Pencarian

Minggu, 24 April 2016

Konflik Timur Tengah ; Kajian Al-kitab

Tibanya as-sa’ah akan ditandai dengan kedatangan Isa a.s ke bumi. Ilmu yang diberikan kepada beliau banyak menjabarkan pengetahuan dan ilmu-ilmu akan datangnya as-sa’ah, dan kita tidak boleh  ragu-ragu tentang ilmu itu. Hal itu  sebagaimana disebutkan dalam alquran berikut ini :

Dan sungguh dia (‘Isa) benar-benar ilmu akan tentang  as-sa’ah. Maka janganlah kamu ragu-ragu tentang hal itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus (QS Az-zukhruf : 61)

Terminologi Kristen untuk as-sa’ah adalah datangnya kerajaan tuhan. Kerajaan tuhan menjadi tema yang cukup penting, atau paling penting dalam ajaran Kristen. Hal itu karena nabi Isa a.s memang benar-benar membawa ilmu tentang as-sa’ah sebagaimana disebutkan dalam ayat alquran tersebut.

Kitab injil yang ada saat ini merupakan catatan-catatan murid-murid nabi Isa a.s selama beliau berada di bumi. Murid-murid nabi Isa a.s dalam terminologi islam dikenal dengan istilah Hawariyyun. Mereka adalah para penolong Allah. Hawariyyun terdiri dari 2 kelompok, yaitu 12 Hawariyyun utama yang dipilih oleh nabi Isa dari awal risalah, dan 75 Hawariyyun yang mengikuti beliau a.s setelah beberapa waktu.  Masing-masing murid mempunyai catatan tentang ajaran nabi Isa, yang boleh jadi mempunyai sedikit perbedaan satu dengan yang lain tergantung pada keadaan masing-masing orang.  

Ajaran nabi Isa a.s akan ilmu tentang as-sa’ah dapat ditemukan pada kitab Matius pasal 24-25, kitab Markus pasal 13, dan kitab Lukas pasal 21:5-38. Yohannes termasuk 12  hawariyyun utama yang paling muda. Kitab Yohannes tidak menyebutkan adanya penjelasan nabi Isa a.s tentang zaman akhir, namun ketika melakukan safar di pulau Patmos, beliau mendapatkan penglihatan yang menjelaskan secara detail dan terang tentang  as-sa’ah, dan dikatakan bahwa hal itu merupakan wahyu nabi Isa yang disampaikan kepada Yohannes. Penglihatan itu dituliskan dalam sebuah kitab tersendiri yang diberi nama kitab Wahyu (Revelation).

Matius, Markus dan Yohannes termasuk dalam Hawariyyun 12, sedangkan Lukas termasuk dalam 75 Hawariyyun berikutnya. Ajaran tentang As-sa’ah pada kitab Lukas terlihat lebih bervariasi daripada kitab Markus dan Matius, namun ketiganya menceritakan hal yang sama. Ketiganya menceritakan kejadian kasat mata peristiwa As-sa’ah yang terdiri  dari :
nubuat akan keruntuhan rumah-rumah ibadah, 
tanda-tanda permulaan masa penderitaan berupa kabar-kabar perang, 
kedatangan nabi-nabi palsu dan masa penderitaan yang berat
kedatangan Putera Adam.
Perintah menantikan jaman baru.

Keruntuhan Rumah Ibadah

Nubuat keruntuhan rumah-rumah ibadah bisa jadi merupakan bentuk penyatuan agama yang akan terjadi pada zaman akhir. Imam Mahdi akan menyatukan seluruh manusia dalam satu ajaran agama yang murni, tidak memberikan pilihan jalan beragama selain ajaran agama yang murni. Namun juga bisa jadi nubuat itu berarti  rumah-rumah ibadah akan diruntuhkan oleh orang-orang fasik yang menjadi pengikut dajjal.

Kabar-Kabar Perang

Ayat alkitab menjelaskan bahwa permulaan penderitaan ditandai dengan kabar-kabar perang. Dalam kitab Matius ditegaskan tentang  nubuat yang disampaikan oleh nabi Daniel. Masa permulaan penderitaan ini merupakan sebuah jaman fitnah, dimana muncul orang-orang yang menampakkan dirinya sebagai orang baik, mengajak kepada kebaikan namun sebenarnya mereka menyesatkan. Manusia diperintahkan untuk memperhatikan, jangan sampai seseorang disesatkan oleh orang yang tampak baik.  Bahkan nabi-nabi palsu akan muncul. Dalam islam, nabi-nabi palsu itu diriwayatkan sebagai sekitar 30 dajjal yang akan muncul.  Perang akan terjadi melibatkan seluruh dunia, dan orang-orang yang benar akan mengalami penyiksaan. Kasih sayang antar manusia akan turun mencapai level sangat rendah.

Kitab nabi Daniel  merupakan nubuat dengan latar belakang daerah Babilonia yang mencakup daerah Israel, Suriah, Iraq dan Iran modern.  Hal itu selaras dengan petunjuk rasulullah SAW  dalam hadits terkait datangnya as-sa’ah. Diterangkan  dalam hadits itu tentang akan datangnya kekacauan di negeri Syam (Suriah).  Kekacauan ini disebut rasulullah sebagai fitnah, yang artinya tipuan. Banyak hal terlihat baik padahal menyesatkan, yang benar dibuat tampak salah dan sebaliknya. Hal itu adalah pertanda yang mendahului  datangnya as-sa’ah:

Abu Darda berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku tidur tiba-tiba aku melihat tiang kitab diambil dari bawah kepalaku. Aku melihatnya dibawa pergi dan aku pun mengikutinya dengan dua pandanganku. Kemudian tiang itu ditegakkan di Syam. Ketahuilah bahwa sesungguhnya iman berada di syam ketika terjadi Fitnah.” (HR. Ahmad no. 21781)
dari Qurroh radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Apabila penduduk negeri Syam telah rusak, maka tidak ada lagi kebaikan bagi kalian. Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang mendapatkan pertolongan (at-thaifah al-manshurah), tidaklah membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datangnya as-sa’ah.” (HR at-Tirmidzi : 2192; Ahmad : V/34)

Beberapa nubuat tentang perang terdapat dalam kitab nabi Daniel.  Domba bertanduk ganda dan kambing bertanduk tunggal yang kemudian patah dan berkembang menjadi empat tanduk dan akhirnya meluas ke seluruh bumi. Nubuat itu selaras dengan petunjuk rasulullah dalam  hadits tentang tanduk syaitan yang akan muncul.

dari Abi Mas’ud r.a  berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan tangannya ke arah Yaman dan berkata “Iman di Yaman disini dan kekerasan hati adalah milik orang-orang Faddadin [arab badui atau pedalaman] yang sibuk dengan unta-unta mereka dari arah munculnya tanduk setan [dari] Rabi’ah dan Mudhar [Shahih Bukhari no 3126]

Nubuat tentang negeri utara dan negeri selatan menjelaskan negara-negara yang terletak di sebelah utara dan selatan tanah babilonia. Saat ini dua negeri di utara dan selatan babilonia yang terkait tanda-tanda as-sa’ah sedang bersekutu untuk mengatasi konflik, membuat kabar-kabar perang di Suriah, yaitu negeri selatan Najd dan negeri utara Turki.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ التُّرْكَ قَوْمًا وُجُوهُهُمْ كَالْمَجَانِّ الْمُطْرَقَةِ يَلْبَسُونَ الشَّعَرَ وَيَمْشُونَ فِى الشَّعَرِ
Tidak akan tegak  As-sa’ah  hingga kaum muslimin memerangi bangsa Turk, yaitu kaum di mana wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit, mereka memakai (pakaian) yang terbuat dari bulu dan berjalan (dengan sandal) yang terbuat dari bulu (HR. Muslim no. 2912).
dari Ibnu Umar r.a  berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa : “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan”[Shahih Bukhari 2/33 no 1037]

Empat binatang yang muncul dari laut bercerita tentang wali-wali kalangan iblis bagi  penguasa-penguasa yang akan muncul dari empat negeri tanduk syaitan. Empat negeri itu berasal dari satu negeri tanduk syaitan  yang berupa kambing yang telah mengalahkan domba bertanduk ganda. Dalam hadits tamim ad-daari tentang dajjal dan al-jassasah, rasulullah mengatakan : 
Perhatikanlah, dia (Dajjal) muncul di laut Syria (Mediterania) atau Laut Yaman (Laut Merah). Tidak, sebaliknya  dia  berada di timur, dia berada di timur, dia berada di timur, dan dia (rasulullah SAW) menunjukkan tangannya ke arah timur. (HR Ahmad no. 7028: kitab 41)

Dajjal itu akan muncul di Suriah dan/atau di Yaman, tetapi sesungguhnya dajjal itu bukan berasal  Suriah atau Yaman, tetapi dari arah timur. Rasulullah  berulang kali mengatakan bahwa dia berasal dari timur, dan beliau SAW telah berulang kali menjelaskan tentang asal tanduk syaitan bahwa dia berasal dari Najd yang terletak di arah timur kota Madinah.  Saat ini Najd terletak di Saudi Arabia yang sedang berperang melawan Yaman dan sedang berusaha “mengatasi” konflik di Suriah. Perang di Suriah dan Yaman pada dasarnya merupakan pekerjaan yang berasal dari tempat yang sama. Saudi Arabia merupakan anak keturunan Rabiah dari suku Banu Hanifah, dimana rasulullah telah bercerita bahwa tanduk syaitan akan muncul dari anak cucu Rabiah.

Penderitaan Besar

Ayat alkitab menjelaskan bahwa masa penderitaan besar akan ditandai dengan penguasaan tempat yang kudus di Israel. Orang-orang di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan dengan sangat segera meninggalkan seluruh yang dimiliki. Peristiwa itu menandai terjadinya penderitaan besar bagi seluruh manusia, penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah terulang lagi setelahnya. Pada masa penderitaan besar ini banyak kabar tentang munculnya mesias-mesias, maka hendaknya umat manusia TIDAK  mendatangi mesias itu. Mesias akan datang dengan pertanda yang jelas, berupa kilat yang memancarkan cahaya dari  sebelah timur hingga ke barat. Itulah tanda kedatangan Mesias.

Dalam nubuat nabi Daniel tentang binatang, binatang ke-empat merupakan binatang yang sangat mengerikan, berbeda dengan binatang-binatang lain. Itulah kedatangan penderitaan besar yang dimaksudkan. Dalam nubuat tentang empat tanduk, itu adalah munculnya tanduk yang menyombong pada tanduk yang meluas hingga mencapai tanah permai. Itulah dajjal besar yang menguasai seluruh bumi.

Nabi Isa menjelaskan bila ada orang menunjukkan mesias ada di gurun, mesias ada di  suatu tempat, hendaknya tidak mengikutinya. Selaras dengan hal itu, Khalifatullah Al-Mahdi akan diishlahkan dalam satu malam. Sebelumnya beliau bukanlah orang yang terpandang, beliau orang yang tidak diperhitungkan.  Bila ada seseorang yang mengaku sebagai almahdi atau nama-nama lain yang berkonotasi dengan jabatan khalifatullah atau juru selamat, maka pengakuannya hanyalah sebuah kedustaan. Nabi Isa melarang umatnya untuk mencari atau mengikuti orang yang mengaku-aku sebagai mesias.

Rasulullah SAW bersabda : Pada akhir masa umatku akan ada khalifah yang akan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat tanpa menghitungnya. Al-Mahdi berasal dari ahlul baitku, tidak diragukan bahwa Allah akan mengishlahkannya dalam satu malam (HR Ahmad dan Ibnu Majah)

Kedatangan Putera Adam

Ayat alkitab berikutnya menjelaskan setelah peristiwa penderitaan besar itu terjadi, akan muncul tanda-tanda  alam menandai akan bergantinya jaman.  Matahari akan terbit dalam keadaan gelap tidak bersinar, bulan akan muncul tanpa cahaya dan bintang-bintang berjatuhan. Kekuasaan-kekuasaan langit akan berguncang. Putera Adam akan muncul di langit disertai para malaikat. Dengan meniup sangkakala, mereka mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari seluruh penjuru bumi.

Dalam terminologi Islam, Sang Putera Adam mengacu pada kisah penciptaan adam ketika Allah SWT berkehendak menciptakan khalifah di bumi.  Hal itu tertuang dalam alquran surat albaqarah :

Dan ingatlah ketika rabb-mu berfirman kepada para malaikat : sesungguhnya Aku akan menjadikan di bumi khalifah. (para malaikat) berkata :apakah Engkau akan menjadikan (makhluk) yang membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami selalu bertasbih dengan memuji-Mu dan mengkuduskan-Mu. (rabb) berfirman : sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang tidak kalian ketahui.
Dan (rabb) mengajarkan kepada adam nama-nama seluruhnya kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman : beritakanlah kepada-Ku tentang nama-nama itu bila kalian mengetahui  (QS 2:30-31)

Putera Adam itulah yang dimaksudkan sebagai Khalifah di muka bumi. Adam diciptakan di surga dan diturunkan ke bumi, namun kehendak tuhan tentang khalifah di muka bumi adalah atas  Putera Adam, bukan adam. Allah SWT berkehendak menggantikan iblis dengan khalifatullah dari kalangan manusia pada hari agama, bukan pada saat Adam diturunkan dari surga. dalam alquran surat Shaad ayat 78 disebutkan :
Dan sungguh tetap atasmu (iblis)  laknat-Ku hingga hari agama
Itu adalah kehendak Allah sejak semula, tidak ada rencana-Nya  yang berubah, tidak ada penundaan melaksanakan kehendaknya menjadikan khalifah karena permintaan penundaan iblis. Putera Adam itu adalah Khalifatullah Al-Mahdi.

Surat an-naba’ bercerita tentang datangnya hari ketika sangkakala ditiup. Langit pada hari itu terbuka menjadi pintu-pintu. Hari itu adalah hari pengelompokan (yaum al-fashl), orang-orang beriman akan dikumpulkan bersama, dan orang fasik bersama sesama. Pada hari itu Ar-ruuh bersama para malaikat berdiri bershaff-shaff, mereka tidak berkata-kata kecuali bagi yang  telah diijinkan oleh Ar-rahmaan.  Ar-ruuh itu adalah ruh yang ditiupkan atas Putera Adam, sehingga para malaikat seluruhnya bersujud kepada Putera Adam.

Perintah Berjaga-jaga Menanti datangnya Zaman yang dijanjikan

Ayat-ayat alkitab berikutnya mengajarkan tentang perintah untuk berjaga-jaga menanti kedatangan jaman itu. Jaman itu akan datang tanpa diketahui bilamana seseorang tidak berjaga-jaga.  Seseorang yang bersama-sama boleh jadi akan terpisah, seorang selamat dan seorang tidak selamat. Jaman itu adalah jaman penyaringan, sebagaimana terjadi pada zaman nabi Nuh, hanya orang-orang yang beriman yang akan selamat hingga jaman baru datang. Kitab Matius pasal 25 pada ayat 31-46  menceritakan lebih jauh tentang peristiwa penghakiman yang akan dilakukan oleh Sang Putera Adam.

Alquran juga  memperingatkan manusia agar memperhatikan benar-benar tentang as-sa’ah. Banyak ayat dalam Alquran menyebutkan bahwa boleh jadi as-sa’ah itu akan datang dengan segera. Setiap orang harus berjaga-jaga memperhatikan bilamana as-sa’ah itu datang. Allah telah memberikan peringatan  dan tanda-tandanya. Hal itu sebagaimana dalam surat Muhammad yang berbunyi :

Maka apakah yang mereka tunggu-tunggu selain datangnya as-sa’ah yang akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, padahal sungguh  telah datang  tanda-tandanya. Maka apakah gunanya bagi mereka ketika datang kepada mereka peringatan bagi mereka. (QS Muhammad : 18)

Pada zaman itu akan terjadi pengelompokan (yaum al-fashl), orang beriman akan bersatu dengan orang beriman, dan orang fasik akan bersama orang fasik. Setiap orang akan diuji keimanannya, apakah akan setia pada kebenaran, atau akan ikut berbuat fasik untuk kehidupan dunianya. Penyaringan itu akan terjadi sebagaimana terjadi pada jaman nabi Nuh a.s, hanya orang-orang beriman yang akan tetap akan berada di bumi, sedangkan orang-orang dan makhluk-makhluk  fasik akan diperangi oleh imam almahdi hingga tidak bersisa, kecuali iblis besar yang dijanjikan hingga alqiyamah.

Kamis, 21 April 2016

ISIS dan Timur Tengah : Menuju Zaman Akhir

As-Sa’ah 

Seluruh agama di dunia memiliki ajaran tentang suatu jaman yang dijanjikan, zaman dimana dunia akan penuh dengan keadilan dan kemakmuran. Umat islam mengenal zaman keadilan itu sebagai zaman khalifatullah al-mahdi, sementara umat judeo-cristian mengenal sebagai kerajaan tuhan yang akan dipimpin oleh messiah. Umat hindu menantikan avatara kalki dan agama-agama lain pun terdapat ajaran tentang jaman yang dijanjikan. Ajaran itu bersifat universal bahkan hingga ajaran jawa pun mengenal jaman itu sebagai jaman ratu adil herucakra.

As-sa’ah adalah istilah yang dipakai islam untuk menyebut datangnya jaman yang dijanjikan itu. Kebanyakan umat islam mengalami  sedikit kerancuan dalam pemahaman tentang as-sa’ah dengan mengatakan bahwa as-sa’ah adalah hari lenyapnya seluruh alam ciptaan. Sebenarnya tidak demikian, yang dimaksudkan dengan as-sa’ah adalah tibanya zaman yang dijanjikan.  Hari itu disebut As-sa’ah sebagaimana  hadits berikut :

Dari aisyah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Malam dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Lata dan Al-Uzza telah disembah. Lalu Aisyah bertanya : 'Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa tatkala Allah menurunkan firman-Nya : "Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai, hal ini itu telah sempurna (realisasinya)". Beliau menjawab : "Hal itu akan terwujud  saat yang ditentukan oleh Allah". (HR Muslim).

Waktu yang dijanjikan itu dalam agama judeo-christian disebut kerajaan tuhan. Hal itu selaras dengan sebutan dalam ayat 4 surat alfatihah dalam alquran yang berbunyi :

Raja pada hari agama (QS al-fatihah : 4)

Yaumu addiin (hari agama) adalah hari ketika agama yang telah sempurna akan ditegakkan. Agama telah diturunkan dengan sempurna menjelang akhir hayat Rasulullah SAW, kurang lebih 3 bulan sebelum beliau SAW meninggal. Kesempurnaan agama ditandai dengan turunnya wahyu alquran yang terakhir dalam haji wada :
Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku bagimu dan Aku ridlo islam sebagai agama ( QS al-maidah 3).

Sedangkan hari ditegakkannya agama kita lihat dalam alquran surat Shaad ayat 78 :
- Dan sungguh tetap atasmu (iblis)  laknat-Ku hingga hari agama
- (iblis) berkata : ya rabbi, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan
- (Allah) berfirman : maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan
- Sampai pada hari yang telah ditentukan. (QS 38:78 – 81)

Fragmen dialog rabbul-‘alamiin dengan iblis tersebut terjadi ketika iblis akan terusir dari surga karena tidak mau mentaati perintah rabbnya untuk bersujud kepada adam. Iblis adalah makhluk yang ditugaskan sebagai pengawas bumi, dan Allah SWT berkehendak menggantikan iblis dengan khalifatullah dari kalangan manusia pada hari agama, karenanya laknat bagi iblis adalah hingga hari agama. Namun iblis meminta kepada Rabb untuk ditangguhkan, melampaui hari kiamat, yaitu hari kebangkitan manusia. Allah SWT memberikan penangguhan bagi iblis hanya hingga hari yang telah ditentukan yaitu kiamat.
Dari urutan  peristiwa dalam ayat-ayat tersebut, kita dapat mengetahui urutan waktu tiga hari tersebut yang akan terjadi pada semesta alam setelah diciptakan, yaitu secara terurut : 
(1) Yaum addiin (hari agama)  
(2) Yaum Al-qiyamah (hari kiamat/hari lenyapnya alam ciptaan) 
(3) Yaum al-ba’tsu ( hari kebangkitan)
Hal itu menunjukkan bahwa Yaum addiin (hari agama) akan terjadi sebelum hari kiamat. Artinya, hari agama akan terjadi pada saat manusia berada di bumi yang saat ini telah ada, bukan bumi pada masa akhirat. Iblis pada saat itu tidak menyadari bahwa penangguhan yang dimintanya kepada rabb hanyalah sia-sia. Tidak ada manfaat bagi dirinya meminta penangguhan itu. Al-quran surat alfatihah menyatakan bahwa Rabbul-‘alamiin akan menjadi malik (raja)  pada yaum addiin (hari agama), maka tidak ada yang bisa mengganggu kerajaan-Nya, termasuk iblis terlaknat. Pada yaum addiin, Rabbul-‘alamiin mengutus Al-mahdi sebagai khalifatullah.

Tanda-Tanda Datangnya As-Sa’ah

Kekacauan yang terjadi saat ini di wilayah timur tengah, baik di Suriah, Yaman, ataupun yang di antara Suriah dan Iraq, yaitu berdirinya negara ISIS, sebenarnya telah diterangkan oleh Rasulullah SAW terkait pertanda dari akan  datangnya as-sa’ah dan munculnya  Dajjal.  Dalam sebuah hadits  disebutkan, dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:

بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ دَجَّالِينَ كَذَّابِينَ كُلُّهُمْ يَقُولُ أَنَا نَبِيٌّ أَنَا نَبِيٌّ

di antara dua tangan as-sa’ah (perubahan jaman)  akan muncul sekitar tiga puluh Dajjal pendusta, mereka semua berkata: ‘Aku adalah seorang Nabi, aku adalah seorang Nabi. (HR. Ahmad)

sedangkan dalam hadits lain berkaitan dengan munculnya (salah satu di antara 30) Dajjal, rasulullah menerangkan :

إِنَّهُ خَارِجٌ خَلَّةً بَيْنَ الشَّأْمِ وَالْعِرَاقِ فَعَاثَ يَمِينًا وَعَاثَ شِمَالاً يَا عِبَادَ اللَّهِ فَاثْبُتُوا

Dajjal itu keluar di antara Syam dan Irak. Dia lantas merusak kanan dan kiri. Wahai para hamba Allah, tetap teguhlah”

Walaupun saat ini belum muncul Dajjal yang mengaku nabi di kalangan ISIS, sangat memungkinkan di wilayah itulah salah satu dajjal akan muncul, tanduk syaitan yang lebih kuat daripada ISIS yang sekarang. 

Dalam hadits lain terkait datangnya as-sa’ah, diterangkan tentang akan datangnya kekacauan di negeri Syam (Suriah) dan Yaman. Hal itu adalah pertanda yang mendahului akan datangnya as-sa’ah:

dari Qurroh radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Apabila penduduk negeri Syam telah rusak, maka tidak ada lagi kebaikan bagi kalian. Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang mendapatkan pertolongan (at-thaifah al-manshurah), tidaklah membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datangnya as-sa’ah.” (HR at-Tirmidzi : 2192; Ahmad : V/34)

dari Abi Mas’ud r.a  berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan tangannya kearah Yaman dan berkata “Iman di Yaman disini dan kekerasan hati adalah milik orang-orang Faddadin [arab badui atau pedalaman] yang sibuk dengan unta-unta mereka dari arah munculnya tanduk setan [dari] Rabi’ah dan Mudhar [Shahih Bukhari no 3126]

Akan muncul pertanyaan, apakah benar konflik yang terjadi saat ini merupakan tanda yang diterangkan rasulullah SAW. Masyarakat modern mengenal bahwa daerah timur tengah adalah daerah konflik. Sejak masih duduk di sekolah dasar, berita-berita yang terdengar menunjukkan bahwa timur-tengah merupakan daerah konflik. 
Jawaban bagi pertanyaan itupun telah dijelaskan oleh rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang dikenal sebagai hadits jibril, dimana jibril datang kepada rasulullah SAW yang sedang bermajlis bersama para sahabat-sahabat. Jibril a.s ketika itu datang untuk menerangkan tentang agama :

Rasulullah SAW berkata (kepada Malaikat Jibril ketika menanyakan kepada beliau tentang waktu terjadinya As-sa’ah) : Tetapi, saya akan memberitahukan kepadamu tentang tanda-tandanya : Apabila penggembala-penggembala ternak sudah berlomba-lomba dalam membuat gedung tinggi, maka itu termasuk tanda telah dekatnya as-sa’ah [Shahih Bukhari, 1 : 114, dan Shahih Muslim, 1 : 161-164]

Dunia arab saat ini  sedang berlomba membangun gedung tinggi dan megah, menaklukkan tantangan alam yang dahulu  tampak musykil untuk dilakukan.  Sebagian besar gedung tersebut dibangun untuk memuaskan selera tanpa batas bagi kalangan super kaya, menyediakan fasilitas secara berlebihan tanpa mempedulikan kemampuan dukungan alam terhadap fasilitas tersebut.
Sebelum era ekonomi minyak, orang-orang super kaya yang memiliki gedung-gedung itu dahulu adalah orang-orang miskin penggembala ternak. Ketika minyak ditemukan, profesional bidang perminyakan dan teknologi disediakan oleh orang-orang asing yang menjadi mitra mereka.  Mereka menjadi kaya tanpa perlu mengubah keadaan diri mereka. Jadi sebenarnya, keadaan mereka tidak berubah dari keadaan yang dahulu  sebagai penggembala ternak. 

Konflik di Timur Tengah

Saat ini sulit untuk bercerita dengan benar tentang konflik di timur tengah tanpa ada sebuah pedoman dari rasulullah SAW. Secara sederhana, rasulullah SAW menerangkan keruwetan itu sebagai Fitnah.

Abu Darda berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku tidur tiba-tiba aku melihat tiang kitab diambil dari bawah kepalaku. Aku melihatnya dibawa pergi dan aku pun mengikutinya dengan dua pandanganku. Kemudian tiang itu ditegakkan di Syam. Ketahuilah bahwa sesungguhnya iman berada di syam ketika terjadi Fitnah.” (HR. Ahmad no. 21781)

ISIS menjadi kanker yang menggerogoti negara Suriah dan Iraq. Banyak pihak terlibat, yang seharusnya mereka tidak terlibat. Amerika, Turki, dan Saudi Arabia secara bersama-sama telah mempersiapkan persenjataan dalam jumlah besar di turki. Israel secara diam-diam juga berada di tengah  medan pertempuran untuk membantu korban-korban pertempuran di pihak ISIS. Russia hadir atas permintaan pemerintah terpilih untuk membantu mengatasi pemberontakan yang terjadi.

Amerika, Turki dan Saudi Arabia memperkuat pasukan koalisi yang dipimpin Amerika untuk menumpas ISIS dengan mengumpulkan peralatan militer dalam jumlah besar di Turki. Tetapi langkah itu terlihat janggal, karena justru dilakukan ketika ISIS telah hampir dikalahkan oleh pemerintah yang sah dibantu Russia. Semakin janggal bila melihat persenjataan yang dikirimkan oleh Amerika ke Suriah, dimana disertakan senjata-senjata tangan anti tank dan anti pesawat.  Truk-truk Toyota yang dimiliki pasukan ISIS tidak perlu diserang dengan senjata anti-tank dan anti pesawat, justru tank-tank dan pesawat pemerintah Suriah dan Russia yang perlu diserang dengan senjata itu.

Turki merupakan bangsa yang perannya dalam peristiwa as-sa’ah telah diterangkan oleh rasulullah SAW sebagaimana hadits berikut :

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ التُّرْكَ قَوْمًا وُجُوهُهُمْ كَالْمَجَانِّ الْمُطْرَقَةِ يَلْبَسُونَ الشَّعَرَ وَيَمْشُونَ فِى الشَّعَرِ
Tidak akan tegak  As-sa’ah  hingga kaum muslimin memerangi bangsa Turk, yaitu kaum di mana wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit, mereka memakai (pakaian) yang terbuat dari bulu dan berjalan (dengan sandal) yang terbuat dari bulu (HR. Muslim no. 2912).

Begitu pula tentang Saudi Arabia yang berkedudukan di negeri Najd. Rasulullah SAW telah menjelaskan dengan panjang-lebar tentang peran negeri ini dalam masa-masa fitnah. Sangat banyak riwayat hadits yang menceritakan peran Najd dalam memainkan fitnah.

dari Ibnu Umar r.a  berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa : “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan”[Shahih Bukhari 2/33 no 1037]

Konflik di  timur tengah saat ini sungguh merupakan sebuah fitnah. Sebagaimana naturnya fitnah, kita akan terjebak dalam kesalahan-kesalahan dalam menentukan sikap bilamana tidak berdasarkan petunjuk yang diberikan, bahkan boleh jadi tetap akan salah walaupun telah mencoba mengurai berdasarkan petunjuk. Perlu kebersihan hati untuk dapat melihat semuanya dengan jernih.

Hal yang saat ini masih tampak bertentangan dengan petunjuk rasulullah SAW adalah keterlibatan kaum Yahudi Ashbahaan.  Dalam sebuah hadits, rasulullah SAW menjelaskan tentang peran keterlibatan yahudi Ashbahaan menjelang As-Sa’ah.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْبَهَانَ سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ
“Yang mengikuti Dajjal adalah orang Yahudi Ashbahan dan jumlahnya ada 70.000 orang dan mereka memakai thilsan (yang menutup pundak dan badan)” (HR. Muslim no. 2944).

Saat ini, Iran sebagai negara yang tempat beradanya kota Ashbahan tidak tampak bergabung dalam pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat. Bahkan sebaliknya terlihat menjadi pihak oposan terhadap koalisi. Iran disinyalir merupakan pendukung pemerintah Suriah paling aktif. Hampir tidak mungkin membayangkan Iran berbalik mendukung pasukan koalisi. Namun bilamana itu terjadi, tidak perlu ragu-ragu mengatakan bahwa mereka itulah pendukung Dajjal yang akan datang. Kemungkinan lain yang bisa terjadi, bahwa di negara iran, di kota ashbahan, terdapat 70.000 Yahudi yang akan mengikuti dajjal ketika muncul. Atau kemungkinan lainnya, sebenarnya Ashbahan yang dimaksudkan oleh rasulullah SAW bukan kota Isfahan yang ada di Iran. Tidak sulit untuk menuliskan kata Isfahan dalam Bahasa Arab, kenapa harus dituliskan dengan Ashbahan. Wallahu a’lam.

Minggu, 17 April 2016

Menuju Allah

Makhluk Berakal


Manusia diciptakan Allah untuk diberi rahmat-Nya dan menjadi khalifah-Nya di muka bumi. Hal itu adalah sebuah kedudukan paling sempurna yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Bumi adalah tempat terjauh dari ‘arsy sedangkan rahmat berada di sisi-Nya. Artinya pada seorang manusia sempurna,  jasadnya berada di bumi namun jiwanya menerima rahmat dari sisi-Nya. Hal itu berbeda dengan malaikat dan makhluk-makhluk lain yang mempunyai kedudukan tertentu.  Allah SWT berfirman: 

“kecuali orang-orang yang diberi rahmat Rabbmu, dan untuk itulah Allah menciptakan mereka” (QS Huud : 119)

Seluruh makhluk berakal mencari wasilah kepada Rabb, termasuk para malaikat,  tidak terkecuali syaitan-syaitan yang menginginkan disembah manusia. Wasilah mereka  berupa makhluk lebih tinggi yang lebih dekat dengan Rabb.  Mereka mengharapkan rahmat Allah dan takut siksaan-Nya, namun syaitan-syaitan itu mencari wasilah melalui jalan yang terputus, karena iblis tidak mempunyai wasilah kepada  pemilik ‘arsy.

Katakanlah : seandainya ada ilah di samping-Nya sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu akan mencari jalan kepada Pemilik ‘Arsy  (Al-Isra’ :42)
dan apa-apa yang diseru oleh mereka, mereka (yang diseru) senantiasa berusaha untuk mencari wasilah kepada Rabb mereka,  siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada-Nya), dan mereka mengharapkan rahmat-Nya serta takut akan siksa-Nya, sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang ditakuti.  (Al-Isra': 57)

Rasulullah SAW adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan wasilah kepada Allah.  beliau SAW adalah makhluk yang paling tinggi di antara seluruh makhluk, dan beliau mendapatkan washilah rabb. Beliau SAW mengajak umat manusia menuju Allah. Demikian pula orang-orang yang mengikuti rasulullah SAW mengajak manusia menuju Allah dengan mengikuti beliau SAW. Beliau dan umatnya mengajak umat manusia mengenal Allah dengan bashirah, tidak hanya menduga-duga. Artinya rasulullah dan pengikutnya adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan ilahi sesuai jarak perjalanan mereka menuju Allah, kecuali rasulullah SAW telah paripurna pengetahuannya.  Dengan bashirah itu manusia dapat mengetahui keterlepasan dirinya dari kesyirikan.  Firman Allah Ta'ala: 

"Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak  kepada Allah di atas  bashirah (penglihatan). Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang berbuat syirik." (Yusuf: 108)

Orang-orang yang benar dalam mengikuti beliau SAW mengajak umat manusia menuju Allah dengan mengikuti rasulullah. Sebagaimana disebutkan dalam qs al-isra : 57, para nabi, shiddiqin, syuhada’ dan shalihin menjadi wasilah bagi manusia kepada rasulullah.

Keadaan Manusia

Manusia diciptakan dari tanah di bumi, sebuah tempat yang jauh dari cahaya tuhan. Kepada manusia diberikan akal  (bersama jahalah).  Di antara makhluk di bumi, manusia adalah makhluk paling cerdas. Tetapi bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk berakal, manusia termasuk paling bodoh, walaupun membawa potensi untuk menjadi makhluk paling cerdas. Ciri kebodohan yang terlihat adalah seringkali manusia merasa sebagai makhluk mandiri yang tidak membutuhkan tuhan, sementara seluruh makhluk berakal yang lain dengan sungguh-sungguh mencari wasilah kepada tuhan.

Syaitan-syaitan mencari wasilah tuhan kepada makhluk yang lebih tinggi, lebih dekat dengan tuhannya walaupun pada ujung jalannya mereka terputus. Malaikat-malaikat juga bershaff-shaff mencari wasilah kepada tuhan. Sedangkan manusia seringkali mengira bahwa dirinya adalah penguasa alamnya dan melupakan tuhan. Para makhluk berakal (kecuali manusia)  sungguh-sungguh menyadari bahwa eksistensi dan kebahagiaan mereka tergantung terhadap wasilah mereka terhadap rabb. Tanpa wasilah terhadap rabbul ‘alamiin mereka memandang diri sendiri sebagai  makhluk hina tanpa makna.

Waham manusia merasa cukup, merasa tidak memerlukan wasilah kepada tuhannya, adalah hasil pemikiran jahalah (kebodohan) yang telah diberikan kepada dirinya bersamaan dengan akal. Jahalah merupakan aspek kecerdasan jasadiah sedangkan akal merupakan aspek kecerdasan jiwa manusia. Ketika seorang manusia terlahir ke dunia, aspek akal dan jahalah akan berkembang bersama namun karena dosa-dosa menutupi hati, aspek akal kemudian melemah sedangkan jahalah selalu berkembang seiring pertumbuhan jasadnya.

Pertumbuhan jahalah dengan mudah dapat dilihat dengan melihat intelegensi yang tumbuh pada seseorang, sedangkan pertumbuhan akal sedikit lebih tersembunyi. Pertumbuhan akal dapat dilihat dari pertumbuhan akhlak mulia seseorang, berupa sifat-sifat baik yang keluar dari hati. Kadang-kadang sifat baik itu hanya keluar karena pencitraan, maka hal itu bukan termasuk sebagai indikator pertumbuhan akal. Pertumbuhan akal lah yang akan membuat seseorang itu mengerti kebutuhan dirinya menempuh jalan, mencari wasilah kepada rabb-nya, sebagaimana kisah ibrahim dalam alquran :

Dan dia (Ibrahim) berkata: sesungguhnya aku orang yang pergi kepada tuhanku, dia akan memberikan aku petunjuk.  (QS as-shaffat : 99)
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya; Sesungguhnya aku melepaskan diri dari segala apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan menunjukiku. (Az-Zukhruf: 26-27)

Akal yang tumbuh baik akan memimpin jahalah untuk membuka kunci-kunci aspek jasadiah, sehingga kecerdasan jasadiah seseorang akan tumbuh dengan baik dan terarah untuk hal-hal yang bermanfaat untuk masyarakat. Kecerdasan jasadiah yang tumbuh tanpa terpimpin akal boleh jadi akan menghasilkan madlarat bagi masyarakat.

Rintangan Menuju Allah

Tantangan manusia untuk mencari wasilah rabb sangat besar, karena manusia hidup di tempat paling jauh dari cahaya Allah. Selain jauh dari cahaya, manusia juga dihadapkan pada tabir yang menutup kebenaran. Manusia harus menghadapi hawa nafsu dirinya yang seringkali menuntut untuk dipertuhankan. Begitupun kebutuhan jasadiah acapkali menuntut manusia untuk berbuat melampaui batas,  dan bahkan kesesatan, meminta pertolongan dan bersekutu pada syaitan-syaitan.  

Rasulullah SAW bersabda: "Sesuatu yang paling aku khawatirkan kepada kamu sekalian adalah perbuatan syirik kecil. Ketika ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab: Yaitu riya'." (HR Ahmad, Ath-Thabarani, Ibnu Abid-Dunya dan Al Baihaqi dalam kitab Az-Zuhd)

Hadits tersebut menjelaskan bahwa hawa nafsu, keinginan diri untuk dipandang besar dan berharga oleh makhluk adalah suatu kesyirikan. Riya merupakan bentuk mempertuhankan diri sendiri yang sangat mungkin menimpa orang-orang beriman. Bahkan riya itu hal yang ditakutkan oleh rasulullah SAW atas diri sahabat-sahabat, bukan atas orang-orang musyrik.

Sebagian manusia mencintai iblis-iblis karena memberikan keinginan-keinginan dirinya dalam kehidupan dunia, baik berupa kekuasaan, kedudukan maupun harta. Mereka menghamba kepada syaitan,  bersekutu dalam perbuatan-perbuatan syaitan menjadi musuh bagi manusia dengan imbalan sesuai keinginan dirinya.  

Dan diantara manusia ada orang-orang yang mengambil tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah...  (Al-Baqarah: 165)

Mereka itulah manusia yang pasti masuk neraka. Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa mati dalam keadaan menghamba kepada selain Allah, masuklah ia ke dalam neraka." (HR Bukhari)

Sedangkan orang-orang beriman amat sangat  cintanya kepada Allah. Orang-orang beriman sangat mengerti bahwa kebahagiaan sempurna bagi dirinya adalah mengenal Allah, kebahagiaan tanpa cela sedikitpun,  maka mereka sangat mencintai Allah SWT. Mereka itulah orang-orang yang diharamkan bagi mereka neraka. 

Syaitan juga berusaha menyesatkan orang-orang yang berjalan menuju Allah. Untuk orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah dan mencari ilmu, syaitan-syaitan memberikan tiupan-tiupan kejahatan pada akidah manusia sehingga manusia akan tersesat. Ilmu alquran dari rasulullah mereka ajarkan kepada manusia dengan tiupan penghayatan yang keliru. Mereka memberikan tiupan-tiupan kejahatan pada aqidah, sehingga manusia berjalan tersesat. 

Dan dari kejahatan penyihir yang meniup-niup pada akidah-akidah (QS 113:4)

Fanatisme kelompok merupakan salah satu tiupan pada buhul-buhul. Kaum khawarij mempunyai akal lemah karena tiupan-tiupan syaitan pada akidah pada kaum tersebut.  Walaupun kaum tersebut menjalankan syariat dengan mengagumkan dan  mempelajari sunnah dengan rajin, mereka dikatakan oleh rasulullah keluar dari islam. Akidah mereka diberi tiupan-tiupan penghayatan yang tidak semestinya sehingga akal mereka tidak berkembang malah melemah, tidak mampu melihat realitas kebenaran. Ayat-ayat alquran dan ajaran rasulullah malah mengikat mereka pada kebodohan.

Bagi kaum khawarij, syaitan menghembuskan akidah bahwa ilah mereka adalah Allah yang mereka pahami dengan jahalah mereka. Kendati mereka sering berbicara tentang dakwah menuju Allah, sebenarnya mereka tidak pernah berjalan menuju Allah, karena mereka merasa telah menemukan Allah dengan jahalah mereka. Tentu saja hal itu hanya sebuah konsep tentang tuhan, karena Allah berada di atas ufuk yang tertinggi yang hanya bisa didaki dengan semakin sempurnanya akal.

Perjalanan Manusia

Tantangan bagi manusia menuju Allah sangat besar, karena manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Manusia adalah makhluk yang diciptakan di bumi, namun harus kembali bertaubat menuju Allah yang berada jauh dari bumi. Rasulullah adalah uswatun hasanah, manusia yang telah mencapai ufuk tertinggi ketika  beliau bermi’raj. Beliau SAW mengajak manusia untuk menuju Allah, walaupun tentu saja tidak ada yang bisa mencapai  kedudukan sebagaimana yang beliau capai. Manusia hanya bisa mencapai kedudukan dirinya masing-masing di sisi Allah.

Perjalanan itu merupakan  perjalanan paling panjang dan berat bagi makhluk. Malaikat muqarrabun dapat mencapai surga dan bumi namun tidak membawa jasad, sementara manusia harus membawa jasad, hawa nafsu dan jahalah. Namun Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Seseorang yang berjalan menuju Allah dengan ikhlas, kelak pasti akan sampai ke surga. Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari 'Itban: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada neraka orang yang berkata: Laa ilaha illa Allah (Tiada ilah selain Allah), dengan ikhlas dari hatinya dan mengharapkan  Wajah Allah."
'Ubadah ibn Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu, menuturkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba dan Rasul-Nya; dan (bersyahadat) bahwa 'Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat pula bahwa) surga adalah benar adanya dan neraka-pun benar adanya; maka Allah pasti memasukkannya ke dalam surga betapapun amal yang diperbuatnya." (HR Bukhari Muslim)

perjalanan seorang hamba menuju Allah ditandai dengan perkembangan akal. Manusia memulai perjalanannya dari keadaan jahalah. Dengan berserah diri mengikuti kebenaran, bersikap hanif,  maka akan tumbuh sifat baik dalam dirinya.  Dengan sifat baik di dalam hati, akal akan berkembang dan semakin mampu melihat realitas kebenaran yang semakin meningkat.  Alquran adalah cahaya yang semakin terlihat terang bagi akal yang berkembang. Bila ada yang mengatakan akal dapat bertentangan dengan kitabullah, maka sebenarnya yang dikatakan sebagai akal itu hanyalah jahalah. Akal tidak akan bertentangan dengan kitabullah.

Perkembangan akal merupakan  penyempurnaan akhlak manusia. Akhlak sempurna berarti bentuk ciptaan sempurna, yaitu sempurnanya akal seseorang hamba. Akal yang berkembang akan membuat ciptaan dari tanah yang berbentuk manusia itu menjadi mulia. Dengan sempurnanya akal seorang hamba, Allah berkehendak memberikan tiupan ruh, yaitu ruh al-quds sebagaimana ruh al-quds yang datang kepada Maryam.

Maka apabila telah aku sempurnakan dirinya dan Aku tiupkan ruh-Ku, maka hendaklah hendaklah kalian (malaikat muqarrabun) bersujud baginya (QS. AL-HIJR 15 : 29)

Manusia dikatakan mengenal rububiyah-Nya apabila mengenal untuk apa dirinya diciptakan. Apabila seseorang mengerjakan amal-amal yang telah ditetapkan bagi dirinya, hal itu  merupakan awal dari keberagamaan seseorang. Membela agama bisa dilaksanakan hanya bila seseorang mengenal untuk apa dirinya diciptakan.

Bagi umat rasulullah SAW, dakwah menuju Allah dilakukan dengan bashirah, bukan atas dugaan semata-mata. Tanpa mengenal diri sendiri untuk apa dirinya diciptakan, dakwah kepada Allah itu hanya dilakukan atas dugaan semata-mata. Oleh karenanya tidak layak bagi seseorang memaksakan paham dirinya bila tidak mengetahui qadla dirinya. Dakwah pada kebenaran wajib dilakukan, tetapi tidak perlu menghakimi pihak-pihak lain yang tidak sependapat dengan diri.

Jumat, 08 April 2016

Menuju Tauhid

Tauhid menurut bahasa (etimologi) artinya menjadikan sesuatu itu satu. Dalam al-quran, tauhid merupakan penjabaran dari surat al-ikhlash :
Katakanlah : Dia adalah Allah yang Esa (Ahad) (QS al-ikhlash : 1)
Dia (Huwa) adalah dzat yang maha wujud, tidak berawal dan tidak berakhir yang telah menciptakan segala sesuatu.  Wujud Huwa (Dia) dijelaskan sebagai tidak ada yang semisal bagi-Nya sesuatu pun. Tidak ada yang bisa mengenal Huwa sedikitpun, baik wujud-Nya, keagungan-Nya, shifat-Nya atau apapun, kecuali diri-Nya sendiri.

Tauhid Uluhiyah

Huwa (Dia) berkehendak untuk dikenal. Kehendak-Nya adalah untuk dikenal dengan asma “Allah”.  Surat al-ikhlas  ayat 1 menjelaskan tentang perintah  kepada makhluk untuk berkata : “Dia (Huwa) adalah Allah yang Esa (Ahad)”. Maksud perintah-Nya berupa  “katakanlah” bukanlah sekadar untuk berkata, tetapi untuk berkata-kata dengan pengetahuan. Maka perintah itu dijabarkan rasulullah SAW sebagai kalimat syahadat (persaksian) yaitu : “Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah”. Persaksian tidak akan  bermanfaat dan tidak sah tanpa disertai dengan pengetahuan.

“Allah”  adalah nama yang dikehendaki-Nya untuk dikenal makhluk, sebagai aspek dzahir Huwa (Dia)  yang bisa dikenal oleh makhluk. Tidak ada satupun makhluk yang mengenal aspek bathin Huwa (Dia)  karena tidak ada sesuatupun yang bisa menjadi misal bagi-Nya. Dia (Huwa) berkehendak agar nama “Allah” dikenal sebagai ilah, yaitu  sesuatu yang menjadi puncak kecintaan makhluk. Itu adalah tauhid uluhiyah.

Tauhid uluhiyah dapat dilakukan dengan mengenal rububiyah dan asma serta sifat-sifat yang diperkenalkan-Nya dalam segenap ufuk. Di dalam asma “Allah” terkandung seluruh aspek rububiyah dan asma serta sifat-sifat-Nya. Seseorang yang dengan ikhlash mencermati ufuk semesta dan dalam dirinya niscaya akan menemukan al-haq.

Tauhid Rububiyah

Huwa (Dia) menggunakan nama “Allah” menciptakan makhluk agar makhluk bisa mengenal nama “Allah” sebagai ilah. Dalam fase penciptaan dan setelahnya, “Allah” dikenal dengan martabat Rabbul-‘alamiin.  Sebelum ada penciptaan, tidak ada pangkat rabb disematkan bagi-Nya.  Martabat  Rabbul ‘alamiin menunjukkan bahwa Allah menciptakan dan memelihara ciptaan-Nya. Tanpa  martabat-Nya sebagai rabb, alam semesta akan lenyap tidak ada yang menjaga.

Dalam martabat rububiyah-Nya, dia menciptakan manusia dan jinn untuk menjadi hamba sebagaimana dikatakan dalam surat adz-dzariyat : 6. Ubudiyah (penghambaan) manusia dan jinn ditujukan kepada-Nya dalam martabat rububiyah. Ubudiyah (penghambaan) yang sebenar-benarnya oleh makhluk kepada rabb akan mengantarnya untuk mengenal Allah sebagai ilah. Bukti ubudiyah makhluk yang sebenar-benarnya ditandai dengan diutusnya ruh-alquds yang membawa amr (urusan) rabb bagi hambanya. Amr rabb itu adalah urusan untuk apa diri seseorang diciptakan, sehingga dikatakan dia mengenal dirinya.  Itulah tauhid rububiyah.

Ubudiyah seorang manusia atau jinn bukanlah sebuah kedudukan hina, justru ubudiyah itu akan mengangkat dirinya mengenal martabat yang lebih tinggi. Pada ujung ubudiyah seorang hamba, Allah berkehendak memberikan amr (urusan) rububiyah kepadanya, berupa urusan pemakmuran bumi, agar hamba itu mengenal bahwa hanya Allah SWT yang layak menjadi ilahnya. Hal itu terjadi bila akhlak makhluk mencapai bentuk sempurna, bentuk ciptaan yang penuh kemuliaan, akhlakul karimah.

Setiap makhluk mendapatkan rububiyah dari rabbul ‘alamin. Pada setiap makhluk terdapat ruh sebagai bentuk rububiyah-Nya yang membuat sesuatu ada dan bertahan. Dengan ruh, seseorang yang terluka dapat kembali utuh tersembuhkan, sedangkan tanpa ruh, jasad manusia akan lenyap kembali kepada tanah.  Dalam setiap materi, terdapat ruh yang memberikan bentuk keadaannya. Allah tidak memerlukan sesuatupun untuk melaksanakan rububiyah, tetapi urusan pemakmuran bumi diberikan kepada manusia yang benar-benar menghambakan diri pada-Nya agar manusia mengenal ilahnya.

Asma’ dan Shifat

Asma’ dan shifat-Nya sangatlah agung, terpancar di segenap ufuk ciptaannya. Setiap ciptaannya membawa nama yang membawa  al-haq  yang menunjukkan asma  Allah. 
Di antara seluruh ciptaan-Nya, manusia adalah makhluk yang paling sempurna untuk menunjukkan asma Allah. Manusia diciptakan dari tanah, dilengkapi dengan jiwa  yang mempunyai fuad yang dapat berkembang sempurna  hingga menjadi lubb. Dengan lubb yang sempurna, maka ruh al-quds yang membawa amr dari rabb mendapatkan tempatnya. Ketika itulah manusia menjadi makhluk-Nya yang paling sempurna untuk menunjukkan asma Allah.

Untuk mengubah jiwanya, manusia harus memohon dengan nama-Nya dan menghidupkan sifat-sifat dirinya sesuai dengan  asma’ul husna dan sifat-sifat terpuji yang sesuai dengan dirinya, terutama asma Arrahmaan dan Arrahiim.  Dengan memohon dan menghidupkan asmaul husna dalam diri, jiwa manusia akan berubah menuju kesempurnaan, dari jiwa yang menyuruh kepada keburukan menjadi jiwa muthmainnah. Dengan jiwa muthmainnah, fuad yang dikaruniakan kepada dirinya akan berkembang hingga menjadi lubb. Itulah tauhid asma dan shifat.

Menuju Tauhid

Maha suci Dia yang telah menciptakan makhluk dan menjadikan diri-Nya cahaya yang menjangkau makhluk yang  paling jauh dari diri-Nya.  Dia menciptakan manusia  dari tanah yang hina, kemudian diberikan kepadanya  jalan  penuh cahaya untuk mendekat kepadanya, maka disempurnakan penciptaannya dan diberinya amr rububiyah hingga mengenal  Allah sebagai ilahnya.

Tauhid adalah sebuah tangga untuk mendekat kepada Allah. Namun sayangnya, kaum tertentu telah menghancurkan tangga tauhid yang diajarkan alquran dengan versi tauhid  yang tidak berarti apapun, tauhid yang tidak lebih baik daripada tauhid iblis ketika diperintah untuk bersujud kepada adam. Tauhid iblis hanyalah tauhid permulaan, tetapi yang dikehendaki-Nya bukan seperti itu. Iblis-iblis mencari wasilah kepada tuhannya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut azab-Nya, tetapi mereka terputus. Tauhid yang dikehendaki-Nya adalah sebagaimana alquran dan rasulullah ajarkan.

Allah mengambil permisalan kalimat yang baik adalah seperti pohon yang baik, akarnya menghunjam ke dalam bumi dan cabang-cabangnya menjulang di langit. Sedangkan kalimat yang buruk adalah seperti pohon yang buruk tercerabut akarnya  dari bumi tidak dapat tegak.

Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Allah mengambil permisalan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Memberikan buahnya setiap saat dengan ijin tuhannya. Dan Allah mengambil pemisalan itu bagi manusia  agar mereka selalu berdzikir. Dan permisalan kalimat yang buruk adalah seperti pohon yang buruk, tercerabut akarnya dari bumi tanpa dapat tegak. (QS Ibrahim 24-26)

Kalimat tauhid yang baik adalah seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, artinya kalimat tersebut mampu menumbuhkan pohon jiwa seseorang untuk mencintai Allah SWT, mengakar hingga aspek jasad menjadi bersifat mulia, dan  memberikan manfaat bagi orang lain dengan buahnya. 
Sedangkan kalimat tauhid yang buruk adalah seperti pohon yang buruk, akarnya tercerabut dari bumi tidak dapat tegak. Doktrin-doktrin tauhid sebagaimana tauhidnya iblis hanya seperti pohon yang buruk, tidak mempunyai akar pada sifat jasad manusia, tidak akan mampu menumbuhkan jiwa manusia agar mencintai Allah. Mereka tidak memberi manfaat kepada orang lain, hanya merasa mempunyai kebenaran, mendekati faham paganism berselubung tauhid. sebagaimana kita ketahui, iblis hanya mau bersujud kepada rabb, tidak mau mengenal adam yang membawa amr (urusan) rabb.

Sebagian kaum menyibukkan diri  mengajak  pada syariat secara berlebihan hingga hal-hal kecil yang bahkan sama sekali tidak terkait dengan syariat dianggap sebagai  bid’ah dalam agama, sementara apa yang dimaksud sebagai  agama tidak dimengerti. Umat islam dijerumuskan dalam begitu banyak perselisihan dan bid’ah dalam yang tidak diajarkan nabi-nabi. 
Kisah Qabil dan Habil dapat menjadi cermin agar manusia tidak terjebak dalam usaha ibadah yang sia-sia. Qabil yang telah bersusah-payah mengolah tanah dan mempersembahkah hasil bumi terbaik olahannya untuk korban, bahkan mempersembahkan nyawa adiknya untuk korban, ternyata korban itu sia-sia. Sebaliknya Habil yang hidup dengan tenang menggembalakan ternak, ketika berkorban dengan ternak terbaiknya maka korban itu diterima. Bila manusia tidak tepat bersikap kepada Allah, boleh jadi amal ibadah itu hanya sia-sia.

Kaum Khawarij

Islam dan Terorisme

Dewasa ini, umat islam mendapatkan fitnah bertubi-tubi yang menampakkan islam sebagai agama terroris. Para ulama bersama-sama dengan umat islam selalu menjelaskan bahwa agama islam adalah agama damai, tidak mengajarkan kekerasan apalagi terorisme. Namun dalam realitas ketika terjadi  kasus terorisme, para pelaku yang berhasil diidentifikasi dan ditangkap adalah orang-orang dengan label agama islam. Penangkapan-penangkapan dalam kasus terorisme, hanya sedikit kasus dilakukan oleh umat agama lain.
Munculnya Islam sebagai agama terror mulai mencuat ketika terjadi peristiwa pengeboman world trade centre 911 di amerika. Saat itu, dua gedung kembar WTC ditabrak oleh dua buah pesawat komersial yang dibajak oleh orang-orang arab. Organisasi mujahidin alqaeda dituduh sebagai biang pelaku terorisme, dan islam secara keseluruhan mendapatkan cibiran dan pandangan sinis sebagai agama teroris. Fitnah terhadap islam semakin besar, karena terorisme berikutnya hampir selalu melibatkan orang dengan label muslim, bahkan terorisme yang dilakukan di negara yang berpenduduk mayoritas islam dilakukan oleh orang berlabel muslim.
Tentu pandangan semacam itu salah besar, benar-benar fitnah untuk kebenaran. Kasus terorisme tidak hanya melibatkan pihak muslim saja. Pada dasarnya, terorisme merupakan  desain tindakan yang berakar dari syaitan, bukan dari kebenaran. Para penyembah iblis lah yang membuat seluruh rencana tersebut, dan pengikut  bodoh iblis  yang akhirnya menjadi pelaku tindakan syaitaniah tersebut.
Ketika peristiwa WTC 911 terjadi, ada sebuah kejadian menarik yang tidak terekspose ke public. Peristiwa tersebut dikenal dengan tag “ 5 dancing Israelis”, dimana terdapat 5 pemuda Israel yang merekam kejadian penabrakan pesawat ke gedung WTC, dan mereka menari-nari dengan riang gembira ketika kedua pesawat menabrak gedung dan pada akhirnya gedung tersebut runtuh. Mereka tertangkap oleh pihak kepolisian amerika, namun tidak lama berselang mereka bisa kembali ke Israel, dan bahkan tampil dalam sebuah acara talkshow di televisi Israel, dimana mereka mengatakan bahwa mereka berbangga telah mampu mengerjakan tugas negara.
Rumor mengatakan bahwa orang-orang Israel telah mendapatkan peringatan untuk tidak berada di area gedung-gedung tersebut pada hari peristiwa penabrakan pesawat. Tentu mengherankan bila masyarakat sipil telah mendapatkan larangan tersebut, tetapi CIA membiarkan  pesawat-pesawat tersebut bisa melakukan aksinya.
Fitnah menimpa nama islam ketika pelaksana operasi lapangan terorisme tersebut adalah orang-orang berlabel islam. Sekian bukti menunjukkan bahwa para pembajak pesawat penabrak gedung adalah orang-orang islam yang terkait dengan organisasi Al-Qaeda. Tentu sangat mudah bagi perencana aksi untuk mengumpulkan bukti-bukti otentik atas aksi yang mereka rencanakan. Dengan cepat CIA mendapatkan bukti-bukti pelaku aksi, dan pelaku tersebut adalah orang-orang berlabel islam.
Dalam kejadian tersebut, nampak perencana terror yang sesungguhnya tidak terlihat. Para pelaku lapangan hanya merupakan boneka dari perencana aksi. Namun dalam realitas kehidupan mereka tidak mempunyai hubungan langsung, bahkan satu dengan yang lain benar-benar bermusuhan. Pelaku mempunyai nilai-nilai ideologis yang sangat berbeda bahkan bertentangan dengan perencana. Tentunya ada pihak ketiga yang menjadi penghubung antar pihak tanpa menghubungkan para pihak. 
Banyak  pertanyaan menarik dalam kasus hubungan tersebut.  bagaimana pelaku yang berlabel islam itu bisa menjadi boneka dari perencana. Seperti apakah Islam itu, atau ideologi Islam seperti apa yang para pelaku anut sehingga mereka dengan  mudah menjadi boneka perencana kejahatan. Bahkan orang-orang yang berlabel muslim itu sungguh-sungguh menjadi pelaku terorisme yang sebenarnya, merencanakan dan  melakukan aksi mereka sendiri. Hal ini dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa terorisme di negara muslim.

Khawarij

Aksi terorisme adalah  realisasi  rencana  iblis, sangat jauh dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Aksi terror dapat terealisasi karena aktor-aktor terror tumbuh berakar pada tipuan iblis, dimana iblis sangat lihai membuat orang memandang baik apa yang dikerjakannya. Dalam Islam, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya telah dijelaskan oleh Rasulullah sejak dahulu.

Dari Ali r.a berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia terbaik. Mereka membaca alquran tetapi tidak melampaui kerongkongannya. Mereka keluar dari islam sebagaimana anak panah terlepas dari busurnya. Apabila kalian bertemu dengan mereka maka perangilah mereka, karena memerangi mereka berpahala di sisi Allah pada waktu berdirinya as-sa’ah (HR Muslim)

Itulah yang dimaksudkan sebagai Khawarij.  Rasulullah telah menerangkan bahwa akan muncul suatu kaum yang keluar dari islam (khawarij), walaupun mereka membawa ajaran islam. Bahkan dalam sebagian riwayat dikatakan bahwa para sahabat akan merasa minder bila membandingkan shalat, puasa dan ibadah-ibadah mereka terhadap ibadah kaum itu, tetapi kaum itu keluar dari islam sebagaimana anak panah terlepas dari busurnya. 
Rasulullah menerangkan bahwa kaum itu akan tetap ada dari masa ke masa :

يَنْشَأُ نَشْأٌ يَقْرَأُوْنَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيْهِمْ, كُلَّمَا خَرَجَ فَرْقٌ قُطِعَ حَتَّى يَخْرُجَ فِيْ أَعْرَاضِهِمْ الدَّجَّالُ

“Akan muncul suatu kelompok yang membaca Al-Qur’an tetapi tidak melampaui  kerongkongan mereka. Setiap kali muncul, mereka dibasmi habis hingga keluar dalam pasukan besar mereka Dajjal.” (HR. Ibnu Majah 174)

Kaum khawarij muncul dari generasi ke generasi hingga muncul dajjal di antara mereka.  Mereka bukanlah kaum yang dulu pernah ada dan sekarang telah hilang, tetapi dahulu muncul dan saat inipun kaum itu sangat mungkin ada. Setiap orang harus jeli memperhatikan ajaran yang diikuti, boleh jadi mengikuti kaum khawarij yang ibadahnya membuat minder para sahabat.  Boleh jadi kaum khawarij itu tampak sebagai orang yang ucapannya menarik hati, dan mereka bersumpah atas nama Allah atas kebenaran isi hatinya padahal mereka penentang yang sangat keras.  Allah berfirman:

 “Dan di antara sebagian manusia ada orang yang ucapannya dalam kehidupan dunia  menarik hatimu dan dia persaksikan kepada Alloh atas kebenaran isi hatinya padahal dia penentang yang sangat keras, dan apabila dia berpaling dia berjalan di atas bumi dengan membuat kerusakan di dalamnya dan membinasakan tanaman serta hewan ternak, sedang Alloh tidak menyukai kerusakan.” (QS. Al Baqoroh: 204-206)
“…Mereka (orang-orang khawarij) selalu mengucapkan kata-kata yang baik dan indah, dan mereka membaca Al Quran tapi (bacaan tersebut) tidak melampaui tenggorokan mereka (tidak masuk ke dalam hati mereka)…” (HR Imam Muslim 7/175)

Dari kasus terorisme yang telah terungkap, banyak dijumpai pelaku-pelaku terorisme dikenal oleh tetangga-tetangga mereka sebagai orang yang berperilaku baik. Kebaikan perilaku itu juga telah diterangkan rasulullah SAW,  bahwa kata-kata mereka baik dan indah. Mereka juga membaca Al-quran yang boleh jadi semakin membuat orang memandang baik perilaku mereka. Hati yang membawa terorisme mereka simpan rapat dalam jasadnya.

Beberapa ciri kaum ini telah diterangkan Rasulullah saw sebagaimana hadits terdahulu di atas.

  • Muda usia dan Lemah akal. 

Walaupun tersembunyi dalam perilaku yang baik dan membaca alquran, rasulullah memberikan isyarat yang dapat menunjukkan ciri mereka, yaitu : Lemah Akal. Orang berilmu seringkali tidak menampakkan keilmuan mereka, tetapi kaum khawarij mempunyai karakteristik lemah akal, tidak dapat menerima kebenaran dari pihak lain. Bagi mereka, kebenaran itu adalah apa yang diucapkan oleh para syaikh mereka walaupun tidak masuk akal. Misalnya, bila dikatakan bahwa syaikh mereka berpendapat bumi tidak berbentuk bola dan matahari mengelilingi bumi (tidak sebaliknya),  maka  mereka akan berpendapat demikian.
Sebagian anak muda saat ini mungkin pernah berhadapan dengan kaum half brained yang berpakaian dan beradat istiadat ala islam. Rasulullah mengatakan bahwa mereka itu muda usia dan lemah akal. Kelemahan akal telah membuat mereka tidak mampu melihat kebaikan atau keburukan secara setimbang, sehingga mudah terpuruk dalam kejahatan namun merasa berbuat kebaikan.
  • Pembicaraan di antara mereka adalah perkataan manusia terbaik.  

Dengan tidak seimbang dalam menilai kebaikan dan keburukan, kaum itu mudah terpuruk dalam keburukan. Dengan pembicaraan sunnah rasulullah dan manhaj kaum salaf, mereka terpuruk dalam kebanggaan sebagai pemilik kebenaran.   Manusia terbaik adalah Rasulullah saw, dan kaum terbaik adalah kaum salafus-shalih yang mengikuti Rasulullah.  Rasulullah tidak menerima penisbatan pembicaraan mereka itu kepada diri Rasulullah atau sahabatnya, tetapi dinisbatkan dengan sebutan yang lain yaitu manusia terbaik.
  • Membaca alquran tetapi tidak melampaui kerongkongan. 

Alquran adalah salah satu cahaya iman yang berguna untuk mengubah jiwa seseorang menjadi lebih baik, sehingga  mengantarkan dirinya untuk berada lebih dekat kepada rabb. Namun bagi kaum tersebut, alquran hanyalah sebuah deretan alat untuk menghakimi dan beradu argumen dengan pihak lain, tidak untuk perbaikan diri sendiri. Ayat-ayat alquran hanya berada di mulut mereka, tidak melampaui kerongkongannya untuk  mengubah apa yang ada di dalam dada.
  • Mereka keluar dari islam sebagaimana anak panah terlepas dari busurnya.

Islam adalah kebenaran yang harus dicapai. Ibaratnya,  islam adalah sebuah bangunan yang harus disusun dari bata-bata ajaran para nabi. Sebaliknya bagi kaum itu, petunjuk-petunjuk agama ajaran nabi malah digunakan untuk melontarkan diri jauh dari mengikuti kebenaran. Bahkan mereka menjadikannya sesuatu untuk  membuat luka bagi orang-orang di sekitar mereka dengan bata-bata kebenaran dari islam.

Akar Ideologis Khawarij

Ciri-ciri yang telah disebutkan di atas pastilah bukan berakar dari ajaran islam yang benar, walaupun mereka membawa ajaran islam. Hal itu adalah buah dari akidah yang buruk, tercermin dalam  betapa buruk buah yang dihasilkan.   Rasulullah  menerangkan tentang akar masalah kaum tersebut sebagaimana hadits dari Hudzaifah ibn al Yaman berikut :
Aku bertanya (kepada Rasulullah SAW): apakah setelah kebaikan terdapat keburukan?  Beliau SAW berkata : ya, (yaitu) para pendakwah  (da’i) yang mengajak kepada pintu-pintu Jahannam. Barang siapa menerima ajakan mereka niscaya dilemparkan  ke Jahannam.
Aku bertanya : wahai Rasulullah, beritakanlah kepada kami sifat-sifat mereka. Beliau SAW berkata : mereka dari kaum kita (arab) dan berbicara dengan bahasa kita (arab).( HR Muslim no 1847.)
Dalam riwayat lain ditambahkan : dan akan bangkit dari kalangan mereka syaitan dengan jasad manusia.

Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW telah menunjukkan akar ideologis khawarij berupa keburukan yang nampak sebagai kebaikan. Akar ideologis mereka berasal dari sebuah dakwah,  namun dakwah itu malah mengantarkan pengikutnya menuju pintu-pintu Jahannam. Yang dimaksud sebagai dakwah menuju pintu-pintu Jahannam adalah dakwah yang mengubah akhlak pengikutnya menyerupai akhlak penghulu Jahannam, yaitu Iblis. Bisa saja dakwah itu menggunakan kalimat-kalimat yang diajarkan dalam islam, namun dengan penghayatan yang sesat. Iblis mempunyai keahlian tinggi dengan pengalaman beribu-ribu tahun memoles sesuatu perbuatan agar manusia memandang baik apa yang dikerjakannya. Bahkan dengan kebenaran dalam ajaran islam, iblis mampu  menggelincirkan manusia mengikuti akhlaknya, sehingga Jahannam lah tempat bagi manusia yang mengikutinya.

Sedikit tentang akhlak Iblis  dapat kita ketahui dari fragmen penciptaan adam hingga terusirnya iblis dari surga. Allah SWT berkehendak menciptakan khalifatullah di muka bumi dari kalangan manusia, maka diciptakanlah Adam. Setelah adam tercipta dan ditiupkan ruh-Nya padanya dan diajarkan padanya seluruh nama-nama, para malaikat muqarrabun diperintahkan bersujud kepada Adam, dan seluruhnya bersujud kecuali Iblis. Iblis dikatakan sebagai makhluk dengan sifat abai terhadap perintah rabb, sombong dan kafir.
Betapa Iblis mempunyai keberanian membantah dan menolak perintah rabb untuk bersujud kepada adam. Hal itu adalah karena Iblis merasa benar. Iblis menolak bersujud kepada adam karena sombong membandingkan dirinya dengan Adam. Iblis menolak perintah rabb menunjukkan iblis bersifat abai,  bertindak hanya mengikuti nafsunya, bukan kehendak rabb. Keseluruhan itu menunjukkan bahwa Iblis tidak berpengetahuan, yaitu kafir. Secara ringkas akhlak iblis yang bisa kita ketahui adalah : suka membantah, merasa benar, sombong, abai dan kafir.

Islam harus dipahami dalam semangat ubudiyah (penghambaan). Kebenaran itu berada di sisi rabb yang maha tinggi, bukan permainan selera dan akal manusia. Untuk mengetahuinya, manusia perlu bersujud  berserah diri  agar ditunjukkan dan diberi kebenaran, sehingga bisa bertindak dengan kebenaran. Alih-alih, jika islam dipelajari dalam semangat untuk merasa benar, hal itu akan sangat efektif untuk menjadikan seseorang mencerap semua akhlak iblis ke dalam dirinya. Bila ajaran islam yang dipelajari itu menjadikan diri merasa paling benar, itu adalah ciri langkah kesesatan. Akhlak iblis akan  tercerap dengan cepat menyatu dalam akhlak dirinya, yakni berbantah-bantahan, abai terhadap urusan tuhan (amr) bagi dirinya, sombong dan tidak mempunyai ilmu yang bercahaya. Kendati mempunyai ilmu, ilmu itu sesungguhnya hanya kegelapan waham yang menutup hati sehingga menjadikan hatinya kafir.
Iblis dahulu bertemu rabb, namun dikatakan bahwa iblis adalah kafir. Kekufurannya  itu bukan tidak percaya, tetapi kekufurannya adalah  tidak mempunyai pengetahuan. Iblis juga bertauhid.  Hanya kepada rabb saja iblis mau bersujud, maka iblis menolak perintah-Nya untuk  bersujud kepada adam. Tauhid Iblis yang begitu kuat itu tidak menghapus status iblis dari kekafiran karena Iblis tidak memiliki pengetahuan tentang amr (urusan) tuhannya.
Jika seseorang bertauhid seperti iblis tanpa mau mencari tambahan pengetahuan kebenaran lain, niscaya manusia akan menjadi kafir sebagaimana iblis. Iblis dituntut untuk mengenal adam agar mengenal amr rabb, agar bisa bersujud kepada rabb. Seseorang yang bertauhid dituntut untuk mengenal diri sendiri agar mengenal rabb, karena setiap manusia diciptakan dengan tugas tertentu di sisi rabb.  Hanya dengan bersujud, berserah diri dan  bertaqarrub kepada rabb manusia dapat melihat tugas diri yang ditentukan baginya. Dengan mengenal tugas diri itulah manusia dikatakan mengenal diri, maka dia mengenal rabb-nya, mengenal kebenaran yang berada di sisi rabb. Kebenaran berdasarkan selera dan hasil  pemikiran tanpa berserah diri mencari yang terbaik hanyalah sebuah kabut waham  yang akan menutupi hati.

Penjelasan Detail Rasulullah tentang Khawarij

Pengkafiran sesama muslim adalah sebuah hal besar dalam islam. Seorang muslim yang menuduh muslim lain sebagai kafir, maka tuduhan itu akan kembali kepada dirinya bila yang dituduh tidak seperti yang dituduhkan. Pembahasan tentang khawarij ini tidak dimaksudkan untuk menimbulkan kecurigaan satu muslim terhadap muslim lain. Bila itu terjadi, maka mushibah akan menimpa umat. Kemusyrikan akan menyebar di kalangan islam dengan berbangga-bangga terhadap golongan sendiri.
Rasulullah SAW bersabda : Siapa saja yang mengatakan kepada saudaranya: ‘wahai kafir’, maka pengkafiran itu pasti mengenai salah seorang dari mereka, jika betul apa yang ia katakana, jika tidak, maka ucapan itu akan kembali kepada dirinya.” (HR. Bukhory, no: 6104)

Rasulullah menjelaskan dengan detail tentang khawarij. Hal ini dimaksudkan salah satunya agar seorang muslim tidak gegabah menuduh muslim lain keluar dari islam. Rasulullah telah menjelaskan tentang sifat dakwah menuju Jahannam, bahwa mereka adalah orang-orang arab dan berbahasa arab. Tentu tidak semua orang arab maupun kelompok yang berbahasa arab  merupakan kelompok pendakwah menuju Jahannam. Rasulullah telah memberikan penjelasan detail.

dalam peristiwa pembagian harta rampasan perang hunain, dzulkhuwaisirah at-tamimi berkata : “Berlaku adillah wahai Muhammad karena sesungguhnya engkau tidak berlaku adil!”, dia juga mengatakan : ”Pembagian itu tidak diinginkan untuk Wajah Allah”, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya :  ”Celaka engkau ! siapa lagi yang berlaku adil jika aku tidak berbuat adil?” tidakkah kalian percaya kepadaku padahal aku dipercayakan oleh Dzat yang di atas.
Tatkala ‘Umar bin Khattab r.a ingin membunuhnya, maka Rasulullah berkata :  Biarkan dia! sungguh akan keluar dari keturunannya (dzul khuwaisirah at-tamimi) suatu kaum yang mana kalian merasa kecil/hina terhadap shalat kalian jika dibanding dengan shalat mereka,puasa kalian dengan puasa mereka, mereka membaca al Qur’an namun tidak melampaui kerongkongan mereka, mereka keluar dari islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya”.

Dengan jelas rasulullah mengatakan kaum itu bangkit dari keturunan At-tamimi. Tentu idak seluruh keluarga At-tamimi merupakan kaum itu, tetapi khusus kaum yang bangkit  dari salah satu keturunan  dzulkhuwaisirah. Secara umum keluarga At-tamimi adalah kaum yang akan paling gigih memerangi Dajjal, karena dajjal itu begitu dekat dengan mereka. Kaum khawarij itu bangkit dari keluarga at-tamimi.

Selasa, 05 April 2016

Tentang Bid'ah

Bid’ah menurut bahasa berasal dari kata  bida' yaitu mengadakan sesuatu yang baru. Segala bentuk bid'ah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
“Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat". [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].

Pengertian Bid’ah


Alquran telah menerangkan tentang bid’ah  sebagaimana ayat berikut :
Katakanlah (wahai Muhammad), Aku bukan seorang Rasul yang baru (bid’ah) di antara para rasul...[Al-Ahqaaf : 9]
Rasulullah SAW itu bukanlah rasul pertama yang membawa risalah dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, tetapi telah banyak rasul-rasul yang mendahului. Rasul-rasul yang telah diutus Allah SWT ke dunia sejak nabi Adam hingga Rasulullah SAW secara keseluruhan menerangkan  tentang satu (1) bangunan agama yang tersusun dengan indah dan menakjubkan. Setiap  rasul mempunyai kedudukan masing-masing bersatu padu mendukung berdirinya bangunan agama.  Rasulullah lebih jauh menjelaskan kedudukan beliau di antara para nabi  yang telah diutus sebelumnya :
Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah seperti seseorang yang membuat sebuah rumah, diperindah dan diperbagusnya kecuali tempat untuk sebuah batu bata disudut rumah itu. Maka orang-orangpun mengelilingi rumah itu dan mengaguminya, dan berkata: Mengapa engkau belum memasang batu bata itu? Nabipun berkata: Sayalah batu bata terakhir itu, sayalah penutup para nabi  (Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari bi Sharh al-Bukhari, Juz VII)
Rasulullah adalah batu-bata terakhir bangunan rumah itu. Yang dimaksud sebagai bangunan rumah itu adalah agama, dimana pada menjelang akhir hayat  rasulullah SAW agama itu telah disempurnakan sebagaimana diterangkan dalam surat Al-Maidah ayat 3 :
Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku cukupkan bagimu nikmat-Ku dan Aku telah ridlo Islam bagi kalian sebagai agama (QS 5:3).
Jadi, agama Islam adalah agama yang telah diturunkan berangsur-angsur semenjak nabi Adam a.s hingga disempurnakan ketika  rasulullah SAW diutus. Ajaran Rasulullah SAW adalah penyempurna agama. Maka keimanan kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada Rasulullah SAW dan rasul sebelumnya adalah wajib. Agama sejak nabi Adam a.s hingga rasulullah SAW adalah satu agama namun berbeda dalam kesempurnaannya (dan kemurniannya pada jaman ini). Agama Islam yang turun kepada rasulullah adalah agama Islam yang sempurna yang Allah telah ridla sebagai agama.

Syariat dan manhaj merupakan bagian dari agama, tetapi tidak sepenuhnya mewakili agama. Allah SWT menurunkan  satu agama untuk seluruh manusia, tetapi bagi tiap umat diberikan syariat dan manhaj masing-masing.
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan syari'at dan minhaj (jalan yang terang)" [Al-Maidah : 48]
Walaupun syariat yang dibawa rasulullah  SAW mempunyai bentuk baru dibandingkan syariat rasul-rasul sebelumnya, bukan berarti hal itu perbuatan bid’ah dalam agama. Surat al-ahqaaf ayat 9 menerangkan bahwa rasulullah SAW bukanlah rasul yang baru (bid’ah)  tetapi bagian dari seluruh risalah.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa bid’ah yang dimaksudkan oleh rasulullah SAW adalah bid’ah di bidang risalah agama, bukan bid’ah di bidang syariat. Perkara-perkara baru (muhdatsatil umuur) yang harus dijauhi oleh umat islam adalah perkara-perkara baru yang melenceng dari risalah-risalah kenabian yang pernah turun untuk menuntun manusia menegakkan kesempurnaan agama, bukan perkara baru dalam hal syariat yang berbeda-beda bagi setiap umat. Kesempurnaan agama yang dimaksudkan adalah menjalankan amal perbuatan yang telah ditetapkan dalam fitrah diri masing-masing, sesuai dengan alquran ayat 30 surat Arruum.

Membuat klasifikasi suatu amal dalam perbuatan bid’ah tidak sesuai dengan bid’ah yang dilarang oleh rasulullah SAW, namun amal-amal yang tidak masuk dalam perkara agama menjadi tertolak sebagaimana hadits berikut :
Dari ‘Aisyah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak termasuk  urusan kami maka amalannya tertolak [Hadits Riwayat. Muslim 12/16]

Perintah Menjauhi  Bid’ah

Rasulullah SAW memperingatkan umatnya tentang perselisihan yang ditimbulkan oleh munculnya perkara-perkara bid’ah. Dengan kebodohan, sebagian kaum menimbulkan perselisihan yang banyak. Sebagian menganggap sesat selain kaum mereka, dan menganggap selain mereka berbuat tanpa dasar yang benar dari kitab suci.
Dari Abi Najih (Al-Irbadh) bin Sariyah r.a  ia berkata : Rasulullah SAW memberi nasihat kami dengan nasihat yang sungguh meresap, hingga hati kami menjadi gemetar dan air mata kami bercucuran, lalu kami berkata : 'Ya Rasulullah, rasanya seperti nasihat orang yang mau meninggalkan kami, maka bepesanlah kepada kami!' Kata beliau : Aku berpesan kepada kalian agar tetap taqwa kepada Allah, serta mendengar dan taat walaupun kamu diperintah oleh seorang hamba dari negeri Habsyah. Sungguh orang yang berusai panjang di antara kalian akan melihat banyak perselisihan, maka peganglah Sunnahku dan Sunnah KhulafaurRasyidin yang memperoleh hidayah! Gigitlah kuat-kuat dengan gigi gerahammu! Waspada terhadap perkara-perkara yang baru, sebab tiap-tiap yang baru itu bid'ah. Dan setiap bid'ah sesat. (Hadits Riwayat Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (No. 4607), At-Tirmidzi (No. 2676))
Muhdatsat dan Bid’ah dalam hadits di atas seolah dijadikan sebagai lawan terhadap sunnah, yaitu sunnah rasulullah dan sunnah khulafa’ arrasyidiin yang memperoleh hidayah. Sunnah dalam konteks hadits di atas tidak menunjuk secara khusus terhadap syariat karena  khulafa’ arrasyidiin sepenuhnya mengikuti  syariat rasulullah, dan sama sekali tidak mendapat petunjuk tentang syariat baru bagi umat islam. Rasulullah SAW menyebutkan secara terpisah sunnah beliau dan sunnah khulafa’ arrasyidiin, menunjukkan sunnah yang dimaksudkan bukanlah syariat yang sama. Sunnah yang dimaksudkan oleh rasulullah adalah perjalanan untuk mencapai agama.

Alquran membawa kebenaran dan Sebagai batu ujian

Allah SWT telah menurunkan Alquran untuk menguji kebenaran seluruh ajaran sehingga manusia dapat memisahkan ajaran islam dengan bid’ah yang disisipkan. Alquran merupakan kitab yang telah sempurna membawa kebenaran, dan sempurna untuk menjadi petunjuk mencari kebenaran pada kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan mempunyai kekuatan untuk menguji kebenaran yang ada pada kitab yang diturunkan sebelumnya.
Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain...”[Al-Maa-idah: 48]
Batu ujian (muhaiminan) ibarat saringan. Dengan alquran seseorang dapat menguji kebenaran dan kesalahan yang terdapat pada kitab-kitab sebelumnya. Alquran merupakan puncak kebenaran wahyu yang menjadi segel kebenaran kitab-kitab seluruhnya. Apa yang diterangkan dalam kitab sebelumnya adalah suatu kebenaran bila terdapat pengesahan dari alquran.

Membenarkan apa yang sebelumnya mempunyai arti bahwa alquran menunjukkan kebenaran dalam kitab-kitab yang sebelumnya. Banyak kebenaran yang diturunkan sebelum rasulullah SAW yang menjadi pengantar sehingga seseorang mampu memahami puncak kebenaran yang diajarkan oleh beliau SAW.

Alquran adalah petunjuk bagi setiap manusia, sebuah kitab induk yang menjelaskan ayat-ayat yang tersebar di segenap ufuk dan dalam diri manusia. Mustahil seluruh manusia dapat memahami alquran dengan pemahaman yang sama. Hanya rasulullah SAW yang memahami seluruh isi dalam al-quran, sedangkan manusia lain hanya dapat memahami ayat-ayat yang sesuai dengan diri sendiri. Dengan berdasarkan alquran, kita dapat mengetahui bid’ah yang disisipkan di antara ajaran islam. As-sunnah melengkapi untuk memudahkan memahaminya

Penyeragaman pemahaman al-quran dan sunnah hanyalah sebuah pengkerdilan alquran, karena Alquran dan rasulullah SAW di utus untuk semesta alam yang mustahil untuk dipahami secara sempurna oleh sekelompok orang. Setiap makhluk mempunyai rezeki tersendiri dari alquran. Allah telah menjamin bahwa Alquran terjaga kemurniannya, dan dengan alquran setiap orang bisa mendapatkan rizki batin setiap saat  sesuai keadaan masing-masing. Rizki itu seringkali berupa rizki yang harus dibagi kepada kaum mu’minin, kadangkala untuk diri sendiri. Dalam batas tertentu, seorang pembimbing hanya dapat mengantarkan seseorang untuk mengerti alquran, sedangkan rizki bagi yang dibimbing akan diperoleh langsung melalui sumbernya, yaitu alquran. Pembimbing hanya dapat mencegah muridnya dari memahami Alquran berdasarkan hawa nafsunya, tidak dapat mencegahnya apabila mendapatkan rezeki khusus tak terduga dari bacaan alquran. Usaha memurnikan islam sesuai faham suatu kelompok hanyalah perbuatan mengada-ada.

Alquran mempunyai makna bertingkat-tingkat. Seseorang yang membaca alquran dengan lubb akan berbeda tingkat maknanya bila dirinya membaca alquran dengan fuad. Setiap ayat al-quran memiliki penjelasan bertingkat sesuai dengan kadar akal seseorang. Ayat-ayat qauliyah berupa ayat alquran merupakan kunci bagi setiap manusia untuk membuka penjelasan ayat-ayat kauniyah yang terbentang di ufuk dirinya. Akal setiap manusia akan mendapatkan rizki dari bacaan alquran sesuai dengan keadaan akal masing-masing. Mustahil menyeragamkan pemahaman alquran dalam satu faham.

Tazkiyatun-nafs lah jalan yang ditunjukkan alquran untuk memahami ajaran al-kitab dan as-sunnah. Dengan bertaubat dan  tazkiyatun-nafs, kualitas akal manusia akan meningkat hingga dapat memahami al-quran, sesuai dengan kualitas diri masing-masing. Indoktrinasi pemahaman alquran tanpa membina sikap hanif, bertaubat dan melakukan tazkiyatun-nafs dapat merusak manusia hingga akalnya menjadi lemah. Penyeragaman dalam satu faham merupakan penyia-nyiaan potensi akal yang dikaruniakan oleh sang Khalik, dan menjadi sebuah jebakan syaitan menuju terbentuknya sikap fanatisme hizbiyah. Metode indoktrinasi tanpa mengikuti tuntunan sunnah itu adalah sebuah bid’ah dalam ajaran agama.

Membuat metode menegakkan agama dengan cara yang bertentangan dengan yang diajarkan alquran adalah bid’ah.  Membangun fanatisme dan waham yang kuat dalam beragama sebagai jalan menegakkan agama merupakan perbuatan bid’ah yang bertentangan dengan ajaran alquran. Perintah dan kisah-kisah dalam alquran telah memberikan keterangan yang jelas bahwa menegakkan agama harus melalui sikap hanif. Pengetahuan agama harus dibangun di atas dasar hati yang lapang menerima kebenaran, bukan waham merasa benar. Menganggap  tidak ada keselamatan tanpa memurnikan ajaran islam dan membina manusia sebagaimana pemahaman kelompoknya, maka perselisihan lah yang akan timbul. Itu termasuk muhdatsatil umuur (perkara-perkara baru yang diada-adakan). Keselamatan itu terdapat dalam alquran dan sunnah nabi serta khulafaur-rasyidiin almahddliyyiin.
"Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah dan sebagus-bagusnya tuntunan adalah tuntunan Mnbammad dan urusan yang paling jelek adalah sesuatu yang diada-adakan  dan setiap yang diada-adakan  itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat dan setap kesesatan itu  di neraka." Shahih Muslim 3/153
Menganggap sebagian ajaran agama yang diturunkan sebelum rasulullah SAW sebagai anasir-anasir di luar islam  adalah pendustaan terhadap agama. Alquran harus dijadikan pedoman untuk membangun pemahaman dalam beragama, dengan cara mengambil apa yang diketahui berdasarkan alquran dan meninggalkan apa yang belum diketahui berdasarkan alquran, hingga diketahuinya kedudukan ajaran itu dalam alquran. Bila menemukan ajaran rasul yang belum diketahui dari alquran maka tinggalkan ajaran itu, bukan didustakan. Apabila alquran mendustakan ajaran rasul sebelum rasulullah SAW, maka kita harus mendustakannya. Bacaan alquran menjadi cahaya yang menerangi sehingga  dapat mengenal ajaran agama dari rasul-rasul sebelum rasulullah SAW, baik rasul yang dikisahkan maupun rasul  yang tidak dikisahkan. Dengan pemahaman yang lebih sempurna, akalnya akan lebih kuat untuk berjalan menuju Allah.

Kisah Dajjal Dalam Alquran

Petunjuk Rasulullah ttg alquran mengenai Dajjal

Dajjal yang membawa fitnah terbesar bagi umat manusia tidak diceritakan secara langsung di dalam al-quran. Akan tetapi Rasulullah SAW memerintahkan untuk menjaga atau membaca awal-awal surat Al Kahfi agar terlindung dari fitnah Dajjal. Dalam riwayat lain disebutkan untuk membaca 10 ayat terakhir surat Al Kahfi. 

Dari Abu Darda’, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
“Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al Kahfi, maka ia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal” (HR. Muslim no. 809).

Dari An Nawas bin Sam’an, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ سُورَةِ الْكَهْفِ
“Barangsiapa di antara kalian mendapati zamannya Dajjal, bacalah awal-awal surat Al Kahfi” (HR. Muslim no. 2937).

Tentu ayat-ayat yang disebutkan  rasulullah SAW sangat berkaitan dengan peristiwa munculnya dajjal bersama fitnahnya. Dengan sangat disederhanakan, 10 ayat pertama surat al-kahfi berisi berita tentang akan datangnya pasukan tempur yang sangat kuat dari sisi-Nya dan tentang berita gembira bagi kaum yang beriman. Orang-orang yang berlindung di dalam gua adalah tauladan bagi orang-orang beriman untuk mencari perlindungan dalam masa-masa penuh kesulitan.
“Ba’sun/ba’san “ dalam ayat kedua bermakna kekuatan tempur, atau pasukan tempur. Yang dimaksud pasukan tempur yang sangat kuat dari sisi-Nya dalam surat Al-Kahfi tersebut adalah kedatangan Khalifatullah Al-Mahdi al-muntadzar untuk memimpin manusia menegakkan agama yang telah sempurna, beribadah kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya. Khalifatullah al-mahdi adalah khalifatullah yang dijanjikan ketika penciptaan adam. Beliau akan diutus ke bumi pada hari agama (Yaumuddiin).

Hari agama (Yaumuddiin)

Yaumu addiin (hari agama) adalah hari ketika agama yang telah sempurna akan ditegakkan. Agama telah diturunkan dengan sempurna menjelang akhir hayat Rasulullah SAW, kurang lebih 3 bulan sebelum beliau SAW meninggal. Kesempurnaan agama ditandai dengan turunnya wahyu alquran yang terakhir dalam haji wada :

Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku bagimu dan Aku ridlo islam sebagai agama ( QS al-maidah 3).

Hal tersebut tidak berarti bahwa agama telah ditegakkan. Alquran dengan jelas menyebutkan tentang  hari  agama (yaumuddiin) dimana pada hari agama itulah agama akan ditegakkan, pada waktu yang telah ditentukan Allah SWT. Hari itu juga disebut As-sa’ah sebagaimana  hadits berikut :

Dari aisyah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Malam dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Lata dan Al-Uzza telah disembah. Lalu Aisyah bertanya : 'Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa tatkala Allah menurunkan firman-Nya : "Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai, hal ini itu telah sempurna (realisasinya)". Beliau menjawab : "Hal itu akan terwujud  saat yang ditentukan oleh Allah". (HR Muslim).

Peristiwa yang Terjadi Pada Hari Agama
Pada hari agama, banyak peristiwa besar yang terjadi.
- iblis memasuki masa persiapan pensiun dan dajjal muncul di bumi
- Khalifatullah Al-mahdi diutus

Hal ini dapat dapat kita lihat dalam alquran surat Shaad ayat 78-81 :
- Dan sungguh tetap atasmu (iblis)  laknat-Ku hingga hari agama
- (iblis) berkata : ya rabbi, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan
- (Allah) berfirman : maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan
- Sampai pada hari yang telah ditentukan. (QS 38:78 – 81)

Fragmen dialog rabbul-‘alamiin dengan iblis tersebut terjadi ketika iblis akan terusir dari surga karena tidak mau mentaati perintah rabbnya untuk bersujud kepada adam. Iblis adalah makhluk yang ditugaskan sebagai pengawas bumi, dan Allah SWT berkehendak menggantikan iblis dengan khalifatullah dari kalangan manusia pada hari agama, karenanya laknat bagi iblis adalah hingga hari agama. Namun iblis meminta kepada Rabb untuk ditangguhkan, melampaui hari kiamat, yaitu hari kebangkitan manusia. Allah SWT memberikan penangguhan bagi iblis hanya hingga hari yang telah ditentukan yaitu kiamat.
Dari urutan  peristiwa dalam ayat-ayat tersebut, kita dapat mengetahui urutan waktu tiga hari tersebut yang akan terjadi pada semesta alam setelah diciptakan, yaitu secara terurut : 
(1) Yaum addiin (hari agama)  
(2) Yaum Al-qiyamah (hari kiamat) 
(3) Yaum al-ba’tsu ( hari kebangkitan)
Hal itu menunjukkan bahwa Yaum addiin (hari agama) akan terjadi sebelum hari kiamat. Artinya, hari agama akan terjadi pada saat manusia berada di bumi yang saat ini telah ada, bukan bumi pada masa akhirat. Iblis pada saat itu tidak menyadari bahwa penangguhan yang dimintanya kepada rabb hanyalah sia-sia. Tidak ada manfaat bagi dirinya meminta penangguhan itu. Al-quran surat alfatihah menyatakan bahwa Rabbul-‘alamiin akan menjadi malik (raja)  pada yaum addiin (hari agama), maka tidak ada yang bisa mengganggu kerajaan-Nya, termasuk iblis terlaknat. Pada yaum addiin, Rabbul-‘alamiin mengutus Al-mahdi sebagai khalifatullah.

Peran Dajjal dalam Yaum Addiin

Sebelum pengutusan  beliau a.s sebagai khalifatullah, manusia akan dipisahkan, disaring  berdasarkan keimanan kepada Allah. Masa penyaringan manusia inilah masa-masa paling berat dalam sejarah kehidupan manusia, tidak ada penderitaan yang lebih berat daripada penderitaan jaman itu,  sebelum dan sesudahnya. Alam akan dibuat sedemikian untuk mengubah makhluk-Nya yang berakal untuk bergantung hanya kepada-Nya.

وَإِنَّ قَبْلَ خُرُوجِ الدَّجَّالِ ثَلاَثَ سَنَوَاتٍ شِدَادٍ يُصِيبُ النَّاسَ فِيهَا جُوعٌ شَدِيدٌ يَأْمُرُ اللَّهُ السَّمَاءَ فِى السَّنَةِ الأُولَى أَنْ تَحْبِسَ ثُلُثَ مَطَرِهَا وَيَأْمُرُ الأَرْضَ فَتَحْبِسُ ثُلُثَ نَبَاتِهَا ثُمَّ يَأْمُرُ السَّمَاءَ فِى السَّنَةِ الثَّانِيَةِ فَتَحْبِسُ ثُلُثَىْ مَطَرِهَا وَيَأْمُرُ الأَرْضَ فَتَحْبِسُ ثُلُثَىْ نَبَاتِهَا ثُمَّ يَأْمُرُ اللَّهُ السَّمَاءَ فِى السَّنَةِ الثَّالِثَةِ فَتَحْبِسُ مَطَرَهَا كُلَّهُ فَلاَ تَقْطُرُ قَطْرَةٌ وَيَأْمُرُ الأَرْضَ فَتَحْبِسُ نَبَاتَهَا كُلَّهُ فَلاَ تُنْبِتُ خَضْرَاءَ فَلاَ تَبْقَى ذَاتُ ظِلْفٍ إِلاَّ هَلَكَتْ إِلاَّ مَا شَاءَ اللَّهُ ». قِيلَ فَمَا يُعِيشُ النَّاسَ فِى ذَلِكَ الزَّمَانِ قَالَ « التَّهْلِيلُ وَالتَّكْبِيرُ وَالتَّسْبِيحُ وَالتَّحْمِيدُ وَيُجْرَى ذَلِكَ عَلَيْهِمْ مَجْرَى الطَّعَامِ
Sesungguhnya tiga tahun sebelum munculnya Dajjal, adalah waktu yang sangat sulit, di mana manusia akan ditimpa oleh kelaparan yang sangat, Allah akan memerintahkan kepada langit pada tahun pertama untuk menahan sepertiga dari hujannya, dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan sepertiga dari tanaman-tanamannya. Dan pada tahun kedua Allah akan memerintahkan kepada langit untuk menahan dua pertiga dari hujannya dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan dua pertiga dari tumbuh-tumbuhannya. Kemudian di tahun yang ketiga, Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya, maka ia tidak meneteskan setetes air pun dan Allah memerintahkan kepada bumi untuk menahan semua tanaman-tanamannya, maka setelah itu tidak dijumpai satu tanaman hijau yang tumbuh dan semua binatang yang berkuku akan mati, kecuali yang tidak dikehendaki oleh Allah.” Kemudian para sahabat bertanya, “Dengan apakah manusia akan hidup pada saat itu?” Beliau menjawab, “Tahlil, takbir dan tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan makanan.”

Setelah masa itu adalah masa-masa kedatangan al-masih dajjal  untuk menarik orang-orang yang tidak beriman menjadi pengikutnya. Dajjal adalah manusia yang diberi kuasa penuh oleh iblis untuk menyesatkan manusia, sebelum iblis memasuki masa persiapan pensiunnya.

ثَلاَثٌ إِذَا خَرَجْنَ (لَمْ يَنْفَعْ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ) الآيَةَ الدَّجَّالُ وَالدَّابَّةُ وَطُلُوعُ الشَّمْسِ مِنَ الْمَغْرِبِ أَوْ مِنْ مَغْرِبِهَا

Tiga tanda, jika semuanya telah terjadi, maka tidak akan berguna lagi keimanan seseorang apabila tidak beriman sebelumnya, yaitu; keluarnya Dajjal, binatang melata, dan terbitnya matahari dari barat atau dari tempat terbenamnya” (HR. Tirmidzi no. 3072 dan Ahmad 2/445)

Setelah ketiga tanda tersebut muncul, tibalah waktu as-sa’ah yang dijanjikan. Hari agama akan ditegakkan dan khalifatullah Al-Mahdi akan memerangi pengikut Dajjal hingga tidak akan tertinggal seorangpun makhluk berakal yang tidak bertuhan, kecuali Iblis yang ditangguhkan hingga hari kiamat, sedangkan Dajjal akan dibunuh oleh nabi Isa a.s. Peperangan al-mahdi itulah yang dahulu membuat malaikat bertanya kepada Rabb : Apakah Engkau akan menjadikan seseorang khalifah dari orang yang membuat kerusakan padanya dan  menumpahkan darah? Padahal kami bertasbih kepada-Mu dengan memuji-Mu dan mengkuduskan bagi-Mu.

10 Ayat Terakhir Surat Al-Kahfi

Dari Abu Darda’, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ آخِرِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ ». قَالَ حَجَّاجٌ « مَنْ قَرَأَ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ سُورَةِ الكَهْفِ »

“Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al Kahfi, maka ia akan terlindungi dari fitnah Dajjal.” Hajjaj berkata, “Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al Kahfi” (HR. Ahmad 6: 446).

Dengan sangat disederhanakan, ayat-ayat terakhir surat al-kahfi bercerita tentang golongan-golongan manusia pada akhir masa fitnah. Golongan pendusta akan dikumpulkan dan diperlihatkan bagi mereka Jahannam yang diperuntukkan bagi mereka. Orang-orang yang termasuk dalam golongan ini diantaranya : 
- orang yang tidak mempergunakan hatinya untuk mengingat Allah
- orang yang paling merugi, yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya, padahal mereka merasa benar-benar  telah berbuat kebaikan.
Kedua golongan itu adalah golongan yang kafir. Orang yang tidak berdzikir ketika masa paling sulit tiba adalah orang-orang yang mendapatkan kekuatan dari makhluk lain. Bila dajjal datang kepada mereka, niscaya mereka akan menjadi pengikut bagi Dajjal. Sebagian lain pengikut Dajjal adalah orang-orang yang merasa telah berbuat kebaikan.