Pencarian

Senin, 04 Mei 2020

Kebangkitan Agama Islam


Pengutusan SAW adalah sebuah peristiwa paling besar di seluruh alam ciptaan. Kebenaran yang tertinggi dan abadi telah diperkenalkan kepada semesta alam. Beliau adalah makhluk yang paling sempurna akhlaknya, dan beliau bertugas membimbing untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. Dengan pengutusan beliau, seluruh semesta mendapatkan rahmat.

Dalam misi beliau menyempurnakan kemuliaan akhlak, beliau akan (kembali) diutus ke dunia ketika dunia mengalami perubahan jaman.

بُعِثْتُ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا يُشْرَكَ بِهِ شَيْءٌ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي، وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ.

Aku diutus (pada zaman) di antara dua tangan as-sa’ah (perubahan zaman) dengan pedang sehingga hanya Allah saja yang disembah, tidak ada yang disekutukan bagi-Nya. Rezekiku ditetapkan berada di bawah ujung tombak. Ditimpakan kehinaan dan kerendahan pada orang yang menyelisihi amrku. Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, niscaya ia termasuk dari mereka” [Hadits Riwayat Ahmad no. 5114, 5115, 5667]

Masa peralihan itu adalah perubahan penguasaan bumi oleh orang-orang kafir menjadi penguasaan oleh orang-orang beriman sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut :

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡ ٗاۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِ [النّور:55-55] ‍ٔ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُون َ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. [QS An Nur:55]

Bumi ini akan diwariskan bagi orang-orang beriman dan beramal shalih ketika zamannya tiba. Orang-orang beriman akan dijadikan sebagai para khalifah yang memakmurkan bumi. Seluruh umat hanya akan bersembah kepada Allah semata tidak ada satupun penyembahan terhadap selain Allah. Agama Islam yang diridhai Allah akan tegak dan teguh dalam hati umat manusia.

Akan tetapi sebelum itu terjadi, orang-orang fasik dan dzalim akan menguasai bumi dengan dosa-dosa mereka. Akan tumbuh ajaran-ajaran Islam yang tidak diridhai Allah yang ditumbuhkan oleh orang-orang musyrik di antara umat islam yang menyebabkan orang-orang musyrik dapat memecah belah muslimin. Orang-orang fasik dan kafir menguasai bumi sedangkan orang-orang beriman akan tertindas dalam kehidupan dunia. Bila zaman peralihan itu tiba, Allah akan mempertukarkan keadaan antara orang-orang fasik dan dzalim dengan keadaan orang mukmin. Orang-orang musyrik, kafir, fasik dan dzalim akan dilenyapkan dari permukaan bumi sehingga hanya tersisa orang-orang yang baik di muka bumi, dan seluruhnya hanya akan mengikuti syariat dan ajaran rasulullah SAW.

Hari Ditegakkannya Agama


Dalam sebuah hadits yang panjang yang dikenal sebagai hadits Jibril, dikisahkan bahwa Jibril a.s datang kepada Rasulullah SAW dan para sahabat untuk mengajarkan agama mereka. Empat komponen agama yang diajarkan adalah : islam, iman, dan ihsan, serta tentang As-sa’ah. As-sa’ah yang dimaksudkan adalah jaman ditegakkannya agama bagi umat manusia. Itu adalah jaman ketika kekuasaan atas bumi diberikan kepada kaum mukminin sebagaimana disebutkan ayat di atas.

Istilah lain datangnya jaman itu adalah hari agama, yaum ad-diin, yaitu hari ditegakkannya agama bagi umat manusia. Pada hari itu, laknat atas syaitan seharusnya telah berakhir, akan tetapi iblis meminta penangguhan kepada rabb hingga hari kebangkitan, maka rabb al alamiin memberikan penangguhan hingga waktu yang ditentukan yaitu kiamat. Maka laknat bagi iblis akan berlaku hingga hari kiamat.

وَإِنَّ عَلَيۡكَ لَعۡنَتِيٓ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلدِّينِ قَالَ رَبِّ فَأَنظِرۡنِيٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِينَ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡوَقۡتِ ٱلۡمَعۡلُومِ [ ص:78-81]

Sesungguhnya laknat-Ku tetap atasmu sampai hari agama". [Sad:78]

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan". [Sad:79]

Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, [Sad:80]

sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)". [Sad:81]

Tetapi mungkin permintaan penangguhan itu tidak memberikan manfaat bagi Iblis, karena pada hari itu Allah akan menunjukkan tajalliatnya sebagai raja. Khalifatullah Al-Mahdi akan diperkenalkan kepada asma-Nya sebagai malik.


Terbelahnya Bulan


Tanda dekatnya as-sa’ah itu adalah terbelahnya bulan.

ٱقۡتَرَبَتِ ٱلسَّاعَةُ وَٱنشَقَّ ٱلۡقَمَرُ [ الـقمـر:1-1

Telah dekat datangnya as-sa’ah dan telah terbelah bulan. [Al Qamar:1]

Bulan adalah benda langit yang tercipta dari material bumi. Bulan memantulkan sinar matahari yang sampai kepadanya dalam posisi tertentu terhadap bumi sehingga menjadi alat perhitungan waktu bagi manusia untuk menentukan kegiatan yang sesuai dengan waktunya, baik untuk beribadah ataupun kegiatan-kegiatan kebumian. Bulan sangat mempengaruhi kemakmuran kehidupan di bumi dalam pengaruh yang sangat besar. Walaupun dewasa ini umat manusia kebanyakan kehilangan rasa dan pengetahuan terhadap besarnya pengaruh bulan terhadap kehidupan di sekitar mereka, tetapi tanda-tanda besar pengaruh itu masih dapat teramati dengan jelas dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya pasang surutnya laut sangat dipengaruhi oleh posisi bulan terhadap bumi dan terhadap matahari. Tentu saja pengaruh pasang surut itu sendiri sangat besar terhadap aktifitas penghuni bumi. Sebenarnya hampir seluruh dinamika kehidupan di bumi dipengaruhi oleh kedudukan bulan. Aktifitas-aktifitas pemakmuran bumi yang selaras dengan semesta alamnya dapat ditentukan berdasarkan kedudukan bulan karena bulan itu merupakan alat perhitungan yang telah ditentukan Allah Sang Maha Pencipta. Akan tetapi kebanyakan manusia pada jaman ini telah tercerabut dari perhitungan-perhitungan alamnya, tergantikan dengan fenomena-fenomena statistik saja dan teori-teori lain tanpa berusaha berintegrasi dengan perhitungan terhadap alam semestanya.

Ayat pada alam semesta berupa bulan itu sebenarnya merupakan penjelasan dari diri seorang manusia. Bumi dan rembulan adalah dua entitas yang diciptakan dari material sama untuk bekerja bersama-sama secara sinergis. Itu merupakan gambaran padanan dari suami dan isteri yang diciptakan dari satu entitas yang sama untuk beramal secara sinergis.

Bagi seorang laki-laki, pengetahuan berhitungnya dalam kehidupan bumi berdasarkan kedudukan bulan merupakan cerminan dari hubungan dirinya dengan istrinya. Seorang laki-laki akan mengetahui perhitungan kehidupan yang selaras dengan alam semestanya berdasarkan rembulan bila dia mengenal istrinya. Urusan pemakmuran bumi yang selaras dengan alamnya berdasarkan rembulan hanya dapat dilakukan oleh laki-laki yang mengenal istrinya, dengan memperhatikan amr Allah pada istrinya.

Istri yang shalihah adalah ibarat bulan yang memantulkan cahaya amr Allah yang harus dikerjakan oleh seorang laki-laki terhadap objek amalnya dalam setiap waktu. Setiap wanita adalah tiang bagi tegaknya negara, karena tanpa wanita yang benar, seorang laki-laki shalih akan kebingungan untuk melakukan aktifitas yang benar. Seorang laki-laki yang shalih akan mengenali objek amalnya sesuai amr Allah melalui cahaya yang dipantulkan oleh istrinya yang shalihah. Kebanyakan manusia jaman ini kehilangan kemampuan ini dan tidak merasakan arti rembulan bagi kehidupan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan manusia tidak dapat memakmurkan bumi selaras dengan alam.

Pada masa dekatnya as-sa’ah, bulan akan terbelah menandai dekatnya waktu yang dijanjikan (as-sa’ah). Hal yang perlu diperhatikan mukminin bukanlah terbelahnya bulan yang di langit, karena mu’jizat seperti itu lebih diperuntukkan bagi orang kafir. Yang perlu diperhatikan adalah terbelahnya seorang istri yang shalihah bagi suaminya. Terbelahnya bulan di langit itu adalah implikasi dari terbelahnya seorang istri shalihah bagi suaminya yang shalih akibat tercabiknya oleh usaha syaitan yang memisahkan laki-laki dari istrinya.

Suatu objek akan terbelah bila ada dua atau lebih kekuatan yang menariknya pada arah yang berbeda. Bila hanya ada satu kekuatan, maka objek akan cenderung berpindah tempat secara utuh. Bulan yang terbelah ini merupakan gambaran dari seorang istri shalihah yang ditarik dua kekuatan besar ke arah yang berbeda sehingga integritas dirinya terbelah. Seorang istri yang tidak cukup kuat berpegang akan cenderung menggelincir secara utuh bila syaitan berhasil mendapatkan tempat untuk menariknya.

Pada zaman kebangkitan islam, syaitan akan mengerahkan seluruh daya dan tipuannya untuk memisahkan istri dari suaminya. Itu akan merusak umat manusia secara keseluruhan dari dasarnya. Upaya itu bahkan akan dilakukan hingga mencapai wanita mukminat yang shalihah hingga wanita tersebut terbelah. Sangat perlu dilakukan konsolidasi keluarga mukminin agar syaitan tidak mempunyai celah bagi syaitan dalam keluarganya. Pendidikan keluarga harus diberikan terutama bagi kaum mukminat sebagai sasaran syaitan, dan juga bagi laki-laki agar tidak menjadi perantara bagi usaha syaitan tersebut tanpa disadarinya.

Bagi para gadis dan lajang, perlu diberikan konsep pendidikan keluarga sesuai kitabullah dan sunnah nabi agar dapat menempuh pernikahan mereka dengan sebaik-baiknya. Hakikat dari pernikahan harus diperkenalkan agar dapat menemukan jodoh yang sebaik-baiknya. Ini merupakan dasar terbaik agar celah bagi syaitan semakin kecil. Gadis yang tidak mempunyai keyakinan, atau keyakinannya terbelah dalam melakukan pernikahan merupakan celah pertama bagi syaitan untuk memisahkan pernikahan mereka. Kaum mukminin harus memberikan sarana bagi para gadis untuk mendapatkan keyakinan tentang pasangannya sesuai dengan syariat, dan memberi sarana untuk berusaha mendapatkan pasangan yang diyakininya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar