Pencarian

Senin, 27 Juli 2020

Menemukan Kesenangan Di Sisi Allah (4)

Kesetimbangan (al-qisth) dan Kekejian

Syaitan selalu berusaha menyesatkan manusia dari jalan menuju Allah dengan memerintahkan dengan perbuatan keji dan memperkatakan tentang Allah dengan suatu perkataan yang tidak diketahui. Dengan hal itu perjalanan seorang manusia kepada Allah akan menjadi melenceng. Sebaliknya Allah memerintahkan agar manusia berjalan dengan setimbang.
قُلۡ أَمَرَ رَبِّي بِٱلۡقِسۡطِۖ وَأَقِيمُواْ وُجُوهَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٖ وَٱدۡعُوهُ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَۚ كَمَا بَدَأَكُمۡ تَعُودُونَ [ الأعراف:29]
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh dengan kesetimbangan (al-qisth)". Dan (katakanlah): "tegakkanlah wajahmu di setiap masjid dan serulah Dia dengan ikhlas kepada-Nya bagi agama. Sebagaimana Dia telah memulai kamu, demikian kamu akan kembali kepada-Nya". [Al A'raf : 29]
Ayat ini menjelaskan tentang kehidupan manusia, tentang awal dan tujuan kehidupan manusia yang sesungguhnya, yaitu berawal dari-Nya dan harus kembali kepada-Nya. Setiap orang harus mengingat bahwa dirinya harus kembali kepada Allah dengan melakukan perjalanan kembali kepada-Nya dengan menempuh jalan agama. Wajah yang tegak menghadap kepada Allah dan menyeru Allah dengan ikhlas bagi agama akan menjaga kesetimbangan seseorang dalam perjalanan menuju Allah. Wajah yang tegak menghadap kepada Allah harus dilakukan dengan membangun pengetahuan tentang Allah berdasarkan kitabullah, agar dapat bersujud kepada Allah dengan baik dan benar. Sedangkan perjalanan menuju Allah akan lebih ringan dilakukan bilamana manusia menyeru kepada-Nya dengan ikhlash dalam menjalankan agama.

Menegakkan Wajah dan Menyeru Allah

Perjalanan menuju Allah adalah perjalanan yang paling jauh bagi makhluk. Tidak ada makhluk yang dapat menempuh perjalanan itu dengan kemampuannya sendiri. Seseorang hanya dapat memohon kepada Allah agar dapat melakukan perjalanannya dengan lurus untuk mengenal-Nya. Tanpa memohon, seseorang sebenarnya hanya mempertuhankan wahamnya, baik berupa harta benda, harga diri ataupun konsep-konsep tentang tuhan yang disusun berdasarkan kitab. Konsep tentang rabb berdasarkan kitabullah harus dibangun setiap manusia agar dapat menghadapkan wajah kepada Allah, akan tetapi seseorang tidak boleh menyangka bahwa konsepnya itu adalah tuhan yang sebenarnya. Selalu ada celah kesalahan dalam setiap konsep ketuhanan seseorang walaupun seluruhnya berdasarkan kitabullah. Ada hawa nafsu yang siap menyelipkan kesalahan bagi setiap orang. Setiap orang harus menyeru Allah agar ditunjukkan jalannya untuk mengenal-Nya. Pengenalan kepada Allah bagi setiap makhluk tidak akan mempunyai batas karena ilmu Allah tidak terbatas.

Perjalanan itu harus ditempuh setapak demi setapak dengan hati-hati sesuai dengan petunjuk-Nya. Harus dimengerti bahwa bukan amal yang dilakukannya yang mendekatkan dirinya kepada Allah, tetapi Allah-lah yang berkenan menyambut dirinya atau menolaknya. Bila Allah berkenan, Dia akan memperkenalkan diri-Nya dalam batas yang mampu dikenalnya. Dengan pengenalan itu, seseorang mengenal dengan baik amal ibadah yang harus dikerjakan untuk terus melakukan perjalanan menuju Allah. Bila Allah berkenan menyambut, seseorang akan dijadikan mengerti tentang penciptaan dirinya sendiri, dan mengerti apa kehendak Allah bagi dirinya. Dengan mengerti kehendak Allah seperti ini seseorang dikatakan mengenal rabb-Nya, walaupun sebenarnya masih banyak misteri yang tidak dimengertinya. Dengan keadaan seperti ini seseorang dapat mengetahui apa yang harus dikerjakannya untuk melakukan ubudiyah bagi Allah.

Rasul dan Penegakan Manusia Dalam Kesetimbangan

Wajah umat manusia akan dapat tegak kepada Allah dan berjalan dengan setimbang menuju kepada-Nya dengan mengikuti rasul-rasul yang diutus kepada manusia. Para rasul itu adalah orang-orang yang mendapatkan bayyinat (penjelasan-penjelasan) dari Allah, dan kepada mereka diturunkan al-kitab dan timbangan (al-mizan). Mereka mendapat tugas dari Allah untuk menegakkan wajah umat manusia kepada Allah dengan penuh kesetimbangan dengan bekal kitabullah dan al-mizan yang diberikan kepadanya.

لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا رُسُلَنَا بِٱلۡبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلۡنَا مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَأَنزَلۡنَا ٱلۡحَدِيدَ فِيهِ بَأۡسٞ شَدِيدٞ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلۡغَيۡبِۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٞ [ الحـديد:25-]
Kami benar-benar telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa penjelasan-penjelasan dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan mizan supaya dapat menegakkan manusia dengan kesetimbangan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. [Al Hadid:25]
Ada setidaknya dua hal yang menjadi bekal bagi para rasul untuk menegakkan wajah umat manusia kepada Allah, yaitu kitabullah dan al-mizan. Tegaknya wajah seseorang kepada Allah ditentukan dengan kitabullah dan al-mizan dalam dirinya. Kesesuaian atau menyelisihi kitabullah menunjukkan lurus atau melesetnya wajahnya dalam menghadap kepada Allah, dan terbentuknya al-mizan menentukan kualitas penghadapan wajahnya kepada Allah.

Kitabullah Alquran merupakan tali yang berada ditangan Allah dan dipanjangkan hingga alam mulk berupa kitab yang bisa dibaca oleh setiap manusia. Dengan hati yang dibersihkan, kitab berupa benda yang dibaca itu akan bersambung dengan tali Allah yang berupa firman-Nya. setiap makhluk yang berkeinginan untuk menuju kepada Allah harus meniti tali tersebut hingga berjumpa dengan Allah pada hari kiamat kelak. Tanpa kitabullah, seseorang tidak akan dapat mengetahui jalan untuk mengenal Allah. Seluruh alam ciptaan dapat memalingkan perjalanan seseorang sehingga lalai untuk menempuh jalan yang benar.

Rasulullah SAW adalah pembawa penjelasan bagi setiap ayat yang ada dalam alquran. Tegaknya umat manusia dalam kesetimbangan hanya dapat terjadi dengan mengikuti rasulullah SAW dalam memahami alquran. Tanpa mengikuti rasulullah SAW, bahkan seseorang dapat tersesat dalam perjalanannya walaupun mengambil hujjah dari alquran. Setiap orang harus berusaha mengerti dan mengikuti sunnah rasulullah SAW.

Selain kitabullah, setiap orang harus berusaha memperoleh al-mizan yang diturunkan kepada rasul. Al-mizan yang paling utama adalah pemahaman tentang kebenaran (al-haqq). Yang menjadi timbangan pada hari akhir di hadapan Allah terhadap setiap manusia adalah pemahamannya tentang kebenaran.

وَٱلۡوَزۡنُ يَوۡمَئِذٍ ٱلۡحَقُّۚ فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ [ الأعراف:8-8]
Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (al-haqq), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. [Al A'raf:8]
Timbangan yang diukur pada hari pertemuan dengan Allah itu adalah berat ringannya al-haqq yang dimiliki oleh setiap makhluk.
Untuk menghadapi timbangan itu kelak, setiap manusia harus berusaha memiliki mizan yang benar dalam kehidupannya. Setiap orang harus berusaha membangun dirinya mengikuti tuntunan rasulullah SAW hingga terbangun sebuah timbangan yang benar di dalam jiwanya. Dengan terbangunnya mizan (timbangan) yang benar, seseorang akan dapat melihat bobot kebenaran dari segala sesuatu yang datang kepada dirinya.

Setiap kebenaran berdasarkan alquran akan memiliki bobot yang berat dalam pandangannya walaupun tampak remeh, dan segala sesuatu yang bathil akan bernilai ringan walaupun tampak megah. Tanpa timbangan yang benar, seseorang akan terjebak dalam bentuk-bentuk luar yang bernilai nisbi. Kebenaran bisa jadi hanya dianggap sesuatu yang remeh, sedangkan sesuatu yang bathil dianggap bernilai tinggi. Tanpa mizan yang benar, manusia mungkin akan mengikuti yang bathil dan menolak kebenaran, mudah diombang-ambing dengan desas-desus kekejian yang tersiar di antara umat. Orang-orang berilmu bakal tersesat dengan ilmu-ilmunya tanpa mizan yang benar. Ini adalah sebuah kebodohan yang harus dientaskan dengan membangun jiwa umat manusia hingga memiliki mizan yang terbentuk dari ittiba’ pada sunnah rasulullah SAW.

Kitabullah dan Al-Mizan

Makhluk dapat memperoleh manfaat dari kedua hal yang dibawa oleh seorang rasul berupa kitabullah dan al-mizan. Kitabullah akan memberikan ilmu untuk bekal perjalanan sehingga seseorang dapat menghadapkan wajah dengan lurus kepada Allah, tidak melenceng dari tuntunan, dan al-mizan meningkatkan kualitas jiwa hingga mempunyai kualitas jiwa yang benar untuk menimbang kebenaran. Kedua hal tersebut berkaitan dengan sangat erat.

Akan tetapi kadang-kadang kedua hal itu tidak berjalan seimbang. Iblis adalah makhluk yang mempunyai pengetahuan yang tinggi tetapi tidak memiliki mizan sehingga tidak mengetahui hakikat segala penciptaan. Iblis merupakan makhluk yang takabbur dalam kedudukannya yang tampak tinggi, meremehkan kebenaran yang dapat dikenal oleh seorang manusia. Iblis tampak tinggi kedudukannya karena pengetahuannya, akan tetapi tidak terbentuk kualitas jiwa yang memadai sehingga harus terlempar dari kedudukannya. Dengan keadaannya yang demikian, Iblis dapat menyesatkan manusia dengan cara menjadikannya seperti dirinya, sebagai makhluk yang cerdas akan tetapi memiliki kualitas yang salah.

Karena hal ini, pernikahan menjadi setengah bagian dari agama. Itu adalah sunnah rasulullah SAW yang sangat ditekankan dan menjadi setengah bagian dari agama. Agama tidak hanya membangun pengetahuan tetapi juga harus membangun kualitas diri dalam mizan yang tepat sesuai dengan jati dirinya dengan tuntunan rasulullah SAW. Pernikahan merupakan sarana untuk membina diri hingga ke jiwa, di mana batin dapat terhubung dengan batin pasangannya secara leluasa. Hal itu dapat membuka hakikat rahmaniah dan rahimiah Allah terhadap masing-masing, seiring dengan tumbuhnya mizan rahmaniah dan rahimiah yang ditumbuhkan dalam pernikahan. Hal itu akan membangun seluruh pondasi dan penguat bangunan al-mizan yang harus dimiliki setiap orang. Dengan memperoleh mizan yang tepat, seseorang akan diperlihatkan kepada hakikat-hakikat yang diperuntukkan baginya di segenap ufuk dan di dalam dirinya, yang akan menjadi bobot timbangannya kelak di hadapan Allah di hari akhirat.

Rabu, 15 Juli 2020

Mencari Kesenangan dari Sisi Allah (3)



Perbuatan Keji Sebagai Penyesatan Terhadap Aspek Perempuan 


Perbuatan keji merupakan rekayasa syaitan bagi manusia agar seseorang terikat terhadap aspek duniawinya, atau seseorang melenceng dari jalan yang seharusnya. Perbuatan keji itu terlihat sangat jelas dalam pernikahan yang menjadi tangga bagi seseorang untuk mengenal Allah. Seorang istri akan berusaha dibelokkan syaitan dari pengkhidmatan kepada suaminya sebagai jalan pengabdiannya kepada Allah, sedangkan seorang suami akan dibelokkan untuk membentuk ikatan duniawi secara keliru dalam rumah tangganya. 

Dalam pembahasan perbuatan keji, ayat yang banyak ditunjukkan adalah aspek perempuan. Hal tersebut tidak berarti perbuatan keji hanya dilakukan oleh perempuan, tetapi menunjukkan bahwa yang menjadi objek sasaran perbuatan keji adalah aspek perempuan dari seseorang. Yusuf pun hampir mengalami perbuatan keji dan harus menjalani kehidupan dalam penjara ketika diselamatkan dari perbuatan keji bersama istri al-aziz. Terhadap Yusuf, yang dijadikan sasaran godaan untuk melakukan perbuatan keji adalah aspek hawa nafsu duniawi dari Yusuf. Itu adalah aspek perempuan dalam diri seorang laki-laki. 

وَٱلَّٰتِي يَأۡتِينَ ٱلۡفَٰحِشَةَ مِن نِّسَآئِكُمۡ فَٱسۡتَشۡهِدُواْ عَلَيۡهِنَّ أَرۡبَعَةٗ مِّنكُمۡۖ فَإِن شَهِدُواْ فَأَمۡسِكُوهُنَّ فِي ٱلۡبُيُوتِ حَتَّىٰ يَتَوَفَّىٰهُنَّ ٱلۡمَوۡتُ أَوۡ يَجۡعَلَ ٱللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلٗا [ النساء:15-15] 

Dan (terhadap) para wanita yang tiba dalam keadaan sebagai wanita keji, hendaklah dimintakan persaksian dari empat orang saksi diantara kamu. Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya. [An Nisa":15] 

Pernikahan merupakan tangga bagi suami istri untuk memperoleh jalan kepada Allah. Bagi seorang perempuan, suaminya adalah jalannya kepada Allah. Bila seorang perempuan berkhianat, perempuan itu harus dikurung di dalam rumahnya. Selama badan seorang perempuan yang cenderung kepada kekejian masih hidup dan akan mempengaruhi pengkhidmatannya kepada suaminya, maka badan itu harus tetap dikurung dalam rumahnya hingga ajalnya tiba, kecuali perempuan itu dapat menemukan jalannya untuk mengabdi kepada Allah. 

Kurungan bagi seorang perempuan bertujuan agar seseorang perempuan tidak melenceng keluar dari jalannya menuju Allah, yaitu dengan berkhidmat sepenuhnya kepada suaminya. Ketika seorang perempuan yang dikurung memperoleh jalan kepada Allah, maka kurungan itu tidak boleh lagi dilakukan karena tujuan kurungan itu adalah agar perempuan itu tidak keluar dari jalannya. Jalannya itu adalah mengerti kehendak Allah bagi dirinya melalui suaminya, sebagaimana Asiyah binti Muzahim mengerti kehendak Allah baginya melalui Fir’aun. 

Perempuan yang dimaksud ayat tersebut sebenarnya lebih menunjuk pada aspek-aspek perempuan dalam diri setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan, berupa hawa nafsu yang cenderung kepada hal-hal duniawi. Hal ini dapat dipahami dari sudut pandang fraktal, bahwa apa yang ada di luar diri seseorang adalah cerminan dari apa yang ada dalam dirinya. Keberadaan perempuan bagi laki-laki menunjukkan adanya aspek perempuan dalam diri laki-laki. Setiap orang sebenarnya harus menata seluruh aspek dalam dirinya sendiri sebelum menata aspek luarnya. 

Menumbuhkan Kasih Sayang Melalui Pernikahan 


Pernikahan merupakan wujud ikatan kasih sayang yang dikehendaki oleh Allah bagi manusia. Setiap orang harus membentuk kasih-sayang yang utuh bersama segala hal yang menjadi semesta bagi dirinya, dimulai dengan terbentuknya ikatan kasih sayang bersama istrinya atau suaminya. Seorang istri, dan juga suami, adalah bagian dari diri seseorang yang paling dekat dalam wujud yang paling serupa, dalam wujud manusia yang mempunyai segala hal yang sama dengan dirinya. Hal itu akan mempermudah seseorang untuk dapat mengenali bagian dirinya dalam bentuk yang sama tetapi berada di luar dirinya. Harus terbentuk rasa kasih sayang yang utuh dan interaksi yang baik di antara keduanya selayaknya cintanya kepada dirinya sendiri. 

Pernikahan dengan jodoh yang tepat menjadi setengah bagian dari agama seseorang. Pernikahan akan membentuk seseorang menjadi manusia yang mengerti kasih sayang sesuai kehendak Allah. Seorang suami hanya bisa berhasil dengan jalan menjadikan istrinya terhormat, dan sebaliknya suami tidak akan bisa berhasil dengan jalan mengalahkan istrinya. Demikian pula seorang istri akan tertimpa masalah yang banyak bila berusaha mengalahkan suaminya. Keduanya harus mengenal satu sama lain dan saling memperhatikan untuk mencapai keberhasilan. Hal demikian adalah tangga pertama dalam membina manusia menuju manusia yang sempurna, sehingga layak menjadi pemakmur bumi tanpa melakukan kerusakan. 


Penyesatan Terhadap Aspek Laki-Laki 


Menghindari perbuatan keji merupakan dasar yang menjadi landasan dalam menempuh jalan Allah. Dalam tingkatan lebih lanjut dalam perjalanan kepada Allah, ketika seseorang berurusan dengan aspek laki-laki dirinya, dirinya harus tetap berusaha taat, tidak menyimpang dari petunjuk Allah. Aspek laki-laki menunjuk pada hawa nafsu yang berkeinginan mengenal kebenaran. Sebagaimana aspek perempuan, aspek laki-laki ini ada pada jenis laki-laki ataupun jenis perempuan. Aspek laki-laki setiap orang harus belajar untuk berjalan menempuh jalan Allah dengan teguh tidak menyimpang atau berbalik ke belakang. 

قُلۡ أَنَدۡعُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَىٰٓ أَعۡقَابِنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ كَٱلَّذِي ٱسۡتَهۡوَتۡهُ ٱلشَّيَٰطِينُ فِي ٱلۡأَرۡضِ حَيۡرَانَ لَهُۥٓ أَصۡحَٰبٞ يَدۡعُونَهُۥٓ إِلَى ٱلۡهُدَى ٱئۡتِنَاۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۖ وَأُمِرۡنَا لِنُسۡلِمَ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ [ الأنعام:71-71] 

Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di dunia dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada petunjuk (dengan mengatakan): "Marilah ikuti kami". Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam, [Al An'am:71] 

Dalam aspek laki-lakinya, seseorang dapat terbingungkan oleh syaitan ketika menempuh perjalanan kepada Allah, ketika perjalanannya mencapai fase tertentu. Hal ini merupakan sifat perbuatan keji bagi orang yang berada pada tingkatan lebih lanjut. 

Seseorang yang mempunyai tujuan lain dalam perjalanannya kepada Allah akan terbingungkan oleh syaitan. Demikian pula orang-orang yang tidak berpegang pada petunjuk Allah dengan benar akan terbingungkan oleh syaitan, yaitu orang-orang yang melemparkan petunjuk Allah ke belakang punggung mereka setelah mereka menerima petunjuk dari Allah. Mereka adalah orang-orang yang memilih langkah mereka sendiri setelah Allah menentukan langkah yang perlu dilakukan oleh mereka. 

Kadang-kadang sifat melemparkan petunjuk itu terlihat sangat halus. Misalnya, seseorang dapat menerima petunjuk tentang sesuatu yang dirasa tidak mampu dilaksanakan, atau merasa Allah belum memberikan kelayakan atau kemampuan baginya untuk mengerjakan petunjuk tersebut. Bila kemudian orang tersebut memutuskan dengan kehendaknya sendiri bahwa langkah yang lebih baik adalah langkah yang dipilihnya sendiri, maka mungkin dirinya akan ditimpa kebingungan dalam langkah kehidupan berikutnya. Intensitas kebingungan itu akan setingkat dengan tingkat penolakannya terhadap petunjuk. Bila masih ada keinginan untuk mengetahui dan menjalani petunjuk yang pernah ditinggalkan itu, dirinya akan akan berada di antara petunjuk Allah dan kebingungan. Tanpa mengikuti alquran dan sunnah nabi SAW, kebingungan itu mungkin akan bertahan selama empat puluh (40) tahun sebagaimana bani Israel kebingungan di padang Tih karena menolak petunjuk Allah. Hanya Alquran dan sunnah nabi SAW yang akan menolong seseorang dari kebingungan. 

Misalnya ketika seorang laki-laki memperoleh petunjuk tentang jodoh dan kemudian memilih langkah yang lain. Bila dalam hatinya ada keinginan untuk mengabdi kepada Allah dan kemudian meninggalkan petunjuk itu, langkah pengabdiannya mungkin akan terputus. Jalan ubudiyah yang ditempuhnya mungkin akan diputus oleh Allah karena ketidaktaatan terhadap petunjuk hingga seolah tidak ada jalan untuk baktinya kepada semestanya. Perempuan adalah pembawa aspek dunia bagi seorang laki-laki, sehingga ketika petunjuk jodoh itu dilemparkan ke belakang punggung, laki-laki itu seperti membuang dunianya. 

Ketika dirinya berusaha kembali kepada petunjuk yang pernah diterimanya, keadaan mungkin akan berubah sama sekali dari keadaan ketika dahulu menerima petunjuk. Keadaan itu akan membuatnya kebingungan dengan langkah yang harus ditempuh. Perempuan yang ditunjukkan mungkin tidak lagi mau menerimanya, dan banyak laki-laki lain yang akan mengalami petunjuk perjodohan sebagaimana dirinya, dan perempuan itu boleh jadi  mendapatkan banyak pilihan jodoh yang bersesuaian baginya. Ini akan membingungkan bagi laki-laki itu, tidak dapat menentukan langkah jelas yang harus ditempuh. 

Mungkin ada siksaan yang akan menimpa laki-laki itu. Boleh jadi Allah membukakan makna dan nilai dari petunjuk itu kepada dirinya, sehingga akan timbul keinginan yang besar terhadap perempuan itu. Akan tetapi, di sisi lain, rasa cinta yang besar itu tidak bersambut, bahkan dijadikan siksaan bagi batinnya ketika melihat perempuan yang dahulu dihadirkan baginya. Dirinya dijadikan berhasrat terhadap sesuatu yang tidak dapat dijangkau. Itu adalah siksaan bagi batin seseorang. 

Akan banyak sahabat-sahabat yang menyerunya untuk mengikuti petunjuk yang datang kepada mereka masing-masing. Hal ini seringkali tidak memberikan petunjuk yang benar baginya dan justru menambahkan kebingungan kepadanya. Salah satu sahabat akan menerima suatu petunjuk, dan sahabat yang lain menerima petunjuk yang lain. Seringkali petunjuk bagi sahabatnya menjadi lawan bagi petunjuk yang datang baginya. Kadangkala Allah membiarkan laki-laki tersebut dalam kebingunannya. Keberserahdirian dan taubat kepada Allah harus lebih ditingkatkan agar Allah memberikan petunjuk kepadanya. Yang bisa membangun keyakinan baginya adalah kembali pada petunjuk Allah. 

Semua kesemerawutan dalam keadaan semacam itu tidak terlepas dari peran syaitan. Para syaitan sebenarnya datang berduyun-duyun untuk membuat kebingungan bagi orang yang pernah melemparkan petunjuk ke belakang punggungnya. Syaitan akan mendatangi laki-laki itu, mendatangi perempuan yang dihadirkan dalam petunjuknya, dan mendatangi pihak-pihak lain yang terkait dengan keduanya. Mereka akan menerima petunjuk-petunjuk yang menambahkan kebingungan bagi laki-laki itu. 

Orang yang (pernah) melemparkan petunjuk ke punggung mereka seolah membawa kutukan bagi lingkungannya. Banyak petunjuk yang datang kepada dirinya ataupun sahabatnya tetapi petunjuk itu sebenarnya salah, bahkan boleh jadi petunjuk itu datang dari syaitan. Hal ini harus disadari oleh yang bersangkutan bilamana ingin kembali kepada Allah. Dirinya harus berusaha menemukan kembali dan mengenali petunjuk-petunjuk yang benar yang datang dari Allah kepada dirinya. Harus diusahakan agar petunjuk benar itu memperoleh dasar dari Alquran. Petunjuk yang demikian itu adalah petunjuk yang sebenarnya, bukan petunjuk yang datang kepada sahabat-sahabatnya. Dirinya harus berusaha mengenali dan mentaati petunjuk yang datang dari Allah. 

Hal ini sebaiknya juga disadari oleh orang-orang di sekitar orang yang pernah melemparkan petunjuk ke belakang punggungnya, bahwa boleh jadi mereka menjadi perantara bagi syaitan yang mendatangi orang itu, terutama bila orang itu hendak kembali kepada petunjuk Allah. Petunjuk yang datang kepada dirinya tentang sahabatnya boleh jadi petunjuk yang salah. Seseorang hanya boleh membantu menemukan petunjuk yang benar yang datang kepada sahabatnya, tidak membantu memberikan keputusan. 

Kebingungan semacam ini tidak hanya terjadi kepada laki-laki. Seorang perempuan akan mengalami hal demikian dalam aspek laki-lakinya, yaitu aspek pencarian terhadap kebenaran bilamana ia pernah melemparkan petunjuk ke belakang punggungnya. Barangkali fenomena kebingungan itu tidak tampak bilamana perempuan itu tidak memperhatikan kebenaran, tetapi akan terlihat sikap terombang-ambing dalam berbagai pilihan bilamana perempuan itu masih berusaha memilih mengikuti kebenaran. Hal ini harus diperhatikan oleh walinya, jangan sampai perempuan itu terjatuh dalam kejenuhan dan kelelahan untuk mengikuti kebenaran. 

Masalah semacam itu akan terlihat pemecahannya bilamana pihak-pihak yang terlibat mengikuti petunjuk Allah, terutama yang mendapatkan dasar dari kitabullah. Setiap pihak harus berusaha berserah diri, membangun iktikad untuk menjalankan perintah Allah. Di sisi lain, harus disadari oleh setiap pihak bahwa dirinya dapat menjadi perantara bagi syaitan untuk membuat kebingungan bagi laki-laki yang ingin kembali kepada petunjuk Allah.

Jumat, 10 Juli 2020

Menemukan Kesenangan dari Sisi Allah (2)

Menghindari kekejian


Manusia adalah makhluk bumi yang diciptakan dengan akal, sebuah sarana yang dilimpahkan bagi manusia untuk dapat memahami kehendak Allah. Dengan akal itulah maka manusia menjadi makhluk Allah paling sempurna hingga para malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada manusia. Perumpamaan akal seorang manusia adalah sebuah pohon thayyibah yang merupakan representasi dari kalimah thayyibah yang terpahami oleh seorang manusia berakal. Pohon thayyibah itu adalah pohon akal yang dapat mengerti cahaya Allah yang datang kepada dirinya. 

Untuk menumbuhkan pohon thayyibah itu, setiap orang diperintahkan untuk menikah. Setiap laki-laki merupakan benih pohon yang membawa urusan Allah di bumi yang harus ditumbuhkan melalui pernikahan dengan perempuan. Perempuan adalah ladang bagi seorang laki-laki sehingga akal seorang laki-laki dapat tumbuh untuk memahami kehendak Allah. Dengan tumbuhnya akal seorang laki-laki, seorang perempuan sebagai ladang akan memperoleh air pengetahuan tentang Allah yang akan menjadikannya makmur terhindar dari rasa gersang. 

نِسَآؤُكُمۡ حَرۡثٞ لَّكُمۡ فَأۡتُواْ حَرۡثَكُمۡ أَنَّىٰ شِئۡتُمۡۖ وَقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّكُم مُّلَٰقُوهُۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ [ البقرة:223-223] 

Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. [Al Baqarah:223] 

Dari sudut pandang benih dan ladang, ada berbagai jenis hubungan yang dapat terjadi. Seorang perempuan yang jiwanya diciptakan dari seorang laki-laki adalah ladang yang sebenarnya bagi laki-laki itu. Jarang ada pasangan yang dapat menemukan pasangannya dalam jenis ini, walaupun banyak yang berprasangka menemukannya. Pertemuan ini seringkali terjadi pada orang-orang yang mengikuti petunjuk. Kadang-kadang dan seringkali seorang laki-laki hanya menemukan pot yang terlalu sempit karena terlalu memperturutkan hawa nafsu dan syahwatnya dalam memilih jodoh. Demikian pula kadang seorang perempuan tidak menemukan pohon yang tepat bagi jiwanya. Bila setiap orang mengikuti petunjuk, maka setiap orang akan menemukan hubungan tanaman dan ladang yang baik, setidaknya seorang laki-laki akan menemukan pot yang cukup luas bagi pertumbuhan jiwanya. 

Pernikahan akan membentuk tangga perjalanan hingga sepasang suami istri dapat mengenal Allah. Seorang istri akan memperoleh jalan menuju Allah melalui suaminya, dan seorang suami dapat menumbuhkan akalnya pada ladang media pertumbuhan yang berwujud istrinya. Seperti apapun keadaan suami atau istrinya, setiap pasangan suami istri adalah jalan dan media bagi masing-masing untuk mengenal Allah. Asiyah binti Muzahim mendapatkan jalan menuju Allah dalam wujud Fir’aun, sedangkan nabi Nuh a.s dan Luth a.s mendapatkan istri durhaka. 

Karena pentingnya pernikahan inilah Syaitan akan berusaha dengan sungguh-sungguh merusak pernikahan sehingga manusia kehilangan tujuan kehidupan. 

Kekejian (Al-Fakhsya’ ) dalam pernikahan 


Syaitan akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk merusak semua bentuk pernikahan sehingga setiap manusia terdampar dalam kesesatan, atau tetap terikat pada hal-hal duniawi. Usaha syaitan membuat manusia tersesat atau terikat pada aspek duniawi ini adalah bentuk kekejian (al-fakhsya’). Gambaran kekejian yang ditimbulkan dari godaan dalam pernikahan dapat dilihat dalam kisah Yusuf dan istri al-aziz. Istri al-azis menggambarkan seorang perempuan yang telah memperoleh jalannya untuk beribadah kepada Allah, dan Yusuf dalam peristiwa itu adalah gambaran laki-laki yang tertarik atau terikat secara keliru terhadap aspek dunia dalam wujud perempuan. 

وَلَقَدۡ هَمَّتۡ بِهِۦۖ وَهَمَّ بِهَا لَوۡلَآ أَن رَّءَا بُرۡهَٰنَ رَبِّهِۦۚ كَذَٰلِكَ لِنَصۡرِفَ عَنۡهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلۡفَحۡشَآءَۚ إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُخۡلَصِينَ [ يوسف:24-24] 

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami mengubah daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. [Yusuf:24] 

Istri al-aziz haruslah taat dan setia bersama suaminya, tidak bersama Yusuf. Sekalipun keindahan para malak yang mulia terpancar dalam diri seorang laki-laki, setiap perempuan bersuami harus tetap setia kepada suaminya. Ketertarikan terhadap laki-laki lain oleh seorang perempuan yang telah memperoleh jalan untuk mengenal Allah, atau ketertarikan seorang laki-laki terhadap perempuan yang telah bersuami adalah gambaran yang jelas tentang kekejian (al-fakhsya’). Itu adalah bentuk yang jelas tentang usaha syaitan menyesatkan manusia dari jalannya, atau mengikat seseorang pada aspek dunia. 

Mencegah Kesesatan karena Al-Fakhsya’ 


Untuk mencegah ketersesatan yang lebih jauh, bila seorang perempuan terjatuh dalam keadaan sebagai perempuan keji maka hendaknya perempuan itu dikurung di dalam rumah. 

وَٱلَّٰتِي يَأۡتِينَ ٱلۡفَٰحِشَةَ مِن نِّسَآئِكُمۡ فَٱسۡتَشۡهِدُواْ عَلَيۡهِنَّ أَرۡبَعَةٗ مِّنكُمۡۖ فَإِن شَهِدُواْ فَأَمۡسِكُوهُنَّ فِي ٱلۡبُيُوتِ حَتَّىٰ يَتَوَفَّىٰهُنَّ ٱلۡمَوۡتُ أَوۡ يَجۡعَلَ ٱللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلٗا [ النساء:15-15] 

Dan para wanita yang (akan/sedang) tiba pada keadaan sebagai perempuan keji di antara para perempuanmu, maka hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu. Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan kepadanya. [An Nisa":15] 

Ayat ini tidak berbicara hanya tentang perempuan yang melakukan perbuatan keji dalam wujud perzinahan. Perzinahan termasuk dalam dosa yang mendapatkan hukum deraan atau rajam. Ayat ini berbicara tentang perempuan yang keadaannya akan atau sedang terjatuh sebagai perempuan keji yang tersesat jalannya karena tumbuhnya keinginan dalam jiwanya untuk mengikuti laki-laki selain suaminya. Ini adalah perempuan yang melenceng karena kekejian (al-fakhsya’). 

Hal ini tidak hanya dapat terjadi pada perempuan yang mempunyai sifat nakal. Syaitan dapat menumbuhkan kekejian pada diri seorang perempuan dengan berbagai cara. Seorang perempuan mukminat yang menjaga diri dapat terjatuh dalam keadaan sebagai perempuan keji karena tipuan-tipuan syaitan tanpa kesalahan yang berarti dari mukminat tersebut. Semacam inilah perempuan yang diterangkan dalam ayat tersebut di atas. Untuk memperbaiki keadaan perempuan itu, hendaknya perempuan itu dikurung hanya dalam rumahnya, tidak dibiarkan untuk bergaul dengan para laki-laki selain suaminya. 

Hal itu dapat diterapkan dengan ketat dan dzahir bila terdapat empat saksi yang dapat memberikan keterangan tentang hal tersebut. Bila suaminya berkeinginan untuk melakukan hukuman itu secara dzahir, hendaknya ia meminta persaksian atas diri perempuan itu dari empat orang yang bisa memberikan saksi. Sebenarnya ini sangat sulit karena seringkali peristiwa itu hanya terjadi berupa perbuatan-perbuatan di dalam jiwa yang hanya diketahui oleh suami dan istrinya itu, dan hanya akan dapat disaksikan bila perempuan itu telah melakukan perbuatan-perbuatan fisik yang menunjukkan adanya kecenderungan itu. 

Walaupun tidak terlihat, setiap suami harus berusaha menjaga istrinya agar tidak terjatuh dalam keadaan keji tersebut. Akan muncul keinginan-keinginan suami untuk membatasi aktifitas istrinya bila istrinya memiliki kecenderungan mengarah atau terjatuh dalam keadaan itu. Dalam intensitas yang tinggi, akan muncul kemarahan, yang kadang besar, bila istrinya melakukan aktifitas yang mengarah pada keadaan tersebut. Hendaknya hal demikian dikomunikasikan dengan baik kepada istrinya, dan istri hendaknya mematuhi apa yang diminta suaminya. 

Kurungan bagi perempuan demikian adalah kebaikan bagi perempuan itu. Bila ada wujud perbuatan fisik yang dapat disaksikan oleh empat saksi, perempuan itu hendaknya dikurung hingga menemui ajalnya. Perempuan itu akan cenderung melenceng jalannya bila dibiarkan untuk bertemu dengan para laki-laki selain suaminya. Dalam intensitas yang lebih rendah, mungkin seorang perempuan tidak pernah berusaha mewujudkan kecenderungan hatinya, akan tetapi ada kecenderungan melenceng yang hanya terjadi bila bertemu dengan laki-laki yang telah menarik hatinya. Hendaknya suami istri itu berusaha mengurung istrinya dalam sisi batiniah dan membatasi aktifitas-aktifitasnya agar tidak berinteraksi dengan laki-laki yang menarik hati istrinya. 

Hal penting bagi perempuan demikian adalah mencari jalan. Hendaknya suami istri tersebut mencari jalan agar istrinya menemukan jalan sehingga tidak perlu mengurung dirinya dalam rumahnya. Allah akan memberikan jalan kepada istri bila istri itu mencari jalan. Jalan bagi istri yang demikian adalah suaminya. Bila seorang istri yang terjatuh sebagai perempuan keji mempunyai keinginan untuk kembali kepada Allah melalui suaminya, Allah akan memberikan jalan bagi istri tersebut untuk kembali. Suaminya adalah jalannya. Bila seluruh perasaan kepada laki-laki lain dibuang, kemudian perempuan itu membatasi atau mengurung aktifitas fisik dan jiwanya terhadap laki-laki lain untuk berkhidmat hanya kepada suaminya saja, mematuhi suaminya sepenuhnya ketika menunjukkan jalannya, boleh jadi Allah akan memberikan jalan kepada wanita tersebut. Perlu usaha lebih keras untuk memahami arahan suami, karena akal perempuan akan terasa lebih lemah. Tanpa mengurung dirinya dan berkhidmat, proses itu mungkin tidak akan berjalan dengan baik. 

Hal ini tampak hanya untuk perempuan. Sebenarnya langkah-langkah ini merupakan gambaran tentang pencegahan kekejian bagi semua, baik perempuan ataupun laki-laki. Dalam kasus laki-laki, urusannya adalah antara dirinya dengan Allah. 

Penghalang Perbaikan dari Perbuatan Keji 


Hal besar yang menyebabkan seseorang sulit untuk kembali kepada suaminya adalah menganggap kekejian itu sebagai sesuatu yang suci. Acapkali manusia terjatuh dalam anggapan bahwa setiap manusia berhak untuk mencari cinta sucinya. Ini tidak berlaku bagi seorang perempuan yang telah bersuami. Bila seorang perempuan telah bersuami, jalannya kepada Allah adalah berkhidmat kepada suaminya. Bila perempuan menganggap bahwa kekejiannya adalah suci, akan sulit baginya untuk kembali menemukan jalan kepada Allah melalui suaminya. 

وَإِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةٗ قَالُواْ وَجَدۡنَا عَلَيۡهَآ ءَابَآءَنَا وَٱللَّهُ أَمَرَنَا بِهَاۗ قُلۡ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ أَتَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ [ الأعراف:28-] 

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati bapak-bapak kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji". Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? [Al A'raf:28] 

Itu adalah tipuan syaitan yang sangat lihai. Sebuah kekejian akan dijadikan syaitan indah di mata manusia, bahkan manusia mengatakan bahwa kekejian itu adalah urusan dari Allah. Allah memerintahkan untuk menolak waham itu, menolak bahwa melakukan kekejian demikian adalah perintah Allah. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan-perbuatan syaitan. Mungkin seseorang dapat menghadirkan bukti-bukti bahwa para panutan dan bapak-bapak mereka melakukan hal tersebut, tetapi Allah menolak dengan memerintahkan manusia mengatakan bahwa Allah tidak memberikan amr dalam bentuk perbuatan keji. Allah tidak memerintahkan perbuatan keji kepada manusia. Dalam kasus tersebut, manusia telah terjatuh dalam dua tipuan syaitan berupa perbuatan keji yang dilakukan dan mengatakan terhadap Allah dengan sesuatu yang tidak diketahui. 

Mencari dan Meniti Jalan 


Pernikahan adalah jalan bagi seseorang untuk menuju Allah. Pernikahan dengan pasangan yang tepat adalah setengah dari agama. Mungkin pernikahan yang tidak tepat tidak mencapai setengah dari agama. Setiap orang harus berusaha mencari jalannya dengan baik dan menjaganya agar tidak mudah disesatkan oleh syaitan dari jalannya melalui perbuatan-perbuatan keji. 

عَنْ اَنَسٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ رَزَقَهُ اللهُ امْرَأَةً صَالِحَةً فَقَدْ اَعَانَهُ عَلَى شَطْرِ دِيْنِهِ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِى الشَّطْرِ اْلبَاقِى. (الطبرانى فى الاوسط و الحاكم) 

Dari anas r.a bahwa Rasululllah SAW bersabda : “Barangsiapa yang Allah telah memberi rizki kepadanya berupa istri yang shalihah, berarti Allah telah menolongnya pada separo agamanya, maka bertakwalah kepada Allah pada separo sisanya”. [HR. Thabrani di dalam Al-Awsath, dan Hakim) 

Hal ini harus dimulai sebelum pernikahan dilaksanakan, dalam memilih jodoh dan bergaul dengan calon jodohnya. Jodoh yang paling tepat adalah laki-laki dan perempuan yang diciptakan dari satu nafs wahidah yang sama. Akan tetapi tidak semua orang memperoleh pertolongan Allah yang demikian. Jodoh yang demikian hanya terwujud karena pertolongan Allah, dan itu adalah pendahuluan yang akan mengantarkan seseorang memperoleh nikmat Allah berupa shirat al mustaqim. Memilih jodoh yang lain setelah memperoleh petunjuk demikian adalah sebuah bentuk kekufuran terhadap nikmat Allah dan wujud dari keimanan yang bathil. 

Bila tidak memperoleh pertolongan demikian, setiap orang harus berusaha memilih jodoh dengan sebaik-baiknya. Jodoh itu bisa datang dengan berbagai cara, kadang-kadang muncul melalui proses yang tidak duga. Setiap pasangan harus berusaha mengenali dengan sebaik-baiknya calon pasangan yang datang kepadanya, tidak tergesa-gesa untuk menerima dan tidak serta-merta menolak karena ketidaksukaan. Keduanya harus terlebih dahulu saling berusaha mengenali dan saling menerima, atau boleh tidak menerimanya. Pasangan itu boleh langsung menolak hanya apabila salah satu di antara mereka telah menerima pertolongan Allah berupa petunjuk pasangan yang tepat bagi dirinya. Bila wanita menerima petunjuk tersebut, hendaknya hal disampaikan kepada walinya agar menjadi bahan untuk disampaikan kepada laki-laki yang datang, sekaligus agar walinya dapat mengusahakan untuk mendapatkan pasangan yang tepat. 

Pernikahan diibaratkan sebuah penanaman pohon pada media ladang yang harus dilakukan dengan baik, benih ditanamkan ke dalam media tanam dengan sungguh-sungguh. Sebuah benih tidak boleh disimpan dalam waktu lama pada permukaan tanah yang subur, dan tanah yang subur tidak boleh digundukkan dekat dengan pohon atau benih dalam waktu yang lama. Benih itu akan tumbuh berkecambah pada tanah, dan pohon atau benih akan mengulurkan akarnya pada tumpukan media tanah yang terjangkau olehnya, sedangkan keduanya tidak akan memperoleh pertumbuhan yang baik melalui interaksi demikian. 

Bilamana terjadi perpisahan dan kemudian masing-masing menikah dengan orang lain, boleh jadi akan ada bekas-bekas media atau akar tertanam dalam diri masing-masing. Itu akan dapat menjadi sumber munculnya kekejian dalam rumah tangga. Setiap pihak harus dijaga agar tetap bersih hingga terjadi keputusan saling menerima atau tidak menerima. Ketika sepasang laki-laki dan perempuan bersepakat untuk berjalan bersama, keduanya harus segera dinikahkan, tidak boleh dibiarkan untuk menjalin hubungan bathin tanpa sebuah akad pernikahan. 

Hubungan bathin tanpa akad pernikahan merupakan hal yang berat dan melelahkan bagi jiwa, tidak menumbuhkan jiwa yang sehat. Benih akan mempunyai kecenderungan untuk kerkecambah bila berada di dekat media tanam yang subur, atau pohon cenderung mengulurkan akarnya pada media di dekatnya. Media tanam akan cenderung mencari air dari pohon atau benih yang dekat dengannya. Tidak ada sifat netral dalam hubungan bathin antara seorang laki-laki dan perempuan, kecuali keduanya sama sekali tidak berjodoh. Bila hubungan itu terasa ringan, mungkin syaitan sebenarnya beredar di antara keduanya untuk menanamkan benih-benih kekejian. Hal ini harus diperhatikan oleh para wali. 

Keputusan menikah atau tidak menikah harus diputuskan dalam jangka waktu yang terukur, tidak terlalu lama. Bila keputusan tidak menikah telah tercapai, atau keputusan masih ditangguhkan, hendaknya kedua pihak menjaga jarak, terutama secara bathin. Tidak boleh salah satu tidak menjaga jaraknya dengan alasannya sendiri, karena boleh jadi pihak lain merasa berat menahan kedekatan mereka. Jarak bathin ini bersifat relatif, masing-masing harus mengukur, dan harus diwujudkan dalam menjaga jarak fisiknya. Jiwa seorang laki-laki atau perempuan sebenarnya berat menanggung beban hubungan bathin tanpa pernikahan. Ketika sebuah benih merasa siap berkecambah dan ternyata kemudian tidak mendapatkan media tanam, benih itu akan merasa tercerai-berai. Benih itu harus menghentikan pertumbuhannya agar dirinya tetap utuh. Keduanya harus menjaga jarak. Setidaknya salah satu pasti ingin segera melepaskan beban batin terhadap lainnya. Boleh jadi salah satu ingin segera mencari jodoh yang lain tetapi terbebani oleh kedekatan dengan pasangan yang dahulu diinginkannya.

Senin, 06 Juli 2020

Menemukan Kesenangan dari Sisi Allah


Allah memberikan kepada seluruh makhluk apa-apa yang diperlukan oleh makhluknya, baik pemberian berupa harta benda duniawi ataupun segala hakikat yang dicari sebagai kesenangan. Kedua hal tersebut diberikan tanpa sebuah hubungan yang tetap. Pemberian duniawi adalah kesenangan duniawi yang kadangkala tidak terkait dengan adanya pemberian hakikat di dalamnya, dan anugerah berupa hakikat diberikan kepada makhluk yang membutuhkan tanpa terkait dengan ada atau tidaknya atau jumlah wujud bendawi sebagai pemberian. Seseorang bisa menerima harta benda duniawi tanpa ada hakikat yang diterimanya sedikitpun, dan seseorang bisa menerima hakikat tanpa ada wujud bendawi sedikitpun, dan bisa jadi seseorang menerima anugerah harta duniawi bersama hakikat yang turun kepadanya bersama-sama. 

فَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَيۡءٖ فَمَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ [ الشور36] 

Maka segala sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan apa yang berada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal. [Ash-Shura:36] 

Banyak jenis ciptaan tergelar bagi makhluk. Allah menciptakan banyak hal dari sisi-Nya, dan banyak kebatilan yang dapat menyertainya. Segala sesuatu yang berasal dari sisi Allah mempunyai derajat yang lebih baik dan lebih kekal. Pemberian yang bersifat duniawi selalu mempunyai umur tertentu dan tidak akan dibawa ke alam kematian ataupun melampauinya, sedangkan segala sesuatu yang berasal dari sisi Allah akan bersifat abadi, bermanfaat baik untuk kehidupan dunia, alam barzakh, alam berbangkit maupun akhirat yang abadi. Hendaknya setiap manusia mencari kesenangan yang lebih hakiki sehingga tidak mengalami kerugian dalam kehidupannya yang abadi. 

Segala kesenangan yang hakiki tidak akan diberikan kepada orang-orang yang tidak menginginkannya. Hal itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Allah. Orang-orang beriman adalah orang-orang yang mendapatkan cahaya Allah di hatinya sehingga dapat memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, tidak hanya mempercayai apa yang dapat dilihat oleh indera jasadiahnya. Dengan keimanan yang diberikan ke hatinya, maka orang tersebut dapat bertawakkal kepada rabb-nya. Tawakkal merupakan sikap hati untuk menjadikan Allah sebagai wakil yang memutuskan segala sesuatu bagi dirinya. 

Langkah-langkah Menuju Tawakkal 


Ada banyak hal yang terkait dengan sikap tawakkal kepada rabb. Dosa-dosa besar, kekejian dan rasa marah menjadi penghalang-penghalang untuk dapat bertawakkal dengan benar. Sedangkan memenuhi seruan rabb, mendirikan shalat dan musyawarah dalam amr, dan menginfakkan apa-apa yang dirizkikan Allah kepadanya menjadi perbuatan-perbuatan yang mendorong tumbuhnya tawakkal kepada Allah. Pada akhirnya, tawakkal itu harus diwujudkan dalam sebuah usaha tolong menolong membela diri bilamana terjadi bughat atas mereka, bukan bersikap pasif membiarkan orang lain berbuat tanpa aturan. Parameter-parameter tersebut akan mengarahkan seseorang pada kesenangan yang abadi, dan bertindak dengan benar, menghindarkan seseorang dari tujuan-tujuan duniawi. 

وَٱلَّذِينَ يَجۡتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡفَوَٰحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُواْ هُمۡ يَغۡفِرُونَ [ الشورى:37] 

Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. [Ash-Shura:37] 

وَٱلَّذِينَ ٱسۡتَجَابُواْ لِرَبِّهِمۡ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَمۡرُهُمۡ شُورَىٰ بَيۡنَهُمۡ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ [ الشورى:38] 

Dan (bagi) orang-orang yang menjawab seruan rabb-nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka dimusyawarahkan di antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. [Ash-Shura:38] 

وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَابَهُمُ ٱلۡبَغۡيُ هُمۡ يَنتَصِرُونَ [ الشورى:39] 

Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan bughat mereka membela diri. [Ash-Shura:39] 

Langkah awal orang yang hendak bertawakkal adalah menghindari dosa-dosa besar dan kekejian-kekejian, serta memberikan maaf bilamana marah. Dengan bersihnya hati seseorang dari hal-hal tersebut, maka seseorang akan lebih mudah untuk menjawab seruan rabb-nya, mendirikan shalat dan berbagi urusan dengan sahabat-sahabat dalam perjalanan mereka. 

Menghindari Dosa Besar 


Memahami persoalan dosa besar dan menghindarinya merupakan langkah pertama agar seseorang dapat bertawakkal kepada Allah. Langkah ini akan mengawali perbuatan tawakkal dalam bentuk perjuangan tolong-menolong membela diri melawan bughat terhadap mereka, setelah melalui beberapa tahapan yang lain. 

Dosa besar adalah bughat yang direncanakan syaitan bagi manusia yang kadang-kadang menjalar di antara manusia tanpa diketahui. Riba misalnya, telah menjerat hampir seluruh manusia dalam sebuah penghisapan kesejahteraan, tanpa diketahui oleh manusia walaupun merasakannya. Setiap orang yang memiliki uang telah terjerat dalam riba karena ada suatu entitas yang melakukan pengambilan riba dari setiap uang yang beredar. Setiap orang telah bekerja untuk memberikan keuntungan bagi penerbit uang. Lebih dari hal itu, sebenarnya ada pihak-pihak yang berusaha menggadaikan leher masyarakat bangsa untuk sebuah kalung perbudakan melalui uang hutang. Sedemikian massif riba menjerat manusia tanpa banyak orang mengetahui. Orang yang memandang uang fiat sebagai haram tidak dapat berbuat lain kecuali menggunakannya karena tidak ada cara lain yang bisa digunakan, sedangkan banyak orang menilainya munafik karena mengharamkan tetapi tetap menggunakannya, dan banyak yang menyarankannya agar berpikir lebih baik dengan pikiran waras. 

Dosa besar lain ditujukan oleh syaitan bagi orang-orang yang lebih jahat. Syirik dan sihir misalnya, diajarkan syaitan bagi orang-orang yang jahat untuk mengabdi kepada syaitan. Mungkin syirik dan sihir tidak banyak terlihat di jaman moderen, akan tetapi sebenarnya banyak orang yang menggunakannya secara sembunyi-sembunyi untuk memperjuangkan kepentingan mereka sendiri. Sebagian orang musyrik yang dianggap tidak bernilai bagi syaitan akan menjadi tumbal atas perbuatan mereka sendiri, sedangkan orang yang benar-benar jahat akan dipertahankan keberadaan mereka di muka bumi untuk kepentingan syaitan. Di akhirat, dan sebenarnya di dunia juga, mereka tidak akan mendapatkan keselamatan. 

Tidak hanya bagi orang jahat, syaitan pun membuat perbuatan dosa besar bagi orang-orang yang baik. Seluruh lapisan masyarakat dapat diselewengkan untuk berbuat dosa besar. Orang yang memelihara anak yatim akan digoda untuk memakan harta anak yang dipeliharanya. Lebih lanjut orang-orang berwawasan luas akan diselewengkan untuk melakukan qadzaf terhadap mukminat yang menjaga dirinya. Wanita pada sisi hakiki merupakan sebuah sumber terbitnya hakikat,  qurrata ‘ain bagi laki-laki. Qadzaf biasa dengan menggunakan sihir tidak akan dapat dilakukan karena seorang mukminat yang menjaga diri akan mendapatkan penjagaan dari para malaikat. Wanita demikian hanya dapat terkena qadzaf melalui ilmu malaikat yang lain, yaitu ilmu pengasihan malaikat Harut dan Marut ataupun turunannya. Sekalipun misalnya ilmu itu terlihat bersih, ilmu itu tidak bermanfaat bagi manusia dan syaitan dapat menggunakannya untuk memecah belah manusia melalui orang yang menguasai ilmu tersebut. Kelak, sebagaimana para pelaku riba, pelaku dosa besar jenis ini akan diperangi oleh Allah dan rasul-Nya bila tidak bertaubat dari dosanya. 

وَإِذۡ زَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ ٱلۡيَوۡمَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَإِنِّي جَارٞ لَّكُمۡۖ فَلَمَّا تَرَآءَتِ ٱلۡفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّنكُمۡ إِنِّيٓ أَرَىٰ مَا لَا تَرَوۡنَ إِنِّيٓ أَخَافُ ٱللَّهَۚ وَٱللَّهُ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ [ الأنفال:48-48] 

Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah". Dan Allah sangat keras siksa-Nya. [Al Anfal:48] 

Ayat tersebut menerangkan konsekuensi ayat sebelumnya tentang orang-orang yang telah keluar dari kampung halaman, sedangkan keadaan mereka megah dan mereka ingin terpandang di antara manusia, maka mereka kemudian menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Di antara jenis orang-orang yang telah keluar dari kampung halaman adalah orang-orang yang terbiasa berjalan di alam selain dunia berupa alam-alam malakut. Di antara mereka, ada orang-orang yang berangkat dari pelaksanaan ajaran syariat untuk menahan hawa nafsu diri atau keluar dari kampung halaman, akan tetapi ada sesuatu yang membuatnya terselewengkan baik sengaja karena ada keinginan yang menyeleweng ataupun menyeleweng karena usaha syaitan menyelewengkan melalui celah kecerobohannya. 

وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَٰرِهِم بَطَرٗا وَرِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطٞ [ الأنفال:47-47] 

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan. [Al Anfal:47] 

Orang yang mempunyai keinginan menyeleweng akan berada di atas penyimpangan, sedangkan  mereka memandang pekerjaan mereka indah.  Orang-orang yang ingin menyeleweng itulah yang akan diperangi Allah dan rasul-Nya. Orang beriman yang terbujuk syaitan diseru untuk tidak menyerupai orang-orang yang menyeleweng dengan jalan tersebut. Hendaknya setiap orang taat kepada Allah dan rasul-Nya. Orang yang menempuh ajaran itu harus benar-benar taat kepada Allah dan rasul-Nya agar selamat, mentaati Alquran dan sunnah rasulullah SAW dengan seksama agar tidak terjatuh dalam perbuatan dosa besar.  Mendahulukan akalnya sendiri ataupun seluruh inderanya ketika bertentangan dengan firman Allah dan sunnah rasulullah akan menggelincirkan manusia pada perbuatan dosa, hingga kadang terjadi perbuatan dosa besar. Setiap orang harus berusaha memahami Alquran dan sunnah rasulullah SAW sesuai dengan kehendak Allah, tidak boleh melakukan usaha memperoleh pemahaman dengan rekayasa untuk keuntungan dirinya. 

Kamis, 02 Juli 2020

Taat Kepada Allah dan Rasul-Nya dalam Jihad


Allah memerintahkan orang beriman untuk taat kepada Allah dan rasul-Nya agar manusia mendapatkan rahmat Allah. Ketaatan adalah jalan supaya manusia mendapatkan rahmat Allah. Tidak ada manusia yang mendapatkan rahmat Allah tanpa ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.

وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ [ آل عمران:132]

Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. [Al 'Imran:132]

Salah satu ketaatan itu terletak pada ketaatan kepada Allah dan rasulnya dalam berjihad. Wujud jihad yang paling nyata adalah jihad ketika bertemu dengan pasukan musuh. Ada sebuah hal penting yang harus diperhatikan oleh orang-orang beriman yang akan berjihad. Taat kepada Allah dan rasul-Nya menjadi landasan utama dalam berjihad, dan hendaknya setiap orang beriman menghindarkan diri dari perselisihan, baik kepada ulil-amri maupun perselisihan di antara orang-orang beriman. Semua perselisihan itu akan membuat pasukan orang-orang beriman menjadi gentar dan kehilangan motivasi dalam berjihad.

وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡۖ وَٱصۡبِرُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ [ الأنفال:46-46]

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang tiupan-mu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. [Al Anfal:46]

Dengan adanya perintah menghindari terjadinya perselisihan di antara orang-orang beriman, ayat tersebut secara tidak langsung memerintahkan orang-orang beriman untuk membangun satu visi dan tujuan bersama agar bisa berjuang secara berjamaah. Tanpa terbangunnya satu visi dan tujuan bersama, perselisihan antara satu orang dengan yang lain akan mustahil dapat dihindari. Setiap orang memiliki cara berpikir, kepentingan, latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang berbeda, sehingga pastilah perbedaan akan terjadi.

Membangun Ketaatan


Hanya satu hal yang dapat menyatukan semua perbedaan di antara manusia. Allah dan rasul-Nya yang paling mengetahui segala sesuatu yang dapat menyatukan hati orang-orang yang beriman. Menyatunya hati setiap orang beriman dapat terjadi bila terbangun ketaatan pada Allah dan rasul-Nya, sedangkan ketaatan itu paling mudah dilakukan dengan pengetahuan yang benar. Allah telah mengajarkan segala pengetahuan yang diperlukan oleh manusia melalui rasulullah SAW berupa firman-Nya dan sunnah rasulullah SAW. Hendaknya setiap manusia berusaha memperoleh pengetahuan yang benar sesuai dengan alquran dan sunnah rasulullah SAW..

Pengetahuan tentang kehendak Allah akan menjadikan seseorang dapat bersabar. Sangat sulit bagi manusia untuk dapat bersabar dengan sebenarnya bilamana tidak mempunyai pengetahuan tentang kehendak Allah dalam segala sesuatu yang terjadi atas dirinya. Perintah bersabar secara tidak langsung merupakan perintah untuk mengetahui segala sesuatu atas dirinya sesuai dengan kehendak Allah, karena pengetahuan itulah yang akan mengantarkan seseorang untuk dapat bersabar.

وَكَيۡفَ تَصۡبِرُ عَلَىٰ مَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرٗا [ الكهف:68]

Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan tentang hal itu?" [Al Kahf:68]

Kesabaran yang mempunyai dasar pada pengetahuan tentang kehendak Allah inilah kesabaran yang sebenarnya. Allah akan menyertai orang-orang yang bersabar dengan cara demikian. Setiap orang dapat berusaha bersabar dalam kehidupan, tetapi orang sabar yang disertai Allah adalah orang sabar yang memiliki pengetahuan tentang kehendak Allah.

Pengetahuan tentang kehendak Allah terbentang di seluruh lapisan alam, baik alam yang dekat dengan Allah maupun alam dunia yang merupakan ujung semesta penciptaan. Setiap orang dapat mencari pengetahuan tentang Allah di setiap alam, akan tetapi setiap lapis alam dapat menyesatkan orang-orang yang mempunyai kecenderungan sesat. Orang-orang yang mencari pengetahuan di alam dunia dapat terhisap dalam kesesatan duniawi, demikian pula orang-orang yang mencari pengetahuan di alam yang lebih tinggi dapat terdampar dalam kesesatan alam tersebut. Ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya adalah sebuah fasilitas agar manusia mengetahui keadaan perjalanannya, lurusnya perjalanan ataupun kesesatannya. Segala sesuatu yang bertentangan dengan Allah dan rasul-Nya adalah parameter yang jelas bagi seseorang bahwa dirinya telah melanggar pagar dan batasan dalam perjalanannya menuju Allah.

Salah satu sarana untuk memperoleh pengetahuan adalah melakukan perjalanan keluar dari kampung halaman. Perjalanan keluar dari kampung halaman akan membuka wawasan yang lebih luas bagi orang-orang yang melakukannya dengan sungguh-sungguh, mengungguli wawasan orang-orang yang hanya berdiam diri di kampung halamannya. Dalam beberapa ayat, Allah memerintahkan kepada manusia untuk keluar dari kampung halaman. Salah satu tujuan perintah itu adalah agar manusia memperoleh pengetahuan, secara khusus pengetahuan tentang Allah.

Keluar dari kampung halaman yang berwujud perantauan di muka bumi merupakan bentuk perjalanan keluar dari kampung halaman yang dzahir. Sebagian manusia yang mempunyai pengetahuan tentang alam malakut dapat melakukan perjalanan keluar dari kampung halaman yang berwujud perjalanan keluar dari alam dunia ke alam malakut. Bila setiap orang melakukan perjalanan keluar dari kampung halaman dengan niat yang ikhlas untuk memperoleh pengetahuan tentang Allah, maka perjalanan itu akan menumbuhkan pengetahuan yang banyak bagi dirinya.


Meneliti Syaitan dalam Jihad


Akan tetapi Allah melarang orang-orang beriman untuk menyerupai keadaan orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan keangkuhan, bermaksud agar menjadi terpandang di antara manusia. Ada manusia yang merantau ke negeri lain di alam dunia demi mencari ilmu untuk kemegahan dirinya di antara manusia, demikian pula ada manusia yang melakukan perjalanan ke alam lain demi mencari ilmu untuk bermegah-megahan di antara manusia. Mereka merupakan orang-orang yang akan tersesat karena perantauan mereka. Wawasan yang mereka peroleh akan menjadi alat untuk menghalangi manusia dari jalan Allah.

Setiap orang beriman hendaknya berhati-hati, membersihkan setiap niat dalam melakukan perjalanan keluar dari kampung halaman. Hendaknya orang-orang beriman memeriksa keadaan dirinya agar tidak menyerupai keadaan mereka. Keberadaan sedikit niat yang keliru dalam perantauan itu akan menjadi pijakan syaitan untuk membuat alat menghalangi manusia dari jalan Allah. Barangkali orang tersebut tidak akan merasa menjadi penghalang manusia dari jalan Allah, karena syaitan akan menjadikannya memandang indah apa-apa yang dilakukannya, sebagaimana syaitan membuat para perantau demi kemegahan memandang indah perbuatan mereka.

Fenomena yang menjadi ciri lain orang-orang yang merantau karena kemegahan adalah syaitan menjadikan mereka merasa unggul tidak terkalahkan. Syaitan akan menghembuskan bahwa tidak ada manusia yang dapat mengalahkan mereka, dan mereka akan merasa mendapatkan perlindungan. Mereka akan merajalela dengan melampiaskan keinginan-keinginan mereka. Barangkali fenomena ini akan sedikit berbeda bila ada orang-orang beriman yang menyerupai mereka, akan tetapi akan muncul kesamaan-kesamaan dasar sebagai ciri keserupaan di antara keduanya.

وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَٰرِهِم بَطَرٗا وَرِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطٞ وَإِذۡ زَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ ٱلۡيَوۡمَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَإِنِّي جَارٞ لَّكُمۡۖ فَلَمَّا تَرَآءَتِ ٱلۡفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّنكُمۡ إِنِّيٓ أَرَىٰ مَا لَا تَرَوۡنَ إِنِّيٓ أَخَافُ ٱللَّهَۚ وَٱللَّهُ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.

Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat, syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah". Dan Allah sangat keras siksa-Nya.

(QS Al-Anfaal : 46-48).

Orang-orang yang merantau demi kemegahan itu akan bersama-sama syaitan menghalangi manusia dari jalan Allah. Pada suatu saat, akan tiba masa orang-orang tersebut bersama syaitan-syaitan akan berhadap-hadapan dengan pasukan orang-orang beriman. Ketika kedua pasukan telah dapat saling melihat, manusia-manusia itu akan ditinggalkan oleh para syaitan mereka, karena para syaitan melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh manusia. Pasukan orang-orang beriman akan disertai kekuatan yang tidak terlihat oleh manusia. Di antara orang-orang beriman itu terdapat orang-orang yang sabar, sehingga Allah menyertai mereka.

Orang-orang beriman yang menyerupai pasukan syaitan akan terseret pada perbuatan mereka, akan tetapi barangkali Allah akan menarik mereka sebelum kedua pasukan itu berhadap-hadapan. Penting bagi setiap orang beriman untuk benar-benar taat kepada Allah dan rasul-Nya, dengan kembali sepenuhnya kepada kitabullah dan sunnah rasulullah SAW. Itu adalah bentuk ketaatan yang akan menghindarkan seorang mukmin menyerupai sahabat syaitan. Hendaknya kitabullah dan sunnah rasulullah SAW dipahami dengan pemahaman sesuai dengan kehendak Allah, tidak dipahami dengan cara yang keliru. Hendaknya setiap orang menjaga kebersihan jiwanya agar dapat menangkap makna yang dimaksudkan dalam kitabullah.