Pencarian

Selasa, 24 Januari 2017

Menjauhi Bid'ah

Link untuk definisi Bid'ah 

SUNNAH YG TERANG 


Rasulullah SAW telah meninggalkan umatnya di atas jalan yang putih bersih yang malamnya seperti siangnya. Umat rasulullah akan senantiasa berada di atas jalan yang terang selama-lamanya, baik ketika islam dalam keadaan berjaya maupun ketika umat islam berada pada zaman kegelapan. Umat islam akan senantiasa bisa menemukan jalan mengikuti rasulullah SAW apapun keadaan yang menimpa atas umat islam.

Akan tetapi perselisihan akan terjadi pada umat islam. Sekalipun umat islam telah ditinggalkan di atas petunjuk yang terang, umat islam akan berselisih karena hal-hal baru yang diada-adakan dalam agama. Dengan mengikuti hal yang diada-adakan, umat tidak mengikuti sunnah rasulullah SAW dengan benar tetapi menyeleweng mengikuti bid’ah, padahal setiap bid’ah adalah kesesatan. Hal itu terdapat dalam hadits berikut :
Aku telah meninggalkan kalian dalam keadaan putih bersih, yang malamnya seperti siangnya. Tidak seorangpun yang menyeleweng dari jalanku kecuali dia akan binasa.  Barangsiapa yang panjang umurnya dari kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. maka berpegang teguhlah pada  apa yang kalian ketahui dari sunnahku dan sunnah para Khalifah rasyidin yang memdapat petunjuk berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. [Hadits Riwayat Ibnu Majah, Al-Muqaddimah 43, Ahmad Jilid IV. No. 1374]
Sunnah adalah jalan yang terang, yang bisa diketahui oleh setiap manusia pada jaman apapun, baik di jaman terang ataupun jaman kegelapan. Sedangkan bid’ah adalah jalan  syubhat, jalan palsu yang menyamar dan terselip dalam ajaran agama. Setiap bid’ah adalah kesesatan yang tempatnya kelak berada di neraka.

BID’AH YANG TERSELIP

Bid’ah harus diwaspadai oleh kaum muslimin. Hendaknya setiap muslimin memeriksa dengan sungguh-sungguh pemahaman agamanya berdasarkan sunnah rasulullah dan sunnah khulafa’ arrasyidiin yang mendapatkan petunjuk. Setiap orang harus berusaha mengikuti sunnah rasulullah SAW dan sunnah khulafa’arrasyidun sejauh pengetahuan dirinya, tidak menyandarkan pada pemahaman orang lain, karena sunnah itu sudah terang-benderang malamnya seperti siangnya. Itulah yang diperintahkan rasulullah SAW dengan “Maka berpegang teguhlah pada  apa yang kalian ketahui dari sunnahku dan sunnah para Khalifah rasyidin yang memberi petunjuk”.

Untuk mengenal bid’ah, setiap muslim harus berusaha mencari pemahaman tentang sunnah secara langsung berdasarkan alquran dan apa yang diajarkan rasulullah SAW, menggali pemahamannya dengan hatinya. Seorang pengajar agama hanya menunjukkan cara memahami alquran dan sunnah, tetapi seseorang tidak boleh menyandarkan pemahaman agamanya pada guru-gurunya. Agama telah diturunkan dengan lengkap kepada rasulullah SAW, dan jalan untuk memahami agama itu telah terang-benderang.

Seorang guru tidak boleh diikuti fahamnya bila bertentangan dengan pemahamannya terhadap alquran dan sunnah nabi, dan sebaliknya harus diikuti apabila bersesuaian dengan pemahamannya terhadap alquran dan sunnah nabi. Yang sering terjadi,  pengetahuan guru bukan bertentangan dengan alquran dan sunnah nabi, tetapi murid yang belum bisa memahami. Oleh karena itu seorang murid tidak perlu menentang atau mendebat guru dalam pengajarannya, akan tetapi murid tidak boleh mengikuti apa yang dipahaminya bertentangan dengan alquran dan sunnah nabi. Setiap muslim harus meneliti dari  bid’ah yang terselip pada apa yang disampaikan kepada dirinya, dan mencukupkan dirinya dengan sunnah.

Sunnah merupakan jalan yang ditempuh oleh rasulullah SAW dan orang-orang yang mengikutinya untuk mencapai kesempurnaan kemuliaan akhlak. Tujuan sunnah adalah mencapai kedudukan yang mulia di hadapan rabb-nya, dengan menjadikan diri mulia baik jasadnya maupun jiwanya. Jiwa yang mulia ditunjukkan dengan hati yang baik dan akal yang kuat. Hati yang baik akan senantiasa berusaha mencapai keadaan sesuai yang dikehendaki rabb-nya. Akal yang kuat untuk memahami ayat Allah SWT sesuai kehendak-Nya merupakan salah satu parameter bahwa jiwanya dalam keadaan baik. Seorang yang berakhlak mulia akan mengerti kehendak rabb-nya atas dirinya dalam setiap saat. Itulah yang dimaksudkan sebagai orang-orang yang senantiasa berada di atas petunjuk. Sangat disayangkan bila seseorang terpotong dari tujuannya mengikuti sunnah rasulullah SAW karena adanya bid’ah yang terselip hingga akalnya tertutupi.

AKAL YANG TERCAHAYAI DAN TAKLID

Setiap orang harus memahami sunnah dengan akalnya sendiri berdasar kalam alquran dan petunjuk rasulullah. Rasulullah telah meninggalkan ummatnya dlm keadaan terang, malamnya bagaikan siangnya. Sebagian cendekiawan mengatakan bahwa umat islam harus mengikuti sunnah rasulullah dan khulafa’arrasyiduun berdasarkan pada pemahaman ulama salafus-shaalih. Hal itu telah ditolak oleh petunjuk rasulullah SAW dalam hadits di atas. Rasulullah SAW memerintahkan “Maka berpegang teguhlah pada  apa yang kalian ketahui dari sunnahku dan sunnah para Khalifah rasyidin yang memdapat petunjuk”.  Seseorang harus mengandalkan pengetahuannya sendiri dalam beragama, tidak menyandarkan pada pengetahuan orang lain, baik para gurunya maupun orang-orang sebelumnya. Para guru hanyalah menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan. Sunnah nabi dan sunnah khulafa’arrasyidun telah mencukupi untuk umat islam, dan keadaannya telah terang-benderang bagi setiap muslimin tanpa perlu sandaran yang lain.

Umat islam telah berada di atas jalan terang-benderang, yang malamnya seperti siangnya. Jalan terang itu tidak memerlukan sedikitpun penyandaran pada yang lain, sebaliknya sunnah itulah yang harus menjadi sandaran untuk segala hal. Umat islam tidak berhak menjadikan jejak rasulullah sebagai objek, tetapi harus menjadikannya sebagai sarana dan jalan transformasi diri menuju akhlak mulia dengan cara mengikutinya sesuai dengan kemampuan akal masing-masing dalam memahaminya.

Perbuatan  mengharuskan adanya penyandaran pada pemahaman orang lain itu dapat menjadikan seseorang melakukan taklid, hal yang harus dihindari setiap orang. Hal itu dapat dikategorikan sebagai bid’ah terhadap sunnah rasulullah SAW. Sedikit tambahan yang diselipkan itu telah merusak sunnah. Tujuan sunnah adalah membawa seseorang berakhlak mulia, baik jiwa maupun jasadnya. Penyandaran pemahaman sekalipun pada kaum salafus-shalih merupakan tambahan yang diada-adakan, dan hal itu memotong tujuan dari sunnah itu sendiri, karena menjadikan pengikutnya tidak terasah akalnya untuk memahami dengan menyandarkan pemahamannya pada orang lain.
Aku telah meninggalkan pada kalian dua hal, yang kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yakni; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya [Hadits Riwayat Malik di dalam Al-MuwaththaĆ¢, Al-Qadar, hal 899]
Setiap muslimin harus mengikuti sunnah untuk mencapai keadaan mulia baik jasad maupun jiwanya dengan menyandarkan pada kitabullah.  Setiap muslimin harus menjadikan hatinya bersih agar petunjuk Allah senantiasa tercermin dalam hatinya. Setiap muslimin harus memperkuat akalnya untuk memahami ayat-ayat Allah sesuai yang dikehendaki-Nya, bersesuaian pemahaman antara ayat kauniyah dan ayat qauliyahnya. Tidak boleh langkah mengikuti sunnah itu melenceng dari tujuan sunnah nabi dengan bertaklid mengikuti pemahaman orang lain.

GURU DAN MURID

Seorang guru belum merasa bahagia bila murid mengikuti dirinya tanpa mengerti alquran dan sunnah dan sebaliknya akan berbahagia bila muridnya telah menemukan jalan untuk memahami alquran dan sunnah.  Guru adalah sarana bagi murid untuk mendapatkan cara memahami alquran, sedangkan ilmu tentang alquran akan diturunkan bagi masing-masing sesuai keadaan dirinya.  Seorang guru memberikan wawasan tentang kalimat-kalimat Allah baik kauniyah maupun qauliyah, tetapi tidak akan membatasi pengetahuan muridnya tentang alquran. Guru akan mencegah muridnya untuk memahami alquran dengan cara yang salah.  Alquran merupakan kitab alam semesta yang diturunkan dari Allah SWT, dan Allah yang akan mengumpulkan dan membacakannya bagi manusia.
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. (QS 75:17)
Alquran dan sunnah hanya dapat dipahami dengan benar bila seseorang  mempunyai hati yang disucikan. Tidak sedikit manusia atau kelompok manusia memanfaatkan ajaran agama sebagai jalan untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya dengan menjual agamanya dengan harga yang sedikit. Apa yang diberikan kepada muridnya hanya akan membuat mereka berselisih tidak menemukan jalan memahami.

Apabila alquran telah dapat dibaca, maka seseorang akan mengerti akan kehendak Allah atas dirinya. Dengan terus berusaha untuk mencari kehendak-Nya, Allah akan membuka sedikit demi sedikit pengetahuan diri dan pada akhirnya seseorang dapat mengenal untuk apa dirinya diciptakan. Agama hanya akan tegak apabila seseorang memahami dan menjalankan kehendak Allah atas dirinya. Agama adalah menjalankan fitrah diri yang telah ditetapkan bagi setiap orang, dan dengan menjalankan fitrah diri itulah maka agama akan tegak.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan hanif kepada agama; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang tegak; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS 30:30)
Tanpa mengenal kehendak Allah SWT atas diri, seseorang tidak dapat dikatakan menegakkan agama, karena agama hanya akan tegak apabila seseorang mengenal dan menjalankan fitrah dirinya.  Hal itu tidak berarti seseorang tidak boleh memperjuangkan kebenaran sebelum mengenal fitrah dirinya. Setiap orang wajib berjuang untuk menegakkan kebenaran yang dikenalnya, namun tidak boleh melupakan diri meminta petunjuk agar memperoleh jalan yang lurus.

Ahlus-Sunnah

Secara Bahasa, sunnah mempunyai beberapa arti, di antaranya menerangkan. Sanna al amro mempunyai arti menerangkan suatu urusan. Selain itu sunnah juga berarti perjalanan.  Sedangkan secara istilah,  Rasulullah memberikan contoh terminologi  sunnah sebagai berikut :
Barangsiapa yang berjalan dengan sunnah yang baik, ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut serta pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Barangsiapa yang berjalan dengan sunnah yang jelek, maka ia akan mendapatkan dosa perbuatan tersebut serta dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun".( HR Ahmad (IV/357, 358, 359, 360, 361, 362), Muslim (no. 1017), an-Nasa'i (V/76-77), ad-Darimi (I/ 130-131), Ibnu Majah (no. 203), Ibnu Hibban (no. 3308)),
Dari hadits di atas, sunnah dapat digambarkan sebagai perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan tujuan tertentu dengan cara  yang bersesuaian dengan tujuannya. Sunnah dapat berupa sunnah yang baik, dapat pula berupa sunnah yang buruk. Orang-orang yang berusaha untuk suatu tujuan yang jelek dengan cara yang jelek,  maka itu adalah sunnah yang jelek. Sebaik-baik sunnah adalah sunnah rasulullah dan para khulafa’ ar-rasyidiin . Orang yang mengikuti sunnah rasulullah dan sunnah para sahabat artinya hidup untuk  tujuan yang sama dengan rasulullah dan para sahabat, dan mengerjakan amal untuk mencapai tujuan itu dengan cara yang baik selaras dengan tuntunan rasulullah SAW. Tanpa tujuan yang sama, perbuatan meniru rasulullah itu bukanlah sebuah sunnah, demikian  pula perbuatan yg menyelisihi sunnah.

Ahlus-sunnah adalah orang-orang yang telah mengikuti rasulullah dengan benar, yaitu mengikuti jalan  rasulullah SAW kembali kepada Allah SWT. Walaupun bukan nabi dan bukan rasul, orang-orang yang mengikuti jalan rasulullah SAW dengan benar harus diikuti. Alquran memberi perintah untuk mengikuti orang-orang yang kembali kepada Allah SWT.
“Dan ikutilah jalannya orang-orang yang kembali kepada-Ku”(Luqman:15)
Orang-orang yang harus diikuti tidak dibatasi pada generasi para sahabat pada jaman rasulullah, tabiin, atau tabi’ittabiin saja, tetapi seluruh kaum mu’minin yang yang mengikuti jalan rasulullah SAW kembali menuju Allah SWT. Yang diikuti adalah jalan orang-orang yang kembali, bukan sekadar perbuatan-perbuatan saja, tetapi mencoba memahami dengan akal agar akal tumbuh menjadi sempurna bisa memahami dan mencapai tujuan. Perjalanan menuju Allah tidak dapat dilakukan dengan perbuatan fisik, tetapi akal yang harus tumbuh memahami ayat-ayat Allah. Pertumbuhan akal ditandai dengan  akhlak yang semakin baik.

ORANG-ORANG YANG MENGIKUTI SUNNAH RASULULLAH

Kelompok yang selamat (firqatun-najiyah) diterangkan oleh rasulullah sebagai orang-orang yang berada di atas sunnah rasulullah dan sunnah orang-orang yang bersama dengan rasulullah. Mereka adalah ahlussunnah. Dalam alquran diterangkan keadaan orang-orang yang mengikuti jalan rasulullah dan jalan para shahabat sebagai berikut :
Katakanlah, inilah jalanku, aku  mengajak kepada Allah di atas bashirah, aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha Suci allah dan aku bukan termasuk orang-orang musyrik [Yusuf :108]
Rasulullah SAW mempunyai sunnah, dan para shahabat mempunyai sunnah. Perbuatan para shahabat rasulullah SAW kadang-kadang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh rasulullah SAW, namun ada satu hal yang menyatukan mereka.  Orang yang mengikuti jalan rasulullah dan jalan para shahabat adalah orang-orang yang mengajak manusia kepada Allah berdasarkan bashirah yang mereka miliki. Bashirah berarti penglihatan, yaitu penglihatan jiwa. Mereka tidak mengajak kepada Allah berdasarkan persangkaan mereka, tetapi menyaksikan dengan bashirah mereka.

Dalam peristiwa isra’ & mi’raj,  Rasulullah SAW melakukan mi’raj ke suatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh makhluk selain rasulullah. Beliau SAW  adalah satu-satunya makhluk  yang bisa mencapai ufuk semesta yang tertinggi. Di tempat itu, rasulullah  SAW  bertemu dengan rasul yang memiliki kekuatan yang besar, yang bertempat di sisi pemilik ‘arsy sebagaimana diterangkan dalam alquran sebagai berikut :
Sesungguhnya (alquran) itu adalah benar-benar perkataan rasul yang mulia. Pemilik kekuatan, yang benar-benar menempati sisi pemilik ‘arsy. Yang ditaati dan terpercaya. Dan tidaklah sahabatmu (Muhammad) orang gila. Benar-benar dia telah melihatnya di ufuk  yang menjelaskan. (QS At-takwiir: 20-23)
Nabi SAW menempati ufuk tertinggi di seluruh semesta alam, dan beliau-lah makhluk yang paling mengenal Allah SWT. Rasulullah SAW beliau memiliki bashirah yang paling sempurna.
Sedang dia berada di ufuk yang tertinggi. Kemudian  dia mendekat maka dia semakin dekat. Maka jaraknya dua busur panah atau lebih dekat lagi (QS An-najm: 7-9)
Rasulullah adalah wasilah Allah, pemimpin bagi orang-orang yang menuju kepada-Nya.

Tauladan yang lain, Nabi Ibrahim a.s dikisahkan dalam alquran sebagai manusia yang hanif, mempunyai tekad untuk pergi menuju tuhannya, dan pada akhirnya jibril a.s menemui Ibrahim dan memerintahkan untuk bersuci karena tuhannya akan berbicara dengan Ibrahim. Nabi  Musa a.s bertemu dengan api suci di lembah thuwa, dan kemudian Allah memberikan perintah kepada Musa untuk memberi peringatan kepada Fir’aun. Para nabi dan para rasul dapat melihat rasulullah di ufuk tertinggi dari kedudukan masing-masing. Mereka termasuk golongan ahlussunnah, walaupun diutus sebelum rasulullah.

Bagi manusia-manusia tidak beriman, kehidupan hanyalah kehidupan dunia yang terlihat oleh mata kepalanya, sedangkan bagi orang-orang beriman, bashirah akalnya dituntun untuk berjalan memahami semesta alam hingga mencapai ufuk masing-masing, melihat ufuk yang tertinggi dan bersaksi bahwa di sana rasulullah SAW berada.  Seluruh nabi, shiddiqiin, syuhada’ dan shalihin menyaksikan bahwa nabi Muhammad adalah rasulullah. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti sunnah rasulullah SAW, termasuk dalam golongan ahlus-sunnah.

Setiap orang dituntut untuk menyempurnakan agama dalam dirinya masing-masing. Dan kesempurnaan itu tidak akan terjadi sebelum seseorang mempunyai pengetahuan bahwa nabi Muhammad adalah benar-benar Rasulullah. Sebagian manusia terlahir mengikuti syariat agama sebelum Rasulullah SAW, dan sebagian manusia terlahir mengikuti syariat Rasulullah. Mereka harus menyempurnakan agama hingga berpengetahuan bahwa nabi Muhammad adalah Rasulullah. Pengetahuan itu akan didapatkan secara sempurna jika dan hanya jika mereka mencapai kesempurnaan akhlak. Sebelum itu, semua hanyalah persangkaan belaka.

Agama (Addiin), Ibadah, Syariat dan Manhaj

Pengertian agama didefinisikan dalam Alquran sesuai dengan ayat di bawah :
“Maka tegakkanlah wajahmu bagi addiin secara hanif, yaitu fitrah Allah yang manusia diciptakan di atasnya. Tidak ada penggantian bagi ciptaan Allah. Itulah agama (addiin) yang tegak, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS 30 : 30).
Dalam surat ayat di atas, manusia diperintahkan menegakkan kehidupan untuk agama (addiin) secara hanif, yaitu pelaksanaan fitrah diri yang telah digariskan Allah bagi setiap manusia. Tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah, artinya bahwa fitrah yang telah digariskan_Nya bersifat tetap, dan bahwa dengan pelaksanaan fitrah diri itulah agama menjadi tegak.

Ibadah bermakna penghambaan. Maksudnya adalah menghambakan diri kepada Allah SWT untuk menjalankan perintah-Nya. Yang dimaksud sebagai perintah-Nya bukanlah sekadar syariat, karena syariat merupakan tatacara yang diberikan Allah untuk  memenuhi kebutuhan seseorang yang bertaubat. yang dimaksud sebagai "perintah-Nya" adalah amr (urusan) rabb yang telah ditentukan sebelum dirinya dilahirkan.  Penciptaan jinn dan manusia adalah untuk beribadah sebagaimana diterangkan QS ad-dzariyat :56.  ayat tersebut  tidak menyebutkan malaikat dan makhluk lain untuk beribadah, padahal malaikat juga bersyariat. Artinya ada hal khusus dalam bentuk ibadah jin dan manusia. Yang dimaksudkan bentuk ibadah khusus itu adalah bahwa ibadah manusia dan jin itu dengan menjalankan perintah Allah SWT  sesuai fitrah diri masing-masing. Perintah itu tidak sama bagi setiap manusia, namun saling berjalin satu dengan yang lain.

Manusia dan jinn diciptakan di alam mulk yang sangat jauh dari Allah SWT, sehingga pada awalnya manusia dan jinn tidak mengenal fitrah diri masing-masing. Allah SWT memberikan jalan taubat, syariat dan manhaj,   salah satu manfaatnya agar manusia mampu  berjalan untuk mengenal fitrah diri, mencapai agama. Syariat dapat diibaratkan bagai seorang musafir yang memerlukan minuman dalam perjalanan, maka dirinya berusaha untuk mengambil air dari sumur. Menjalankan syariat bagi orang yang bertaubat diibaratkan sebagai tindakan mengambil minuman bagi jiwa, menguatkan jiwa untuk menempuh perjalanan menuju rabb dan menjalankan perintah. Sedangkan manhaj adalah  usaha untuk dapat mengikuti jejak rasulullah menjalani sunnah perjalanan beliau menuju Allah. Manhaj para sahabat di antaranya adalah mengikuti jihad rasulullah SAW dalam perang.

Bagi manusia yang mengikuti sunnah mencari fitrah diri kelak pasti akan mencapai agama, baik sebelum maupun setelah kematiannya. Beruntunglah manusia yang mengenal fitrah dirinya, dan celaka bagi orang-orang yang mendustakan. Kehidupan manusia di bumi merupakan langkah paling ideal bagi manusia untuk mengenal fitrah diri, sedangkan kehidupan yang lain sangat berat.

Untuk mencapai agama, diperlukan sikap hanif sebagaimana sikap nabi Ibrahim a.s. Beliau berjalan mencari rabbnya, meninggalkan pengetahuan lama untuk mengikuti pengetahuan baru yang lebih benar, dengan mengharap kepada rabb untuk memberikan hidayah.