Pencarian

Kamis, 22 Juni 2023

Kitabullah Sebagai Landasan Amal Shalih

Mendzikirkan asma Allah merupakan bentuk ibadah yang dikehendaki Allah sebagai bentuk ibadah yang paling besar bagi setiap manusia. Dzikir berarti menyatakan. Yang dimaksud dzikir adalah upaya seseorang merealisasikan pemahaman mereka tentang kehendak Allah bagi semesta mereka. Tidaklah manusia dan jin diciptakan Allah kecuali untuk beribadah, dan bentuk ibadah yang sebenarnya adalah berdzikir. Berdzikir dengan cara demikian hanya dapat dilakukan bila seseorang memahami kitabullah Alquran sedemikian Alquran menceritakan kepada dirinya suatu bentuk amal yang harus dilakukannya.

Alquran akan menuturkan kepada seseorang bentuk-bentuk amal yang harus dilakukannya. Tuturan demikian akan terbaca oleh hamba yang mengharapkan kedekatan kepada Allah. Mereka akan menemukan suatu kitab yang menuturkan sesuatu tentang apa yang mereka hadapi dengan kebenaran (al-haqq). Allah meletakkan kitab tersebut di sisi-Nya, yang akan ditunjukkan kepada hamba yang berharap didekatkan kepada-Nya. Kitab tersebut memberikan penuturan dengan kebenaran (Al-haqq). Pemahaman yang sebenarnya seorang hamba terhadap Alquran akan mengikuti pembacaan diri mereka terhadap kitab yang ada di sisi-Nya tersebut.

﴾۲۶﴿وَلَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا وَلَدَيْنَا كِتَابٌ يَنطِقُ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang memberikan tuturan dengan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya. (QS Al-Mu’minun : 62)

Kitab tersebut merupakan bagian dari Alquran. Tidak ada sedikitpun bagian dari kitab tersebut yang keluar dari Alquran, berselisih ataupun bertentangan. Kitab itu merupakan bagian Alquran yang diperuntukkan bagi diri seorang hamba, dan dengan kitab tersebut ia akan mengenal Alquran sebagai firman Allah yang dipanjangkan hingga mencapai alam dunia bagi manusia, dan mengenal Rasulullah SAW sebagai ahli Alquran yang sebenarnya. Boleh jadi seorang hamba mempunyai bagian Alquran yang berbeda dengan sahabatnya, atau memperoleh penuturan dengan cara yang berbeda dengan sahabatnya akan tetapi tidak akan ada sedikitpun bagian atau penuturan itu yang keluar dari Alquran.

Kitab tersebut menuturkan kepada manusia pengetahuan dengan kebenaran (al-haqq). Manusia akan memperoleh pengetahuan-pengetahuan tentang apa yang terjadi pada semesta mereka dan mengerti hakikat yang ada dibalik semesta dirinya. Dengan hakikat itu, ia mengenal kehendak Allah atas diri mereka. Pengetahuan itu terkait dengan semesta kauniyah, dan hakikat itu terkait dengan akhlak al-karimah yang harus dibentuk seseorang di dalam dirinya. Akhlak al-karimah menempati kedudukan yang lebih tinggi maknanya daripada pengetahuan tentang semesta.

Kitab yang ada di sisi Allah ini secara umum telah mencukupi bagi manusia yang meminta petunjuk Allah. Seorang hamba tidak perlu bertindak lancang menghadap Allah untuk meminta petunjuk-Nya kemudian bersikap sewenang-wenang atas nama Allah. Keberjamaahan umat manusia terletak pada pemahaman yang benar terhadap kitab diri mereka. Kitab itu akan menuturkan kandungan dari firman Allah yang telah difirmankan dalam kitabullah Alquran, sedangkan Alquran telah menjelaskan semua hal tentang penciptaan-Nya. Hal ini tidak berarti mencegah seseorang bertawajuh kepada Allah, akan tetapi hendaknya setiap hamba menjaga akhlak dan adab diri dalam menghadap kepada Allah. Adab demikian hanya akan terbentuk bila seorang hamba telah berusaha sungguh-sungguh mentaati firman Allah yang dipanjangkan-Nya hingga alam dunia berupa buku kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Tanpa adab ketaatan demikian, bahkan mencari kitab di sisi-Nya pun merupakan bentuk akhlak dan adab yang tidak layak, apatah lagi langsung menghadap kepada-Nya untuk meminta petunjuk.

Di sisi lain, setiap hamba harus memohon petunjuk pada Shirat Al-Mustaqim. Upaya memohon petunjuk demikian hendaknya dilakukan setelah mencari pengetahuan tentang ayat-ayat dalam kitabullah. Petunjuk yang dimohon seorang hamba harus terkait dengan pengetahuan tentang ayat dalam kitabullah dan ayat kauniyah pada semesta mereka. Petunjuk akan menjelaskan sesuatu, maka petunjuk yang benar adalah petunjuk terhadap ayat Allah. Petunjuk yang diturunkan bagi permohonan demikian akan mengantarkan seorang hamba menuju Shirat Al-Mustaqim. Tanpa mempunyai landasan kitabullah, petunjuk yang diturunkan dapat bersifat bebas tidak mengarahkan pada Shirat Al-Mustaqim. Boleh jadi petunjuk itu tampak megah dan menjelaskan, akan tetapi sebenarnya tidak mempunyai arah yang tepat.

Amal Shalih

Pengetahuan yang dituturkan dari kitab diri akan membuat seseorang mengerti amal-amal yang harus dilakukan di alam dunia bagi semesta mereka. Pengetahuan tentang amal-amal ini merupakan turunan dari akhlak al-karimah dan pengetahuan tentang semesta. Amal-amal yang dapat diperbuat seseorang dapat dilakukan dari berbagai landasan, di antaranya landasan akhlak al-karimah dan pengetahuan tentang semesta. Itu adalah amal yang sebaik-baiknya. Sebagian orang beramal dengan landasan eksistensi diri mereka yang kadangkala terbungkus waham kebenaran sebagai jati diri. Sebagian orang beramal dengan landasan kebutuhan terhadap alam duniawi, yang seringkali disertai dengan ketamakan terhadap dunia. Sangat banyak kemungkinan yang bisa menjadi landasan seseorang melahirkan amal-amal mereka.

Tepatnya landasan amal seseorang ditentukan keadaan hati mereka. Seseorang yang ikhlas menginginkan kedekatan kepada Sang Sumber Kebaikan akan menemukan landasan amal dari kitab diri mereka. Sebagian besar manusia tidak dalam keadaan demikian. Mereka banyak berkecimpung dengan alam-alam yang rendah dan alam langit yang masih bersifat semu, hingga hati mereka terlalaikan oleh alam yang rendah dan alam yang semu. Hanya sebagian kecil manusia yang hatinya terpaut pada Sang Sumber Kebaikan.

﴾۳۶﴿بَلْ قُلُوبُهُمْ فِي غَمْرَةٍ مِّنْ هٰذَا وَلَهُمْ أَعْمَالٌ مِّن دُونِ ذٰلِكَ هُمْ لَهَا عَامِلُونَ
Tetapi hati mereka itu dalam kesesatan dari (kenyataan) ini, dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan selain daripada itu, mereka bersungguh-sungguh mengerjakan untuk mencapainya. (QS Al-Mu’minun : 63)

Kebanyakan manusia tidak menyadari keberadaan kitab ini. Hati manusia terlalaikan dari langkah menuju Allah dan dari keberadaan kitab ini karena banyak mengerjakan amal yang lain. Sebaliknya karena terlalaikan dari kitab ini, kebanyakan manusia bersungguh-sungguh dalam amal-amal yang mereka tentukan sendiri dan bersungguh-sungguh untuk mencapai sasaran mereka, tidak bertujuan melaksanakan apa yang ditentukan dalam kitab diri.

Setiap hamba Allah seharusnya mengerjakan amal-amal yang ditentukan bagi mereka sesuai dengan pengetahuan yang dituturkan kitab diri mereka. Itu adalah amal shalih yang sebenarnya. Sebagian hamba Allah berhasil membina bayt yang diijinkan Allah untuk meninggikan dan mendzikirkan asma Allah dalam bayt itu. Pengetahuan yang diperoleh dari kitab diri mereka menjadi bahan untuk meninggikan dan mendzikirkan asma Allh. Mereka meninggikan asma Allah dan mendzikirkan asma tersebut berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari kitab diri, dan mereka meninggalkan amal-amal yang lain untuk amal yang ditentukan itu.

Tidak banyak orang yang berhasil mendirikan bayt demikian. Sebagian orang mengetahui kitab diri mereka, dan mereka beramal meninggikan dan mendzikirkan asma Allah akan tetapi tidak dapat meninggalkan amal-amal yang tidak mempunyai landasan dalam kitab diri mereka. Bagi orang-orang demikian, mereka akan dapat membuka tambahan khazanah dari kitab diri mereka melalui amal-amal yang ditentukan dalam kitab diri, dan memperoleh bagian lain bagi amal-amal yang dilakukan sesuai dengan landasan amal yang lain itu. Hendaknya mereka mengusahakan jalan agar dapat sepenuhnya melakukan amal-amal berdasarkan kitab diri mereka. Amal shalih mereka terletak pada amal yang dilakukan berdasarkan kitab diri mereka dan amal yang lain itu hanya diijinkan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Allah mencela orang-orang yang tidak peduli dengan amal-amal berdasarkan kitab diri mereka dan terus melakukan amal berdasarkan kepentingan mereka sendiri. Amal yang merupakan amr Allah adalah amal yang diturunkan dari pengetahuan kitab diri. Sebagian orang beriman menentukan amal shalih mereka tanpa berdasarkan pengetahuan kitab diri. Amal yang terlihat baik berdasarkan kriteria sendiri belum tentu merupakan perintah Allah, walaupun seringkali sama sekali bukan hal yang buruk. Hanya saja hendaknya disadari bahwa amal itu belum tentu merupakan amr Allah. Bila mereka mendustakan orang yang mengerjakan amr Allah karena mengikuti tujuan amal mereka sendiri, mereka akan celaka.

Kasus lainnya, kadangkala seseorang menemukan atau mengarah pada kitab diri yang palsu. Kitab palsu itu akan membalik secara halus urusan syaitan menjadi tampak seperti amr Allah. Orang yang membaca dan/atau mengikutinya akan berubah menjadi bodoh (munkar), atau keji atau mengatakan perkataan tentang Allah tanpa dasar pengetahuan. Sulit bagi seseorang melihat kesalahan kitab itu dengan kekuatannya sendiri karena kitab ini dari makhluk cerdas yang pernah tinggal di alam yang tinggi. Para pengikut mereka akan lebih sulit lagi melihat hal itu karena keadaan yang lebih rendah. Manakala suatu kitab berselisih atau bertentangan dengan Alquran, kitab itu palsu. Setiap orang harus berusaha mengarahkan kehidupan mereka untuk memahami kitab diri yang benar agar mengenali amal yang menjadi perintah Allah.

Jati diri seseorang juga merupakan bagian dari kitab diri. Bila seseorang memahami kitab dirinya, ia akan menemukan jati dirinya pada kitab tersebut. Seseorang bisa menemukan jati dirinya melalui jalan lain, tetapi pengenalan diri yang sebenarnya terjadi melalui pemahaman terhadap kitab diri. Kitab diri akan mengajarkan kepada seseorang pengetahuan tentang kauniyah mereka dan hakikat-hakikat yang menyertainya. Dengan pengetahuan tersebut, seseorang akan mendapat pijakan untuk mengenal penciptaan diri mereka di antara makhluk yang lain. Bila menemukan jati diri tanpa pengetahuan kauniyah dan hakikat yang menyertainya, seseorang dapat tergelincir dari ibadahnya kepada Allah sebagaimana dahulu Adam digelincirkan syaitan.

Mencari Amal Shalih

Kebanyakan manusia tidak mengetahui kitab diri mereka. Sebagian memperoleh kabar dan berusaha mengarahkan kehidupan mereka sesuai dengan kabar yang diterima, sebagian memperoleh kabar dan tidak peduli dengan kabar yang mereka terima, dan sebagian orang tidak memperoleh berita sama sekali karena tidak pernah mempedulikan arah kehidupan mereka.

Untuk memahami kitab diri, seseorang dapat mengikuti orang-orang yang telah mengenal kandungan dalam kitab diri mereka. Mereka adalah para ahlul bayt atau setidaknya orang yang mengenal kandungan kitab diri mereka tanpa suatu kesalahan. Bila seseorang menemukan ahlul bayt yang hidup pada ruang dan waktu yang sama dengan dirinya, pada dasarnya mereka mempunyai urusan yang beririsan, dan ia seharusnya lebih mudah menemukan bagian kitab diri mereka dengan mengikuti ahlul bayt tersebut. Dalam kasus ini, orang-orang hendaknya berhati-hati dalam bersikap. Mengingkari urusan seorang ahlul bayt atau orang yang mengenal kandungan kitab dirinya yang ada di dekat mereka pada dasarnya relatif akan bisa mendatangkan adzab, baik karena tidak bersyukur ataupun sikap pengingkaran. Keberadaan seorang ahlul bayt yang ada di dekat kaum pada dasarnya membawa kehendak Allah bagi suatu kaum.

Mengenali ahlul bayt akan selaras dengan pengenalan seseorang terhadap kitabullah. Seseorang hanya akan mengenali orang yang benar bila ia mengenali kebenaran. Bila seseorang tidak peduli dengan kebenaran, ia tidak akan mengenali orang yang benar. Manakala mereka memuji tanpa landasan kitabullah, pujian itu tidak menunjukkan kebenaran orang yang dipuji. Demikian pula manakala mereka mengikuti orang yang mereka puji, hal itu tidak menunjukkan mereka telah mengikuti kebenaran. Seseorang dikatakan mengenali ahlul bayt manakala mereka memahami kebenaran ahlul bayt tersebut berdasarkan kitabullah. Dalam hal mengikuti ahlul bayt untuk memahami kitab diri, seseorang harus berpegang pada kitabullah dan berusaha memahaminya berdasarkan penjelasan dari ahlul bayt, tidak bersikap mengikuti ahlul bayt tanpa suatu tujuan. Bagi ahlul bayt, sikap mengikuti tanpa tujuan itu akan menjadi beban yang harus mereka pertanggungjawabkan hingga kelak di akhirat.

Pengenalan seseorang terhadap kitab dirinya akan tampak pada pengenalannya terhadap ayat-ayat Allah secara integral, yaitu ayat kitabullah dan ayat Allah pada semesta mereka. Demikian pula ahlul bayt akan terlihat dari pengenalan mereka terhadap ayat Allah. Hal utama yang menjadi perhatian mereka bagi kaumnya adalah jalan menuju Allah, bukan pengetahuan mereka tentang ayat kauniyah. Boleh jadi mereka tidak akan menunjukkan jalan menuju kauniyah selama seseorang tidak mengarahkan perhatian mereka kepada Allah, karena mungkin saja jalan menuju kauniyah itu akan merusak.

Penting bagi setiap orang untuk berusaha memahami kitab diri mereka dan menemukan orang yang menuju Allah bersama mereka hingga mereka dapat melaksanakan amal-amal yang ditentukan bagi mereka dengan benar. Kebersamaan itu penting karena merupakan perpanjangan dari al-jamaah. Orang yang belum mengetahui urusan diri mereka dapat mengikuti orang lain yang telah mengetahuinya, dan mereka akan mengetahui bahwa urusan Allah bagi mereka akan berdekatan. Amal mereka dapat diperkirakan berdasarkan amal shalih sahabat yang telah mengetahuinya. Manakala setiap orang dalam kebersamaan itu telah mengetahui amr Allah bagi masing-masing, mereka dapat melakukan amal secara berjamaah bersinergi satu terhadap yang lain hingga hasil yang mereka peroleh akan bernilai tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar