Pencarian

Kamis, 04 April 2024

Menemukan Sabil dengan Kitabullah

Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia untuk menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia dalam beribadah kepada Allah. Hendaknya seluruh umat manusia mengikuti jejak langkah beliau SAW dengan membentuk akhlak al-karimah dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Dengan mengikuti Rasulullah SAW, seseorang akan menemukan jalan untuk kembali kepada Allah menjadi hamba yang didekatkan. Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia untuk menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia dalam beribadah kepada Allah.

Ibadah kepada Allah akan menjadikan manusia sebagai hamba yang didekatkan. Ada jarak tidak terhingga antara manusia dengan Allah, akan tetapi Allah akan mendekatkan para hamba yang dikehendaki kepada-Nya. Orang-orang yang dikehendaki untuk didekatkan itu berasal dari orang-orang yang berkeinginan untuuk menjadi hamba Allah dan kemudian menempuh jalan taubat kepada-Nya hingga Allah mendekatkan diri mereka kepada-Nya. Bila tidak ada keinginan menjadi hamba Allah, Allah tidak akan mendekatkan mereka kepada-Nya.

Dalam upaya menjadi hamba Allah, setiap orang harus memperhatikan kitabullah Alquran yang telah diturunkan dari sisi Allah. Seorang manusia tidak bisa menjadi hamba Allah dengan benar tanpa mengikuti kitabullah Alquran. Manusia dengan akal yang terhubung dengan kitabullah Alquran-lah yang bisa menjadi hamba Allah yang sebenarnya. Tanpa akal yang terhubung kitabullah Alquran, kehambaan seorang manusia belum mencapai bentuk penghambaan yang benar kepada Allah. Barangkali ia hanya mengikuti persangkaan orang lain atau pikirannya sendiri tentang penghambaan, tidak memahami kehendak Allah yang harus ditunaikannya dalam kehidupan di bumi. Seorang hamba Allah yang sebenarnya adalah orang yang memahami kehendak Allah yang harus ditunaikan, dan kehendak Allah terdapat dalam kitabullah Alquran.

﴾۱۳﴿وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ هُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ إِنَّ اللَّهَ بِعِبَادِهِ لَخَبِيرٌ بَصِيرٌ
Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dari AlKitab itulah (yang dinamakan) kebenaran (hakikat), membenarkan apa-apa yang ada di antara kedua tangan-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (QS Fathir : 31)

Kitabullah Alquran merupakan kebenaran dari Allah yang diturunkan ke alam dunia hingga hadir di hadapan manusia dalam bentuk fisik. Bentuk fisik Alquran yang bisa disentuh oleh setiap manusia merupakan ujung dari suatu kitab semesta raya. Allah mewahyukan firman-Nya kepada Rasulullah SAW dalam bentuk bagian dari al-kitab semesta raya, sedangkan bagian itu telah mewakili seluruh kandungannya. Rasulullah SAW memahami kandungan alkitab itu seluruhnya, dan mengajarkan kepada umatnya bagian dari al-kitab itu dalam wujud apa yang diwahyukan kepada beliau SAW. Umatnya yang memahami akan memperoleh sebagian pemahaman dari kitab semesta raya, bukan hanya dzahir dari ayat itu dan bukan keseluruhan kandungan al-kitab itu.

Apa yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW berupa ujung dari al-kitab itu merupakan kebenaran (hakikat) yang harus dipahami manusia yang ingin menjadi hamba Allah. Di alam dunia, sangat banyak fenomena-fenomena yang tampak terjadi secara acak tanpa suatu aturan tertentu. Kebenaran dan kebathilan terjadi di alam dunia secara bercampur-campur bahkan hingga mencapai beberapa tingkatan alam yang tinggi. Hal demikian merupakan kehendak Allah yang Dia perbuat dengan kedua tangan-Nya. Demikian pula pikiran setiap manusia mencerap fenomena-fenomena secara berbeda-beda bahkan ketika berbicara satu objek fenomena yang sama. Dengan demikian setiap manusia akan menghadapi fenomena kehidupan dengan cara berfikir yang sangat banyak. Bahkan dalam satu titik kehidupan, satu orang manusia dapat bisa mempunyai cara pandang yang banyak dalam satu perkara. Dengan warna kehidupan demikian, setiap manusia dapat membentuk cara berpikir yang sangat bermacam-macam, dan hanya sebagian kecil pikiran yang dapat memahami hakikat. Hanya dengan pengetahuan yang mencapai hakikat dari fenomena yang terjadi maka seseorang akan bisa menjadi hamba Allah yang sesungguhnya, dan hakikat itu adalah apa yang sesuai dengan firman Allah dalam kitabullah Alquran.

Untuk menjadi hamba Allah yang sesungguhnya, setiap orang harus membina pemahaman terhadap hakikat. Hakikat merupakan kebenaran pemahaman terhadap realitas yang terjadi, suatu pengetahuan bahwa apa yang dipahami seorang hamba terhadap kauniyah yang terjadi merupakan penjabaran dari suatu firman tertentu, bukan hanya hasil dari pikirannya atau hawa nafsunya sendiri. Pemahaman ini dapat muncul secara timbal balik, boleh jadi seorang hamba memandang suatu kauniyah tertentu dengan cara yang sesuai dengan firman dalam kitabullah Alquran atau sebaliknya ia memandang suatu fenomena kauniyah karena membaca ayat Allah dalam Alquran. Kedua hal itu dapat dilakukan secara bersamaan.

Setiap manusia mempunyai potensi untuk membangun pemahaman terhadap realitas kauniyah sesuai dengan ayat-ayat kitabullah. Kadangkala seorang hamba mempunyai pikiran tertentu terhadap suatu fenomena kauniyah, tetapi ia tidak dapat menguji kebenarannya secara mandiri. Untuk menguji kebenaran pikirannya, ia harus berusaha menemukan firman Allah untuk pikirannya itu dan mengikuti firman tidak memanfaatkannya untuk mendukung pikirannya. Cara sebaliknya, ia bisa berusaha melihat kauniyah dirinya berdasarkan firman Allah tanpa memaksakan akal untuk menyatukannya, yaitu manakala pemikirannya secara utuh belum dapat menyatu secara konsisten. Penyatuan pemikiran terhadap firman Allah harus terjadi secara natural mengikuti perubahan dan perkembangan pemikiran, dengan menata pikiran hingga seluruh pikirannya dapat selaras dengan firman Allah. Manakala pemikirannya bertentangan dengan firman Allah, hendaknya ia berhenti atau mengubah caranya berpikir pada masalah itu.

Petunjuk Sabil dan Hakikat dalam Kitabullah

Pemahaman yang benar terhadap realitas kauniyah berdasarkan tuntunan ayat Allah akan menumbuhkan suatu petunjuk dalam menempuh jalan yang dikehendaki Allah berupa petunjuk dalam menghadapi problema kauniyah yang terjadi. Petunjuk demikian dikatakan sebagai petunjuk sabil (subulus-salaam). Bila seseorang memperoleh petunjuk sabilnya, ia akan mengetahui suatu permasalahan tertentu yang terjadi pada masyarakatnya, dan mengetahui jalan keluar dari permasalahan itu berdasarkan tuntunan kitabullah. Dengan petunjuk sabil itu, suatu masalah di masyarakat akan terurai hingga terwujud kemakmuran di masyarakat. Tanpa petunjuk itu, seringkali suatu kaum melakukan upaya yang terlihat menakjubkan kebaikannya, tetapi tidak menyentuh akar masalah yang terjadi hingga masalah itu hanya berputar-putar di sekitar mereka. Apapun upaya pemakmuran yang dilakukan, masyarakat tetap terlilit dalam masalah yang sama.

Petunjuk sabil itu akan diperoleh seseorang melalui kitabullah Alquran, yaitu bila seseorang mengenal hakikat. Allah menurunkan petunjuk-Nya melalui ayat-ayat Alquran. Orang-orang yang mengikuti keridlaan Allah dengan mengikuti Alquran akan memperoleh petunjuk jalan-jalan keselamatan, dikeluarkan dari kegelapan menuju cahaya, dan memperoleh petunjuk menuju shirat al-mustaqim. Petunjuk demikian tidak akan diperoleh dengan benar oleh seseorang tanpa mengikuti keridhaan Allah. Mungkin saja seseorang yang ingin dipandang menjadi pahlawan di antara kaumnya memperoleh sebagian dari petunjuk subulus-salaam akan tetapi tidak sepenuhnya menuju keselamatan, atau ia kemudian akan tersesatkan oleh syaitan.

Perlu tekad yang kuat (‘azam) berpegang teguh pada kitabullah Alquran agar seseorang bisa memperoleh petunjuk tentang sabil yang harus mereka tempuh. Syaitan akan benar-benar menghalangi umat manusia untuk mengerti sabil yang harus mereka tempuh. Bila seseorang atau suatu kaum bersikap longgar dalam berpegang pada kitabullah Alquran, syaitan akan masuk menghalangi mereka dari petunjuk sabil. Mereka barangkali akan mengerjakan amal-amal yang tidak menjadi solusi bagi masalah yang ada pada masa dan ruang kehidupan mereka. Mungkin amal-amal yang mereka kerjakan begitu menakjubkan, tetapi tidak menyentuh masalah yang digelar Allah.

﴾۷۳﴿وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ
Dan sesungguhnya mereka (syaitan-syaitan itu) benar-benar menghalangi mereka dari jalan (as-sabil) dan mereka (manusia) menyangka bahwa mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS Az-Zukhruf : 37)

Para syaitan akan benar-benar menghalangi manusia dari sabil mereka. Sangat penting bagi setiap orang untuk berpegang pada kitabullah Alquran. Syaitan akan menghalangi orang yang mencari sabil dengan cara sedemikian hingga orang-orang yang ikut syaitan menghalangi itu akan menyangka bahwa mereka adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Syaitan akan memasuki medan-medan petunjuk bagi orang-orang beriman. Setiap orang beriman hendaknya berhati-hati terhadap petunjuk-petunjuk bagi mereka tidak bermudah-mudah untuk meyakini bahwa petunjuk mereka adalah petunjuk yang benar, tetapi harus digunakan untuk mencari pemahaman dari kitabullah Alquran.

Metode demikian dilakukan dengan cara mencampurkan kebenaran-kebenaran dengan sedikit kebathilan yang meracuni. Ini cara paling sulit dikenali manusia. Umat manusia akan mudah mengenali kebathilan-kebathilan yang banyak, maka syaitan tidak akan bisa efektif memasuki umat manusia dengan cara demikian. Bila ia banyak memberi petunjuk kebenaran kepada manusia, maka manusia akan percaya kebenarannya dan mudah lalai terhadap kebathilan yang akan diselipkan. Sebenarnya kebenaran yang disampaikan syaitan tidak pula kebenaran yang kokoh, karena syaitan tidak ingin manusia menjadi kuat, akan tetapi syaitan memilih petunjuk yang menjadikan manusia memandang kebenaran dari mereka itu megah. Tidak jarang struktur kebenaran itu dibuat untuk menjadi jalan masuk fitnah lain yang syaitan siapkan.

Syaitan baru akan menghantam dengan sungguh-sungguh manakala seorang manusia atau suatu kaum mengarah kepada sabil mereka. Manakala hakikat dari suatu fenomena terungkap, syaitan akan bersiap untuk menghalangi. Bila kebenaran yang diikuti manusia hanya merupakan kebenaran-kebenaran nisbi yang tidak mengantar manusia menemukan sabilnya, syaitan akan membiarkan atau justru ikut menurunkan petunjuk kebenaran yang semu dan setara. Manakala seseorang mulai mengenal hakikat dari firman Allah yang terjadi pada kauniyahnya, maka syaitan akan bersiap untuk menghalangi langkah yang akan ditempuh orang-orang yang mengenalnya.

Halangan syaitan dalam hal ini termasuk dengan petunjuk-petunjuk yang keliru. Syaitan akan melibatkan manusia, dan orang yang ikut menghalangi akan menyangka mereka mendapat petunjuk. Sabilussalaam merupakan jalan yang berada di atas petunjuk dengan landasan pemahaman kitabullah Alquran, bukan hanya pemahaman saja atau petunjuk saja, tetapi petunjuk di atas pemahaman terhadap Alquran. Seorang yang memperoleh petunjuk sabil akan mengetahui langkah praktis yang harus dilakukan di atas pemahaman yang benar terhadap ayat kauniyah dan kitabullah. Ia mengetahui bahwa petunjuk itu merupakan realisasi dari ayat kitabullah yang dipahaminya, bukan berupa petunjuk dikte yang tidak dapat dipahami sebelumnya atau sesudahnya berdasar kitabullah. Orang yang berusaha melaksanakan petunjuk yang demikian itu akan dihalang-halangi syaitan dengan sungguh-sungguh, termasuk dengan menggunakan petunjuk-petunjuk palsu.

Syaitan akan menghalangi semua tingkatan yang ditempuh orang yang menempuh sabilnya. Manakala seseorang berusaha mengenali hakikat kehidupan dengan benar, syaitan mungkin akan merusak tatanan kehidupannya. Manakala ia berusaha menyeru pada suatu ayat kitabullah tentang sabilnya, manusia akan dihalangi untuk mendengar dan mengikuti dan mungkin syaitan merusak pula bentuk sabil tuntunan Allah dengan suatu bentuk sabil berlawanan. Manakala seseorang berusaha menempuh sabil yang ditentukan secara khusus bagi dirinya, ia akan dihalangi agar tidak dapat menempuh sabilnya dan bila mungkin merusak pula pijakan untuk melaksanakan, termasuk merusak keluarga yang seharusnya mendukung pelaksanaan sabil itu. Boleh jadi seluruh kemungkinan tingkatan orang yang berusaha mewujudkan petunjuk sabil akan dihalangi syaitan dengan berbagai cara yang licik, sedangkan orang yang ikut menghalangi akan memandang diri mereka sebagai orang yang memperoleh petunjuk.

Berpegang pada Kitabullah Alquran

Dengan keadaan yang demikian, seseorang tidak boleh mengabaikan arti penting berpegang teguh pada kitabullah Alquran. Petunjuk yang sebenarnya adalah petunjuk yang mengungkap hakikat dari firman Allah dalam kitabullah Alquran. Mungkin suatu petunjuk tidak secara langsung terhubung kepada suatu ayat Alquran, tetapi merupakan pendahuluan yang akan menghubungkannya pada tahap berikutnya. Tingkatan petunjuk demikian lebih rendah daripada petunjuk yang mengungkapkan hakikat dari suatu firman Allah, dan petunjuk itu boleh jadi benar atau boleh jadi salah. Selain itu ada pula petunjuk-petunjuk dari alam syaitan yang menyesatkan. Orang yang mencari petunjuk harus membobot berdasar kriteria-kriteria ini, tidak bersikap mengabaikan petunjuk yang sesungguhnya dengan mengikuti petunjuk yang belum jelas nilai kebenarannya. Tidak jarang orang yang mengabaikan petunjuk yang sebenarnya termasuk dalam golongan orang-orang yang mengikuti syaitan menghalangi manusia dari sabilillah, yaitu manakala berlawanan dengan orang yang menyeru manusia pada sabil.

Masalah kepandaian dalam berbicara, kekuatan dalam melaksanakan amr dan hal-hal lain terkait pelaksanaan sabil tidak dapat menjadi pedoman kebenaran suatu seruan sabil. Sabil yang benar hanyalah sabil yang mempunyai landasan dari kitabullah secara jelas tanpa suatu pemaksaan makna. Dalam urusan kepandaian atau kekuatan, Allah memberikan kepada orang-orang yang berpaling dari pengajaran Ar-rahman suatu pertalian dengan syaitan yang mempunyai banyak pengetahuan, sedemikian syaitan-syaitan itu menjadi qarin yang mendukung amal-amal orang yang berpaling hingga mungkin saja mereka tampak kuat dan pandai. Hubungan qarin demikian tidak selalu terlihat dalam bentuk amal-amal yang jahat, tetapi juga muncul dalam bentuk petunjuk-petunjuk.

﴾۶۳﴿وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami ikatkan baginya syaitan maka syaitan itulah yang menjadi qarin yang selalu menyertainya. (QS Az-Zukhruf : 36)

Pengajaran Ar-Rahman adalah pengajaran kandungan kitabullah Alquran. Alquran merupakan firman dari Ar-Rahman, suatu tajalliat Allah dalam derajat yang paling tinggi yang dapat dikenal oleh makhluk, tajalliat Allah di atas ‘arsy. Tajalliat demikian itu hanya dikenal sempurna oleh satu makhluk yaitu Rasulullah SAW. Tidak ada makhluk yang dapat mengenal tajalliat Allah lebih daripada tajalliat-Nya berupa Ar-Rahman. Makhluk lain yang mengenal Allah hanya mengenal tajalliat dalam tingkatan yang lebih rendah. Nabi Ibrahim a.s mengenal tajalliat-Nya dalam bentuk Ar-Rahim, sedangkan makhluk yang lain hanya mengenal dalam derajat yang lebih rendah.

Alquran secara khusus diberikan kepada Rasulullah SAW, tetapi Allah menurunkan penjelasan (al-bayaan) kandungan firman Allah kepada hamba-hamba yang mengikuti langkah Rasulullah SAW. Pengajaran Ar-Rahman mencakup pula al-bayaan yang diturunkan kepada hamba Allah pengikut Rasulullah SAW. Ciri dari al-bayaan dapat dilihat bahwa penjelasan itu benar-benar mengikuti firman Allah dalam kitabullah Alquran, tidak dipaksakan, menyimpang atau bertentangan. Mungkin suatu al-bayaan yang dijelaskan seseorang sedikit berselisih dengan kitabullah karena kebodohan yang ada pada seorang hamba, maka selisih itu merupakan kesalahan dari orang yang menjelaskan. Tetapi al-bayan tidak akan bertentangan dengan firman dalam kitabullah Alquran. Manakala bertentangan, maka penjelasan itu bukan al-bayaan yang merupakan pengajaran Ar-Rahman tetapi dari syaitan yang berusaha menyesatkan.

Allah akan membuatkan bagi orang-orang yang berpaling dari pengajaran Ar-Rahman suatu pertalian terhadap syaitan hingga terbentuk suatu bentuk hubungan qarin. Tidak ada makhluk yang boleh menentang firman Allah dalam kitabullah Alquran, termasuk menentang dengan petunjuk yang diturunkan kepada dirinya. Demikian pula tidak boleh menentang kitabullah Alquran dengan petunjuk yang diturunkan kepada makhluk lainnya. Allah menjamin kebenaran dari kitabullah Alquran, dan tidak menjamin kebenaran petunjuk yang diturunkan kepada makhluk lainnya. Dalam kasus khusus, syaitan diberi kebebasan untuk memberikan petunjuk yaitu manakala seseorang berpaling dari kitabullah Alquran. Seseorang akan selamat bila mengikuti kitabullah Alquran tanpa menentangnya walaupun hanya mengikuti sedikit, dan akan celaka manakala menentangnya sekalipun telah mempunyai banyak pengetahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar