Pencarian

Sabtu, 23 Mei 2020

Petunjuk Allah dan Keselamatan


Allah telah menciptakan manusia di surga untuk bertempat tinggal di dalamnya dengan rahmat Allah, dan kemudian memerintahkan manusia untuk turun ke bumi agar menjadi pemakmur bumi. Bumi merupakan tempat tinggal sementara bagi manusia agar manusia belajar tentang petunjuk-petunjuk Allah. Petunjuk-petunjuk Allah harus diperhatikan dan diikuti agar manusia mendapatkan jalan yang benar untuk kembali ke tempat tinggal yang abadi, yaitu bertempat tinggal di surga. 

قَالَ ٱهۡبِطَا مِنۡهَا جَمِيعَۢاۖ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ [ طه:123-123]

Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. [Ta Ha:123]

Allah memerintahkan kepada Adam dan Hawa agar meninggalkan surga ketika keduanya melanggar perintah untuk tidak mendekati pohon khuldi. Karena harus keluar dari surga itu maka umat manusia kemudian menjadi terpecah-belah. Sebagian manusia menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Manusia tidak melihat hakikat secara jelas karena tabiat kehidupan mereka di bumi mengikat. Kedua putera Adam dan Hawa misalnya, salah satu membunuh saudaranya karena penerimaan Allah terhadap kurban yang mereka lakukan. Mereka tidak berselisih perihal kepentingan duniawi, tetapi karena masalah ketakwaan yang tidak dimengerti oleh salah satunya. Keduanya melaksanakan qurban bagi Allah atas hasil pekerjaan mereka untuk mendekatkan diri, dan Allah menerima qurban hanya dari salah satu dari keduanya karena ketakwaannya. 

۞وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ [ المائدة:27-27] 

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) dengan kebenaran, ketika keduanya melakukan kurban (agar dekat dengan Allah), maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata (Habil): "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". [Al Ma’idah:27] 

Masalah di antara kedua putera tersebut adalah tentang sikap terhadap Allah dalam keinginan mereka untuk dekat kepada-Nya. Keduanya melakukan qurban bagi Allah, salah satu melakukannya berdasarkan ketakwaan sehingga Allah menerima qurbannya, sedangkan salah satu tidak memiliki ketakwaan dalam qurbannya walaupun menginginkan kedekatan kepada Allah. 

Tidak ada peran syaitan dalam pembunuhan itu, dan peristiwa itu terjadi adalah murni disebabkan oleh dorongan hawa nafsu manusia yang tidak mengenal ketakwaan. Jiwa yang tidak mengenal ketakwaan itu adalah jiwa yang bodoh yang akan mendorong manusia untuk bermusuhan. Syaitan malah mendapatkan pelajaran dari peristiwa itu untuk menyesatkan manusia ketika manusia menginginkan kedekatan kepada Allah. Syaitan kemudian membuat rencana untuk membangkitkan suatu kaum yang kemudian disebut rasulullah SAW sebagai kaum khawarij. Mereka adalah kaum yang tidak mengenal ketakwaan kepada Allah, sementara mereka menginginkan untuk dekat kepada Allah sebagaimana putera sulung Adam melakukan kurban tanpa ketakwaan. 

Untuk menggembalakan kebodohan nafsu manusia maka Allah mendatangkan petunjuk. Petunjuk akan membuat jiwa manusia menjadi mengenal ketakwaan, sedikit demi sedikit untuk mengenal Allah, hingga pada akhirnya akan dibukakan pengenalan segala sesuatu yang menjadi kehendak Allah yang sebenarnya bilamana manusia mengikuti petunjuk dengan benar. Ada sebuah jaminan bagi manusia yang mengikuti petunjuk yang datang dari Allah berupa tidak akan tersesat dan celaka dalam perjalanan taubat. 

Petunjuk yang harus diikuti adalah petunjuk yang datang dari Allah. Dalam kehidupan manusia, banyak hal yang dapat mendatangkan petunjuk yang mungkin akan menyesatkan. Syaitan dapat memberikan petunjuk kepada wali-walinya, dan dia merupakan pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. Hawa nafsu manusia dapat tertipu dengan angan-angan dan keinginan kuat yang berbekas bagaikan sebuah petunjuk. Petunjuk yang harus diikuti adalah petunjuk yang datang dari Allah. 

Macam-macam Petunjuk 


Alquran merupakan petunjuk yang sangat jelas dari Allah. Rasulullah SAW menguraikan petunjuk-petunjuk dalam alquran itu dalam penjelasan dalam wujud semua sunnah-sunnahnya. Keduanya menjadi pedoman pokok bagi manusia untuk berjalan kembali kepada Allah agar tidak tersesat dan celaka dalam perjalanannya. Setiap langkah yang melanggar kedua petunjuk itu akan menyebabkan manusia tersesat dan celaka. Setiap manusia harus mencari dan memeriksa semua langkah perjalanan kembalinya dari Alquran dan sunnah. 

Selain kedua pedoman tersebut, Allah telah menciptakan manusia dengan hati agar dapat mengetahui petunjuk dan peringatan melalui hatinya. Seluruh petunjuk melalui hatinya itu hanyalah untuk membuka apa yang terkandung dalam Alquran dan sunnah yang diperuntukkan baginya sesuai dengan kehendak Allah. Ketika dibaca menurut Alquran dan sunnah, maka petunjuk itu menjadi ayat. Seluruh petunjuk melalui hati harus diperiksa berdasarkan alquran dan sunnah. Tidak ada petunjuk yang benar bila melanggar Alquran dan sunnah rasulullah SAW. Kandungan Alquran dan sunnah hanya akan terbuka berdasarkan petunjuk melalui hati bila seseorang membaca dengan hati yang bersih. Hawa nafsu dapat membuat seseorang membacanya secara salah, tidak sesuai dengan kehendak Allah. 

Petunjuk yang datang dari Allah akan diberikan kepada orang-orang yang telah diterima taubatnya, sebagaimana Adam setelah menerima sebuah kalimat sebelumnya. Akan tetapi Allah juga akan memberikan petunjuk bagi orang-orang yang beriman yang menempuh jalan taubat sebagai sebuah jalan agar Allah menerima taubatnya. Petunjuk demikian adalah sebuah jalan (at-thaariq) yang akan mengarahkan manusia kepada penerimaan Allah terhadap taubatnya. 

ٱلنَّجۡمُ ٱلثَّاقِبُ [ الـطارق:3-3] 

(yaitu) bintang yang cahayanya menembus, [At Tariq:3] 

At-thaariq akan mengarahkan manusia kepada penerimaan Allah terhadap taubatnya. Setelah Allah menerima taubatnya, maka Allah akan mendatangkan kepadanya petunjuk. At-thaariq sepadan dengan bintang yang cahayanya menembus kegelapan malam hingga sampai kepada seorang manusia, maka dengan cahaya itu seseorang yang berada dalam kegelapan memperoleh arah perjalanan. 

Cahaya bintang itu menembus kegelapan. Dalam beberapa kasus, seseorang dapat memperoleh petunjuk dalam hati yang sesuai dengan keadaan dan keinginan dirinya. Hal demikian tidak sepenuhnya menggambarkan sifat bintang yang menembus. Bintang yang cahayanya menembus itu tergambarkan ketika seseorang tidak mengetahui sedikitpun sebelumnya tentang petunjuk yang datang kepadanya. Kadang-kadang bahkan dirinya tidak mengetahui apa yang dimaksud dalam petunjuk itu dalam waktu yang lama. 

Misalnya dalam hal yang merupakan awal dari setengah bagian dari agama, yaitu jodoh. Seseorang mungkin menemukan bintang yang cahayanya menembus dalam wujud penglihatan tentang seorang jodoh yang sama sekali tidak dikenalnya. Dalam beberapa tahun berikutnya, jodoh itu mungkin baru datang dalam kehidupannya. Atau mungkin jodoh yang dilihatnya adalah orang yang sama sekali tidak pernah terpikir untuk berjodoh dengan dirinya, atau malah orang yang tidak disukainya. Hal itu dapat menjadi contoh tentang bintang yang menembus. Cahaya bintang itu menembus kegelapan yang menyelimuti dirinya, menembus semua wahamnya. Setiap manusia memiliki kegelapan yang menyelimutinya pada bidang yang berbeda-beda. 

Mensikapi Petunjuk 


Bintang yang menembus itu adalah at-thaariq yang diperuntukkan bagi dirinya. Cahaya itu akan menunjukkan jalan agar Allah menerima taubatnya. Setiap orang harus mengikuti cahaya itu sebagai bentuk kebersyukuran terhadap petunjuk Allah. Itu merupakan benih cahaya yang akan menjadi cahaya petunjuk Allah dalam jalan lurusnya kelak. 

Harus disadari bahwa dirinya masih dalam kegelapan, karena itu maka dia harus memperoleh seorang guru pembimbing yang benar dalam mengikuti petunjuk, seorang mursyid di jalan taubat. Pada tahap itu, akal seseorang masih lemah bercampur aduk dengan hawa nafsu. Seorang mursyid merupakan pembimbing yang telah berada di atas cahaya petunjuk Allah yang diberi kemampuan untuk membaca semua petunjuk bagi murid yang mengikuti thariqah yang menjadi amanahnya. Beliau akan membimbing manusia meniti thariqah dengan membersihkan jiwanya, mencegahnya masuk dalam jebakan hawa nafsu dan syaitan, mengajari agar kuat akalnya dan pada akhirnya dapat membaca petunjuk Allah yang datang pada hatinya dengan benar. 

Walaupun mungkin hanya berkelip, petunjuk itu merupakan petunjuk dari Allah. Setiap orang harus mensyukuri setiap petunjuk yang datang, dengan berusaha menjadikannya sebagai ayat. Bila petunjuk itu mendapatkan penjelasan dari kitabullah, maka petunjuk itu menjadi ayat. Bila seseorang dibersihkan hatinya, dia harus berusaha membaca petunjuk yang datang dengan kitabullah, dengan disertai ketaatan dalam bimbingan mursyid. Usaha itu akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya. Sekalipun misalnya petunjuk itu adalah riak-riak hawa nafsu, maka keterangannya dari kitabullah itu akan memberikan ketenangan bagi hawa nafsunya. Kadangkala petunjuk harus dibaca setelah ada rangkaian petunjuk, sebagaimana membaca rasi bintang. Semua harus dilakukan dalam ketaatan kepada mursyid. Pada saatnya akan terbuka jalan terang yang diperuntukkan baginya berupa shirat al-mustaqim. 

وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بِ‍َٔايَٰتِنَآ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ [ البقرة:39-39] 

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. [Al Baqarah:39] 

Ada jaminan bagi manusia yang mengikuti petunjuk dari Allah berupa tidak akan tersesat dan tidak akan celaka dalam perjalanan taubatnya. Bagi orang yang kufur dan mendustakan ayat Allah, maka dirinya diancam sebagai orang yang menjadi penghuni neraka, tinggal abadi di dalamnya.. Yang disebut kufur dan mendustakan ayat Allah tersebut sebenarnya masih terkait dengan perbuatan tidak mengikuti petunjuk, berupa bentuk kekufuran terhadap petunjuk yang telah mendapatkan penjelasan dari kitabullah dan sunnah. 

Ada perubahan objek pembahasan di antara ayat tersebut dengan ayat sebelumnya, berupa perubahan antara petunjuk menjadi ayat. Tersirat adanya sebuah keadaan tentang orang yang mendapatkan petunjuk akan tetapi tidak berusaha menjadikannya sebagai ayat Allah. Dalam hal semacam ini, syaitan akan berusaha keras untuk menyimpangkan manusia dengan berbagai cara. Syaitan-syaitan akan berusaha menyesatkannya dengan kehidupan di bumi, berusaha membuatnya kebingungan, dan berusaha membuat berbagai kelompok manusia menyerunya untuk kembali kepada mereka berdasarkan petunjuk mereka. Hendaknya setiap orang berusaha keras untuk mencari keterangan petunjuk yang datang kepadanya dengan kitabullah dan sunnah, agar petunjuk itu menjadi ayat baginya. Dan hendaknya dia berusaha tetap teguh dalam berpegang pada petunjuk Allah setelah dijelaskan kepadanya dengan kitabullah dan sunnah. Petunjuk saja tanpa landasan kitabullah akan menjadi sasaran syaitan untuk menyesatkannya. Sesungguhnya petunjuk yang benar itu adalah petunjuk Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar