Pencarian

Kamis, 24 Oktober 2019

Agama dan Pernikahan


Manusia adalah makhluk Allah yg diciptakan dalam bentuk yg sebaik-baiknya, akan tetapi kemudian dikembalikan menjadi makhluk yg paling rendah. Manusia harus berusaha kembali menuju tempat mulia yg disediakan bagi dirinya dengan cara bertaubat hingga mencapai akhlak mulia.

Akhlak mulia adalah akhlak manusia yg mengenal Allah. Tidak ada kemuliaan akhlak tanpa mengenal Allah. Manusia hanyalah makhluk bumi yg bodoh bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk langit, akan tetapi menyimpan potensi menjadi makhluk yg paling mengenal Allah sehingga menjadi makhluk mulia di antara makhluk lainnya. Selama tidak mengenal Allah manusia tetap berada dalam kebodohan, dan akan berubah menuju kemuliaan dg bertambahnya pengenalan kepada Allah.

Pengenalan kepada Allah bukanlah menyusun perkataan dan teori tentang Allah. Sekian banyak orang munafik yg menyusun dan ahli berbicara perkataan dan dalil-dalil tentang Allah tetapi sebenarnya samasekali tidak mengenal Allah. Mereka tidak mempunyai akhlak yg mencerminkan pengenalan kepada Allah. Perkataan mereka hanyalah perkataan terhadap Allah tanpa disertai dengan pengetahuan, yg disusun untuk menghalangi manusia dari jalan Allah. Perkataan semacam itu merupakan salah satu hal pokok yg diharamkan Allah, karena hal itu termasuk dalam upaya syaitan dalam menjalankan pemerintahan atas manusia.

Pengenalan manusia kepada Allah diibaratkan dengan pertumbuhan pohon yg baik. Jiwanya menjulang ke langit mencari cahaya Allah sedangkan jasadnya menghunjam kuat ke bumi. Seorang yg mengenal Allah akan terlihat kuat dalam perihal keduniaan karena jiwanya mendapat cahaya Allah. Dengan penguasaan itu mereka memberikan buahnya bagi umat manusia.

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٖ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ ٱجۡتُثَّتۡ مِن فَوۡقِ ٱلۡأَرۡضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٖ 

“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimah thayyibah seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu menghasilkan buahnya setiap waktu dengan seizin Allah. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.” (QS. Ibrâhîm [14]: 24-25).

Pernikahan merupakan sarana bagi seseorang untuk menumbuhkan diri menjadi manusia seutuhnya. Dalam pernikahan, manusia mendapatkan wahana untuk menumbuhkan pohon dirinya. Seorang pria ibarat biji yg mengandung benih pohon yg baik. Biji itu harus ditanam agar pohon yg dikandungnya tumbuh dan dapat berbuah.

Wanita adalah lahan bagi laki-laki tempat benih dapat ditumbuhkan. Benih harus ditanam pada lahan yg sesuai agar tanaman dapat tumbuh subur dan menghasilkan buah yg baik. Demikian pula seorang laki-laki akan tumbuh pohon dirinya dengan baik bila berpasangan dengan jodoh yg tepat. Acap kali seorang pria tergelincir untuk menjadikan wanita yg akan menghancurkan dirinya karena tertarik dg kecantikan, atau harta atau nasabnya.

نِسَآؤُكُمۡ حَرۡثٞ لَّكُمۡ فَأۡتُواْ حَرۡثَكُمۡ أَنَّىٰ شِئۡتُمۡۖ وَقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّكُم مُّلَٰقُوهُۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ 

Al-Baqarah: 223 - Isteri-isterimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu sebagaimana kamu kehendaki. Dan dahulukan lah untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.

Dengan pertumbuhan pohon diri seseorang dapat bergerak menuju akhlak mulia. Tanpa pertumbuhan pohon diri yg berguna untuk mengenal Allah, seseorang tidak dapat mengubah dirinya berakhlak mulia. Etiket yg baik pada seseorang tidaklah menunjukkan secara langsung adanya akhlak mulia. Tanpa mengenal Allah tidak ada akhlak mulia. Orang-orang munafik juga beretika mengagumkan dihadapan manusia tetapi mereka bagaikan kayu yg tersandar.

Dengan akhlaq mulia itulah manusia dapat menemui Tuhannya. Tanpa akhlak mulia perjalanan manusia akan menuju kesesatan. Kaum khawarij merupakan contoh kasus orang yg beragama akan tetapi mereka lepas dari Islam sebagaimana anak panah terlepas dari busurnya, sekalipun mereka membaca Alquran.

Seorang istri adalah ladang bagi suaminya, sedangkan suami adalah pohon yang harus tumbuh di atas ladang. Suami dan istri merupakan dua entitas yang menjadi satu identitas tidak terpisahkan dan harus tumbuh bersama. Jiwa seorang laki-laki tidak akan dapat tumbuh dengan baik tanpa seorang istri. Seorang laki-laki yang ingin menumbuhkan jiwa harus mengambil seorang istri agar jiwanya mempunyai kedudukan untuk tumbuh. Sebaliknya seorang istri harus mendukung pertumbuhan suaminya agar dirinya menjadi subur. Tanpa pohon, lahan akan menjadi gersang sulit menahan air dan kesuburan.

Laki-laki diutamakan dalam rumah tangga karena laki-laki membawa benih pengenalan kepada Allah. Seorang istri harus mendukung usaha suaminya dalam usahanya menumbuhkan pohon diri untuk mengenal Allah. Untuk itulah seorang laki-laki hendaknya mendahulukan dirinya atas perempuan, tidak mendahulukan keinginan perempuan, karena laki-laki lah yang mengerti pertumbuhan pohon dirinya.

Kalimah thayyibah diumpamakan sebagai pohon yang tumbuh dalam jiwa seorang laki-laki. Laki-laki tersebut adalah laki-laki yang berkeinginan untuk mengenal penciptaan dirinya. Tanpa keinginan untuk mengenal diri, seseorang tidak termasuk dalam kategori rijal (laki-laki) tetapi hanya sebagai dzakarun (laki-laki). Dalam hal ini, perintah untuk mendahulukan laki-laki barangkali berlaku tidak mutlak karena suami dan istri keduanya sebagai makhluk yang sama.

Pohon dikenal dari buahnya. Demikian pula seseorang dikenal dari buahnya. Mengenal diri bagi seseorang adalah sebagaimana pohon mengeluarkan buah dari unsur hara dan air yang ada di ladangnya dengan cahaya matahari yg menyinari. Seorang laki-laki harus berusaha keras mendapatkan khazanah pengetahuan yang tersimpan pada istrinya, dan sang istri harus berusaha menyediakan khazanah yang cukup untuk suaminya agar suaminya berbuah. Pernikahan dalam islam merupakan sebuah sarana mengalirkan khazanah ilahiah menjadi buah yang bermanfaat bagi masyarakat. Khazanah itu tersimpan dalam diri para wanita dan akan dapat dialirkan oleh laki-laki yang mampu menjadi pengelola amanah karena mengenal Tuhannya. Suami dan istri harus berkomunikasi dengan sebaik-baiknya agar kebutuhan khazanah itu terpenuhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar