Pencarian

Kamis, 24 Oktober 2019

Menjelang Zaman Adil Paramarta


Akan datang suatu zaman bagi umat islam dimana kehidupan akan berjalan dengan Adil dan Paramartha. Kekuasaan umat Islam akan mencapai seluruh pelosok bumi. Pada zaman itu tidak ada bagian bumi yang tidak dikuasai oleh umat Islam. 

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ

Dari Tsauban, Rasulullah Saw bersabda : "Sesungguhnya Allah telah melipat bumi untukku hingga aku dapat melihat timurnya serta baratnya. Sungguh kekuasaan umatku bakal meraih apa yang sudah dilipatkan untukku daripadanya, dan aku diberi dua perbendaharaan yaitu merah dan putih. Dan sungguh aku telah bermohon kepada Tuhanku untuk umatku supaya Dia tak membinasakan mereka dengan kekeringan menyeluruh dan supaya Dia tidak memberikan kuasa atas mereka kepada musuh, terkecuali karena jiwa-jiwa mereka sendiri sehingga terapunglah harta putihnya.” (HR. Muslim No. 5144). 
Zaman itu akan terjadi pada saat dua harta perbendaharaan rasulullah Saw hadir. Kedua harta perbendaharaan itu adalah harta perbendaharaan merah dan harta perbendaharaan putih. 

Merah putih adalah pakaian bagi jiwa sang imam pada zaman tersebut. Sang imam akan diutus ke dunia dengan pakaian putih dengan jubah berwarna merah. Beliau akan datang sebagai khalifatullah yang akan memberantas seluruh kejahatan tidak bersisa hingga akar-akarnya, khalifatullah yang akan diberi tugas menggantikan iblis dalam memakmurkan bumi. 

Sebagai khalifatullah, beliau diberi jubah berwarna merah. Merah menggambarkan sifat beliau sebagai orang yang berani, teguh dan lugas. Sedangkan putih menggambarkan sifat ketulusan dan keikhlasan. Beliau sebagai manusia biasa diberi pakaian putih gambaran sifat tulus dan ikhlas. Kedua warna tersebut terkumpul dalam satu jiwa. 

Namun demikian Rasulullah SAW menyebutkan kedua warna tersebut sebagai dua harta perbendaharaan yang terpisah, tidak disebutkan sebagai satu perbendaharaan merah putih. Hal ini terkait dengan pakaian dalam wujud pernikahan. Beliau memiliki dua pernikahan yang masing-masing merupakan wujud perbendaharaan rasulullah Saw yang berwarna merah dan berwarna putih. 

Kedua pernikahan beliau adalah pernikahan berdasarkan pasangan hakiki, yaitu pasangan yang diciptakan dari satu nafs wahidah. Jiwa berpakaian merah putih itu memiliki dua pasangan hakiki, satu wanita diantaranya dengan pakaian merah dan satu wanita dengan pakaian putih. Mereka bertiga diciptakan dari satu nafs wahidah. 

Kedua pernikahan itu mengantarkan beliau sebagai ulul arham. Beliau hanya menikah dengan pasangan jiwanya, karena hanya dengan pernikahan demikian al-arham terbentuk secara sempurna. Dengan demikian akan terbentuk masyarakat adil paramarta. Hal ini mengikuti sunnah rasulullah Saw ketika menikah dengan Khadijah ra sebagai pasangan hakiki rasulullah SAW. 


يٰۤـاَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّا حِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَا لًا كَثِيْرًا وَّنِسَآءً ۚ وَا تَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهٖ وَا لْاَ رْحَا مَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا 
"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari nafs wahidah, dan menciptakan darinya pasangannya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan-Nya kamu saling meminta dan (bertakwalah terhadap) al-arham. Sesungguhnya Allah selalu mengawasimu." (QS. An-Nisa' 4: 1) 


Petunjuk dan Peringatan Rasulullah SAW 


Dalam hadits Tsauban di atas, terdapat sebuah petunjuk dan peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Beliau menyoroti keadaan jiwa-jiwa umat Islam yang menyebabkan orang lain dapat menguasai umat Islam. 

Fenomena puncak dari keadaan jiwa umat Islam yang menyebabkan umat Islam dapat dikalahkan adalah tenggelamnya harta perbendaharaan berwarna putih milik Rasulullah SAW. Rasulullah SAW menyebutkan hal tersebut setelah kata "hingga". Hal ini menunjukkan bahwa banyak fenomena lain terkait fenomena tersebut yang harus dibenahi. Jiwa-jiwa yang banyak (anfus) tersebut dapat menjadi pijakan bagi syaitan untuk mengacaukan umat. 

Terkait pernikahan dan perjodohan, umat Islam hendaknya berpegang pada tuntunan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Bentuk pernikahan merupakan gambaran dzahir bagi sikap jiwa terhadap aspek duniawi. Motivasi dan modus seseorang untuk menikah menunjukkan bagaimana sikap dirinya terhadap dunia. Seorang yang menikah karena kecantikan, harta atau kedudukan menggambarkan bagaimana sikap jiwanya terhadap dunia. 

Bagi orang-orang yang diketahui memiliki potensi sebagai ulul arham hendaknya sebisa mungkin tidak menikahi wanita selain pasangan hakiki yang diciptakan dari jiwanya, sekalipun dilakukan berdasarkan hawa nafsu rijal (pejalan). Syaitan akan mengacaukan seluruh umat melalui hawa nafsu itu. Syaitan memiliki tempat berpijak pada hawa nafsu setinggi apapun hawa nafsu itu dan sesempit apapun tempat berpijaknya. Yang paling mungkin terjadi, hawa nafsu itu akan dihembus agar mencintai pasangan hakiki sahabat terdekat jiwanya. Mencintai pasangan semacam ini adalah sifat alamiah antara sahabat jiwa yang berdekatan. Walaupun misalnya belum menjadi istri sahabatnya, itu akan menghilangkan kesempatan terbentuknya al-arham, setidaknya pada satu sahabatnya. 

Bagi mukminin umumnya, hendaknya pernikahan dilakukan berdasarkan kethayyiban. Seorang laki-laki yang thayyib hanya menikah dengan perempuan yang thayyibah, dan sebaliknya. Seorang laki-laki khabits hendaknya dinikahkan dengan perempuan yang khabitsah, dan demikian pula sebaliknya. 

Keadaan Harta Perbendaharaan Rasulullah SAW. 

Sang imam diberi pakaian putih dengan jubah merah yang menunjukkan ketulusan dan keteguhan beliau dalam kebenaran. Dari sudut kacamata lain, profil semacam ini adalah profil yang kurang menyenangkan. Profil demikian akan terlihat kaku tanpa kompromi, apalagi bila pengetahuan masih terbatas. 

Dalam hal pernikahan, beliau harus menikah dengan dua wanita. Salah satu pernikahan akan menumbuhkan sifat ketulusan dan keikhlasan beliau dalam mengabdi kepada Allah. Ini adalah harta perbendaharaan rasulullah SAW yang berwarna putih. Pernikahan beliau yang lain akan menumbuhkan keterampilan beliau dalam menegakkan kebenaran. Ini adalah harta perbendaharaan rasulullah SAW yang berwarna merah. 

Harta perbendaharaan berwarna putih itu pada akhirnya tenggelam. Ibaratnya ketika beliau menyeberang jembatan yang berada di atas air, tiba-tiba jembatan tersebut runtuh, maka beliau harus berenang untuk menyeberang. Hal ini menggambarkan bahwa pembinaan jiwa beliau dalam pernikahan tidak mencapai ketuntasan. Konstruk jiwa-jiwanya (anfus) hanya tumbuh mencapai kadar tertentu, tidak bertumbuh mencapai kedewasaan dan kepekaan yang seharusnya bagi beliau. Beliau harus menyelesaikan penyeberangan itu dengan logika jasadiahnya. 

Barangkali sifat beliau yang diberi pakaian merah memberikan andil dalam tenggelamnya pernikahan beliau. Tetapi pengaruh terbesar pada tenggelamnya pernikahan beliau adalah keadaan jiwa-jiwa umat. Itu yang disabdakan Rasulullah SAW. Kesimpangsiuran umat dalam menetapkan urusan perjodohan dan urusan pernikahan barangkali menyebabkan pernikahan beliau terperosok. Hal ini harus dibenahi agar umat mempunyai pijakan dalam mencari jodoh. Kesimpangsiuran ini tidak lepas dari perbuatan syaitan untuk mengacaukan umat manusia melalui hawa nafsu. 

Pengaruh besar jubah warna merah justru akan mempengaruhi harta perbendaharaan berwarna merah. Kedua warna merah pada dasarnya akan saling bertabrakan. Dalam interaksi laki-laki dan perempuan, hawa nafsu keduanya mungkin saling tidak menyukai. Hawa nafsu laki-laki dengan pakaian merah akan lebih memilih pernikahan dengan perempuan dengan pakaian jiwa berwarna lain. Begitu pula hawa nafsu wanita berpakaian merah akan lebih memilih pasangan yang lebih lembut. Ini merupakan sifat alamiah hawa nafsu baik laki-laki maupun perempuan. 

Tetapi pernikahan ini harus diusahakan untuk terjadi. Di tingkatan jiwa, sang imam dan wanita berpakaian merah tersebut berjodoh secara sempurna. Mereka akan menemukan cinta mereka di jalan Allah, tidak memulainya dari hawa nafsu. Hawa nafsu mereka harus ditundukkan bagi tuannya. Mereka adalah harta perbendaharaan bagi rasulullah SAW yang menjadi bekal bagi umatnya. Tanpa adanya harta perbendaharaan merah, umat mungkin akan mengalami kesulitan yang besar. Jiwa sang imam untuk menegakkan kebenaran harus ditumbuhkan melalui pernikahan tersebut, tidak boleh hanya dibiarkan tumbuh bagaikan semak-semak liar. 

Ketiga pihak dalam pernikahan beliau adalah jiwa-jiwa yang diciptakan dari satu nafs wahidah. Mereka akan dapat berjalan beriringan dengan baik secara seimbang tidak condong kepada satu pihak. Ulul Arham harus sebisa mungkin menghindari untuk ta'addud menggabungkan istri dalam kategori pasangan hakiki dengan istri thayyibah, karena perjalanan mereka bisa tidak seimbang. Rasulullah SAW tidak menggabungkan Khadijah ra dengan istri yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar