istrinya, atau ditinggalkan di alam jiwanya saja walaupun secara secara jasadiah mungkin tidak menemukan hal demikian secara nyata.

Boleh jadi mukmin tersebut melihat jiwa istrinya yang mukminat menghadap kepadanya, dan meminta ijin untuk meninggalkannya untuk mendampingi laki-laki yang lain. Ini adalah sebuah kasus ekstrim yang mungkin terjadi pada jiwa seorang istri yang mengalami split karena ulah syaitan menggunakan ilmu Harut Marut. Dalam hal ini jiwa istri terbelah untuk menjadi pendamping dua orang laki-laki. Separuh jiwa menjadi pendamping suami yang menikahinya, di sisi lain jiwanya tersandera untuk menjadi pendamping laki-laki lain. Suaminya akan kehilangan banyak manfaat dari pernikahannya, dan laki-laki lainnya pun sebenarnya tidak mendapatkan manfaat pernikahan karena tidak akan bisa menikahi sebelum bercerai dengan suaminya, sedangkan perempuan itu dirusak integritasnya oleh syaitan.

Seorang laki-laki harus bersabar menghadapi hal demikian. Istri demikian telah mengalami penderitaan dalam genggaman permainan tangan syaitan dan hal itu boleh jadi sebenarnya telah terjadi dalam masa yang panjang. Ada kesetiaan yang luar biasa maka seorang wanita dapat bertahan bersama suaminya dalam keadaan demikian. Kehidupannya bersama suaminya pastilah sangat berantakan karena suaminya pun pada dasarnya kehilangan aspek yang melahirkan wujud mulkiyah dari pohon thayyibahnya, maka kehidupan duniawi mereka akan sangat berantakan. Pada awalnya, istri demikian itu mengetahui ada hal yang salah dalam dirinya akan tetapi sulit diceritakan kepada orang lain. Perlahan dirinya akan terkuasai syaitan dan memandang suaminya sebagai orang yang selalu salah. Demikian sebaliknya suaminya akan selalu berbuat salah karena kehilangan semestanya, tanpa mengetahui mengapa dirinya kehilangan dunianya. Bila kemudian tumbuh kesadaran dalam jiwa istrinya, bahwa dirinya adalah pendamping bagi suami yang menikahinya, itu adalah sebuah perkembangan yang harus disyukuri.

Suami tidak boleh menuduh secara semena-mena terhadap istrinya. Hal demikian dapat menimpa mukminat yang benar-benar menjaga diri. Kekurangan istri mungkin hanyalah tidak memiliki visi dan pengetahuan yang cukup tentang pernikahannya sehingga istrinya menjadi seorang mukminat yang menjaga diri tetapi lalai. Kelalaian karena kurangnya visi dan pengetahuan pernikahan itu menjadi celah sehingga syaitan itu dapat menimpakan fitnah kepadanya. Syaitan menimpakannya dengan mengajarkan ilmu yang diturunkan kepada Harut dan Marut kepada manusia. Ilmu sihir syaitan kemungkinan tidak akan menyentuh wanita mukminat yang menjaga diri, tapi ilmu Harut dan Marut berbeda. Di tangan syaitan sendiri, ilmu itu tidak membahayakan sedikitpun kecuali dengan izin Allah, tetapi di tangan manusia, ilmu itu menjadi barang berbahaya.

Hal ini bukanlah berarti membenarkan keadaan istri demikian. Seorang wanita hanya bisa menjadi pendamping bagi suami yang menikahinya saja, tidak boleh menjadi pendamping bagi laki-laki lain. Istri demikian harus berusaha mencari jalan agar dirinya tidak terbelah menjadi pendamping dua orang laki-laki. Visi dan pengetahuan tentang pernikahan akan sangat membantu untuk mengintegrasikan kembali jiwanya, menjadi wanita mukminat yang menjaga diri dan tidak lalai. Tantangan besar akan dihadapinya, dimana kredibilitas suami akan selalu dijatuhkan dalam pandangan dirinya, sedangkan pandangan terhadap laki-laki yang melakukan qadzaf akan dijadikan indah di matanya.

Penerimaan dan pengenalan tentang suaminya dan visi pernikahan harus dibangun secara terus menerus. Dirinya harus berusaha menjadi bagian dari suaminya. Perjuangan suaminya harus dijadikan bagian dari perjuangannya, karena dirinya adalah kunci bagi keberhasilan perjuangan suaminya di alam mulkiyah. Pemikiran suaminya harus berusaha dimengerti dengan tepat, berusaha mengetahui benar atau salahnya pemikiran suami dengan tepat tidak membiarkannya berpikir sendirian tanpa mengetahui benar atau salahnya, dan memberikan masukan bagi kebaikan suaminya. Dirinya adalah ladang yang memberikan nutrisi bagi perjuangan suaminya, dan dirinya bagaikan rembulan yang membuat bumi suaminya dapat berrotasi secara ajeg. Dengan perjuangan itu, seorang wanita yang terbelah jiwanya dapat kembali menjadi menyatu.

Ilmu tentang pernikahan sangatlah penting untuk dijadikan bekal setiap manusia. Syaitan sangatlah pintar untuk menipu manusia, dan pernikahan adalah salah satu titik yang digarap syaitan secara sangat sungguh-sungguh. Pembekalan pernikahan dapat menjadi salah satu benteng umat manusia untuk menghadapai sepak terjang dajjal.