Pencarian

Kamis, 24 Oktober 2019

Hizbiyah dan Agama



Perpecahan dan perselisihan akan meruntuhkan agama. Orang-orang musyrik sangat ingin mendatangkan mudhorot dan kejelekan yang sangat banyak dan berbahaya bagi umat islam dengan memunculkan perpecahan dan perselisihan. Islam telah melarang perpecahan dan perselisihan ini secara mutlak dan menunjukkannya sebagai sebab kelemahan dan kehinaan kaum muslimin. Salah satu metode yang digunakan oleh orang-orang musyrik untuk memecah belah umat islam adalah munculnya golongan-golongan atau dikenal sebagai hizbiyah.


Hizbiyyah sangat identik dengan perpecahan. Ibarat dua sahabat karib yang memiliki hubungan yang erat. Dimana ada hizbiyyah, disitu pula terletak perpecahan. Di mana terjadi perpecahan, di sana pula ditegakkan prinsip-prinsip hizbiyyah. Rasulullah telah memerangi benih-benih perpecahan dan hizbiyyah ketika beliau melihat gelagat akan tumbuhnya sifat-sifat hizbiyyah yang sangat erat dengan perpecahan, padahal seruan yang mereka nasabkan adalah seruan yang terpuji lagi baik, yaitu seruan yang bernasab kepada Muhajirin dan Anshor.


Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka menjadi beberapa golongan, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. [Ar-Ruum : 31-32]


Ciri hizbiyah yang digunakan oleh orang-orang musyrikin untuk memecah belah umat islam adalah adanya kebanggaan terhadap apa yang ada dalam golongan masing-masing. Syaitan membangkitkan kebanggaan dengan membangkitkan dalam golongannya perasaan paling benar dan berilmu, sedangkan terhadap golongan lain ditunjukkan banyak kesalahan dan kebodohannya. Para pengikutnya dilepaskan dari konteks bahwa Allah menyeru setiap diri masing-masing untuk kembali kepada Allah, bukan kepada jalan golongannya.


Dakwah kepada Allah

Kembali kepada Allah adalah jalan yang ditempuh rasulullah SAW. Demikian pula orang-orang yang mengikuti rasulullah SAW menempuh jalan yang serupa yaitu kembali kepada Allah. Rasulullah SAW tidak mengajak manusia secara sempit mengikuti golongan, tetapi yang beliau seru adalah kembali kepada Allah. Banyak jenis umat dan tingkatan manusia yang diseru oleh rasulullah. Orang-orang yang mengikuti dan telah dekat dengan maksud seruan itu pastilah akan menjadi golongan Allah.


Katakanlah : "Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kalian kepada Allah di atas bashirah yang nyata. Maha suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik" [Yusuf : 108]
Seruan rasulullah SAW bukanlah seruan untuk mengikuti golongan tetapi seruan untuk menuju Allah. Itulah yang dikatakan oleh ayat di atas. Banyak di antara muslimin dewasa ini mengajak manusia untuk mengikuti golongannya secara sempit, padahal sebenarnya golongannya tidak mengikuti ajakan rasulullah SAW. Bahkan yang paling aktif untuk menyeru adalah orang-orang yang masuk dalam jebakan golongan musyrikin yang memecah belah agama menjadi beberapa golongan. Mereka membangkitkan kebanggaan terhadap golongan sendiri, dan membuka kesalahan golongan-golongan lain sesuka hawa nafsu mereka. Mereka menyeru manusia kepada golongannya. Kembali kepada Allah bukanlah mengikuti golongan tertentu.


Kembali kepada Allah adalah dengan Akhlak al-karimah. Hanya dengan akhlak al-karimah manusia layak kembali menghadap kepada Allah. Untuk menuju akhlak al-karimah, manusia harus menghiasi diri dan memancarkan sifat Allah yang mulia. Manusia adalah makhluk yang diciptakan dari tanah, yang dikenal para malaikat muqarrabun dengan sifat buruk yang menggentarkan para malaikat. Setiap manusia harus memohon pinjaman sifat Allah yang mulia, agar dapat mencapai akhlak al karimah. Manusia harus bersifat rahmaniyah dan rahimiyah agar dapat mengenal Ar-rahman dan Ar-rahiim sebagai nama-Nya. Mengenal Allah berdasarkan doktrin orang terdahulu dengan jalan logika adalah jalan buntu yang tidak akan menjadikan manusia mengenal Allah.


Tipuan Syaitan

Syaitan akan senantiasa memperdayakan manusia. Syaitan memperdayakan manusia dengan kehidupan dunia dengan menghembuskan ke dada manusia kecintaan akan harta dan kedudukan di antara manusia. Manusia diperdaya syaitan untuk menjadikan dirinya berkedudukan dan berharta dalam segala cara, bahkan dalam cara beragama. Syaitan membangkintkan kebanggaan pada manusia terhadap golongan agamanya, melepaskannya dari jalan perbaikan diri.


Lebih daripada itu, bahkan syaitan memperdayakan manusia tentang Allah. Syaitan-syaitan itu sangat pandai menipu sehingga bahkan mereka mampu memperdayakan manusia tentang Allah. Mereka menipu manusia tentang Allah padahal Alquran yang menjadi kitab penjelas telah diturunkan Allah bagi manusia. Syaitan yang sangat pandai menipu itu bisa mempermainkan ayat-ayat alquran untuk menipu manusia.


Wahai manusia sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah sekali-sekali (syaitan) yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah (QS Faathir : 5)
Mengenal Allah hanya dapat dilakukan dengan akhlak al-karimah, tidak bisa dilakukan dengan menyusun perkataan-perkataan tentang Allah berdasarkan logika. Perkataan tentang Allah berdasarkan logika inilah jalan yang digunakan oleh syaitan untuk menipu manusia. Ayat-ayat Alquran yang menjelaskan tentang Allah sangat banyak, dan syaitan menggunakannya untuk menipu manusia dengan perkataan tentang Allah. Syaitan membuat manusia berkata tentang Allah tanpa memiliki pengetahuan.


Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS Al-Baqarah : 169)
Manusia sangat menyadari bahwa jalan logika itu adalah jalan buntu untuk mengenal Allah, akan tetapi dimunculkan waham bahwa jalan itu adalah benar. Kebuntuan jalan itu ditutupi dengan teori-teori yang dibuat-buat berupa larangan untuk melakukan tahrif, tamtsil, ta’tsil, takyif dan lain sebagainya, yang sangat jelas benar-benar menyalahi natur logika dan akal. Bila mau memikirkan, manusia akan menyadari bahwa jalan logika itu adalah jalan buntu. Apapun alibi yang dibuat, mengandalkan logika saja dan meninggalkan akhlak al-karimah untuk mengenal Allah adalah jalan buntu.


Jalan logika untuk mengenal kebenaran akan mengantarkan manusia pada sikap hizbiyah, perselisihan, perdebatan dan berpecah belah. Logika hanya mampu mengenal kebenaran secara parsial, satu logika berbeda dengan logika yang lain. Hal itu dapat menjadi sumber masalah yang menyulut perselisihan. Kebenaran hanya dapat dikenali secara integral oleh akhlak yang mulia, sehingga dapat menyatukan hati para pencari kebenaran. Logika hanyalah alat yang membantu seseorang menuju akhlak al karimah. Kebenaran yang dibangun sepenuhnya di atas logika akan menjadi sumber masalah perselisihan.


Jalan logika itulah yang digunakan syaitan untuk menipu manusia. Syaitan menyuruh manusia untuk membuat perkataan-perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan, yaitu perkataan-perkataan hanya berdasarkan logika. Itu adalah jalan buntu yang menghentikan manusia untuk menuju Allah. Jalan yang benar untuk mengenal Allah adalah memperbaiki diri untuk mencapai akhlak al-karimah, sedangkan logika adalah pembantu yang mengarahkan diri untuk menuju akhlak al karimah.


Syaitan tidak sekadar ingin memberhentikan manusia dari jalan Allah saja, tetapi ingin menyesatkan manusia dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya. Bukan hanya orang-orang kafir yang disesatkan oleh syaitan, tetapi orang-orang yang beriman kepada Alquran dan kitabullah yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum rasulullah SAW pun menjadi sasaran syaitan untuk disesatkan dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya.


Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaithan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka ; ‘Marilah (kembali) kepada apa yang Allah telah turunkan dan kepada Rasul’, niscaya kalian lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari kamu [An-Nisa : 60-61]
Thaghut adalah salah satu alat syaitan untuk menipu orang-orang yang beriman kepada Alquran dan kitabullah yang diturunkan kepada umat terdahulu. Thaghut bukanlah berhala yang disembah oleh orang-orang musyrik, tetapi thaghut adalah berhala imaginer yang diciptakan syaitan untuk menyesatkan orang-orang yang beriman kepada Alquran dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Dengan thaghut syaitan menyesatkan orang-orang yang beriman kepada Alquran dan kitab-kitab sebelumnya dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya.


Kufur kepada taghut adalah perintah agar terhindar dari thaghut. Hawa nafsu itu mempermainkan manusia dengan kebanggaan, kehormatan dan kedudukan bahkan dalam beragama, sehingga agama terpecah belah dalam beberapa golongan yang masing-masing berbangga dengan apa yang ada pada golongannya. Kebanggaan terhadap agama ini harus diingkari agar terhindar dari thaghut. Muslimin harus kembali melihat secara murni dan akurat kepada apa yang diturunkan Allah, dan kembali kepada rasul-Nya. Manusia harus membersihkan hatinya dari hawa nafsu yang menjadi permainan syaitan agar bisa melihat secara jernih apa yang diturunkan Allah. Rasul-Nya adalah orang yang paling bersih dari hawa nafsu untuk memahami apa yang diturunkan Allah, sehingga manusia perlu kembali kepada rasul-Nya agar terbebas dari thaghut. 


Syaitan menciptakan thaghut dengan memanfaatkan hawa nafsu manusia berdasarkan ayat-ayat kitabullah. Agama dibuat bergolongan-golongan, kemudian dimunculkan kebanggaan pada hawa nafsu pengikut golongan-golongan itu. Agama dibangun dengan kalimat dalam kitabullah di atas kebanggaan pada golongan, sehingga pengikutnya membangun waham yang dipertuhankan. Maka terciptalah berhala imaginer yang disembah oleh para pengikut golongan. Oleh karena itulah orang-orang yang memecah agama menjadi beberapa golongan dan masing-masing berbangga dengan apa yang ada pada golongannya termasuk dalam kelompok orang musyrik. Mereka dipimpin orang musyrik dan syaitan-lah, dan mereka terjebak dalam kemusyrikan tanpa menyadarinya.


Akhlak Al-Karimah dan Penegakan Hukum Allah

Akhlakul karimah adalah pengetahuan tentang Allah yang terpancar pada diri seseorang. Tidak ada akhlakul karimah tanpa pengetahuan tentang Allah. Seseorang bisa berbuat-buat dengan tingkah laku menarik di mata orang lain, akan tetapi belum tentu hal itu menunjukkan akhlakul karimah. Di antara orang-orang munafikin ada yang jisim dan perkataan mereka menarik hati manusia. Mereka bagaikan kayu yang tersandar, dan mereka adalah musuh yang sebenar-benarnya. Tentulah perbuatan mereka yang menarik itu bukan akhlakul karimah.


Allah adalah cahaya bagi petala langit dan bumi. Allah menurunkan cahaya-Nya bagi manusia salah satunya dalam bentuk kitabullah, dan yang paling terang di antara kitabullah adalah Alquran tanpa ada yang menyamainya. Alquran adalah tali Allah yang diulurkan menjangkau manusia di bumi. Salah satu ujung Alquran berada di tangan manusia dan ujung lainnya berada di sisi Allah. Dengan Alquran manusia dapat meniti jalan menuju Allah dengan selamat.


Alquran adalah firman Allah yang menjelaskan ilmu tentang Allah. Manusia dapat mencari ilmu tentang Allah dengan cahaya dari Alquran. Alquran adalah buku induk atau blue print alam semesta yang diciptakan Allah, sejak alam azali hingga abadi di alam akhir. Seluruh pengetahuan yang hendak digelar Allah di semesta alam seluruhnya terangkum dalam alquran. Alquran diturunkan Allah dengan membawa alhaq yang menjadikan manusia mengenal Allah.


Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang ada di antara kedua tangannya yaitu kitab-kitab dan batu ujian terhadap kitab-kitab itu ; maka putuskanlah perkara di antara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan syari'at dan jalan yang terang (minhaj)" [Al-Maidah : 48] 
Seluruh kebenaran yang dipegang manusia dapat diuji dengan alquran. Alquran akan membenarkan apa-apa yang dibawa oleh kitab-kitab yang sampai di tangan manusia, dan alquran dapat memisahkan kesalahan-kesalahan yang terkandung dalam kitab-kitab sebelumnya. Umat islam tidak boleh mendustakan kitab-kitab yang turun sebelumnya tanpa mengujinya dengan alquran.


Alquran juga memberikan tuntunan bagi manusia yang telah mengenal alhaq yang terkandung di dalamnya, agar tidak bertindak memberikan hukum dengan mengikuti hawa nafsu orang banyak. Orang yang mengenal alhaq adalah orang yang telah menguasai hawa nafsu sendiri. Mereka dilarang untuk memberikan keputusan hukum di antara manusia dengan memperturutkan hawa nafsu orang lain, meninggalkan alhaq yang sampai kepada dirinya. 


Orang-orang yang masih dikuasai hawa nafsu sendiri tidak akan mengenal alhaq yang terkandung dalam alquran. Ayat pelaksanaan putusan hukum Allah hanyalah bagi orang yang mengenal alhaq. Pada dasarnya orang yang tidak mengenal alhaq tidaklah mempunyai hak untuk berbicara tentang hukum Allah yang harus diberlakukan di antara manusia, karena hukum Allah yang mereka bicarakan pasti akan dipengaruhi oleh hawa nafsu yang menguasai mereka, padahal hawa nafsu itu adalah sarana bagi syaitan untuk menyesatkan dan memecah-belah manusia. Syaitan membuat manusia berpecah-belah dengan menggunakan jargon-jargon hukum Allah melalui orang-orang yang tidak mengenal alhaq.


Perkara hukum Allah yang harus diberlakukan di antara manusia harus diputuskan oleh orang-orang yang mengenal alhaq, sehingga hukum allah berlaku di antara manusia. Ayat-ayat alquran itu bisa dipelintir oleh syaitan untuk tujuan sebaliknya melalui hawa nafsu orang-orang yang tidak mengenal alhaq. Ayat yang mulia malah menjadi hal yang merusak dan memecah belah manusia di tangan orang yang tidak mengenal alhaq.


Sarana Mengenal Alquran

Allah memberikan jalan untuk mengenal alhaq yang terkandung dalam alquran berupa syariat dan minhaj. Syariat dan minhaj merupakan sarana yang diberikan Allah kepada manusia agar manusia bisa bergerak menempuh jalan menuju Allah. Manusia membutuhkan syariat dan minhaj untuk mengenal alhaq yang akan mengantarkannya mengenal Allah, tidak bisa meninggalkan keduanya. Allah tidaklah membutuhkan syariat dan minhaj yang dilakukan manusia, sebaliknya manusia-lah yang membutuhkan syariat dan minhaj agar dapat menempuh jalan menuju Allah. Sebagian orang yang tidak mengerti terjebak mempertuhankan syariat, tidak menyadari bahwa syariat dan minhaj adalah hadiah yang diberikan Allah bagi manusia.


Minhaj adalah bentuk perjuangan untuk merealisasi kehendak Allah atas suatu zaman tertentu. Khulafa ar-rasyidun merupakan para khalifah yang berjuang untuk merealisasikan kehendak Allah berdasar nubuwah. Kelak di akhir jaman akan muncul kembali khilafah yang akan berjuang untuk merealisasikan kehendak Allah atas seluruh manusia di permukaan bumi berdasarkan nubuwah. Di antara keduanya, Allah memberikan minhaj sesuai kehendak-Nya kepada hamba-hamba-Nya sebagai jalan untuk mengenal Alquran. Para wali Allah adalah orang-orang yang melakukan perjuangan berdasarkan minhaj yang diberikan kepada mereka.


Syariat adalah bentuk ubudiyah yang dilakukan untuk membangun hubungan dengan Allah. Berpecah belah di dalam agama adalah salah satu pokok pelanggaran syariat. Berpecah belah dalam agama akan meruntuhkan agama seseorang, sehingga seseorang akan tergelincir mengikuti orang-orang musyrik. Larangan berpecah belah adalah syariat yang telah diwasiatkan kepada nabi Nuh, telah diwahyukan kepada Rasulullah SAW, dan diwasiatkan pula kepada nabi Ibrahim, nabi Musa dan nabi Isa. Dan hal itu merupakan pasangan dari perintah untuk menegakkan agama.


Berpecah belah merupakan sifat yang membedakan orang-orang musyrik dengan orang-orang beriman. Orang mukmin mencintai Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang sehingga mempunyai kesenangan untuk berkasih sayang, sedangkan orang yang cenderung mempertuhankan selain Allah baik musyrikin ataupun yang mempertuhankan hawa nafsu akan berat memenuhi seruan bersatu. Setiap orang akan akan mengikuti sifat tuhan mereka. Dengan demikian hubungan dengan Allah akan terbangun pada orang yang berkasih sayang, sedangkan hubungan dengan Allah pada orang yang berpecah belah tidak terbangun. Berpecah belah merupakan salah satu pokok yang meruntuhkan syariat.


Dia telah mensyari’atkan bagi kamu bagian dari agama, (yaitu) apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya" [As-Syuro : 13]
x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar