Pencarian

Kamis, 24 Oktober 2019

Khitan, qurban dan partai



Qabil bekerja dengan keras. Dia mengolah tanah sehingga bisa ditanami. Peluhnya menetes ke bumi ini dan dia nampak tak kenal putus asa. Sementara itu, di tempat yang lain, Habel duduk di bawah pohon mengamat-amati kambing dombanya.

Sungguh dua bentuk kehidupan yang berbeda antara adik dengan kakaknya. Kakaknya bermandikan peluh keringat yang tak jarang kakinya harus luka karena terantuk batu yang tajam. Namun usaha Qabil tidaklah sia-sia. Hasil tanah olahan Qabil membawa hasil yang baik. Ia melakukan panen dengan perasaan gembira. Ia mengucapkan syukur kepada Allah bahwa hasil kerjanya membuahkan hasil yang berlimpah.

Setelah beberapa waktu mengolah pertanian dan menggembala, maka Qabil mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada Allah sebagai korban persembahan. Qabil mengumpulkan biji-bijian hasil dari ladang pertaniannya. Dikumpulkan batu-batu yang besar dan dibuatnya sebuah mezbah. Sementara itu, adiknya Habel melihat dengan seksama apa yang dilakukan oleh kakaknya itu dari kejauhan. Ia kemudian mendekat dan meniru apa yang diperbuat kakaknya. Ia mengambil batu dan dibuatnya juga sebuah mezbah. Habel kemudian mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya. Kedua kemudian bersyukur memuliakan Allah.

۞وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ 

QS Al-Maidah : 27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
Allah menerima korban persembahan Habil, sementara korban persembahan Qabil yang dikerjakannya dengan susah payah sama sekali tak diindahkan-Nya. Maka pantaslah kalau hati Qabil menjadi sangat panas, dan mukanya muram.

Allah mengetahui bahwa Qabil merasa kesal. Firman Allah kepada Qabil: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."

Qabil masih memendam perkara itu sampai beberapa lama. Ia tak dapat mengerti, mengapa korban persembahannya tidak diterima. Ataukah Allah memang lebih menyukai korban bakaran lemak kambing domba? Hatinya terus memberontak. Mengapa Allah tidak menerima saja kedua korban persembahan itu?

Kemudian Qabil berkata: "Barangkali Allah menuntut persembahan yang lebih dari sekedar butir-butir gandum? Pastilah Allah mau menerima persembahanku yang lain, yang jauh lebih istimewa dari sekedar kambing domba?". Rupanya, dalam diri Qabil terjadi pergolakan hebat agar Allah mau lebih memperhatikan dirinya yang telah bersusah payah mengusahakan tanah ini, seperti yang diperintahkan Allah sendiri kepada Adam, ayahnya.

Suatu hari, Qabil berkata kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Adiknya mengikuti ajakan kakaknya. Di tengah perjalanan, Qabil berkata kepada Habel: "Aku akan membunuhmu!"
Habel terkejut dan bertanya kepada kakaknya: "Apa alasannya engkau hendak membunuh aku?"
Qabil menjawab: "Aku hendak mempersembahkan engkau kepada Allah. Bila korban bakaran domba kambing diterima Allah, maka pastilah korban manusia akan lebih disukai-Nya."

Habel menjawab: "Sesungguhnya Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertaqwa".

Kemudian sambil berjalan, tiba-tiba Qabil memukul Habel, adiknya itu, lalu matilah Habel. Qabil kemudian membangun sebuah mezbah dan menaruh mayat adiknya yang berlumuran darah ke atas mezbah itu dan kemudian ia memuliakan Allah. Qabil berteriak: "Allah, dengarkan Aku. Terimalah persembahanku ini." Tapi Allah tidak mendengar teriakan Qabil itu, Hati Qabil makin kesal dan ia kemudian mulai merasa bersalah karena telah membunuh adiknya itu. Qabil kemudian menjadi takut dan pulang dengan perasaan hampa. Perasaan bersalahnya begitu menghantui, terlebih dia telah membunuh adiknya dengan sia-sia. Rupanya Allah tak berkenan dengan apa yang dilakukannya.

Iblis tidak diceritakan turut campur dalam peristiwa pembunuhan Habel oleh kakaknya. Perbuatan itu merupakan gambaran jiwa Qabil yg memerintahkan keburukan. Iblis mungkin hanya mengamati semua peristiwa yang terjadi sambil bertanya-tanya apa kehendak Allah menerima kurban dari Habil dan tidak mengindahkan kurban dari Qabil. Iblis tidak mengerti arti ketaqwaan, maka iblis melihat Allah telah berbuat tidak adil ketika menerima kurban dari Habil dan menolak kurban yg dilakukan oleh Qabil, padahal Qabil telah bekerja sedemikian keras mengolah bumi dan berinisiatif melakukan persembahan yang berharga kepada Allah, sedangkan Habil hanya mengikutinya.

فَطَوَّعَتۡ لَهُۥ نَفۡسُهُۥ قَتۡلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُۥ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ 

QS Al-Maidah : 30. Maka nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.
Iblis tidak melihat bahwa Habil telah melakukan semuanya berdasarkan ketaqwaan, sebagaimana terungkap dalam jawabannya kepada Qabil ketika hendak menjadikan dirinya persembahan yg paling berharga kepada Allah. Iblis hanya melihat nilai-nilai jasadiah yg diperlihatkan oleh kedua manusia yang diawasinya, sehingga Iblis beranggapan bahwa kurban Qabil lebih baik daripada kurban Habil.

Apa yang dilakukan oleh kedua manusia itu menerbitkan inspirasi bagi iblis untuk membuat manusia tersesat dengan ibadah-ibadah mereka. Di akhir jaman, akan muncul sekelompok ahli ibadah yang terlempar jauh dari islam sebagaimana terlemparnya anak panah dari busurnya, padahal mereka melakukan ibadah dengan cara yang membuat para sahabat merasa kecil hati membandingkan ibadahnya. Mereka menjadikan sebagian manusia sebagai penyeru kepada pintu jahannam.

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya di antara umatku ada orang-orang yang membaca Alquran, tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti (Nabi Hud) membunuh kaum Aad," (HR Muslim No 1.762)

Mereka adalah kaum khawarij, orang-orang yg mengikuti syariat rasulullah saw akan tetapi mereka terlempar jauh dari islam. Kaum itu akan selalu muncul dari suatu kaum kemudian diberantas oleh umat islam, akan tetapi akan selalu kembali muncul, hingga dajjal akan muncul di antara mereka. Kaum itu tidak pernah hilang tuntas dari antara umat islam sejak kemunculannya hingga datang dajjal.

Selain membentuk kaum khawarij, syaitan juga merusak sebagian manusia dengan ritual-ritual keji yg mensyaratkan persembahan-persembahan yg merusak jiwa manusia. Pada tingkatan tinggi, penyembah syaitan harus melakukan persembahan jiwa manusia lainnya. Hal itu dimaksudkan untuk merusak jiwa penyembahnya menyalahi fitrah dirinya, sementara syaitan tidak membutuhkan hal yg mereka persembahkan itu.

Ketakwaan yg ada dalam hati Habel tidak terlihat oleh makhluk selain dirinya sendiri, sekalipun oleh iblis yg dahulu pernah hadir di hadrat ilahi, dan baru sebentar terjatuh dari alam yg tinggi. Ketakwaan itu tidak ada di hati Qabil. Allah berfirman kepada Qabil : Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?

Allah SWT adalah sumber segala kebaikan. Ketaqwaan merupakan keadaan hati seorang hamba yang menginginkan keterhubungan dengan Allah sebagai sumber segala kebaikan. Seseorang hanya dapat mencintai Allah jika dan hanya jika dirinya mencintai kebaikan. Tidak ada kecintaan kepada Allah kecuali Allah mencintainya, dan Allah mencintai orang-orang yg mencintai kebaikan.

Wajah yang berseri ketika melakukan kebaikan merupakan parameter adanya ketaqwaan yg dalam hati seseorang. Seseorang yang bertaqwa akan gemar melakukan kebaikan dan menyukai kebaikan itu sendiri, bukan karena berharap balasan ataupun penghormatan atas kebaikan yg dilakukan. Hati yang panas dan wajah yg muram ketika tidak memperoleh balasan atas kebaikan yg dilakukannya merupakan parameter tipisnya ketaqwaan. Itulah yg terjadi pada Qabil ketika kurbannya tidak diterima Allah, sedangkan Allah menerima kurban dari Habil.

Khitan

Fitrah manusia adalah sebagai makhluk langit yg mencintai Allah. Manusia diciptakan sebagai penghuni surga, sebuah tempat yg dipenuhi ridla Allah. Manusia adalah makhluk langit tetapi diberi kelengkapan jasad yang diciptakan dari tanah. Ketika Adam terusir dari surga karena melanggar larangan Allah untuk memakan buah khuldi, jiwanya sangat marah dan adam kemudian bersumpah untuk menghancurkan badannya.

Akan tetapi Allah melarang makhluk untuk merusak apa yg telah diciptakan Allah. Demikianlah Adam dilarang untuk merusak badannya sendiri sekalipun bertujuan untuk bertaubat, agar Allah mengampuni dirinya. Namun Adam terlanjur mengucapkan sumpahnya. Malaikat Allah menahan Adam agar tidak merusak badannya, dan kemudian menunjukkan bagian badannya yang dapat dipotong agar Adam dapat memenuhi sumpahnya untuk bertaubat.

Bagian badan yg dipotong itu adalah kulupnya. Pemotongan kulit kulup adam kemudian disebut sebagai khitan. Khitan kemudian menjadi syariat yg berlaku bagi seluruh umat manusia, sebagai peneguhan akad bahwa seorang manusia bertekad akan kembali kepada Allah, bahwa hidupnya untuk menempuh jalan taubat berharap agar dapat bertemu dengan tuhannya, sumber segala kebaikan.

Syariat itu berlaku untuk seluruh manusia sejak adam a.s. akan tetapi manusia kemudian melupakannya hingga tidak tertinggal manusia di bumi yg melakukannya. Allah kemudian memerintahkan nabi Ibrahim a.s untuk menghidupkan kembali syariat berkhitan, agar manusia meneguhkan kehidupannya dalam jalan taubat. Syariat itu berlaku bagi seluruh umat yang menempuh jalan Ibrahim a.s kembali kepada Allah.

Kembali kepada Allah adalah sebuah jalan primordial yg dilakukan oleh manusia sejak sebelum tinggal di bumi. Ada jarak yg memisahkan antara seseorang dengan tuhannya sehingga seseorang perlu menempuh jalan kembali kepada Allah, sumber segala kebaikan. Jalan kembali ini kemudian disebut sebagai millah Ibrahim, sebuah jalan agar manusia bisa sampai kepada agama yang tegak.

Partai

Agama yg tegak adalah pelaksanaan fitrah diri, fitrah yg telah ditetapkan Allah bagi setiap orang sebelum kelahirannya ke bumi. Setiap orang diciptakan dengan fitrah diri masing-masing yg setiap fitrah itu membawa kemuliaan yg tidak bisa dibandingkan. Agama itu tidak akan bisa tegak bila seseorang berbangga-bangga.

Syaitan berusaha membangkitkan kaum yang mencerai-beraikan agama, membuat kelompok-kelompok dan masing-masing berbangga-bangga dengan apa yg ada pada kelompoknya. Dengan agama yg semacam itu, manusia tidak dapat mencapai agama yg sebenarnya. Dalam islam, kaum ini dikategorikan sebagai kaum musyrikin, karena mereka mengikuti orang2 musyrik yg menyembah syaitan.

Ar-Rūm:31-32 - dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik
- yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.

Hanya sedikit kelompok yang tidak di terhasut oleh syaitan. Diantaranya adalah yg dinamakan sebagai at-thaifah al-manshurah. Sedikit atau banyak setiap kelompok yg berselisih akan dipengaruhi syaitan agar manusia tercerai-berai.

Kesatuan umat manusia merupakan musuh bagi syaitan. Manusia diciptakan dalam gender laki-laki dan perempuan, dan dijadikan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar masing-masing mengenal yg lain. Setiap individu membutuhkan individu yg lain, seorang laki-laki membutuhkan perempuan, suatu suku membutuhkan suku yg lain dan suatu bangsa membutuhkan bangsa yg lain. Semuanya mempunyai kekurangan dan kelebihan, dan masing-masing harusnya saling bekerjasama agar dapat memberikan kelebihan dirinya bagi yg lain. Kesatuan manusia akan melahirkan sebuah peradaban yg sangat tinggi, dan hal itu menjadi musuh bagi syaitan.

QS Al-Ĥujurāt:13 - Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Berbagi kebaikan merupakan parameter ketaqwaan. Orang yang paling mulia adalah orang-orang yang paling bertakwa.

Dunia moderen nampaknya tumbuh menyalahi tuntunan. Masyarakat tumbuh dengan nilai-nilai yg berlawanan dengan nilai ketakwaan. Setiap individu dituntut berkompetisi satu sama lain dalam bidang yang sempit, bukan bekerjasama untuk mengeluarkan khazanah diri masing-masing sehingga terbentuk peradaban tinggi. Satu bidang diberi penghargaan secara berlebih dan bidang lainnya tidak mendapatkan apresiasi secara layak. Masyarakat tergiring pada bidang sempit berdesak-desakan. Dengan keadaan seperti itu, terlahirlah peradaban yang pincang.

Bahkan identitas dasar manusia berupa gender laki-laki dan perempuan pun digiring pada bidang sempit dengan peran yang sama. Manusia dibuat berkompetisi pada bidang sempit dengan kehilangan kemampuan untuk melihat kelebihan diri yang bisa disumbangkan bagi orang lain. Manusia dibuat tidak bersyukur dengan keadaan dirinya dan menuntut dirinya dipersamakan dengan orang lain.

Perebutan dan kompetisi dibuat secara massal di seluruh masyarakat. Manusia dibuat berkelompok-kelompok, berpartai-partai untuk memperebutkan kekuasaan. Satu kelompok dengan kelompok lain saling bersaing berebut kekuasaan dalam bidang yang sempit. Perebutan itu tidak hanya terjadi pada orang-orang yang berebut kursi kekuasaan, tetapi dibuat meluas hingga mencapai masyarakat akar rumput sehingga timbul friksi di antara masyarakat. Energi masyarakat terserap secara massif dalam proses pemerintahan, sehingga masyarakat tidak dapat mengembangkan peradaban.

Masyarakat kebanyakan tidak melihat hal itu buruk, tetapi malah terlihat indah. Syaitan bisa mengemas semua keburukan itu sebagai suatu keindahan. Itu merupakan salah satu kemampuan yg dimiliki syaitan, menjadikan manusia memandang indah perbuatannya.

Tentu saja hal itu mencederai prinsip agama. Politik dalam islam menganut sistem Ulil amr, dimana setiap manusia diciptakan untuk mengerjakan urusan tertentu dari Allah. Setiap manusia yg mengenal dan mengerjakan urusan (amr) dirinya yg telah ditentukan Allah sebelum kelahirannya menjadi ulil amr yg harus ditaati orang lain. Masyarakat yg ideal akan terwujud bila setiap individu mengenal diri, mengenal untuk apa dirinya diciptakan tuhannya, dan mengerjakannya sehingga menjadi ulil amr.

Sistem politik islam itu saat ini seolah-olah tidak pernah dikenal oleh masyarakat. Masyarakat tenggelam dalam hegemoni sistem politik demokrasi yg telah terbukti menyeret masyarakat dalam bidang sempit yg memunculkan friksi tajam di antara masyarakat. Manusia tetap memandang indah sistem politik demokrasi walaupun rentan menimbulkan friksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar