Pencarian

Kamis, 24 Oktober 2019

Pengajaran Luqman (2)


6 Mei · 2019


Tauhid, Syirik dan Thaghut


Tujuan pengajaran adalah agar seseorang menjadi hamba Allah yang benar, terbebas dari kesyirikan. Pengenalan terhadap syirik, tauhid dan thaghut akan membantu perjalanan menuju hamba yang bebas syirik. Setiap anak harus diajar tauhid yang benar sehingga memiliki sifat rahmaniah dan dapat mengenal kehendak Allah bagi dirinya. Hal itu akan meneguhkan tujuan pengajaran yaitu mengenal Allah terbebas dari kesyirikan. Tanpa sebuah dasar sifat rahmaniah, pengajaran dapat melenceng ke segala arah, bahkan mengikuti syaitan.

Tauhid


Dakwah yang dilakukan oleh rasulullah dan pengikutnya adalah dakwah menuju Allah, atau dikenal dengan sebutan dakwah tauhid. Tauhid menurut bahasa (etimologi) artinya menjadikan sesuatu itu satu. Dalam al-quran, tauhid merupakan penjabaran dari surat al-ikhlash :

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ  
Katakanlah : Dia adalah Allah yang Esa (Ahad) (QS al-ikhlash : 1)

Dia (Huwa) adalah dzat yang maha wujud, tidak berawal dan tidak berakhir yang telah menciptakan segala sesuatu. Wujud Huwa (Dia) dijelaskan sebagai tidak ada yang semisal bagi-Nya sesuatu pun. Tidak ada yang bisa mengenal Huwa sedikitpun, baik wujud-Nya, keagungan-Nya, shifat-Nya atau apapun, kecuali diri-Nya sendiri.

Huwa (Dia) berkehendak untuk dikenal. Kehendak-Nya adalah untuk dikenal dengan asma “Allah”. Surat al-ikhlas ayat 1 menjelaskan tentang perintah kepada makhluk untuk berkata : “Dia (Huwa) adalah Allah yang Esa (Ahad)”. Hendaknya manusia mengenal Huwa (Dia) sebagai Allah yg Esa.

Maksud perintah-Nya yang berupa “katakanlah” bukanlah sekadar perintah untuk berkata, tetapi untuk berkata-kata berdasarkan pengetahuan. Maka perintah itu dijabarkan rasulullah SAW sebagai kalimat syahadat (persaksian) yaitu : “Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah”. Persaksian tidak akan bermanfaat dan tidak sah tanpa disertai dengan pengetahuan.

Jalan tauhid dalam Alquran adalah kalimah thayyibah. Jalan itu akan mengantarkan manusia agar bisa menjadi saksi dengan sebenarnya bahwa tiada ilah selain Allah. Penggunaan logika saja untuk mengenal Allah pada dasarnya sebuah jalan buntu, tetapi kadang hal ini dipaksakan oleh orang yang tidak bertakwa, dan bahkan dijadikan sarana oleh syaitan dan musyrikin untuk menyesatkan manusia ketika menuju Allah.

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٖ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ ٱجۡتُثَّتۡ مِن فَوۡقِ ٱلۡأَرۡضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٖ  
QS Ibrahim : 24-26 Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Allah mengambil permisalan kalimat thayyibah seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Memberikan buahnya setiap saat dengan ijin tuhannya. Dan Allah mengambil pemisalan itu bagi manusia agar mereka selalu berdzikir. Dan permisalan kalimat yang buruk adalah seperti pohon yang buruk, tercerabut akarnya dari bumi tanpa dapat tegak.

Mencapai tauhid yang benar adalah seperti menumbuhkan pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Maksudnya adalah bahwa seseorang harus tumbuh berakar kuat di bumi, sedangkan jiwanya menjulang ke langit mencari cahaya Allah. Dengan demikian dirinya bisa menghasilkan buah-buahan bagi orang lain.

Jiwa harus tumbuh hingga seseorang mengenal untuk apa dirinya diciptakan. Pohon tidak mengenal cahaya kecuali sebatas proses yang bisa dilakukannya ketika mendapat cahaya matahari. Dengan mengenal diri, seseorang bisa menempati kedudukan dirinya sehingga jiwanya mencintai Allah SWT. Keadaan itulah yang harus dicapai manusia agar dirinya bisa bersaksi dengan sebenarnya bahwa tiada Ilah selain Allah.

Kalimah thayyibah akan senantiasa tumbuh membesar bagi orang yang bertaubat, dan akan sempurna ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menghasilkan buah dari jiwanya bagi orang lain. Pertumbuhan jiwa ditandai dengan pertumbuhan akal yang ada dalam qalb, bukan yang di kepala, yaitu akal untuk mengerti kehendak Allah. Akal itu merupakan modal mencapai kemuliaan akhlak. Kemuliaan akhlak adalah kekuatan seseorang untuk menjalankan kehendak Allah setelah mengetahuinya.

Sedangkan kalimat yang buruk adalah seperti pohon yang buruk, akarnya tercerabut dari bumi tidak dapat tegak. Tauhid Azazel adalah pohon yg buruk. Konsepsi tauhid seperti tauhid Azazel sebelum menjadi iblis tidak akan pernah tumbuh berakar mencapai aspek jasadiah. Akarnya tercerabut dari bumi sedangkan pohonnya tidak akan bisa tegak mencari cahaya Allah. Keimanan seperti itu tidak akan menumbuhkan aspek akar hingga meneguhkan aspek jasadiah. Juga tidak membuat jiwa seseorang mampu tegak untuk mencari atau mengenal kehendak Allah kecuali hanya waham.

Syirik

Awal ketergelinciran manusia adalah menghamba kepada tuhan berupa hawa nafsu dan kehidupan material. Sebagian menghamba kepada hawa nafsu dan harta benda tanpa menyadarinya, sebagian menghamba sedemikian sehingga penghambaan mereka mewujud berupa penyembahan berhala dan jin-jin jahat yang membantu mewujudkan keinginan mereka. Tidak ada syirik berupa penyembahan-penyembahan berhala dan syaitan bila seseorang tidak menyembah hawa nafsu sendiri atau harta benda yang diinginkan.

Syirik kecil adalah mempertuhankan hawa nafsu. Syirik kecil itu akan mewujud dalam kesyirikan yang nyata dalam penyembahan berhala bila selalu diperturutkan. Syaitan-syaitan sangat berkepentingan terhadap penyembah berhala karena menjadi media bagi mereka memasuki alam jasadiah untuk berinteraksi secara leluasa dengan alam jasadiah.

Sebagian orang musyrik menjadi penyembah syaitan melaksanakan tugas syaitan melakukan perusakan terhadap manusia. Mereka mengejar hasrat terhadap kekuasaan dan kekayaan. Sebagian musyrikin dijadikan budak syaitan dengan menjual dirinya demi harta dan kehormatan sementara di dunia. Mereka merasa memperoleh keuntungan padahal menjadi budak dalam kehidupan dunia dan kecelakaan besar di akhirat.

Thaghut

Bagi kalangan orang-orang yang kembali kepada Allah, muslimin dan orang-orang yang beriman, syaitan memerintahkan agar membuat atau mengikuti perkataan-perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan. Dengan perkataan-perkataan itu orang yang bertaubat digiring menuju kegelapan, bahkan kadangkala dalam kegelapan yang paling gelap. Perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan akan mengantarkan seseorang menjadi hamba Thaghut. Thaghut akan mengantarkan seseorang keluar dari cahaya menuju kegelapan, bukan dari suatu kegelapan kepada kegelapan yang lain.

Contoh hamba thaghut dapat terlihat jelas pada sosok Abu Jahal. Di kalangan masyarakat Arab zaman itu, Abu Jahal dikenal sebagai Abu al-Hakam, bapak yang memiliki hikmah-hikmah. Pengetahuannya tentang ketuhanan sangat banyak, tetapi pengetahuannya itu hanya berdasarkan hawa nafsu.

Doa Abu Jahal ketika perang badar menunjukkan bahwa dirinya merasa sebagai pejuang kebenaran. Doanya adalah sebagaimana berikut:

” Ya Tuhan, siapakah yang lebih cinta kepada Engkau dan yang lebih ridha pada sisi Engkau. Maka berilah pertolongan kepada kami ya Tuhan! Kami lah yang terutama membela kebenaran. Maka berilah pertolongan kepada kami..Ya Tuhan, agama kami yang lama dan Muhammad yang baru! Ya Allah, tolonglah oleh-Mu diantara kedua agama itu yang paling baik"

Pada penampakan dzahir, Abu Jahal terlihat sangat religius dan pejuang kebenaran. Abu Jahal berdoa kepada Allah, Rabb yang menguasai semesta alam, bukan kepada berhala Latta Uzza ataupun Manaat. Tetapi pengetahuannya tentang Allah hanya berdasarkan hawa nafsu. Pengetahuannya tentang Allah merupakan Thaghut yang dipertuhankan.

Peristiwa ini terekam dalam Al-Qur'an surah al-anfaal ayat 32.

وَإِذۡ قَالُواْ ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَٰذَا هُوَ ٱلۡحَقَّ مِنۡ عِندِكَ فَأَمۡطِرۡ عَلَيۡنَا حِجَارَةٗ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئۡتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٖ  
QS Al-'Anfāl:32 - Dan (ingatlah), ketika mereka berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih".

Dewasa ini tidak sedikit umat Islam terjebak dalam penyembahan terhadap thaghut. Mereka berbuat keji dan dzalim terhadap diri sendiri dan orang lain tetapi mengira bahwa dirinya menjadi hamba Allah. Hamba Allah hanyalah seseorang yang memiliki sifat ar-rahman dan ar-rahiim. Tanpa sifat itu boleh jadi seseorang hanyalah hamba thaghut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar