Pencarian

Kamis, 24 Oktober 2019

Wanita Tiang Negara


Wanita shalihah merupakan tiang yang menegakkan negara. Para laki-laki diberikan kelebihan-kelebihan dan khazanah kekayaan yang besar, akan tetapi mereka tidak akan mampu menguasai nya tanpa ada wanita shalihah yang mendukung jati diri laki-laki. Keshalihan para wanita bukan terletak pada ibadah-ibadah yang dilakukan kepada Tuhannya. Keshalihan para wanita adalah terletak pada perasaan qanitah (ketenangan) dan menjaga diri. 

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٞ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُۚ وَٱلَّٰتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهۡجُرُوهُنَّ فِي ٱلۡمَضَاجِعِ وَٱضۡرِبُوهُنَّۖ فَإِنۡ أَطَعۡنَكُمۡ فَلَا تَبۡغُواْ عَلَيۡهِنَّ سَبِيلًاۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيّٗا كَبِيرٗا 

QS Annisaa : 34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. 
Maka wanita yang saleh, ialah yang tenang (qanitah) lagi memelihara diri terhadap yang ghaib, dengan yang Allah telah memelihara (mereka).
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. 

Tanpa bersyukur atas suaminya, seorang wanita tidak akan tenang dengan suaminya, dan akan sulit menjaga apa yang ghaib dalam dirinya. Fikiran akan mudah tergoda oleh hal-hal yang tidak haq yang ada pada dunia di luar dan laki-laki selain suaminya. Ketampanan, kekayaan, kecerdasan ataupun keshalihan pria lain mungkin menggoda jiwa dan hawa nafsunya. Tidak ada yang boleh memalingkan hati seorang wanita bersuami sekalipun itu berupa keshalihan laki-laki lainnya. Keshalihan laki-laki lain itu akan dihias-hias oleh syaitan bagi pandangan seorang wanita bersuami yang mempunyai waham keshalihan. 

Seorang perempuan mukminat dan menjaga diri haruslah membangun kasih sayang bersama suaminya. Seseorang tidak bisa berhenti dalam bertaubat kembali kepada Allah, sedangkan jalan menuju Allah bagi perempuan mukminat adalah suaminya bersamaan dengan terwujudnya al-arham. Kegagalan membentuk al-arham akan memutuskan jalan taubatnya pada Allah sehingga mukminat tersebut akan terkatung-katung di jalan taubat. 

Kegagalan dalam membentuk kasih sayang merupakan bentuk kelalaian. Seorang suami adalah jalan bagi istrinya untuk kembali menuju Allah bila terbentuk al-arham. Seorang istri yang menjaga diri dan termasuk dalam golongan mukminat akan termasuk dalam golongan perempuan yang lalai bila tidak membentuk kasih sayang bersama suaminya. 

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَرۡمُونَ ٱلۡمُحۡصَنَٰتِ ٱلۡغَٰفِلَٰتِ ٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ لُعِنُواْ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ 

QS An-Nuur : 23 sungguh orang-orang yang melempar pada perempuan-perempuan yang menjaga diri, yang lalai, lagi mukminat mereka dilaknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar. 

Wujud semesta bagi seorang laki-laki akan hadir pada diri istrinya. Laki-laki diciptakan sebagai khalifatullah, dan istrinya adalah perpanjangan dirinya bagi dunia. Kebanyakan akal makhluk duniawi hadir dalam wujud perempuan layaknya bidadari, sedangkan isteri merupakan pemimpin para bidadari bagi laki-laki. Dengan hidup bersama istri dalam kasih sayang, seorang laki-laki mendapatkan seorang yang menundukkan dunianya baginya, yaitu istrinya. 

Bangkit atau runtuhnya suatu kaum akan sangat dipengaruhi oleh kualitas para wanitanya. Para laki-laki shalih tidak akan mampu berbuat banyak bagi bangsa tanpa istri yang shalih, sedangkan laki-laki jahat dengan mudah merusak. Para wanita harus dibina agar shalihah dan mampu berperan sebagai tiang negara. Para laki-laki harus menjadi penegak bagi para wanita. 

Bahaya Kerusakan Wanita 

Kesalahan dalam membina para wanita sangatlah menghancurkan. Rasulullah SAW menempatkan kesalahan tersebut dalam tujuh dosa yang membinasakan bersama dengan syirik, sihir, membunuh, memakan riba, memakan harta anak yatim dan melarikan diri dari perang. Ketujuh dosa tersebut akan menghancurkan umat. 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَمَا هُنَّ قَالَ « الشِّرْكُ بِاللَّهِ ، وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ، وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ


Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan (al-muubiqaat).” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apa saja dosa yang membinasakan tersebut?” Beliau bersabda, “(1) Syirik kepada Allah, (2) sihir, (3) membunuh jiwa yang haram untuk dibunuh kecuali dengan benar, (4) makan riba, (5) makan harta anak yatim, (6) lari dari medan perang, (7) qadzaf (menanamkan pada hati) wanita mukminah yang menjaga diri dan lalai". (HR. Bukhari, no. 2766 dan Muslim no 89) 
Ungkapan yang digunakan dalam hadits ini sedikit berbeda dengan ayat 23 surat An-Nuur. Qadzafa dalam alquran digunakan untuk pengertian semisal "menanamkan" keraguan di dalam hati. Dalam hadits tersebut, qadzafa dapat diartikan merusak jiwa wanita mukminat yang menjaga diri dan lalai dengan sesuatu dari luar diri mukminat tersebut. Hasutan, perkataan tidak baik, sihir dan lain-lain dapat merusak wanita tersebut. 

Setiap mukminat harus dibina untuk membangun al-arham bersama suaminya, tidak boleh rusak. Merusak jiwa wanita mukminat sangat membahayakan bagi umat. Asiyah merupakan panutan bagi wanita mukminat yang disebut dalam alquran. Beliau sosok paling berhasil melaksanakan program suaminya, Fir'aun, menemukan bayi yang dicari, berkeinginan memberikan qurrata 'ain bagi suami, dan mendidik anak dengan persetujuan suami. Setiap mukminat harus dibina menjadi baik apapun keadaan suaminya. 

Ketenangan wanita shalihah 

Ketenangan (qanitat) merupakan sikap lahir dan batin yang terwujud berdasarkan pengetahuan dan kepercayaan. Ibrahim a.s merupakan representasi dari umat yang tenang (qanit). Tidak ada sedikitpun dalam diri Ibrahim a.s yang tidak tenang atau memberontak dalam mengabdi kepada Tuhannya, baik perasaan maupun anggota tubuhnya. Seluruhnya merasa tenang dan mantap mengikuti jiwa Ibrahim a.s mengabdi kepada Tuhannya. 

Sikap itu merupakan buah dari pengetahuan dan kepercayaan. Hawa nafsu dan jasad Ibrahim a.s mengetahui bahwa jiwa Ibrahim a.s mengabdi kepada Tuhannya, dan mempunyai kepercayaan kepada jiwanya sehingga hawa nafsu dan jasadnya mengikuti jiwa dengan tenang. 

Tanpa wanita yang qanitah, seorang laki-laki tidak akan bisa menjadi dirinya sendiri. Laki-laki akan dituntut untuk menjadi sebagaimana orang kebanyakan, tidak mampu sepenuhnya menjadi seorang mujahid yang memperjuangkan agama sehingga tercipta tatanan masyarakat sesuai dengan kehendak Allah. 

Menjaga yang Ghaib 


Seorang wanita shalihah adalah yang menjaga dirinya baik dzahirnya maupun batinnya. Dikatakan wanita itu shalihah bila dirinya bisa menjaga apa yang ghaib di dalam dirinya, yaitu batinnya. Boleh jadi jasadiah wanita itu taat kepada suaminya, dan rajin melakukan ibadah-ibadah nawafil bagi Tuhannya, akan tetapi dirinya tidak menjaga batinnya terhadap apa-apa yang Allah jaga bagi suaminya. Maka wanita demikian tidak dikatakan sebagai wanita shalihah. Seorang wanita shalihah menjaga yang ghaib dengan apa yang Allah memeliharanya. Dalam ikatan pernikahan, hal yang dipelihara Allah adalah al-arhaam yaitu kasih sayang. 

Tidak mudah menumbuhkan dan menjaga kasih sayang di antara dua manusia, tetapi ada sebuah fasilitas besar yang tersedia dalam pernikahan. Dalam ikatan pernikahan, seorang wanita diberikan peran sebagai ladang atau rahim yang merawat pertumbuhan jiwa suaminya. Seorang wanita berperan untuk memperhatikan dan mewujudkan apa yang disampaikan suaminya, sebagaimana benih yang harus ditanam dg baik pada lahan. 

Pada tingkatan dzahir, seorang wanita harus menjaga farjinya bagi suaminya. Allah memberikan kepada wanita rahim agar wanita bisa mengenal kasih sayang melalui bayi yang dilahirkannya. Bayi itu merupakan perwujudan dari benih milik suaminya yang berkembang di dalam dirinya. Sebagai jalan menuju rahim, diciptakan farji, yang merupakan jalan bagi suami agar bisa menempatkan benihnya dalam rahim istrinya. Jalan itu harus dijaga agar hanya suaminya yang memperolehnya sehingga diperkenalkan kepada mereka kasih sayang, bagi keduanya. 

Pada tingkatan ghaib, yaitu batinnya, Allah berkehendak untuk memperkenalkan kasih sayang yang lebih hakiki bagi manusia. Jiwa wanita merupakan rahim yang harus menerima jiwa suaminya sebagai pohon thayyibah. Benihnya adalah jiwa suaminya yang harus tumbuh sebagai pohon thayyibah, dan rahimnya adalah jiwa sang wanita sendiri. Tingkatan batin ini merupakan tingkatan yang lebih hakiki daripada tingkatan jasadiah. Rahimnya adalah keseluruhan inti kemanusiaan sang wanita, yaitu jiwanya, dan benihnya adalah keseluruhan inti kemanusiaan dari sang laki-laki, yaitu jiwanya. Subjek dan objek selalu menyatu dalam satu entitas tidak terpisahkan selama tidak bercerai, tidak sebagaimana bayi yang kemudian harus terpisah dari ibu dan bapaknya. 

Seorang wanita shalihah adalah wanita yang menjaga jiwanya bagi pertumbuhan jiwa suaminya. Wanita shalihah adalah wanita yang menjaga jalan-jalan batiniah menuju terbentuknya kasih sayang bersama suaminya. Wanita shalihah menjaga dirinya agar menjadi lahan terbaik bagi pertumbuhan pohon thayyibah jiwa suaminya, memperhatikan jalan-jalan terbentuknya kasih sayang dengan suaminya semata, menjauhkan jalan itu dari hal lain semata-mata bagi suaminya. 

Wanita yang tidak memperhatikan atau tidak berusaha mewujudkan apa yang disampaikan suaminya ibaratnya adalah rahim yang menolak atau membunuh benih suaminya, atau ibarat rahim yang mandul. Seorang wanita harus memperhatikan apa yang disampaikan suaminya agar suaminya sebagai benih dapat tumbuh, sebagaimana dirinya memperhatikan pertumbuhan benih bayi dalam rahimnya. Dengan cara demikian maka seorang wanita menumbuhkan sifat banyak anak (alwaluud) yang hakiki, yang merupakan sifat wanita ahli surga. 

Tanpa mekanisme demikian, akan sulit bagi wanita menjaga hal yang ghaib dalam dirinya dengan apa yang dipelihara Allah. Dirinya akan mudah tergoda oleh hal yang ada di luar suaminya. Teramat banyak hal yang menarik jiwanya di luar suaminya, dari hal-hal jasadiah berupa ketampanan ataupun harta hingga hal-hal spiritual dan kekayaan ruhaniah berupa keshalihan laki-laki lain. Dunia ini akan menarik jiwanya secara aktif, menebarkan pesona berupa apapun hingga bentuk-bentuk terbaik berupa keshalihan. Maka akan sulit bagi wanita menjaga jiwanya bila tidak mencoba memahami suaminya dengan mentaati dan melaksanakan apa yang disampaikan suaminya. 

Dua hal itulah yang menjadi parameter keshalihan wanita, yaitu sifat qanitat dan menjaga batinnya. Ibadah-ibadah kepada Tuhannya dan pengabdian kepada masyarakat akan membantu terbentuknya sifat shalihah, tetapi bila tidak terbentuk kedua sifat itu, tidak ada keshalihan pada dirinya. Mentaati suami dan menjalankan perintah nya setara dengan nilai jihad laki-laki. Rasulullah lebih mengutamakan bagi wanita ketaatan kepada suami dan melaksanakan perintahnya daripada mereka berjihad bersama beliau SAW. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar