Pencarian

Jumat, 24 Maret 2023

Mengikuti Hidayah

Allah menciptakan manusia di bumi untuk menjadi pemakmurnya. Manusia akan kembali kepada kedudukan mereka di surga setelah mereka menempuh kehidupan di bumi dengan membawa fadhilah yang sangat banyak dibandingkan dengan makhluk lainnya karena manusia menempuh kehidupan yang berat di bumi. Akan tetapi hanya sedikit orang yang dapat benar-benar kembali kepada kedudukan mereka ketika menempuh kehidupan di bumi. Banyak di antara manusia tersesat atau dzalim terhadap diri mereka sendiri. Sebagian orang dzalim melupakan tujuan kehidupan mereka sesuai dengan ketetapan Allah, dan sebagian orang yang bertaubat terjebak pada jalan yang keliru hingga mereka sesat.

Kunci keselamatan dalam menempuh perjalanan taubat bagi setiap orang adalah hidayah, atau petunjuk Allah. Hidayah dapat dijelaskan sebagai penjelasan atau pengarahan yang terang untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Dalam istilah agama, hidayah merupakan penjelasan atau pengarahan bagi manusia untuk mencapai kedudukan kembali di sisi Allah. Suatu pengetahuan tertentu dapat dikatakan sebagai hidayah manakala ilmu itu terkait dengan suatu tujuan tertentu. Manakala suatu ilmu menjadikan seseorang terpecah-belah kehilangan arah dari tujuan yang ditentukan, maka ilmu itu tidak dapat dikatakan sebagai hidayah. Kadang-kadang suatu ilmu ditampakkan layaknya hidayah, sedangkan ilmu itu tidak membuat manusia bertambah dalam memahami tujuan kehidupan mereka sedikitpun, maka ilmu itu manakala diikuti tidaklah termasuk dalam kategori hidayah.

Hidayah tidak terbatas bagi manusia. Allah telah menciptakan segala sesuatu berdasarkan suatu bentuk kejadian tertentu dan kemudian memberikan kepada mereka petunjuk untuk mencapai bentuk kejadiannya. Demikian pula bagi manusia, Allah memberikan petunjuk kepada mereka bentuk-bentuk hidayah yang paling tinggi di antara semua bentuk hidayah. Hal ini karena manusia diciptakan di suatu tempat terjauh di alam penciptaan untuk kembali kepada kedudukan di sisi Allah, karenanya bentuk hidayah bagi manusia merupakan bentuk hidayah yang paling utama.

﴾۰۵﴿قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَىٰ كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَىٰ
Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (QS Thaha : 50)

Bentuk hidayah bagi makhluk akan bergantung pada bentuk yang ditentukan bagi makhluk. Makhluk jasmaniah akan memperoleh hidayah untuk mencapai kedudukan jasmaniah mereka, dan para malaikat memperoleh hidayah untuk melaksanakan kedudukan yang ditentukan bagi mereka di alam malakut. Manusia merupakan bentuk makhluk yang paling sempurna, mempunyai bentuk-bentuk jasmaniah di alam mulkiyah, bentuk-bentuk malakutiyah sebagaimana para malaikat, hingga bentuk-bentuk penciptaan yang paling tinggi di sisi Allah. Hidayah bagi manusia merupakan bentuk hidayah yang paling sempurna yang dikaruniakan Allah kepada makhluk-Nya.

Hidayah Yang Sempurna

Allah telah menurunkan hidayah yang paling sempurna kepada junjungan semesta alam Rasulullah SAW dalam bentuk kitabullah Alquran al-karim. Bentuk fisik kitabullah Alquran yang dapat dibaca manusia merupakan ringkasan dari seluruh hakikat yang diperkenalkan kepada Rasulullah SAW. Dibalik bacaan Alquran yang terwujud pada fisik kitab Alquran terdapat kandungan hakikat yang sangat besar mencakup seluruh hakikat penciptaan yang hendak diperkenalkan Allah kepada seluruh makhluk. Bila seseorang mempunyai akal, maka ia dapat memperoleh suatu penjelasan dan pengarahan yang terang tentang kehendak Allah melalui pembacaan kitabullah Alquran.

﴾۸۰۱﴿قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنَا عَلَيْكُم بِوَكِيلٍ
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu Al-Haqq dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya itu petunjuk untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu atas dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu". (QS Yunus : 108)

Kitabullah Alquran diturunkan hingga bentuk fisik yang dapat dibaca oleh setiap orang, baik ia kafir ataupun beriman. Bentuk fisik demikian dan bentuk-bentuk Alquran yang lebih hakiki hanya dapat dipahami dengan benar oleh orang-orang beriman saja, akan tetapi setiap bentuk Alquran dapat menjadi hidayah bagi setiap orang yang membacanya. Perlu diketahui bahwa orang beriman-pun tidak semuanya dapat memahami Alquran dengan benar karena adanya kemungkinan hawa nafsu yang berada pada diri mereka.

Manakala seorang beriman bertentangan dengan ayat kitabullah Alquran, mereka telah melenceng dari kebenaran. Kesesatan yang dilakukan oleh seseorang dalam mengikuti kebenaran tidak menjadi tanggungan Rasulullah SAW dan orang yang mengikutinya. Beliau SAW dan pengikutnya menyeru setiap orang kepada petunjuk tanpa ada keinginan melenceng, sedangkan melencengnya seseorang karena dirinya sendiri. Mereka tidak benar-benar mengharapkan petunjuk sehingga kemudian menempuh jalan yang sesat karena petunjuk yang sallah. Orang yang benar-benar mengharapkan petunjuk akan memperoleh petunjuk dari kebenaran yang telah diturunkan Allah.

Sangat banyak bentuk hidayah yang dapat terbuka bagi setiap orang yang membaca Alquran, baik hidayah dalam bentuk dasar di alam mulkiyah ataupun hidayah untuk alam yang tinggi. Orang yang memperoleh petunjuk dari Alquran dan beramal sesuai dengan petunjuk yang diperoleh merupakan orang yang memperoleh petunjuk bagi nafs mereka. Mereka akan mengetahui hakikat-hakikat penciptaan yang dikehendaki Allah bagi mereka. Hakikat itu menjelaskan makna kehidupan mereka dan memberikan arah kehidupan mereka, baik arah kehidupan jangka pendek maupun arah tujuan akhir kehidupan mereka di sisi Allah. Kadangkala seseorang memperoleh hidayah jangka pendek untuk mengikuti langkah Rasulullah SAW hingga tujuan akhirnya, dan kadangkala seseorang memperoleh hidayah untuk mengikuti keseluruhan langkah Rasulullah SAW kemudian ia memperoleh hidayah jangka pendek.

Setiap hidayah akan terkait dengan ayat kauniyah dan ayat kitabullah, dan berfungsi untuk melangkah bertaubat kepada Allah. Ayat kauniyah merupakan potongan ayat Allah yang diperkenalkan secara temporer kepada para penghuni semesta raya, bagian dari keseluruhan hakikat yang hendak Dia perkenalkan kepada makhluk. Kitabullah merupakan ringkasan dari keseluruhan hakikat tersebut. Suatu hidayah merupakan penjelasan atau pengarahan yang jelas terhadap keterkaitan ayat-ayat di atas, bukan suatu penjelasan yang tidak terkait dengan ayat Allah. Bila tidak terkait dengan ayat Allah dan langkah taubat, maka seseorang belum dikatakan telah memperoleh hidayah, walaupun ia mempunyai khazanah indera lahir atau bathin yang banyak.

Kadangkala suatu kauniyah berbeda dengan ayat kitabullah, dan hidayah itu dimaksudkan agar seseorang mengarahkan kauniyah mereka sesuai hidayah. Kadangkala suatu ayat kitabullah menjelaskan keadaan kauniyah yang terkamuflase oleh upaya suatu pihak tertentu sehingga suatu petunjuk tampak tidak terkait dengan ayat kauniyah, atau tidak sesuai dengan ayat kauniyah. Dalam peristiwa demikian cara pandang terhadap ayat kauniyah-lah yang harus diupayakan mengikuti petunjuk, yaitu petunjuk yang terkait dengan kitabullah. Bila diabaikan, ia akan terus menjadi orang yang tidak memahami petunjuk. Di sisi lain, kadangkala suatu petunjuk hanya merupakan bunga hawa nafsu atau penguji hati, maka hendaknya petunjuk itu tidak dijadikan seseorang alat untuk mendustakan ayat Allah.

Hidayah bukan hanya terkait iman atau kufur kepada Allah. Hidayah terkait dengan setiap tingkatan makhluk. Bagi manusia yang kafir, hidayah dapat berwujud keterbukaan hati untuk menerima suatu penjelasan kebenaran menghapus kekufuran mereka. Bagi manusia dalam iman tertentu, hidayah dapat berupa langkah praktis yang diperlukan untuk masalah diri mereka. Sebagian manusia memperoleh hidayah untuk mengentaskan permasalahan umat mereka. Setiap tingkatan manusia dapat memperoleh hidayah bila mereka mengikuti hidayah itu. Bila seseorang berhenti mengikuti hidayah, mereka akan berhenti pula dalam menerima hidayah. Bila mereka tersesat mensikapi, maka mereka akan tersesat pula.

Bagi orang-orang yang terus mengikuti hidayah, maka mereka akan terlepas dari rasa takut dan khawatir dalam kehidupan. Sebagian orang tidak menerima kebenaran, maka mereka tetap dalam keadaan kufur. Sebagian orang dapat memahami kebenaran tetapi memilih mengikuti kebutaan di alam yang rendah. Sebagian orang beriman tidak mau mengikuti hidayah bagi mereka, maka mereka terbelit oleh masalah mereka sendiri dan terbelit oleh hawa nafsu mereka tanpa memperoleh jalan yang terang oleh kitabullah. Boleh jadi mereka akan terbelit masalah sendiri sedangkan mereka terlena oleh hawa nafsu bercita-cita mengentaskan masalah umat. Boleh jadi mereka kemudian terjatuh dalam kekufuran menolak kebenaran sedangkan mereka mengira berjuang untuk kebaikan umat manusia. Hendaknya setiap orang mengikuti hidayah sesuai dengan keadaan mereka masing-masing agar memperoleh hidayah yang terus meningkat.

Hendaknya setiap orang yang mencari hidayah tidak pernah melepaskan upaya mereka dari kitabullah. Kehidupan dunia merupakan kehidupan yang sangat jauh dari cahaya, dan demikian pula alam malakut mereka-pun merupakan hijab dari Allah yang dapat menyesatkan mereka dari tujuan yang sebenarnya. Kadangkala seorang beriman memperoleh hidayah untuk jangka pendek kemudian melupakan kitabullah karena merasa ia telah memperoleh hidayah yang sejati. Karena perbuatan itu maka mereka kemudian berbalik menuju langkah yang sesat. Seseorang dapat tersesat karena berpegang pada sebagian kitabullah dan melupakan yang lainnya. Tidak ada seseorang yang mengetahui seluruh kandungan kitabullah kecuali Rasulullah SAW, akan tetapi keadaan ini tidak boleh menjadikan seseorang bersikap mendustakan ayat dalam kitabullah karena tidak mengetahuinya. Bila ada orang lain membaca kitabullah dengan benar, ia tidak boleh mendustakannya. Mendustakan pembacaan yang benar itu merupakan kesesatan.

Seseorang dapat tersesat ketika mengikuti sebagian dari kitabullah, tetapi bukan kitabullah itu yang menyesatkannya. Mereka tersesat karena diri mereka sendiri. Mengenal suatu hakikat melalui bacaan kitabullah tidak boleh disikapi dengan kebanggaan dalam hawa nafsu, tetapi harus menumbuhkan sikap mengagungkan Allah. Bila seseorang berbangga dengan pengenalannya terhadap hakikat, mungkin mereka akan menganggap kecil orang lain dan menganggap dirinya lebih utama hingga tidak dapat mengenali khazanah dari orang lain. Sebenarnya sangat banyak hakikat yang mungkin diperkenalkan Allah kepada setiap manusia, tidak hanya diperuntukkan bagi orang tertentu saja. Selama suatu kebenaran yang dikenal seseorang mempunyai pijakan kitabullah, sangat mungkin kebenaran itu merupakan hakikat yang diturunkan dari sisi Allah. Seseorang tidak berhak untuk menganggap orang lain tidak mungkin mengenal kebenaran yang berbeda dengan dirinya. Manakala hal itu terjadi, mereka akan sangat mudah tergelincir mendustakan kebenaran hingga mereka menjadi orang yang tersesat.

Menyeru Pada Hidayah

Tidak ada kewajiban bagi seseorang untuk memberikan hidayah kepada orang lain. Rasulullah SAW-pun tidak diberi kewajiban untuk memberikan hidayah kepada umatnya. Demikian pula beliau berlepas diri dari orang-orang yang tersesat dalam mengikuti kebenaran yang Allah turunkan, bahwa kesesatan itu merupakan kesesatan dari nafs masing-masing. Seseorang yang memilih beriman hingga mendapat petunjuk atau memilih kufur terhadap seruan beliau SAW bukanlah tanggungan beliau SAW. Beliau berlepas diri dari orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Allah, dan Allah tidak membebankan kekufuran mereka kepada beliau SAW.

﴾۲۷۲﴿ لَّيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنفُسِكُمْ وَمَا تُنفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya. (QS Al-Baqarah : 272)

Hal demikian tidak berarti melepaskan kewajiban terhadap Rasulullah SAW dan orang-orang yang mengikutinya untuk menyeru manusia kepada hidayah. Setiap orang beriman harus menyeru orang lain kepada hidayah, akan tetapi keterbukaan hidayah dalam diri setiap orang tidak dapat diupayakan oleh orang-orang yang menyeru. Sejelas apapun penjelasan yang dapat diberikan oleh seseorang, belum tentu orang lain akan memperoleh cahaya yang menerangi kehidupan mereka bila mereka menutup hatinya dari kebenaran hakikat yang disampaikan. Allah-lah yang akan membuka hati orang-orang yang mendengarkan penjelasan kebenaran, yaitu orang-orang yang dikehendaki-Nya.

Orang yang menyeru orang lain kepada hidayah akan memperoleh bagian pahala dari orang-orang yang mengikuti mereka tanpa mengurangi pahala yang mengikutinya sedikitpun. Orang-orang yang memperoleh hidayah hendaknya menyeru orang lainnya kepada hidayah yang diketahuinya, maka mereka akan memperoleh balasan kebaikan sesuai dengan orang-orang yang mengikutinya.

مَنْ دَعَا إِلَى هُدَىً ، كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أجُورِ مَنْ تَبِعَه ، لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ أجُورِهمْ شَيئاً ، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ ، كَانَ عَلَيهِ مِنَ الإثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ ، لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيئاً
Barangsiapa menyeru kepada hidayah maka akan ia memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa menyeru kepada kesesatan maka ia akan mendapat dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad, ad-Darimi)

Akan tetapi hendaknya mereka juga berhati-hati dengan memastikan terlebih dahulu bahwa apa yang diserukannya benar-benar merupakan hidayah, yaitu dengan cara memeriksa hidayahnya dengan kitabullah dan ayat kauniyah. Hidayah harus sesuai dengan tuntunan kitabullah, dan bila bertentangan dengan kitabullah, maka apa yang disangka hidayah itu merupakan kesesatan. Akibat buruk dari seruan demikian benar-benar menjadi tanggungan orang yang menyerunya, tidak sebagaimana kesesatan orang-orang karena seruan kepada hidayah. Barang siapa menyeru manusia pada kesesatan, maka ia akan memperoleh bagian balasan yang buruk dari seluruh dosa orang-orang yang mengikutinya semuanya, tanpa mengurangi dosa orang yang mengikutinya sedikitpun.

Orang-orang yang mengikuti kesesatan orang lain tidak dapat melepaskan dosa kesesatan itu dari diri mereka sendiri. Sekalipun penyeru kesesatan kepada mereka memperoleh beban dosa keseatan dirinya, tidaklah dosa dirinya berkurang sedikitpun. Seluruh dosa itu tetap menjadi tanggungan dirinya sendiri, tidak dikurangi dengan beban yang ditanggung penyerunya. Karena itu setiap orang hendaknya memperhatikan seruan yang mereka terima. Hidayah akan selalu terkait dengan ayat-ayat Allah baik kitabullah maupun kauniyah, tidak boleh terlepas darinya. Manakala ada gejala terlepas, hendaknya setiap orang berhati-hati dengan datangnya fitnah Allah ataupun tipuan syaitan terhadap dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar