Pencarian

Kamis, 24 Oktober 2019

Menuju Allah (1) : Kehidupan Dunia




Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad dan keluarganya dan sahabat-sahabat yang diridloi Allah.

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dengan kedua tangan-Nya, dan merupakan makhluk yang diciptakan paling sempurna. Karena kesempurnaan penciptaan manusia, makhluk-makhluk mulia yang berada dekat dengan tuhan diperintahkan untuk bersujud kepada adam. Manusia merupakan makhluk yang diciptakan dari tanah, akan tetapi mendapatkan kemuliaan yang begitu tinggi. Allah yang Maha Mulia berkehendak menjadikan mulia makhluk-Nya sehingga Dia menciptakan manusia untuk diberi rahmat, dan Dia memberikan jalan yang terang bagi manusia untuk mencari rahmat-Nya. Jalan itu tersembunyi secara rahasia dalam penciptaan manusia, tersembunyi dari ilmu makhluk-Nya.
 
Kehidupan di bumi sangatlah berharga, karena ayat-ayat Allah tersebar di segenap ufuk langit dan bumi serta dalam diri masing-masing. Kesempatan untuk mengenal Allah yang menjadi sumber segala kebahagiaan dan kesejahteraan manusia terbuka lebar hanya di bumi, sebagai bekal untuk kehidupannya yang abadi. Tidak ada ganti yang sepadan untuk kehidupan di bumi bagi manusia, yang datang hanya satu kali.

Keistimewaan Manusia

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dengan kedua tangan-Nya, dan merupakan makhluk yang diciptakan paling sempurna. Karena kesempurnaan penciptaan manusia, makhluk-makhluk mulia yang berada dekat dengan tuhan diperintahkan untuk bersujud kepada adam.

Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?."(QS Shaad 75)
Pada masa penciptaan Adam, makhluk-makhluk mulia yang mampu hadir di hadapan rabbul-‘alamin diperintahkan bersujud kepada adam. Seluruh malaikat yang hadir seluruhnya bersujud kecuali iblis. Peristiwa perintah bersujud itu menunjukkan suatu keutamaan dan kelebihan adam atas makhluk-makhluk mulia itu, sebuah kesempurnaan manusia dibandingkan dengan makhluk yang lain. Secara tersirat, keutamaan itu adalah penciptaan manusia dengan kedua tangan rabbul-‘alamin sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas.

Makhluk yang menolak bersujud dikatakan sebagai sombong dan merasa lebih tinggi. Makhluk itu adalah iblis. Iblis mempunyai sifat-sifat yang tidak baik berupa kesombongan, maka Allah menjadikannya sebagai penghulu dari ahli neraka. Hal itu bertolak belakang dengan tujuan penciptaan manusia, dimana Allah menghendaki untuk memberikan rahmat kepada manusia maka Dia menciptakannya.

kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (QS Huud : 119)
Manusia benar-benar merupakan makhluk Allah yang paling sempurna, sehingga Allah berkehendak memberikan rahmat kepada manusia. Untuk pelimpahan rahmat Allah itulah manusia diciptakan. Sungguh suatu nikmat yang tidak terkira bagi manusia. Manusia merupakan makhluk yang diciptakan dari tanah, akan tetapi mendapatkan kemuliaan yang begitu tinggi. Kehendak Allah itu merupakan hal yang tidak masuk akal bagi para makhluk-Nya yang mulia, karena keterbatasan akal mereka dibanding pengetahuan Allah. 

Allah SWT maha mulia, bagaimanapun hanya Dia-lah yang mengetahui segala-galanya. Tidak ada yang mampu menduga ilmu-Nya. Hanya makhluk-makhluk hina yang berada di alam yang kecil yang merasa mampu mengetahui semua ilmu-Nya, sebagaimana iblis mengira bahwa Allah telah melakukan kesalahan. Iblis tidak mengetahui bahwa Allah yang Maha Mulia berkehendak menjadikan mulia makhluk-Nya sehingga Dia menciptakan manusia untuk diberi rahmat, dan Dia memberikan jalan yang terang bagi manusia untuk mencari rahmat-Nya. Jalan itu tersembunyi secara rahasia dalam penciptaan manusia, tersembunyi dari ilmu makhluk-Nya. Manusia harus mengenal dirinya untuk mengenal-Nya dan menggapai rahmat-Nya.

Ketika hari kiamat tiba, semua makhluk akan dikembalikan kepada asal mereka. Allah akan menggenggam bumi dan menggulung langit dengan tangan kanannya.. Makhluk-makhluk akan kembali kepada asalnya. Makhluk-makhluk langit akan kembali menuju tangan kanan Allah, sedangkan makhluk bumi kembali kepada genggamannya.

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan (QS Azzumar : 67-68)
Manusia diciptakan dengan kedua tangan-Nya. Hal itu menunjukkan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk bumi dan juga makhluk langit. Para malaikat adalah makhluk-makhluk langit, sedangkan binatang, tumbuhan dan materi-materi fisik merupakan makhluk bumi. Manusia berbeda dengan semuanya, karena manusia mempunyai unsur langit berupa jiwa dan unsur bumi berupa jasad. Jiwa manusia adalah makhluk langit yang hidup di bumi, dan jasad manusia adalah makhluk bumi yang mendapatkan kecerdasan langit.

Pengagungan kepada Allah tidak dapat dilakukan dengan semestinya oleh makhluk-makhluk-Nya. Tidak ada makhluk yang dapat melakukan pengagungan secara layak bagi-Nya karena tidak ada yang mampu mengenal zat-Nya. Akan tetapi, makhluk akan dianggap layak melakukan pengagungan kepada Allah SWT apabila mengenal tentang bumi dan langit sebagaimana manusia mengenal diri sendiri, mengenal dirinya yang mempunyai urusan (amr) tuhan terhadap bumi dan langit, dan mengenal bahwa bumi akan digenggam-Nya dan langit akan digulung-Nya.

Manusia dalam keadaan tertentu merupakan ciptaan paling sempurna. Namun ketika hidup di dunia, manusia mengalami penurunan kualitas bahkan hingga menjadi makhluk paling rendah, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih. Hal itu sebagaiman disebutkan dalam ayat berikut : 

 sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
 kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (QS At-Tiin : 4-6)
Secara jasadiah, tidak ada penurunan kualitas manusia hingga mencapai derajat makhluk yang paling rendah. Hanya dalam kasus-kasus tertentu manusia mengalami perubahan bentuk jasad hingga menjadi makhluk rendah sebagaimana beberapa manusia dari bani Israel yang diubah menjadi kera-kera yang hina akibat keserakahan mereka hingga melanggar dengan cara memanipulasi perintah-Nya. Jasad manusia secara umum tidak berubah menjadi buruk, akan tetapi jiwa manusia hampir seluruhnya mengalami perubahan bentuk itu.

Seorang bayi diciptakan di atas fitrah, dan akan tumbuh berkembang sesuai dengan fitrah dirinya. Dalam pertumbuhannya, orang tuanya akan memberi pengaruh kepada pertumbuhan sang bayi sehingga bayi akan memiliki sifat-sifat yang kurang fitri, menginginkan sesuatu yang di luar fitrah dirinya. Keinginan seorang bayi dan manusia secara umum terhadap hal-hal yang kurang sesuai dengan fitrahnya mengakibatkan jiwanya mengalami perubahan bentuk menjadi semakin hina, bahkan bisa mengubah dirinya menjadi makhluk paling buas tanpa kasih sayang sama sekali, atau menjadi makhluk bodoh yang merasa mulia sehingga tidak mampu berusaha mengubah dirinya kembali menjadi makhluk mulia.

Hampir setiap manusia mengalami penurunan bentuk itu sedikit atau banyak, maka Allah memberi jalan berupa taubat dan memerintahkan manusia untuk bertaubat. Tanpa bertaubat, setiap manusia akan terombang-ambing dalam kehidupan di dunia. Akan selalu muncul dalam setiap manusia keinginan-keinginan terhadap sesuatu yang palsu di alam dunia, karena manusia hidup di dunia. Sesuatu yang hakiki hanya akan muncul di balik dunia, karena dunia akan lenyap. Seberapapun banyaknya hal-hal duniawi dikumpulkan manusia, seluruhnya akan lenyap baginya dalam waktu dekat, yaitu ketika kematian menghampiri dirinya. Namun bersama dunia terdapat suatu hakikat yang dapat dikenal oleh manusia.\

Ruh adalah unsur ketiga dalam diri manusia. Selain jasad dan jiwa, Allah memberikan urusan (amr) bagi setiap manusia yang dititipkan pada ruh dalam dirinya. Ruh akan memberikan kehidupan pada jasad manusia, dan ruh akan menggiring manusia menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupannya yang akan membuat manusia semakin mengerti dan semakin tangguh dalam kehidupannya. Ruh akan menggiring manusia agar mengenal amr tuhannya. Dengan kehidupan jasadnya, manusia harus berusaha mengenali amr (urusan) yang dihadirkan Allah setiap saat bagi dirinya.

Ketika urusan manusia di dunia selesai, ruh akan kembali kepada Allah. Jasad manusia akan mati karena pada dasarnya diciptakan dari benda mati. Sedangkan jiwa manusia akan terus hidup di alamnya hingga kelak hari kiamat tiba. Jiwa akan hidup sesuai keadaan dirinya ketika di dunia. Bila jiwa ketika di dunia hidup buta, bisu dan tuli dan penuh penyakit hati, maka di alam kubur jiwa itu akan buta, bisu dan tuli serta penyakit-penyakit hati itu akan mewujud sebagai binatang-binatang buas yang menyerang dirinya. 

Ketika kiamat tiba, seluruh makhluk akan mati kecuali yang dikehendaki Allah. Jiwa manusia dan para malaikat akan mati pada saat kiamat, dan dibangkitkan kembali di bumi makhsyar untuk kembali kepada Allah. Di alam makhsyar itu, ruh-nya akan kembali mewujud bagi masing-masing manusia sebagai makhluk yang menggiring manusia menuju Allah dan menjadi saksi bagi masing-masing manusia di hadapan tuhannya.


Kehidupan Dunia

Allah telah menciptakan dunia untuk manusia, tetapi bukan semata-mata untuk diambil dunianya saja. Kehidupan dunia adalah ujian bagi manusia. Allah menjadikan bumi sebagai perhiasan bagi manusia untuk menguji manusia siapa yang perbuatannya paling Ihsan. 

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang paling ihsan perbuatannya. (QS. Al Kahfi, 18: 7)
Keihsanan merupakan parameter kualitas penghambaan seseorang terhadap tuhannya. Ihsan disebutkan dalam hadits sebagai : “engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, bila engkau tidak melihat-Nya maka Dia melihatmu.” Dengan keihsanan yang baik, kualitas ibadah seorang hamba akan menjadi baik.

Ibadah yang sebenar-benarnya bagi seorang manusia dan jin adalah menjalankan qadla dirinya, yaitu perintah yang telah tertulis dalam kitab diri sebelum dirinya dilahirkan. Dengan mengenal dan menjalankan qadla diri itu, seseorang dapat menghambakan diri kepada tuhannya seolah-olah hamba itu melihat-Nya. Hal itu merupakan tingkat keihsanan yang sangat tinggi, di mana seseorang melihat ciptaan Allah yang dihadirkan baginya, dan akalnya mengenal, bertasbih dan memuji yang berada dibalik ciptaan itu.

Mengenal qadla diri bagi seorang manusia harus ditempuh dengan perjalanan panjang hingga mencapai ufuk dan dalam dirinya dengan berserah diri. Tanpa menempuh perjalanan itu niscaya tidak akan terlihat apa qadla yang telah ditetapkan bagi dirinya, dan tanpa berserah diri, manusia akan terseret dalam keinginan diri yang boleh jadi berupa keinginan-keinginan palsu. Yang dimaksud sebagai melakukan perjalanan ke segenap ufuk dan dalam diri adalah mencari pengetahuan hingga mencapai batas kemampuan dirinya, sehingga seseorang menemukan apa tugas dirinya. Apabila benar-benar dicari dengan penuh keikhlasan, pengetahuan itu akan mengkerucut menjadi al-haq, kebenaran yang bercerita tentang tuhan.

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, hingga jelaslah bagi mereka bahwa itu adalah kebenaran (Al-haq). Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS Fusshilat :53)
Allah menciptakan langit dan bumi dengan alhaq, yaitu hakikat yang menceritakan kebenaran yang sesungguhnya, kebenaran tentang Allah. Dengan mengenal alhaq, yaitu kumpulan ayat-ayat-Nya yang tersebar di segenap ufuk dan di dalam diri manusia, seseorang dapat meningkatkan keihsanan, kualitas ibadah dirinya. Kualitas manusia ditentukan oleh keihsanannya. Tanpa keihsanan, ibadah manusia pada dasarnya akan terasa hampa. Allah tidak membutuhkan ibadah makhluk, tetapi makhluk-lah yang membutuhkan ibadah kepada-Nya.

Dia menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran (al-haq); Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS Azzumar : 5)
Mengenal alhaq untuk mengenal Allah hanya dapat dilakukan oleh manusia ketika di bumi, ketika manusia hidup bersama jasadnya. Ketika kematian tiba dan waktu-waktu setelah itu, manusia harus berjalan sesuai keadaan dirinya ketika di dunia. Kehidupan setelah kematian tidak akan dapat mengantar seseorang untuk mengenal Allah apabila dirinya tidak mengenal-Nya sejak di dunia. Manusia baru akan bertemu tuhannya kelak ketika tiba waktu hisab.

Ketika hari penimbangan (hisab) tiba, maka yang ditimbang pada hari itu adalah al-haq. Amalan kecil yang dilakukan dengan pengetahuan tinggi akan berbobot sangat berat, dan amalan besar di mata manusia yang dilakukan tanpa pengetahuan al-haq hanya akan berbobot ringan. Seseorang yang mengerti qadla dirinya akan dapat menimba al-haq dengan melakukan amal shalih, yaitu melaksanakan amal yang telah ditentukan bagi dirinya sebelum kelahirannya.

Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (Al-haq), maka barangsiapa berat timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS Al-A’raaf : 8)
Kehidupan di bumi sangatlah berharga, karena ayat-ayat Allah tersebar di segenap ufuk langit dan bumi serta dalam diri masing-masing. Kesempatan untuk mengenal Allah yang menjadi sumber segala kebahagiaan dan kesejahteraan manusia terbuka lebar di bumi, sebagai bekal untuk kehidupannya yang abadi. Tidak ada ganti yang sepadan untuk kehidupan di bumi bagi manusia, yang datang hanya satu kali. Kehidupan di bumi adalah untuk mencari al-haq. Jangan sampai perhiasan kehidupan di bumi membuat terlena manusia hingga mempertuhankan hawa nafsu dan keinginan dirinya, padahal semua itu akan lenyap dalam rentang waktu kisaran 60 tahun, sedangkan Allah berkehendak memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar