Pencarian

Minggu, 27 Maret 2022

Ibadah Kepada Allah

Allah menciptakan manusia dan jin semata-mata hanyalah agar mereka beribadah kepada Allah. Tidak ada tujuan penciptaan lain bagi manusia dan jin kecuali agar mereka menjadi hamba Allah. Manusia dan jin yang tidak melakukan ibadah kepada Allah sebenarnya telah menyimpang dari tujuan penciptaan mereka, dan demikianlah keadaan kebanyakan manusia dalam kehidupan mereka di bumi. Sebagian manusia menghamba kepada hawa nafsu mereka sendiri, sebagian menghamba kepada materi, dan sebagian menghamba kepada Allah dengan penuh keikhlasan.

﴾۶۵﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
﴾۷۵﴿مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ
﴾۸۵﴿إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
(56)Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(57)Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.(58)Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS Adz-Dzariyaat : 56-58)

Ibadah عِبَادَةِ berasal dari kata عِبَدَ yang mempunyai arti melayani. Yang dimaksud dengan ibadah adalah sikap merendahkan hati untuk menjadi pelayan bagi kehendak Allah. Seorang abdi (hamba) Allah adalah seseorang yang memberikan dedikasi kehidupannya untuk melaksanakan kehendak Allah yang menjadi amanah bagi dirinya. Manakala seseorang tidak memberikan dedikasinya untuk melaksanakan kehendak Allah, maka ia bukan termasuk seorang hamba Allah.

Hamba Allah yang sebenarnya adalah hamba yang mengetahui kehendak Allah atas dirinya. Dengan mengetahui kehendak Allah atas dirinya dan melaksanakannya, seseorang dapat mengatakan tanpa keraguan bahwa ia adalah hamba Allah. Tanpa mengetahui kehendak Allah, seseorang tidak akan mempunyai keyakinan untuk mengatakan bahwa dirinya adalah hamba Allah. Boleh jadi amal baik yang dilakukannya bukan sepenuhnya kehendak Allah, atau boleh jadi sebenarnya semua amalnya yang tampak baik hanya dilakukan semata karena keinginannya sendiri. Sebagian orang berbuat untuk keinginan mereka sendiri tetapi mengatakan bahwa mereka adalah hamba Allah.

Orang yang berusaha untuk mengetahui dan melaksanakan kehendak Allah atas dirinya adalah golongan yang berharap untuk menjadi hamba-hamba Allah. Mereka tidak menyalahi tujuan penciptaan mereka. Niscaya Allah akan membimbing mereka untuk menjadi hamba-hamba Allah yang sebenarnya. Akan tetapi seseorang tidak boleh lengah. Syaitan akan selalu berusaha untuk menyimpangkan perjalanan mereka dari jalan Allah. Setiap orang harus berpegang dengan sungguh-sungguh pada firman Allah untuk mengetahui dan melaksanakan kehendak Allah, tidak menyimpang dari jalan yang benar. Seluruh kehendak Allah bagi makhluk telah tertuliskan dalam Alquran tanpa terlewatkan, sehingga seseorang tidak perlu mencari kehendak Allah pada apa-apa yang tidak ada pada Alquran atau justru bertentangan dengan Alquran.

Ibadah mencakup amalan-amalan yang harus dilakukan seseorang hingga amal-amal yang terkait dengan kehidupan duniawi, bukan semata-mata bentuk-bentuk amal yang menjadi syariat saja. Manusia diciptakan untuk menjadi pemakmur bumi, dan pemakmuran bumi merupakan bagian dari jalan ibadah seseorang kepada Allah. Pemakmuran bumi yang dilakukan seseorang untuk ibadahnya tidaklah dimaksudkan agar Allah memperoleh rezeki atau agar Allah memperoleh makanan. Allah tidak menghendaki manusia memberikan rezeki atau memberikan makanan bagi-Nya melalui ibadah seseorang. Sebenarnya para makhluk-lah yang membutuhkan rezeki dan membutuhkan makanan, maka rezeki dan makanan itu akan mudah diberikan manakala ada orang-orang yang menjadikan diri sebagai hamba Allah. Para hamba Allah itu merupakan hamba yang diberi amanah memanifestasikan firman Allah untuk mewujudkan kemakmuran di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Memberi Rezeki, pemilik Kekuatan dan Maha Kokoh.

 

Akidah dan Ibadah

Kemakmuran bumi yang sebenarnya akan mengalir dari Allah melalui para hamba-Nya manakala terbentuk kalimah thayyibah dalam diri mereka. Kalimah thayyibah merupakan pemahaman yang tumbuh dalam diri seorang hamba terhadap kehendak Allah atas dirinya. Kalimah thayyibah itu merupakan bagian dari Alquran yang tumbuh dalam diri seseorang hingga ia mengetahui kehendak Allah dalam kesatuan jamaah bersama hamba-hamba Allah yang lain, walaupun mungkin mempunyai ragam berbeda dengan hamba lainnya. Ciri utama seseorang yang kalimah thayyibahnya tumbuh sempurna adalah tumbuhnya pemahaman terhadap ayat Alquran bagi dirinya sebagai bagian dari perjuangan Rasulullah SAW. Bilamana seseorang tidak mengetahui kedudukannya dalam perjuangan Rasulullah SAW, boleh jadi kalimah thayyibahnya belum sempurna.

Allah memberikan permisalan bagi manusia tentang kalimah thayyibah agar manusia mudah mengingatnya dan mudah memperoleh pengajaran untuk menumbuhkan kalimah thayyibah dalam dirinya. Kalimah thayyibah dimisalkan seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya setiap saat dengan izin tuhannya. Kalimah thayyibah ini merupakan akidah yang harus dipahami oleh setiap orang.

﴾۴۲﴿أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
﴾۵۲﴿تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
﴾۶۲﴿وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ
(24)Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,(25) pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.(26)Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (QS Ibrahim : 24-26)

Banyak pengajaran yang dapat diperoleh manusia melalui perumpamaan pohon thayyibah. Pohon thayyibah merupakan pohon yang berada di bumi dan mempunyai cabang di langit. Ini merupakan gambaran diri manusia yang memiliki aspek bumi jasadiah dan aspek langit nafs. Demikian kalimah thayyibah dalam diri manusia harus tumbuh menyatu pada dua alam dalam satu diri manusia, yaitu alam bumi jasadiahnya adan alam langit jiwanya. Kalimah thayyibah tidak tumbuh terpisah hanya berupa pengetahuan tentang alam mulkiyah saja atau pengetahuan di alam nafs saja. Tumbuhnya kalimah thayyibah dalam diri seseorang ditandai dengan tumbuhnya kesatuan pengetahuan mulkiyah dan pengetahuan malakutiyah.

Akidah bukanlah semata-mata keyakinan dalam dada. Akidah yang benar merupakan keyakinan ayat-ayat kitabullah dalam dada sekaligus terkait dengan pengetahuan ayat-ayat Allah di alam kauniyah kebumian. Seorang beriman harus menumbuhkan pengetahuan terkait dengan alam kebumian mereka berdasarkan keyakinan terhadap ayat-ayat kitabullah. Boleh jadi proporsi setiap orang dalam pertumbuhan pengetahuan langit dan bumi berbeda-beda, tetapi setiap orang harus menyatukan pengetahuan langit dan bumi mereka. Dengan cara demikian maka kalimah thayyibah akan tumbuh dalam dirinya. Kitabullah itu merupakan bagian cahaya Allah bagi jiwa yang harus dimanfaatkan untuk pertumbuhan manusia di bumi. Demikian wujud akidah bila ditinjau dari sudut kalimah thayyibah.

Bilamana seseorang mengerti kesatuan ayat-ayat kitabullah dengan alam kauniyahnya, ia akan dapat memberikan buah dirinya dengan izin Allah. Untuk memahami kesatuan ayat demikian, setiap orang harus membangun sifat-sifat baik, misalnya ridha menerima ketetapan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Kesabaran akan menjadi media untuk memahami kesatuan ayat Allah. Pohon thayyibah akan tumbuh dengan tumbuhnya sifat baik. Bilamana tumbuh, boleh jadi seseorang belum berada dalam keadaan yang diijinkan Allah untuk memberikan buahnya, walaupun telah tumbuh kalimah thayyibah dalam dirinya. Hal ini hendaknya dijadikan motivasi agar ia terus berusaha memahami kehendak Allah secara lebih teliti dengan penuh ketakwaan. Hendaknya ia bermohon kepada Allah dan berusaha untuk memenuhi keadaan yang menjadi media turunnya ijin Allah agar dirinya dapat memberikan buahnya.

Akidah yang Buruk

Akidah yang tumbuh hanya berupa keyakinan terhadap ayat-ayat kitabullah saja tidak sepenuhnya menunjukkan tumbuhnya kalimah thayyibah. Keyakinan itu merupakan bekal yang harus dijadikan pegangan dalam menumbuhkan kalimah thayyibah, tapi tidak menunjukkan tumbuhnya kalimah thayyibah. Dalam beberapa kasus, keyakinan tanpa terhubung aspek kebumian dapat diibaratkan bagaikan pohon yang tercerabut dari bumi menjadi permisalan bagi kalimah khabitsah. Setiap orang hendaknya berusaha untuk menumbuhkan pengetahuan kebumiannya berdasarkan cahaya Allah yang tersebar dalam ayat-ayat kitabullah. Bilamana tumbuh, seseorang kelak akan dapat mengeluarkan buah pohon thayyibah dengan ijin Allah. Bilamana tidak tumbuh, boleh jadi keyakinannya merupakan bagian dari pohon khabitsah. Setiap orang harus berusaha memeriksa akidah masing-masing dengan ketakwaan.

Kaum khawarij merupakan contoh kelompok manusia yang tumbuh bagaikan pohon khabitsah. Mereka menumbuhkan keyakinan hanya berupa doktrin-doktrin yang tidak terhubung dengan alam duniawi mereka. Doktrin akidah mereka tidak mengubah akhlak orang-orang yang mengikuti menjadi mulia tetapi justru menjadi makhluk-makhluk celaka sebagai anjing neraka. Mereka menjadikan keindahan syariat sebagai bahan untuk berbantah-bantahan dengan orang-orang lain, tidak menjadikannya sebagai fasilitas untuk kembali kepada Allah. Rasulullah SAW menjelaskan keindahan dzahir syariat mereka bahkan bila dibandingkan dengan syariat para sahabat r.a, tetapi beliau SAW menggolongkan mereka sebagai kaum yang keluar dari islam. Hal ini di antaranya karena keindahan syariat itu mereka jadikan bahan untuk berbanggaan terhadap yang lain, tidak digunakan sebagaimana tuntunan Rasulullah SAW untuk membangun agama dalam diri mereka.

Akidah yang difirmankan Allah adalah kalimah thayyibah yang diibaratkan sebagaimana pohon thayyibah. Akidah itulah yang akan menjadikan umat islam dapat mengikuti Rasulullah SAW mengubah diri menuju akhlak mulia. Akidah yang benar semacam ini dipotong oleh kaum khawarij digantikan dengan akidah yang mereka rumuskan sendiri. Akidah mereka bersifat sangat elementer namun dikatakan sebagai akidah yang sempurna dan murni. Tentulah ajaran akidah yang benar sebagaimana kalimah thayyibah tidak akan hilang, akan tetapi kebanyakan manusia tidak menyadari bahwa kaum khawarij berusaha mengganti akidah kalimah thayyibah dengan akidah yang mereka buat, dan umat mengikuti mereka mengganti akidah dengan perkataan mereka tanpa menyadarinya. Kerusakan akidah ini sangat besar pengaruhnya bagi umat untuk memiliki akhlak mulia.

Dengan akidah yang buruk, umat islam sulit untuk tegak dengan kokoh di muka bumi. Banyak di antara umat islam tersesat mengikuti keburukan akhlak kaum khawarij membangga-banggakan keindahan syariat mereka untuk menghakimi muslimin lain, sedangkan mereka tidak membangun akhlak mereka menjadi mulia. Karena pengaruh akidah yang buruk, sebagian besar umat islam akan terjangkiti penyakit wahn, yaitu kecintaan kepada dunia dan takut akan kematian. Umat islam menjadi lemah dan tidak dapat tegak karena pengaruh akidah yang mereka buat. Hanya sebagian kecil umat islam akan mengetahui akidah yang semestinya dipegang erat dalam mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar