Pencarian

Minggu, 20 Maret 2022

Islam dan Iman Sebagai Tahapan Bertaubat

Manusia diciptakan di bumi untuk menjadi pemakmurnya. Hal ini merupakan amanah yang sangat berat bagi makhluk akan tetapi manusia menyanggupinya. Hal ini tidak masuk akal bagi kebanyakan makhluk, karena manusia diciptakan dari bumi yang mempunyai karakteristik sangat rendah. Walaupun demikian Allah tidaklah mendzalimi sedikitpun terhadap manusia. Allah memberikan jalan bagi manusia untuk memikul amanahnya. Untuk menjadi pemakmur bumi, setiap manusia harus berjuang untuk memperkuat akal hingga menemukan jalan kembali kepada Allah dan dapat berbuat sesuai dengan kehendak Allah, dan dengan demikian ia dapat menjadi pemakmur bumi.

Setiap orang harus berjalan menempuh tahapan-tahapan yang mendekatkan diri kepada Allah. Ditinjau dari keadaan bathin, awal perjalanan seorang manusia kepada Allah dimulai dari sikap berserah diri (islam). Dari keberserahdirian kepada Allah, manusia dapat berharap untuk memperoleh keimanan berupa cahaya dari Allah, sehingga ia termasuk dalam golongan orang beriman. Dari keimanan yang diberikan Allah, akan tumbuh akal yang menuntun seseorang untuk dapat memahami kehendak Allah. Akal yang tumbuh berdasarkan cahaya Allah ini adalah modal untuk memperoleh keyakinan.

﴾۵۱﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS Al-Hujuraat : 15)

Seseorang yang akalnya tumbuh karena memperoleh cahaya Allah akan dapat berjuang dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah dengan pengetahuan. Pengetahuan itu adalah pengetahuan kebenaran yang berada di dalam dada tumbuh di hati sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunnah nabi. Pengetahuan demikian tidaklah dapat diperoleh hanya dengan mengikuti perkataan orang lain, tetapi benar-benar tumbuh dalam hati yang tulus. Pernyataan orang lain hanya berfungsi untuk memberikan stimulasi tumbuhnya dalam hati. Manakala telah mencukupi kadar pengetahuan dan keyakinannya dalam hati, mereka tumbuh sebagai orang yang tidak merasa ragu-ragu.

Dengan keyakinan demikian, mereka berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka. Jihad yang demikian merupakan jihad dengan derajat paling utama. Sebagian orang berjihad tanpa pemahaman dengan akalnya tetapi hanya mengikuti hawa nafsu dan pengetahuan yang salah, bahkan kadang-kadang pengetahuan itu hanya berdasarkan logika orang lain. Sebagian orang berjuang untuk membina diri memperoleh pemahaman dan keyakinan yang benar dengan langkah yang benar, maka ini adalah jihad yang sangat baik. Sebagian berjihad dengan pemahaman dan keyakinan yang benar dalam hatinya, maka ini adalah jihad dalam derajat yang paling utama. Dalam hal ini, orang yang berjihad mengikuti hawa nafsu dan pengetahuan yang salah harus berusaha membangun hati mereka sesuai kehendak Allah dengan mengganti jihad yang dilakukan pada jalan yang salah.

Dalam derajat tertentu, orang yang berjihad di jalan Allah dengan keyakinan akan mencapai keadaan sebagai al-mukminun dimana Allah memahat keimanan dalam hati mereka dan hati mereka membenarkan seluruh firman Allah tanpa ada sedikitpun pemahaman yang berselisih dengan kitabullah. Orang yang tidak mempunyai pemahaman, atau mempunyai pemahaman yang berselisih atau bertentangan dengan kitabullah tidak termasuk dalam golongan al-mukminun. Barangkali ada firman Allah yang tidak atau belum dimengerti al-mukminin, tetapi manakala datang keterangan tentang hal itu mereka membenarkan keterangan yang datang. Mereka itu termasuk dalam golongan shadiqin, yaitu orang-orang yang benar keimanan dan pemahaman mereka.

 

Menghindari Kebodohan

Seseorang tidak boleh berjihad dengan mengikuti hawa nafsu. Salah satu pondasi yang perlu dibangun untuk menghindari perjuangan mengikuti hawa nafsu dan pengetahuan yang salah adalah mencari tujuan kehidupan yang mulia, dan menselaraskan kehidupannya dengan tujuan-tujuan mulia dengan menghindari perkataan-perkataan yang keras. Kadangkala seseorang tidak menetapkan tujuan mulia dalam kehidupannya, atau terlupa untuk menselaraskan langkah hidupnya dengan suatu tujuan mulia, maka ia akan mudah dipengaruhi atau bahkan disesatkan dengan kata-kata yang seolah-olah merupakan kebenaran. Maka hendaknya mereka berusaha untuk menetapkan tujuan mulia kehidupan dan menselaraskan langkah mereka untuk tujuan itu.

﴾۹۱﴿وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
Dan (tetapkanlah) maksud dalam kamu berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS Luqman : 19)

Hal yang sering menjadikan orang lalai dari tujuan mulia adalah seruan-seruan yang mengajak pada sesuatu yang tidak selaras dengan kemuliaan. Kadangkala suara itu terlahir dalam diri sendiri karena kesalahan dalam mengenali kemuliaan, atau salah dalam menentukan tujuan dan langkah kehidupan. Kadangkala seruan itu berasal dari orang lain yang mengajak pada tujuan yang bukan merupakan kemuliaan.

Maka hendaknya seseorang berusaha untuk merendahkan suaranya tidak berusaha meninggikan diri dengan perkataan-perkataan yang dibuat-buat, dan berusaha mengenali perkataan-perkataan mulia dan memisahkan dari perkataan buruk yang seolah-olah merupakan perkataan mulia. Perkataan buruk sebenarnya tidak menunjukkan pada suatu kemuliaan walaupun tampak baik dalam pandangan seseorang.

Permisalan perkataan yang terburuk adalah suara keledai. Hal itu menunjuk pada perkataan-perkataan yang diserukan tanpa mempunyai kandungan tujuan mulia. Seringkali suara keledai itu berasal dari orang-orang yang membawa kitab-kitab yang tebal. Dalam Alquran, ahli kitab yang tidak membawakan kemuliaan dari ajaran alkitab dikatakan sebagai keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Demikianlah realitas yang sebenarnya, bahwa setiap perkataan dari kitabullah yang disampaikan seseorang tanpa kandungan maksud menyeru pada kemuliaan akhlak dan tujuan mulia merupakan bagian dari suara keledai. Kadang suara itu hanya berupa kebodohan yang menjadikan pengikutnya menjadi bagaikan keledai, kadang suara itu menggiring manusia menuju kejahatan.

Suara keledai akan dikenali oleh seseorang bila ia menggunakan akalnya, yaitu kecerdasannya untuk mengenali kehendak Allah. Akal yang disebut dalam Alquran bukanlah kecerdasan logika jasadiah, tetapi kecerdasan hati seseorang untuk mengetahui kehendak Allah. Perkataan-perkataan berdasarkan kitabullah dengan tujuan mengajak pada kemuliaan akan dapat dirasakan oleh orang-orang yang menggunakan akalnya. Demikian pula perkataan-perkataan yang disampaikan dengan tujuan buruk untuk merusak akhlak dapat dikenali olehnya walaupun dibuat dengan dalil-dalil kitabullah. Hal ini dapat terjadi bilamana seseorang mempunyai tujuan mulia dalam kehidupannya, sehingga mempunyai timbangan yang dapat menilai perkataan yang mengajak pada kemuliaan atau bukan.

Seringkali suara keledai dibuat untuk mematikan akal pada manusia. Itu adalah suara yang terburuk yang menyeru umat manusia pada kebodohan agar tidak mampu berusaha mengenali kehendak Allah. Dibuat suatu akidah yang membuat manusia tidak mampu memperoleh akal yang dapat tumbuh menuju akhlak mulia, sedangkan perkataan itu dikatakan sebagai akidah yang terbaik. Hasil dari suara keledai yang demikian adalah kelompok manusia yang gemar berbantah-bantahan dan merasa paling benar tanpa mau berpikir untuk kembali pada tujuan kemuliaan akhlak dalam kehidupan. Ibarat membangun, mereka meletakkan satu atau beberapa batu pondasi pada tempatnya, kemudian menyatakan diri bahwa mereka pemilik gedung yang paling baik, dan kemudian mengganggu orang lain dengan material bangunan yang mereka miliki. Ibarat tidak mempunyai gambar rencana gedung, mereka tidak mempunyai tujuan kemuliaan sehingga mudah diombang-ambing dengan kebenaran palsu yang tidak menuntun pada kemuliaan.

 

Syaitan Menghalangi Manusia dari Jalan

Perjalanan kembali kepada Allah bukanlah perjalanan yang mudah. Setiap orang harus berpegang dengan kitabullah agar dapat menempuh perjalanan taubat dengan selamat. Kadangkala terjadi tiupan syaitan yang membuat kesadaran seseorang yang bertaubat menjadi bertentangan dengan kitabullah. Syaitan selalu berusaha meniupkan tipuannya bagi setiap orang yang berusaha bertaubat, oleh karena itu setiap orang harus berpegang pada kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW untuk memperoleh keselamatan.

﴾۶۳﴿وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
﴾۷۳﴿وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُون
(36)Barangsiapa yang hidup bertentangan dari pengajaran Ar-rahmaan, kami sertakan baginya syaitan maka syaitan itulah yang menjadi teman yang menyertainya.(37) Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS Az-Zukhruf : 36-37)

Manakala seseorang lebih mempercayai pendapatnya sendiri dibandingkan firman Allah, maka ia akan mudah terjatuh pada tipuan. Bila ia menempuh kehidupan berdasarkan pendapatnya sendiri yang bertentangan dengan kitabullah, Allah akan memberikan kepadanya syaitan yang menjadi teman penyertanya. Setiap orang harus berusaha berpegang pada kitabullah karena kitabullah Alquran itu merupakan pengajaran dari Ar-rahman bagi setiap makhluk yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Tidak ada seorang insan-pun yang dapat memahami pengajaran Ar-rahman dengan benar seluruhnya selain Rasulullah SAW, karena itu tidak ada perbuatan yang benar manakala bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW.

Ar-rahman adalah tajalli Allah dalam derajat yang tertinggi di atas Arsy, tidak ada tajalli Allah yang lebih tinggi dari asma tersebut. Keseluruhan tajalliat yang lain merupakan bagian dari Ar-rahman. Hanya Rasulullah SAW yang mengenal sepenuhnya tajalliat tersebut, tidak ada makhluk yang lain, sedangkan makhluk lain mengenal tajalliat Allah sebagai bagian dari pengenalan Rasulullah SAW. Tidak ada ajaran lain yang berselisih dengan ajaran Alquran dan sunnah Rasulullah SAW dapat dikatakan sebagai ajaran yang benar. Juga tidak ada seseorang yang menerima ajaran atau wahyu Allah yang bertentangan dengan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW.

Wahyu dan ajaran yang diterima seseorang dan bertentangan dengan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW merupakan wahyu dari syaitan. Syaitan berkeinginan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dengan wahyu-wahyu mereka. Wahyu dan ajaran syaitan bagi orang yang bertaubat bukanlah petunjuk yang sepenuhnya bertentangan dengan firman Allah. Bentuk wahyu bagi orang bertaubat seringkali berbeda dengan dorongan syaitan bagi orang kebanyakan. Wahyu syaitan demikian itu akan menunjukkan kepada seseorang yang bertaubat kebenaran-kebenaran dalam firman Allah, namun ditunjukkan secara tidak sempurna disertai dengan selipan-selipan secara tersamar namun membahayakan.

Setiap orang harus berhati-hati terhadap semua bentuk pengajaran dalam hatinya dengan menimbangnya berdasarkan Alquran. Wahyu syaitan bukanlah perkara yang dapat dibedakan dari ajaran Ar-rahman dengan mudah oleh setiap manusia. Orang-orang yang memperoleh wahyu dari syaitan akan memandang diri mereka sebagai orang-orang yang mendapatkan petunjuk Allah karena wahyu itu. Lebih sulit lagi, Allah akan menyertakan syaitan itu sebagai qarin yang memberikan pengajaran bagi dirinya, sehingga orang itu akan menyangka bahwa ia mendapatkan petunjuk secara terus menerus. Setiap orang harus menimbang semua wahyu dan ajaran yang diterima dalam hatinya dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW agar memperoleh keselamatan dalam taubatnya.

Langkah yang perlu ditempuh seseorang yang memperoleh wahyu demikian untuk kembali adalah berpegang sepenuhnya kepada Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Kadang seseorang perlu meninggalkan ajaran yang diterimanya manakala tidak memperoleh ayat Alquran yang benar-benar berbicara tentang hal itu. Seseorang mungkin saja memperoleh wahyu Allah sebagaimana lebah-pun menerima wahyu Allah, akan tetapi tidak semua wahyu benar. Ia harus mengutamakan amr yang disebutkan dalam Alquran dan sunnah Rasulullah SAW, menyusun pemahaman dan prioritasnya terhadap amr sesuai Alquran dan sunnah Rasulullah, hingga seringkali harus mengabaikan apa-apa yang tidak berkaitan dengan Alquran dalam hubungan yang benar-benar jelas. Mencari jamaah yang benar-benar mengikuti rasulullah SAW akan membantu proses kembali kepada Alquran.

Tujuan dari selipan-selipan syaitan itu adalah menghalangi manusia dari jalan perjuangan yang ditentukan Allah untuk suatu zaman bagi umat manusia. Manusia akan dihalangi dari amr Allah untuk zamannya bagi mereka. Apa yang menjadi jalan perjuangan bagi manusia akan dihindarkan dari mereka oleh syaitan. Kadang umat disibukkan dengan hal-hal yang bukan merupakan jalan perjuangan yang sesungguhnya, kadang seseorang dibiarkan mengerjakan amalnya tanpa menyentuh inti masalah yang menjadi amanah rabb-nya, kadangkala seseorang benar-benar dihalangi untuk dapat mengerjakan amanahnya. Banyak cara dapat digunakan syaitan untuk menghalangi manusia dari jalan-Nya. Dengan cara bermacam itu, syaitan bermaksud menghalangi terwujudnya amr Allah untuk suatu zaman, dan menghalangi manusia dari jalannya kembali kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar