Pencarian

Jumat, 26 April 2024

Pemakmuran dan Hubungan Kehendak Allah

Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia untuk menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia dalam beribadah kepada Allah. Hendaknya seluruh umat manusia mengikuti jejak langkah beliau SAW dengan membentuk akhlak al-karimah dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Dengan mengikuti Rasulullah SAW, seseorang akan menemukan jalan untuk kembali kepada Allah menjadi hamba yang didekatkan. Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia untuk menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia dalam beribadah kepada Allah.

Rasulullah SAW merupakan washilah puncak bagi semesta alam untuk terhubung kepada Allah. Orang-orang yang mengikuti langkah Rasulullah SAW akan memperoleh washilah kepada Allah dan dapat mengalirkan khazanah dari sisi Allah, dan khazanah itu akan menjadi sumber bagi terjadinya pemakmuran di bumi. Pemakmuran bumi yang sebenarnya hanya akan dapat dilakukan dengan jalan demikian, sedangkan upaya-upaya pemakmuran yang dilakukan tanpa terhubung kepada Allah seringkali tidak mendatangkan pemakmuran dengan baik.

Sebagian manusia mendatangkan kerusakan terhadap hal-hal yang dapat mendatangkan pemakmuran di bumi. Mereka memutuskan hubungan antar hamba Allah hingga terputus dengan duniawi mereka. Hal ini tercantum dalam ayat berikut :

﴾۷۲﴿الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
(yaitu) orang-orang yang mengurai janji Allah sesudah perjanjian itu diperikatkan, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi (QS Al-Baqarah :27)

Ketiga hal di atas merupakan prinsip pemakmuran bumi yang harus terbina dalam diri setiap manusia. Pada tataran jasmani, setiap orang tidak boleh berbuat kerusakan di muka bumi dan sebaliknya harus melakukan perbaikan. Pada tataran insaniah, setiap orang beriman harus membina hubungan kepada insan-insan yang lain tidak boleh mendatangkan kerusakan-kerusakan pada hubungan-hubungan yang terbina. Pada tataran akidah transenden, setiap orang beriman harus berusaha untuk memahami kehendak Allah untuk dimanifestasikan dalam amal-amal di bumi. Prinsip-prinsip ini harus terbina bersama-sama dalam diri orang-orang beriman, tidak dilakukan hanya salah satu karena sangat sukar mewujudkan pemakmuran hanya dengan upaya sendiri.

Pada tataran jasmaniah, pemakmuran harus dilakukan oleh setiap orang dengan melakukan amal yang baik tidak boleh menimbulkan kerusakan di muka bumi. Tanpa berusaha melakukan amal-amal jasmaniah yang membuat perbaikan di muka bumi, seseorang tidaklah akan memunculkan pemakmuran di bumi. Setiap orang harus berusaha melakukan perbaikan di bumi sesuai lingkup tugas masing-masing dan menghindarkan usaha-usaha memperoleh keuntungan dengan melakukan hal-hal yang merusak. Manakala suatu perbuatan merusak dilakukan, ia akan mendatangkan kerusakan di muka bumi yang menghambat pemakmuran.

Pada tingkatan insaniah, Allah memberikan perintah kepada orang beriman untuk menyambungkan amr-amr Allah bagi mereka. Pada prinsipnya, hal yang diperintahkan Allah untuk disambungkan adalah hubungan antar insan melalui kedudukan masing-masing dalam amr jami’ Rasulullah SAW. Setiap orang mempunyai kedudukan tertentu dalam amr jami’ Rasulullah SAW dan hendaknya mereka menjalin hubungan dengan orang-orang lain sesuai amr mereka. Secara praktis, hubungan demikian berupa suatu hubungan washilah dalam al-jamaah yang melibatkan satu insan dengan insan yang lain. Ada orang-orang yang menjadi washilah bagi orang lain kepada Rasulullah SAW, ada orang-orang yang menjadi shahabat dalam melaksanakan amr mereka, ada orang-orang yang merupakan kaum yang harus dipimpin untuk melaksanakan amr Allah dengan sebaik-baiknya.

Suatu pengetahuan tentang janji Allah akan muncul pada seseorang manakala ia membina sesuai dengan kehendak Allah hubungannya kepada orang lain. Suatu pernikahan yang berhasil dapat mendatangkan pengetahuan demikian, dan juga hubungan dirinya dalam al-jamaah terutama kepada washilahnya. Ia akan mengetahui kedudukan dirinya dalam amr Rasulullah SAW, dan mengetahui janji Allah yang dapat diwujudkan melalui kedudukan itu. Pengetahuan demikian itu akan menjadi suatu sumber pemakmuran di bumi yang dapat ditunaikan selama kehidupannya di bumi.

Membina Hubungan yang Dikehendaki Allah

Setiap upaya untuk menjalin kebersamaan dengan orang lain dalam kebaikan merupakan bagian dari upaya menyambungkan sesuatu yang diperintahkan Allah untuk disambungkan. Hal demikian merupakan bagian dari shilaturrahmi yang akan mendatangkan kebaikan bagi umat manusia. Secara khusus, hal yang paling mendatangkan pemakmuran di muka bumi melalui penghambaan adalah berupa pembinaan hubungan hingga memperoleh washilah kepada Rasulullah SAW. Seseorang hendaknya berusaha sungguh-sungguh untuk memperoleh pengetahuan dan memahami urusan Rasulullah SAW untuk ruang dan jaman mereka, memahami kedudukan diri dalam urusan tersebut, dan berusaha mengenali orang yang dapat memimpin dirinya untuk mengerjakan urusannya, serta sahabat-sahabat yang seharusnya bersama dengan dirinya. Dengan jalan demikian ia akan memperoleh washilah yang tersambung kepada Rasulullah SAW. Apabila telah menemukannya, ia hendaknya menyeru orang lain untuk memperoleh washilah yang serupa.

Hubungan demikian dapat dibina terutama melalui sarana yang disediakan Allah berupa pernikahan. Pernikahan merupakan suatu perjanjian di sisi Allah yang menyerupai perjanjian antara Allah dengan rasul-Nya, yang disebut dengan istilah yang sama yaitu “mitsaqan ghalidza”. Secara ideal, fungsi dari pernikahan merupakan pelengkap fungsi kerasulan, di mana setiap rasul akan sangat membutuhkan pernikahan para pengikutnya sebagai sarana membina mereka dalam memahami kesempurnaan ajarannya. Allah memerintahkan para rasul untuk mensucikan nafs umatnya dan mengajarkan kepada umatnya kitabullah. Untuk hal demikian, para rasul sangat membutuhkan pernikahan untuk dilakukan umatnya. Suatu pernikahan akan menyediakan bagi seseorang sarana untuk menghubungkan alam duniawi dirinya terhadap kehendak Allah.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh umatnya adalah terbinanya hubungan-hubungan yang dikehendaki Allah pada diri umatnya sesuai dengan nafs wahidah masing-masing. Hal itu ditumbuhkan pertama dan secara utama melalui pernikahan. Demikian pula pernikahan akan menghadirkan bagi pasangan itu suatu bentuk janji Allah yang seharusnya diwujudkan di bumi untuk pemakmuran bumi mereka. Tanpa pernikahan, umat akan kesulitan mengenali bentuk hubungan yang dikehendaki Allah untuk disambungkan, dan tidak memperoleh suatu bentuk janji Allah yang dapat diwujudkan sebagai pemakmuran bumi.

Hubungan yang harus dibina sesuai kehendak Allah akan memunculkan karakter masyarakat. Pada masyarakat yang tidak terbina hubungan demikian secara baik, karakter masyarakat akan menjadi tidak beraturan, lebih menyukai tampilan bungkusan daripada isi dari sesuatu. Masyarakat akan lebih menyukai kepalsuan daripada nilai-nilai hakikat yang bermakna bagi mereka. Orang-orang yang baik akan tersingkir dari masyarakat dan masyarakat akan memilih orang-orang buruk yang dapat bersandiwara daripada orang yang baik. Pada masyarakat yang hubungannya terbina dengan baik sesuai kehendak Allah, orang-orang yang baik akan terpilih untuk memimpin masyarakat tidak tertipu oleh kepalsuan-kepalsuan yang ditawarkan oleh orang-orang buruk yang hanya menginginkan kedudukan di antara masyarakat.

Hubungan yang buruk pada masyarakat dapat berupa tidak terbentuknya hubungan yang dikehendaki Allah, atau terjadinya kesalahan bentuk hubungan melenceng dari kehendak Allah. Sepadan dengan hal itu, suatu pernikahan tanpa suatu hubungan yang baik di antara anggota keluarga, atau tidak ada kasih sayang yang terbentuk di antara mereka, atau pernikahan yang diwarnai dengan munculnya hubungan yang keji di antara pernikahan itu, hal itu menunjukkan bahwa keluarga itu merupakan keluarga yang buruk. Keluarga yang baik adalah keluarga yang membentuk hubungan kasih sayang di antara anggota keluarga sesuai dengan tuntunan Allah. Demikian pula hubungan yang seharusnya dibentuk di masyarakat hendaknya mengarah sesuai kehendak Allah tidak melenceng. Hubungan yang baik di antara masyarakat hanya dapat terbentuk dari pernikahan yang baik, tidak dapat terbentuk dari suatu keluarga yang berantakan atau keluarga yang keji tidak mengikuti tuntunan Allah. Manakala suatu hubungan yang terbentuk tidak sesuai dengan kehendak Allah, masyarakat akan sulit melakukan pemakmuran negeri mereka.

Hubungan demikian harus dibentuk mengikuti tuntunan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW, tidak hanya mengikuti prasangka. Hubungan yang baik seharusnya menempatkan para washilah menjadi penuntun, dan umat mengikuti dengan kasih sayang tidak berebut kedudukan di antara mereka dengan hawa nafsu. Kedudukan di antara kaum mukminin ditentukan berdasar kedudukan mereka dalam amr jami’ Rasulullah SAW, tidak mengikuti keinginan masing-masing. Manakala belum mengenal kedudukan diri, hendaknya umat mengambil urusan mereka dari orang yang telah mengetahui kedudukannya dalam amr Rasulullah SAW. Hubungan itu harus menjadikan umat manusia mengikuti tuntunan Allah dan sunnah Rasulullah SAW. Bila manusia membentuk hubungan yang menjadikan mereka menyalahi kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW maka hubungan demikian keliru. Kadangkala umat manusia mengikuti prasangka mereka hingga mereka secara keumatan tidak dapat mengikuti tuntunan Allah dan sunnah Rasulullah SAW karena membentuk hubungan berdasarkan prasangka tidak mengikuti kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.

Orang-Orang yang Merugi

Orang-orang yang memotong-motong hubungan yang dikehendaki Allah untuk dihubungkan termasuk dalam kelompok orang yang merugi. Orang merugi adalah orang-orang yang berusaha untuk memperoleh kebaikan dari sisi Allah akan tetapi usaha itu justru mendatangkan hal yang buruk. Menyambungkan hubungan di antara manusia sesuai kehendak Allah merupakan salah satu metode agar umat manusia dapat berusaha selaras dengan kehendak Allah. Manakala hubungan demikian dirusak atau dipotong-potong, keinginan umat manusia untuk memperoleh kebaikan dari sisi Allah bisa menjadi sesuatu yang justru mendatangkan keburukan. Untuk menghindari hal demikian, setiap orang harus berusaha menyambungkan hubungan di antara manusia sesuai dengan kehendak Allah. Membangun suatu kebutuhan dan pemahaman terhadap washilah sesuai kehendak Allah merupakan anak tangga yang menghindarkan manusia dari kerugian.

Yang mendatangkan kerugian itu di antaranya adalah perbuatan memotong-motong hubungan yang diperintahkan Allah untuk disambungkan. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang yang tidak menghormati washilahnya, kemudian diikuti oleh orang-orang yang tidak menggunakan akalnya. Penghormatan terhadap washilah ditunjukkan dengan sikap ketaatan seseorang terhadap ajaran washilahnya ketika mengikuti tuntunan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Penghormatan demikian kadangkala diikuti sikap ketidaktaatan dalam urusan yang menyimpang dari tuntunan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW, tetapi hal demikian jarang terjadi. Penghormatan kadang tidak ditunjukkan pada pujian-pujian lisan terhadap washilah, karena tidak jarang pujian lisan merupakan kepalsuan yang dibuat oleh orang yang jahat untuk menipu, atau pujian kosong yang dibuat oleh orang yang tidak mengenal nilai kebenaran. Penghormatan seseorang terhadap washilah dinilai dari ketaatannya terhadap ajaran yang bertujuan mengikuti tuntunan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.

Banyak perbuatan menjadi contoh memotong hubungan demikian. Memutus tali shilaturrahmi merupakan bagian dari bentuk demikian. Memisahkan orang-orang yang berjodoh untuk menikah juga termasuk perbuatan memotong hubungan yang diperintahkan Allah untuk dihubungkan. Merusak hubungan kasih sayang yang seharusnya dibina di antara suami dan isteri merupakan bentuk memotong dalam derajat paling tinggi yang paling disukai oleh syaitan. Contoh-contoh itu merupakan contoh dalam bentuk yang jelas terlihat. Banyak bentuk perbuatan memotong dapat terjadi tanpa terlihat. Kadang umat manusia dijadikan bodoh terhadap kebutuhan membangun hubungan yang diperintahkan Allah berupa washilah-washilah yang terhubung kepada Rasulullah SAW. Kadangkala dibangun suatu bentuk hubungan antar manusia tanpa berdasar pengetahuan terhadap kehendak Allah sedangkan itu merusak hubungan yang dikehendaki Allah untuk dibina. Banyak bentuk perbuatan manusia yang tanpa disadari sebenarnya akan memotong hubungan-hubungan yang diperintahkan Allah untuk disambungkan.

Membangun hubungan yang diperintahkan Allah untuk dihubungkan akan mengantarkan manusia untuk mengenal janji Allah yang seharusnya diwujudkan untuk pemakmuran bumi. Janji demikian merupakan buah kebersamaan di antara beberapa pihak, buah lebih lanjut dari pengetahuan tentang jati diri. Janji demikian tidak selalu dapat diwujudkan oleh seseorang, dan dapat dirontokkan oleh perbuatan manusia baik dirinya sendiri atau orang lain. Manakala seseorang berhasil memotong-motong hubungan yang diperintahkan Allah untuk dihubungkan di antara manusia, janji tersebut tidak akan terwujud di bumi. Hubungan antar manusia sesuai kehendak Allah harus dibina dengan baik untuk mewujudkan khazanah dari sisi Allah. Bagi para rasul, membina hubungan demikian dapat dilakukan utamanya melalui pembinaan pernikahan di antara umat manusia. Kedudukan pernikahan umat di mata para rasul hampir setara nilainya dengan perjanjian Allah dengan diri mereka sebagai rasul, karena pernikahan umatnya merupakan media utama untuk mewujudkan risalah yang diemban masing-masing. Terpotongnya hubungan dengan janji Allah kadangkala terjadi melalui orang yang seharusnya tumbuh untuk melaksanakannya tidak dapat tumbuh karena media tumbuh yang disingkirkan, misalnya dengan rusaknya pernikahan.

Janji Allah yang menjadi dasar pemakmuran akan mungkin terwujud manakala semua pihak dapat menempati kedudukan dirinya dan memahami hubungan keberjamaahan yang diperintahkan Allah di antara mereka. Semakin baik pengetahuan hubungan keberjamaahan yang terbentuk, semakin besar nilai realisasi pemakmuran yang dapat diwujudkan. Sebaliknya semakin kacau hubungan keberjamaahan di antara manusia, semakin banyak janji Allah yang tidak dapat diwujudkan, dan pengetahuan tentang janji Allah itu seolah-olah hanya utopia yang tidak dapat terwujud. Lebih lanjut perlu disadari oleh umat manusia, bahwa mungkin saja keterpurukan umat disebabkan karena ada di antara mereka orang-orang yang memotong-motongan bentuk hubungan antar manusia yang diperintahkan Allah untuk dibentuk. Manakala hal demikian terjadi, manusia tidak akan terhubung dengan janji Allah, dan kerusakan akan terjadi di muka bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar