Pencarian

Kamis, 24 Oktober 2019

Fiqhul Waqi’

NAIM SOBRI·RABU, 20 SEPTEMBER 2017

Pada Alquran ayat pertama surat al-ashr, Allah memperkenalkan kepada manusia sebuah sumpah yang terkait dengan zaman, atau masa, yaitu dengan sumpah-Nya : “demi masa”. Hal itu menunjukkan bahwa ada sebuah rahasia besar yang Allah gelar pada setiap zaman atau masa bagi makhluk-makhluk-Nya. Manusia hendaknya mengetahui adanya rahasia yang tersimpan dalam setiap masa.
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, serta nasehat menasehati dalam mentaati kebenaran dan nasihat menasehati supaya menetapi kesabaran" [Al-Ashr : 1-3]
Al-ashr berarti masa, atau zaman, sebuah rentang waktu relatif panjang yang menunjukkan adanya karakteristik tertentu. Zaman kemerdekaan, zaman penjajahan, zaman revolusi masing-masing mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda. Begitu pula zaman kerajaan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jaman republik. Zaman dalam konteks seperti itu adalah yang disebut sebagai al-ashr.

Di dalam al-ashr tersimpan sebuah rahasia Allah yang membuat orang yang tidak mengetahui rahasia itu mengalami kerugian. Terdapat bentuk-bentuk keimanan, amal shalih, washiat dengan alhaq dan washiat dengan kesabaran yang terkait dengan al-ashr. Orang yang mengenal rahasia itu akan tetap mengalami kerugian apabila dirinya tidak beriman dan tidak beramal shalih, serta saling memberikan washiat dengan kebenaran dan saling memberikan washiat untuk kesabaran.

Amal-amal itu menjadi salah satu kunci untuk membuka keberuntungan bagi umat. Tanpa keimanan, amal shalih, washiat dengan kebenaran dan washiat dengan kesabaran, semua orang yang ada dalam suatu umat akan merugi, tidak akan ada keberuntungan. Dengan mengenal rahasia al-ashr dan melakukan hal-hal tersebut maka kerugian akan dapat dikurangi, atau berubah menjadi beruntung. Al-ashr merupakan salah satu kunci agar seseorang tidak merugi. Setiap orang seharusnya mengenal jamannya agar tidak terkungkung dalam kerugian.

Masa-masa Pada Umat Islam

Rasulullah SAW menjelaskan tentang masa-masa yang akan terjadi pada umat islam. Di antara yang dijelaskan rasulullah SAW, terdapat lima masa yang menonjol yaitu : (1)Masa kenabian, (2) masa khulafa ar-rasyiduun di atas manhaj kenabian, (3) masa kerajaan yang menggigit kuat, (4) masa kerajaan yang sewenang-wenang, dan (5) masa khilafah di atas manhaj kenabian.
Adalah di tengah-tengah kamu masa kenabian sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah adanya, kemudian Allah menghilangkannya manakala Dia berkehendak. Kemudian akan ada masa khilafah rasyidah di atas minhaj kenabian sampai pada masa yang dikehendaki Allah adanya, kemudian Allah menghilangkannya manakala Dia berkehendak. Setelah itu akan ada kerajaan yang menggigit dengan kuat hingga pada waktu yang dikehendaki Allah adanya, kemudian Allah menghilangkannya manakala Dia berkehendak. Sesudah itu akan ada kerajaan yang sewenang-wenang sampai pada waktu yang dikehendaki oleh Allah adanya, kemudian Allah menghilangkannya manakala Dia berkehendak. Kemudian akan ada khilafah rasyidah yang berjalan berdasarkan Minhaj kenabian. Setelah itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam diam" (Hadits Riwayat Imam Muslim, Ahmad)
Setelah masa kenabian terdapat dua masa khilafah dan dua masa kerajaan. Kedua masa khilafah itu adalah khilafah yang berada di atas minhaj kenabian. Khilafah yang pertama adalah masa khulafa ar-rasyidun yang mendapatkan petunjuk, dan khilafah kedua adalah khilafah di akhir zaman. Terdapat dua masa kerajaan bagi umat islam, yaitu kerajaan yang menggigit dengan kuat dan kerajaan yang sewenang-wenang. Muncul dan tenggelamnya masa-masa itu seluruhnya atas kehendak Allah, baik munculnya maupun hilangnya. Allah mewujudkan kehendak-Nya ketika memunculkan suatu masa, dan Allah mewujudkan kehendak-Nya ketika menghilangkan suatu masa.

Itulah masa-masa yang akan dialami oleh umat rasulullah SAW setelah masa beliau. Dalam setiap masa terdapat kehendak Allah yang hendak Dia gelar agar manusia mengenali sumpah-Nya “demi masa”. Dengan mengenali kehendak-Nya, manusia akan mempunyai kesempatan agar tidak terjatuh dalam kerugian. Dengan mengenal kehendak-Nya serta beriman, beramal shalih, saling berwashiat dalam kebenaran dan berwashiat dalam kesabaran seseorang tidak terjatuh dalam kerugian.

Masa terbaik setelah kenabian adalah masa khilafah, yang ditandai dengan minhaj yang dilaksanakan oleh para khalifah. Khulafa ar-rasyiduun adalah orang-orang yang mengenal dan melaksanakan kehendak Allah atas khilafah pada zaman mereka. Mereka melaksanakan khilafah berdasarkan minhaj nubuwah, yaitu perjuangan untuk mewujudkan kehendak-kehendak Allah atas umat manusia. Mereka adalah para khalifah yang membantu perjuangan rasulullah SAW di atas petunjuk-petunjuk. Mereka menerima petunjuk dalam pelaksanaan tugasnya, karena itu mereka disebut sebagai khulafa ar-rasyidun al-mahdliyun. Demikian pula pada akhir zaman, negara islam akan berbentuk khilafah berdasarkan minhaj nubuwah dipimpin oleh seorang khalifah yang mendapat petunjuk al-mahdi. Mereka disebut khalifah karena mereka menjalankan amr Allah yang diturunkan kepada mereka.

Setelah jaman khulafa ar-rasyidun muncul zaman kerajaan. Manusia jaman ini menyebut mereka khalifah, akan tetapi rasulullah SAW menyebut mereka raja. Bentuk negara islam pada zaman setelah khulafa ar-rasyidun adalah negara kerajaan. Negara-negara tersebut tidak berdasarkan minhaj nubuwah karena para raja tidak melakukan perjuangan murni untuk mewujudkan kehendak Allah. Mereka melakukan tata negara untuk tujuan kemakmuran bumi, tetapi tidak mendapatkan petunjuk-petunjuk dari Allah yang turun kepada para raja.

Pada masa awal kerajaan, kerajaan yang terbentuk adalah kerajaan yang menggigit keras. Para raja memegang kitabullah dan petunjuk-petunjuk nabi dengan sangat kuat tidak melepaskannya. Pemerintahan dijalankan berdasar kitabullah dan petunjuk-petunjuk nabi, akan tetapi para raja itu sendiri tidak berada di atas minhaj. Kadang-kadang para raja itu berseteru dengan para waliyullah pada zamannya, dan kadang-kadang mengikuti minhaj yang turun kepada para waliyullah.

Masa kerajaan yang menggigit kitabullah dan petunjuk nabi berlangsung dalam dua fase. Pada fase kedua, kerajaan islam itu diwarnai dengan adanya dakhaan. Turki Usmani adalah kerajaan islam yang bangkit setelah negara islam diruntuhkan oleh bangsa mongol. Ertugrul  seorang pejuang yang mengawali berdirinya kerajaan Turki, mengikuti sebuah minhaj seorang waliyullah pada zaman itu. Pada zaman setelah itu, kerajaan-kerajaan islam di tanah jawa juga didirikan oleh para murid yang mengikuti para waliyullah.

Kerajaan islam yang menggigit kuat kitabullah berakhir ketika Turki diruntuhkan oleh kekuatan dari Eropa. Turki yang masih berdiri hingga saat ini tidak lagi berpegang pada kitabullah dengan kuat. Undang-undang yang diberlakukan di turki modern tidak mencerminkan panduan kitabullah. Demikian pula kerajaan-kerajaan islam yang lain tidak menunjukkan panduan kitabullah secara nyata dalam tata negaranya. Jaman telah berganti menjadi kerajaan yang sewenang-wenang.

Zaman ini adalah zaman kerajaan yang sewenang-wenang. Hal ini terjadi atas kehendak Allah. Minhaj pada zaman ini berbeda dengan minhaj pada zaman kerajaan yang menggigit. Para ulama yang berilmu tentang Allah tidak tampak dalam sistem kenegaraan, tersembunyi menyamai orang lain di antara masyarakat umum. Sebagian dari para pejuang berusaha memegang kitabullah dengan kuat namun terkalahkan oleh kesewenang-wenangan. Kitabullah bahkan seringkali hanya dipermainkan oleh orang-orang yang menginginkan kekuasaan demi untuk memperoleh pengikut.

Allah tidak menghendaki hal ini berlangsung terus menerus. Allah akan mengganti kerajaan yang sewenang-wenang dengan khilafah yang berjalan di atas minhaj nubuwah. Tanda-tanda kehendak Allah telah begitu banyak dimunculkan. Rasulullah telah memberikan banyak petunjuk tentang perubahan zaman, dan petunjuk-petunjuk beliau telah banyak yang muncul. Dari petunjuk ini manusia bisa mencari iman, amal shalih, kebenaran dan kesabaran agar tidak termasuk orang-orang yang rugi.

Salah satu karakteristik menonjol pada jaman seperti ini adalah tentang fitnah. Musuh-musuh Allah akan menggunakan berbagai cara untuk melemahkan umat islam, termasuk dalam urusan khilafah. Mereka menggunakan isu khilafah untuk melemahkan umat islam. Tidak ada masa khilafah selain khilafah di atas minhaj nubuwah, yaitu khulafa ar-rasyidun dan khalifatullah al-mahdi. Cita-cita khilafah tidak akan pernah terwujud, kecuali hanya masuk dalam jebakan musuh sebagaimana ISIS hanyalah bentukan syaitan. Hal ini bukan bermaksud menghalangi muslimin untuk berjuang secara politik berdasar kitabullah, akan tetapi harus diingat bahwa mewujudkan cita-cita khilafah seringkali dibuat melampaui batas, dan hal itu sangat berpotensi disalahgunakan oleh musuh Allah untuk membuat fitnah yang besar bagi umat islam.

Mencari khalifatullah Al-Mahdi bukan pula hal penting karena beliau tersembunyi, akan diishlahkan hanya dalam waktu satu malam. Tidak banyak yang bisa mengenalinya sebelum beliau dijadikan khalifatullah, dan tidak ada yang tidak mengenali beliau setelah dijadikan khalifatullah. Tidak akan ada yang bertanya atau meragukan keabsahan status beliau sebagai khalifah karena akan membawa tanda yang jelas. Semua makhluk akan mengenali dan mengakui tidak ada yang meragukannya. Akan banyak yang mengaku sebagai al-mahdi, akan tetapi tidak ada yang benar selama masih ada satu saja makhluk yang meragukannya. Mengaku Al-Mahdi itu termasuk salah satu fitnah.

Minhaj

Salah satu karakteristik zaman terbaik adalah khilafah yang berjalan di atas minhaj nubuwah. Para khalifah melakukan perjuangan untuk merealisasikan segala sesuatu yang diturunkan kepada rasulullah SAW. Perjuangan beliau adalah untuk mewujudkan Agama yang sempurna, sehingga setiap makhluk melihat kesempurnaan wujud agama yang telah diridloi.

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu ; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan (syari'at) dan jalan yang terang (minhaj)" [Al-Maidah : 48]
Minhaj kenabian merupakan bentuk perjuangan agar alquran termanifestasikan dalam setiap sendi bermasyarakat. Alquran akan dijadikan sebagai hukum yang sempurna yang memutuskan tiap-tiap perkara di antara masyarakat berdasarkan kebenaran yang diturunkan, terbebas dari pengaruh hawa nafsu manusia. Alquran akan menjadi cita-cita bersama yang ingin dipelajari dan dipahami oleh segenap lapisan masyarakat, tanpa ada yang menginginkan hal lain. Itulah bentuk perjuangan khilafah di atas minhaj nubuwah.

Minhaj akan selalu ada dalam setiap masa. Minhaj merupakan bentuk perjuangan yang akan mengantarkan manusia memahami kitabullah Alquran. Pada masa-masa kerajaan, minhaj yang berlaku bukanlah minhaj kenabian akan tetapi berupa bentuk-bentuk perjuangan yang dibatasi lokalitas dan zaman. Kerajaan-kerajaan islam di nusantara dapat berdiri karena mengikuti minhaj para waliyullah yang berjuang untuk menyebarkan agama islam di nusantara. Demikian pula kerajaan turki mengikuti minhaj waliyullah yang lain.

Perbedaan demikian adalah kehendak Allah, dimaksudkan untuk menguji setiap manusia terhadap semua pemberiannya. Allah memberikan minhaj yang berbeda-beda kepada manusia, maka umat islam menjadi beberapa umat. Umat-umat itu akan baik bila berbuat kebajikan berdasarkan pemberian Allah kepada masing-masing, maka hendaknya setiap umat berlomba-lomba dalam kebaikan agar pemberian Allah itu menjadi sarana terwujudnya kebaikan.

Sekiranya Allah menghendaki niscaya dijadikan-Nya kamu satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan (QS Al-Maidah : 48)
Orang-orang yang memahami Alquran adalah orang-orang yang mempunyai derajat tinggi. Mereka adalah para rabbani yang mengajarkan Alquran dan selalu mempelajarainya. Mereka mengajarkan alquran agar umatnya terangkat derajatnya dengan alquran, dan mereka selalu mempelajarinya karena alquran menjadi sumber kebaikan bagi mereka.

Akan tetapi hendaklah kamu menjadi orang-orang yang rabbani karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya" [Ali-Imran : 79]
Salah satu ciri rabbani adalah mereka tidak mengajak masyarakat untuk menjadi pelayan bagi dirinya. Mereka memberikan ilmunya karena mencintai orang lain, bukan karena ingin orang lain menjadi pengikutnya atau malah jadi pelayannya. Mereka menunjukkan kepada orang lain kemuliaan mengabdi kepada Allah dan mengajak orang lain mengabdi kepada Allah. Mereka mencintai kebenaran yang terbit dari kitabullah alquran. Mereka mengajarkan demikian kepada orang lain dan mengajak orang lain untuk berbuat demikian. Demikian itu cirri-ciri orang yang telah memperoleh derajat rabbani, mereka adalah orang yang telah benar dalam mengikuti seruan nabi. Banyak orang menyeru untuk mengikuti rasulullah SAW akan tetapi sebenarnya mereka menyeru untuk mengikuti waham dirinya, dan menginginkan manusia menjadi pengikutnya.

Berhukum dengan Alquran

Alquran memberikan tuntunan bagi manusia yang telah mengenal alhaq yang terkandung di dalamnya, agar bertindak memberikan hukum dengan tidak mengikuti hawa nafsu orang banyak. Orang yang mengenal alhaq adalah orang yang telah menguasai hawa nafsu sendiri. Mereka dilarang untuk memberikan keputusan hukum di antara manusia dengan memperturutkan hawa nafsu orang lain, meninggalkan alhaq yang sampai kepada dirinya. 

Orang-orang yang masih dikuasai hawa nafsu sendiri tidak akan mengenal alhaq yang terkandung dalam alquran. Ayat pelaksanaan putusan hukum Allah hanyalah bagi orang yang mengenal alhaq. Pada dasarnya orang yang tidak mengenal alhaq tidaklah mempunyai hak untuk berbicara tentang hukum Allah yang harus diberlakukan di antara manusia, karena hukum Allah yang mereka bicarakan pasti akan dipengaruhi oleh hawa nafsu yang menguasai mereka, padahal hawa nafsu itu adalah sarana bagi syaitan untuk menyesatkan dan memecah-belah manusia. Syaitan membuat manusia berpecah-belah dengan menggunakan jargon-jargon hukum Allah melalui orang-orang yang tidak mengenal alhaq.

Dengan alhaq inilah hokum menjadi kepunyaan Allah. Memutuskan hokum di antara manusia dengan alhaq yang diturunkan Allah merupakan sebuah langkah mewujudkan hokum bagi Allah, sedangkan mengikuti hawa nafsu akan mengalihkan manusia untuk mewujudkan hokum bagi Allah.

Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia [Yusuf : 40]
Mewujudkan hokum bagi Allah adalah salah satu langkah besar dalam mengabdi kepada Allah dengan benar. Hawa nafsu harus terkalahkan agar hokum menjadi milik Allah, dan dengan demikian masyarakat luas akan memperoleh keadilan yang sebenarnya. Masyarakat akan merasa sejahtera berada di bawah hokum Allah, dan sendi kehidupan akan menjadi terang bagi manusia sehingga manusia dapat mengabdi kepada Allah dengan tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar