Pencarian

Kamis, 24 Oktober 2019

Pengajaran Luqman


2 Mei · 2019


Setiap anak yang terlahir hendaknya diajar agar menjadi hamba yang mengabdi sepenuhnya kepada Allah terbebas dari segala kesyirikan. Seperti inilah manusia yang utuh. Fungsi pengajaran adalah untuk membentuk manusia yang bebas dari kesyirikan sehingga manusia tidak terkungkung dalam kegelapan kehidupan dunia.

وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ  
QS Luqman:13 - Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pengajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya kesyirikan adalah benar-benar kedzaliman yang besar".

Kehidupan di dunia dijadikan sebagai tempat tinggal sementara bagi manusia agar manusia teruji sebagai makhluk mulia hamba Allah. Allah berkehendak untuk menguji manusia yang paling Ihsan perbuatannya. Sebagian kecil manusia teruji dengan baik sehingga terbentuk sebagai hamba Allah yang benar di muka bumi, namun tidak sedikit yang tergelincir untuk menghamba kepada tuhan-tuhan selain Allah.

Syirik dan Kegelapan

Awal ketergelinciran manusia adalah menghamba kepada tuhan berupa hawa nafsu dan kehidupan material. Sebagian menghamba kepada hawa nafsu dan harta benda tanpa menyadarinya, sebagian menghamba sedemikian sehingga penghambaan mereka mewujud berupa penyembahan berhala dan jin-jin jahat yang membantu mewujudkan keinginan mereka. Tidak ada penyembahan-penyembahan berhala dan syaitan bila seseorang tidak menyembah hawa nafsu sendiri atau harta benda yang diinginkan.

Demikian pula penghambaan kepada Allah memiliki tingkat yang bermacam-macam. Seluruh umat Islam berikrar syahadat yang sama, tetapi sebagian umat Islam tetap mengabdi pada nafsunya dan hartanya tanpa menyadarinya, sebagian tersesat menyembah thaghut berupa waham tentang Allah. Sebagian berusaha mencari jalan untuk pengabdian yang benar kepada Allah dan sebagian manusia mengabdi kepada Allah dengan sebenarnya, dengan mengenal dirinya. Pengabdian kepada Allah pun mempunyai tingkatan bermacam-macam.

Syirik benar-benar merupakan kegelapan yang besar. Syaitan membuat berbagai cara agar manusia tidak bisa beribadah kepada Allah dengan sebenarnya. Sebagian manusia dijadikan pengabdi syaitan yang membuat kerusakan bumi, menjebak umat manusia mengikuti syaitan. Sebagian manusia dijadikan menyembah hawa nafsunya dan harta. Bagi kalangan orang-orang yang kembali kepada Allah, orang-orang yang bertaubat, orang-orang yang beriman, syaitan memerintahkan agar membuat atau mengikuti perkataan-perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan. Dengan perkataan-perkataan itu orang yang bertaubat tetap berada dalam kegelapan, bahkan kadangkala dalam kegelapan yang paling gelap. Maka siapakah yang lebih dzalim daripada orang-orang yang membuat-buat perkataan tentang Allah secara dusta?

Pada prinsipnya, syaitan berkeinginan untuk menjadikan manusia mengikuti dirinya. Orang-orang yang mengikuti kitab suci dijadikan sebagai umat yang berpecah belah di atas pengetahuan sebagaimana syaitan berpengetahuan. Orang kebanyakan dijadikan orang yang menghamba pada hawa nafsu dan harta untuk kesombongan sebagaimana syaitan sombong. Sangat banyak cara syaitan menyesatkan manusia, yang pada prinsipnya menjadikan manusia menyerupai dirinya.

Perlu proses pengajaran agar manusia berjalan menuju Allah. Kehidupan dunia akan senantiasa menyeret seseorang untuk berbuat kesyirikan, oleh karena itu setiap orang harus diberi pengajaran hingga dirinya mengenal tuhannya dan menjalankan urusan Allah yg telah ditetapkan bagi dirinya. Proses pendidikan itu harus dimulai dari masa kanak-kanak hingga menjadi hamba Allah yang sebenarnya.

Manusia Paripurna

Bila seseorang mengenal untuk apa dirinya diciptakan, maka dia akan mengenal Tuhannya. Dengan mengenal dirinya dan Tuhannya, maka dia mengenal jalan pengabdian yang sebenarnya terbebas dari kesyirikan.

Untuk menuju pengenalan diri, setiap manusia harus mengembangkan potensi yang diberikan kepada dirinya berupa akal. Allah memberikan kepada setiap manusia sarana yang dapat menghubungkan dirinya dengan Allah berupa akal agar seseorang berada dalam kendali Allah. Akal bukanlah kekuatan logika yang ada di kepala, tetapi kekuatan untuk mengetahui kehendak Allah. Kekuatan itu terletak di dalam qalbu. Kekuatan logika manusia merupakan modal untuk membangun akal, tetapi bila tidak dikendalikan justru dapat menyebabkan tersesatnya manusia.

أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَتَكُونَ لَهُمۡ قُلُوبٞ يَعۡقِلُونَ بِهَآ أَوۡ ءَاذَانٞ يَسۡمَعُونَ بِهَاۖ فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ  
QS Al-Ĥaj:46 - maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai qalbu-qalbu yang dengan itu mereka dapat menggunakan akal atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

Qalbu merupakan operating system dari akal. Tidak ada akal bagi manusia yang tidak memiliki qalbu. Akal hanya tumbuh bila ada qalbu dalam dada seseorang. Semua orang memiliki kekuatan logika dalam kepala mereka, tetapi akal hanya ada dalam hati orang-orang yang memiliki qalbu.

Untuk mengembangkan akal maka seseorang harus diajar untuk memiliki qalbu terlebih dahulu, karena tidak ada akal bagi orang yang tidak memiliki qalbu. Qalbu merupakan fakultas dalam diri manusia yang memiliki indera-indera batin yang berguna untuk mengenal kebenaran. Pengenalan terhadap kebenaran akan membuat seseorang mudah untuk membangun hubungan dengan Allah. Pada dasarnya Allah SWT selalu menghadirkan ayat-Nya kepada makhluk, tetapi kebanyakan makhluk tidak melihat ayat-ayat itu. Bila hatinya terbangun, maka indera batinnya akan merasakan ayat-ayat itu, dan dengan itu dirinya dapat membangun hubungan kepada Allah berupa akal.

Untuk membangun qalbu, maka seseorang harus berjalan di muka bumi dan memperhatikan ayat-ayat yang ada. Kepedulian anak terhadap masyarakat, lingkungan, hingga objek-objek harus terlebih dahulu dibangun sebelum pengetahuan diberikan. Kepedulian akan membangkitkan qalbu dan pada akhirnya mengaktifkan keseluruhan fakultas yang ada pada dirinya, sehingga proses pengajaran dapat dilakukan dengan mudah. Pengajaran yang benar tidak dapat diberikan dengan menjejalkan pengetahuan ke dalam kepala siswa.

Tujuan dari pengajaran adalah untuk menjadikan seseorang sebagai hamba Allah yang terbebas dari kesyirikan. Maka hal yang menjadi dasar dari pengajaran adalah memperkenalkan sifat Allah yang utama yaitu rahmaniah. Anak harus diajar agar memiliki sifat rahmaniah. Hal itu akan meneguhkan tujuan pengajaran yaitu mengenal Allah terbebas dari kesyirikan. Tanpa sebuah dasar sifat rahmaniah, pengajaran dapat melenceng ke segala arah, bahkan mengikuti syaitan. Dahulu kala iblis rajin beribadah kepada Allah berdasarkan ilmunya, tetapi ibadahnya melenceng yang mengakibatkan dirinya menjadi kafir.

Dengan berlandaskan sifat rahmaniah, anak diperjalankan di permukaan bumi agar tumbuh kepedulian terhadap semesta dirinya. Dengan demikian diharapkan tumbuh qalb dalam diri siswa. Kepedulian terhadap semesta di atas sifat rahmaniah merupakan kunci untuk membangun qalb, yang akan mengantarkan siswa mengaktifkan seluruh fakultas dalam dirinya, dan pada akhirnya menuntun untuk menjadi hamba Allah yang terbebas dari kesyirikan.

Dewasa ini terjadi kekeliruan mendasar dalam melakukan pengajaran kepada para siswa. Dunia telah terjebak dalam paradigma materialisme. Siswa diajar untuk menjadi pelayan bagi para pemilik modal meninggalkan jati diri masing-masing, maka para siswa harus masuk beramai-ramai dalam suatu lubang yang sama beradu satu sama lainnya. Alih-alih menjadi makhluk penuh rahmaniah yang berdiri di atas kemandirian, setiap orang harus bersaing satu sama lainnya saling mengalahkan sejak usia dini. Maka justru terbangun karakter buruk karena pengajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar