Pencarian

Rabu, 07 Juli 2021

Fatwa Dalam Diri Wanita

Dalam sebuah tahapan kehidupan mukminin, akan ditemukan keadaan dimana seseorang akan merasa sangat membutuhkan dan kemudian mencari pengetahuan tentang para isteri mereka. Hal itu merupakan tahapan yang pasti akan terjadi bila seorang mukmin menempuh perjalanan dengan benar menuju Allah. Keadaan demikian akan terjadi manakala seorang mukmin merasakan kebutuhan untuk membentuk bait dalam upaya menegakkan ibadahnya kepada Allah dengan baik. Bila seseorang berhenti dalam perjalanan taubatnya, atau perjalanan taubatnya menuju arah yang salah, mungkin dirinya tidak menemukan fase tersebut. Ayat berikut bercerita tentang keadaan demikian.

﴾۷۲۱﴿وَيَسْتَفْتُونَكَ فِي النِّسَاءِ قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِيهِنَّ وَمَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ فِي يَتَامَى النِّسَاءِ اللَّاتِي لَا تُؤْتُونَهُنَّ مَا كُتِبَ لَهُنَّ وَتَرْغَبُونَ أَن تَنكِحُوهُنَّ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْوِلْدَانِ وَأَن تَقُومُوا لِلْيَتَامَىٰ بِالْقِسْطِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِهِ عَلِيمًا
Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu dalam diri mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran (juga memfatwakan) tentang para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin menikahi mereka dan tentang orang-orang lemah dari kalangan anak-anak. Dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu berdiri dengan setimbang (dalam perkara) anak-anak yatim. Dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahuinya. (QS An-Nisaa’ : 127)

Ayat tersebut bercerita bahwa orang-orang akan meminta fatwa kepada Rasulullah SAW tentang isteri-isteri mereka. Diperintahkan kepada Rasulullah SAW untuk berkata bahwa : 1) Allah memberikan fatwa dalam diri isteri mereka, dan 2)Alquran sebenarnya memberikan penjelasan beberapa perkara terkait persoalan isteri-isteri mereka yang dipertanyakan, berupa 3 perkara yaitu : para wanita yatim, anak-anak yang dilemahkan, dan agar tegaknya dirinya dalam perkara keyatiman.

Sebenarnya jawaban atas pertanyaan tentang para isteri mereka terdapat dalam diri isteri mereka sendiri, karena Allah telah meletakkan fatwa-Nya dalam diri para isteri. Seringkali sebenarnya tidak dibutuhkan fatwa dari orang lain terkait pertanyaan seorang laki-laki tentang isteri mereka manakala seorang laki-laki telah tumbuh akalnya dalam tahapan tertentu, yang ditandai dengan rasa ingin tahu mereka tentang keadaan para isteri mereka untuk mewujudkan bait. Tidak ada orang lain yang lebih mengenal isterinya daripada diri suaminya. Dibutuhkan pertumbuhan akal seorang laki-laki untuk mengetahui jawaban Allah bagi pertanyaan mereka tentang isteri-isteri mereka.

Rasulullah SAW diperintahkan untuk menyampaikan bahwa Allah memberi fatwa kepada mereka dalam diri para isteri mereka. Maka selain rasulullah SAW hendaknya memikirkan dan mengikuti beliau dalam memberi seseorang fatwa tentang para isteri mereka. Sangat mungkin fatwa itu akan salah, karena Allah sebenarnya memberi mereka fatwa melalui isteri-isteri mereka. Lebih penting bagi seseorang untuk memberikan arahan agar seorang laki-laki dapat memahami isteri mereka dengan diri mereka sendiri, tidak menentukan keputusan tentang isterinya berdasar perkataan orang lain. Hendaknya seorang laki-laki yang terbawa hawa nafsu atau syaitan diredakan agar dapat mengenali isterinya dengan hati yang tenang.

Dalam sejarah, nabi Ibrahim a.s pernah memerintahkan kepada puteranya untuk mengganti isterinya. Hal itu tidak sepenuhnya bersifat perintah, tetapi mungkin lebih bersifat memperkuat keputusan puteranya untuk kehidupan mereka. Mungkin puteranya berada dalam dilema yang besar untuk memutuskan masalah pernikahan mereka, dan Ibrahim a.s memberikan penguatan atas kecenderungan keputusan yang akan ditempuh puteranya. Hal demikian boleh dilakukan bila seseorang mengetahui kehendak Allah atas pernikahan orang lain.

Persoalan Pernikahan dan Ayat Allah

Persoalan dalam interaksi pernikahan antara suami dan para isteri mereka sebenarnya sebuah gerbang bagi seorang laki-laki untuk mengetahui dan melahirkan amal shalih bagi permasalahan umat. Hal ini dapat diketahui seorang laki-laki bilamana ia bertakwa dengan mengikuti kitabullah. Tidak banyak orang yang dapat mengetahui tentang gerbang masalah ini. Seringkali seseorang tidak dapat mengetahui dengan benar persoalan antara dirinya dengan isterinya karena pengaruh hawa nafsu dan syaitan. Upaya seseorang untuk mengenali persoalan dalam interaksi pernikahan mereka akan terkacaukan oleh riak hawa nafsu dan syaitan, sehingga persoalan di antara mereka tidak dikenali dengan sebenarnya. Dengan demikian seseorang tidak mengenali cerminan persoalan itu dalam persoalan umat, dan tidak dapat mengenali ayat kitabullah yang diperuntukkan bagi masalah mereka.

Terdapat tiga perkara yang terkait permasalahan umat yang disebutkan di dalam ayat tersebut, dan sekaligus terkait dengan permasalahan rumah tangga mereka. Tiga perkara itu adalah tentang para perempuan yatim yang diinginkan, tentang orang-orang dilemahkan di antara anak-anak, dan tentang langkah-langkah agar seseorang dapat menegakkan urusan di antara para yatim.

Para Wanita

Para wanita adalah representasi dari khazanah dunia. Setiap perempuan membawa khazanah duniawi dalam jiwanya yang dapat diolah seorang laki-laki melalui pernikahan hingga terlahir amal shalih, sebagaimana ia mempunyai sel-sel telur yang dapat dibuahi oleh laki-laki hingga terlahir anak-anak. Seorang perempuan yang subur akan melahirkan banyak khazanah duniawi bagi suaminya yang subur. Hal ini akan terjadi bilamana seorang laki-laki memperoleh isteri yang jiwanya dekat dengan dirinya. Semakin jauh asal jiwa seorang perempuan dari jiwa suaminya, semakin sempit kesuburan yang terbentuk di antara mereka.

Seorang laki-laki seringkali menginginkan perempuan-perempuan lain tetapi sebenarnya tidak dapat memberikan apa-apa yang ditentukan (dituliskan) bagi para perempuan tersebut. Dalam kasus itu, yang paling mungkin adalah perempuan yang asal jiwanya tidak beririsan dengan dirinya. Hendaknya seorang laki-laki yang telah menikah mengenali hal ini. Satu isteri telah mencukupi bilamana ia tidak mengetahui khazanah yang dibawa perempuan lain yang diinginkannya, karena ia tidak akan dapat memberikan apa-apa yang ditentukan Allah bagi perempuan itu tanpa mengenali khazanah itu. Sebenarnya setiap orang harus berusaha mengenali terlebih dahulu perempuan yang diinginkannya, tetapi ada perbedaan dalam hal intensitas pengenalan itu. Seorang laki-laki menikah yang menginginkan perempuan lain harus tumbuh terlebih dahulu akalnya untuk mengenali perempuan yang diinginkan, sedangkan seorang laki-laki lajang masih mempunyai keleluasaan dalam memperbaiki langkah bila ada kesalahan dalam menentukan jodohnya.

Aturan ini terkait pula dengan khazanah duniawi yang dibawa oleh masing-masing perempuan. Aturan semacam ini berlaku pula untuk hal-hal duniawi yang diperuntukkan bagi seorang laki-laki mukmin. Setiap orang harus mengukur dengan benar keadaan dirinya dan hal-hal duniawi yang ingin diolahnya, sebelum ia terjun dalam bidang tersebut. Terlebih bila ia telah mempunyai kesibukan dalam mengolah suatu bidang. Seseorang tidak boleh menginginkan mengolah bermacam-macam bidang sedangkan ia tidak memperhatikan bidang yang telah di tangannya. Seseorang harus memperhatikan apa yang ada di tangannya sebelum menginginkan yang lain. Hanya bila apa yang ditangannya diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka ia dapat mengukur kemampuan dirinya dalam bidang yang lain.

Anak-anak yang Terlemahkan

Selain tentang perempuan yang diinginkan, permasalahan anak-anak yang terlemahkan adalah perkara kedua yang dapat dibaca dari persoalan dalam interaksi antara suami dan isteri dalam rumah tangga. Pasangan suami dan isteri mukmin seharusnya melahirkan anak-anak yang kuat, akan tetapi kadang-kadang tidak terhindarkan kelahiran anak-anak yang terlemahkan. Banyak hal yang mempengaruhi kelahiran atau terbentuknya anak-anak yang lemah di antara pasangan kaum mukminin. Kualitas hubungan dan interaksi antara seorang suami dan isteri akan sangat mempengaruhi kelemahan atau kekuatan anak-anak yang dilahirkan atau mereka bina. Hubungan dan interaksi yang baik akan membentuk anak-anak yang kuat, dan hubungan yang buruk akan membentuk anak-anak yang lemah. Pemecahan masalah ini dapat ditemukan seorang laki-laki melalui kitabullah dengan memperhatikan isterinya.

Dalam konteks yang lain, anak-anak adalah kelahiran suatu karya di alam wujud. Kualitas sebuah karya sangat dipengaruhi oleh perhatian para pelakunya terhadap karya mereka. Setiap karya harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, karena karya yang dilakukan tanpa kesungguhan pelakunya adalah kelahiran sesuatu yang lemah. Hal ini sebenarnya terkait dengan keadaan interaksi mereka dengan pasangan menikah mereka. Orang yang mempunyai hubungan yang baik dengan isterinya akan dapat melahirkan karya-karya yang berkualitas, sedangkan orang yang rumah tangganya berantakan akan cenderung melahirkan karya yang lemah.

Perkara Keyatiman

Perkara ketiga yang dapat dikenali seseorang melalui masalah dengan isteri mereka dan melalui kitabullah adalah perkara tegaknya dirinya dalam kesetimbangan dalam urusan keyatiman di lingkungan mereka. Anak-anak yatim adalah anak-anak tanpa bapak yang memberikan arahan dalam kehidupan mereka. Seringkali orang-orang dewasa pun mengalami masalah tidak mempunyai arah dalam kehidupan mereka, maka mereka termasuk golongan yatim. Persoalan sosial yang menunjukkan hilangnya arah kehidupan dalam masyarakat adalah permasalahan tentang golongan yatim, dan hal ini dapat dilihat melalui interaksi mereka dengan isteri mereka dan melalui ayat Allah.

Seorang mukmin dituntut untuk memberikan cahaya yang menuntun arah kehidupan di bumi hingga golongan yatim memperoleh arah kehidupan mereka. Kehidupan di bumi dengan arah yang tidak tepat akan menyeret seseorang menuju kehancuran. Hawa nafsu dan keinginan duniawi dapat menyeret seseorang menuju kehancuran diri mereka sendiri. Syaitan pun dapat menyeret manusia menuju jalan yang sesat dan menghancurkan mereka dalam skala yang lebih besar. Hal ini harus diperhatikan oleh setiap mukmin. Dengan mengenali persoalan dalam diri isteri dalam hubungan pernikahan mereka, seseorang akan mengerti hal-hal yang harus dilakukannya agar dapat tegak dalam permasalahan orang-orang yatim.

Persoalan dalam diri isteri bukanlah terbatas pada problematika dalam rumah tangga. Seorang laki-laki akan mengenali hal-hal menonjol yang menarik perhatiannya dalam diri isterinya, baik menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Setiap suami membutuhkan stimulasi dari isterinya untuk menarik perhatiannya, dan perhatian seorang laki-laki terhadap isterinya akan dipengaruhi dengan jati diri suaminya. Perhatian bersama itulah yang menjadi bidang amal shalih mereka. Seorang isteri tidak boleh serta-merta merasa diabaikan dalam hal-hal yang diinginkannya tetapi tampak tidak diperhatikan suaminya. Hal-hal yang diperhatikan dari dirinya oleh suaminya itulah yang paling mungkin mengantar mereka mengenal jati diri mereka yang sebenarnya, sedangkan segenap keinginan yang kurang diperhatikan suaminya boleh jadi hanya merupakan luapan hawa nafsu. Apa yang diperhatikan bersama suaminya itu adalah kemungkinan pohon diri yang akan tumbuh melalui dirinya. Bila ingin tegak sebagai wanita shalihah, seorang isteri harus berusaha memperhatikan apa yang diperhatikan oleh suaminya, tidak bersikeras dengan keinginannya sendiri. Sebaliknya setiap suami harus berusaha dengan sungguh-sungguh memperhatikan isterinya, tidak boleh serta merta menganggap bahwa segala sesuatu dari isterinya berasal dari hawa nafsu. Allah meletakkan fatwa-Nya melalui isterinya.

Fatwa Allah dan Keluarga Sakinah

Pernikahan adalah tangga yang disediakan Allah bagi manusia untuk meniti jalan kembali kepada Allah. Puncak tujuan yang dapat dicapai seseorang melalui pernikahan adalah terwujudnya as-sakiinah dalam pernikahan mereka. Ini adalah cerminan as-sakiinah yang dilimpahkan Allah ke dalam hati seorang hamba mukmin yang berguna untuk memberikan suatu tambahan keimanan terhadap keimanan yang telah ada. Seorang laki-laki yang diberi limpahan as-sakiinah dari Allah akan mengerti kehendak Allah melalui hal-hal yang terjadi atas dirinya. Bagian besar pemahaman atas kehendak-Nya itu akan diperoleh seseorang melalui isterinya.

Demikian pula pada sisi lain, keadaan seorang perempuan yang berhasil membentuk as-sakinah bersama suaminya, ia akan mengerti kehendak Allah yang diturunkan atas mereka melalui hati suaminya. Dengan pemahaman yang sama, mereka akan dapat membentuk bait yang diijinkan Allah untuk disebutkan dan ditinggikan asma-Nya dalam rumah itu. Rumah tangga demikian adalah bait yang harus diwujudkan seseorang dalam struktur sosial diri mereka. Rumah tangga itu dapat terbentuk sebagai cerminan dari struktur diri laki-laki sebagai bait dalam beribadah kepada Allah.

Wujud bait demikian dibentuk dari tiga keadaan, yaitu as-sakiinah, at-thayyibat dan pengorbanan. Komponen intinya adalah terbentuknya as-sakinah, sedangkan komponen awal untuk membentuk bait tersebut adalah pengorbanan, atau penyembelihan. Dengan memulai dari pengorbanan, akan terbentuk pengenalan terhadap at-thayyibaat yang harus diwujudkan di antara suami dan isteri. Dengan pemahaman terhadap at-thayyibat, pasangan itu akan dapat bergerak menuju as-sakiinah dalam rumah tangga. Tanpa pengorbanan, pasangan itu tidak akan berhasil mengenal at-thayyibat, dan tanpa mengenal at-thayyibaat tidak akan terbentuk as-sakiinah.

Pertumbuhan demikian terjadi pada sisi ghaib manusia. Setiap manusia harus memperhatikan keseluruhan dirinya, tidak boleh hanya memperhatikan sisi yang terlihat. Bilamana ia berkeinginan mewujudkan bait sakinah dalam wujud rumah tangga, dia harus memperhatikan pasangannya dalam semua aspek. Seseorang dapat menemukan sesuatu yang menarik hatinya dari sisi dzahir pasangannya, atau dari sisi tersembunyi pasangannya, atau dari keduanya. Hal itu dipengaruhi oleh keadaan dirinya, apakah dirinya mencari sesuatu yang lebih hakiki atau mencari sesuatu yang bersifat jasmaniah. Ia harus memperhatikan dirinya sendiri, dan memperhatikan pasangannya, bahkan sebelum menjadi pasangannya. Yang menjadi tempat pertumbuhan bait itu adalah sisi ghaib sepasang manusia yang menikah.

Sebenarnya setiap orang dibekali perasaan untuk mengenali calon pasangannya yang paling tepat, akan tetapi kepekaan perasaan itu dipengaruhi oleh keadaan dirinya. Kadang seseorang dapat menemukan pasangannya dengan tepat walaupun tersembunyi dalam wujud jasmani yang tidak menarik. Kadangkala seseorang terhijab dari mengenal pasangan jiwanya walaupun secara jasmani telah berdekatan dan saling mengalami ketertarikan. Seringkali seseorang kehilangan perasaan untuk mengenali pasangan yang tepat karena ketertarikan pada banyak hal lain, baik karena material duniawi ataupun harga diri. Banyak hal yang membuat seseorang tidak mengenali pasangan yang tepat bagi dirinya.

Bila seseorang lebih mementingkan sisi jasmani dalam membentuk rumah tangga, maka akan sulit terbentuk bait yang sakinah. Pengorbanan atau penyembelihan adalah hal pertama yang harus dilakukan sebagai langkah awal dalam membentuk keluarga sakinah. Dalam hal ini, mementingkan sisi jasmani merupakan bentuk kebalikan dari penyembelihan, yaitu membiarkan aspek jasmani menguasai kehidupannya. Bila ada keinginan untuk membentuk bait sakinah pada pasangan demikian, akan sangat banyak pengorbanan yang harus dilakukan sebagai syarat untuk melangkah pada tahap berikutnya. Langkah untuk membentuk bait sakinah akan terasa sangat berat bagi pasangan demikian.

Hal ini tidak berarti mencari pasangan harus dalam bentuk jasmani yang tidak terlihat indah. Yang dituntut dari setiap orang adalah mengenali sisi batin calon pasangannya. Kadang seseorang yang indah jasmaninya dan kaya harta memiliki sisi batin yang tepat untuk dijadikan pasangan bagi seseorang dalam tujuan membentuk bait sakinah. Sangat banyak terjadi demikian, hanya saja seseorang tidak boleh terikat pada pertimbangan jasmani dalam menentukan pasangannya. Pada kasus lain, kadangkala seseorang terlihat indah perilakunya, akan tetapi ada maksud tersembunyi dalam keindahan perilaku tersebut. Hal itu mungkin saja akan mencelakakan perjalanan mereka. Setiap orang harus memperhatikan sisi batin pasangan yang sesuai dengan dirinya sebagai modal awal membentuk bait sakinah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar