Pencarian

Minggu, 27 Desember 2015

Amar Ma'ruf Nahy Munkar

Amar ma'ruf nahi mungkar  berarti menjalankan urusan (amr) dengan pengetahuan dan mencegah dari kebodohan. Hal itu merupakan keistimewaan umat Islam yang akan menjadikan  umat Islam umat yang terbaik bagi manusia, dan karena amar ma’ruf nahy munkar Allah berkehendak memberikan rahmat-Nya yang besar kepada umat manusia.

Kedudukannya dalam kebaikan.


Allah melakukan penyebutannya terlebih dahulu daripada  iman dalam firman-Nya,

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menjalankan urusan dengan pengetahuan, dan mencegah dari kebodohan, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik". [Ali Imron :110]

Ayat di atas menyebutkan keutamaan kebaikan bagi umat nabi Muhammad, berupa tiga hal. Yang paling utama adalah menjalankan amr dengan pengetahuan dan mencegah kebodohan, kemudian beriman kepada Allah.  Itu adalah urutan tingkatan kebaikan. Kebaikan yang lebih tinggi tidak akan terwujud tanpa kebaikan sebelumnya. Tanpa keimanan, tidak akan terwujud tingkatan kebaikan selanjutnya berupa amar ma’ruf nahy munkar.

Umat yang lain  dari kalangan ahlul kitab boleh jadi mereka  beriman kepada Allah SWT. Bilamana mereka beriman, maka pastilah itu sebuah kebaikan bagi mereka, namun mereka tidak akan bisa memperoleh keutamaan amar ma’ruf nahy munkar yang merupakan derajat kebaikan tertinggi.

Di antara ahlul kitab terdapat orang-orang yang beriman. Umat nabi Muhammad SAW  harus benar-benar memperhatikan bunyi ayat ini bahwa di antara ahlul kita terdapat orang-orang yang beriman. Tanpa mengetahui tentang keimanan, kita tidak bisa mengatakan bahwa seseorang tidak beriman padahal mereka mengikuti kitab yang diturunkan kepada nabi.

Umat nabi Muhammad  juga harus berhati-hati bahwa kebanyakan ahlul kitab adalah orang-orang fasik. Kita tidak boleh  mengikuti kebanyakan manusia karena mereka akan menyesatkan diri kita dari jalan Allah. Apa yang mereka ikuti kebanyakan adalah persangkaan belaka dan kebohongan.

Urusan yang Meneguhkan


Dalam ayat yang lain, amar ma’ruf nahy munkar disebutkan sebagai ‘azmi al-umuur sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut :

Wahai anakku, dirikanlah shalat dan  lakukanlah urusan (amr) dengan pengetahuan dan cegahlah (mereka) dari kebodohan dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya itu termasuk urusan-urusan yang meneguhkan ". [Lukman : 39].

Amar ma’ruf nahy munkar adalah salah satu urusan besar yang diturunkan bagi umat manusia, yang karena itu menjadi umat terbaik bagi seluruh umat manusia. Dalam ayat di atas, mendirikan shalat disebutkan terlebih dahulu daripada amar ma’ruf nahy munkar. Seseorang harus mampu mendirikan shalat, membuat keterhubungan dengan Allah agar dirinya mampu melaksanakan amar ma’ruf nahy munkar.

Dalam melaksanakan, seseorang harus membangun sikap sabar atas segala sesuatu yang menimpa dirinya.  Hal-hal itu akan menumbuhkan keteguhan dalam diri seseorang.

Membangun Umat Terbaik


Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan orang-orang yang selalu mewarisi tugas utama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ini, bahkan memerintahkan umat ini untuk menegakkannya, dalam firman-Nya. Untuk membangun umat terbaik, Allah berfirman dalam Alquran :

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menjalankan urusan (amr) dengan pengetahuan dan mencegah kebodohan; mereka adalah orang-orang yang beruntung".[Al-Imran:104].

Membangun umat yang melakukan amar ma'ruf nahi mungkar menjadi salah satu tugas Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Di antara ‘azmil umuur yang diturunkan Allah, amar ma’ruf nahy munkar adalah urusan besar yang diturunkan kepada nabi tertinggi yaitu rasulullah.

Bahkan beliau diutus untuk membangun umat  itu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang melaksanakan urusan (amr) dengan pengetahuan  dan mencegah kebodohan dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung". [Al- A'raaf : 157).

Bukan kaum nabi pada zaman israel yang melakukan amar ma’ruf nahy munkar, tetapi nabi yang ummi yang diceritakan dalam kitab-kitab mereka lah yang akan membangun umat yang melakukan amar ma’ruf nahy munkar. Musa a.s dan Isa a.s adalah  termasuk nabi-nabi yang mempunyai urusan besar sebagai ulul ‘azmi, namun kitab mereka menceritakan tentang kedatangan rasulullah yang membawa akan menjalankan amar ma’ruf nahy munkar.

Ruh Muhammadiyah adalah sumber segala ruh yang membawa urusan (amr) yang menjelaskan tentang rahmaniah Allah. Beliau SAW adalah washilah Allah kepada semesta alam. Tanpa washilah kepada beliau, seluruh makhluk tidak dapat mengenal Allah. Pengenalan kepada Allah itulah pengetahuan (ma’rifat) sebenarnya yang menjadi landasan dalam amar ma’ruf. Sedangkan washilah kepada beliau adalah dengan mengenal diri sendiri hingga mengenal ruh alquds.

Menjalankan urusan (amr) dengan pengetahuan adalah  melaksanakan pekerjaan yang telah ditentukan bagi dirinya sebelum dilahirkan ke bumi sebagaimana ayat berikut :

Bagi setiap manusia telah kami kalungkan amal pekerjaannya di lehernya dan akan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat kitab yang dijumpainya dalam keadaan terbuka ( QS 17:13)

Mengenal urusan (amr) yang ditentukan bagi dirinya itulah yang disebut dengan mengenal diri, atau yang dikenal dengan ma’rifatunnafs. Siapa yang mengenal dirinya maka dia mengenal tuhannya.

Ayat-ayat  di atas secara tidak langsung menunjukkan bahwa amar ma’ruf hanya dapat dilakukan oleh umat yang telah sempurna akhlaknya dengan agama yang sempurna, sebagaimana kita ketahui bahwa rasulullah diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak dengan membawa agama yang sempurna. Hal itu ditunjukkan dengan redaksi “hendaklah ada di antara kalian”. Tidak seluruh muslim diperintahkan melakukannya. Amar ma’ruf tidak dapat dilakukan oleh umat yang akhlak atau agamanya tidak sempurna. Kendati agama yang dibawa rasulullah telah sempurna, belum tentu manusia yang menjalankan telah beragama secara sempurna. Kita perlu memperhatikan dengan seksama apa yang dimaksud sebagai agama.

Amar Ma’ruf Nahy Munkar dapat dilakukan oleh orang-orang yang diteguhkan kedudukannya di muka bumi. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

"(yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menjalankan urusan (amr) dengan pengetahuan dan mencegah dari kebodohan; dan kepada Allahlah kembali segala urusan". [QS. 22:41] 

Keteguhan di muka bumi akan diperoleh bila seseorang berjalan dalam urusan yang ditentukan. Kehidupan di dunia adalah seperti perjalanan di lautan, dimana seseorang yang tidak mendapatkan urusan (amr) dirinya seolah-olah dirinya berenang di laut, terombang-ambing oleh air laut, sedangkan yang mengerjakan urusan dirinya seperti orang yang naik bahtera, atau mendapatkan jalan kering di laut.

Perwalian di antara Kaum Mu’minin dan Mu’minat


Amar Ma’ruf Nahy Munkar adalah bentuk perwalian di antara orang-orang beriman baik laki-laki maupun perempuan.

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menjalankan urusan (amr) dengan pengetahuan, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".[At-Taubah:71]

Salah satu bentuk perwalian di antara orang-orang beriman laki-laki dan perempuan adalah amar ma’ruf nahy munkar. Dengan perwalian itulah Allah SWT menurunkan rahmat bagi kaum mu’minin. Rahmat dalam ayat ini adalah rahmat yang paling utama dalam kedudukan yang terpuji. Lebih jauh rasulullah bersabda :

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Demi dzat yang diriku berada di tangannya. Hendaklah kalian benar-benar melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar. Dan hendaklah kalian benar-benar mengambil tangan orang yang bodoh dan membawanya kepada kebenaran atau Allah Azza wa Jalla benar-benar akan memukul hati sebagian kalian dengan sebagian yang lainnya kemudian melaknat kalian sebagaimana Allah Azza wa Jalla melaknat mereka” (Tafsîr Ibnu Katsîr 3/161)

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman". [Riwayat Muslim].

Iman


Keimanan bukanlah sekadar percaya. Iblis pernah bertemu dengan tuhannya, dan benar-benar mengetahui bahwa tuhan adalah esa, namun dikatakan dalam alquran bahwa iblis adalah makhluk yang kafir.  Walaupun dia benar melihat tuhannya, tidaklah dia beriman atau layak menjadi saksi (syahid) bagi tuhannya. Demikian pula keimanan pada manusia, tidaklah cukup dengan mengatakan bahwa dirinya percaya bahwa hanya ada satu tuhan.

Iman adalah cahaya Allah yang menerangi  orang-orang beriman. Dengan cahaya itu orang-orang beriman berada dalam kehidupan yang terang. Orang-orang beriman harus  berpengetahuan ketuhanan sesuai dengan cahaya yang diberikan.

Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman) (QS. Al Baqarah : 257)

Allah adalah cahaya, sedangkan kalimah thayyibah manusia adalah semisal pohon.  Pohon adalah makhluk yang mampu menangkap dan mengolah cahaya (matahari) menjadi energy yang bisa dimanfaatkan baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Buah adalah hasil pepohonan yang bisa dimanfaatkan oleh pihak lain yang dihasilkan dari sinar matahari. Seumpama pohon, kalimah thayyibah manusia seharusnya bisa menangkap cahaya Allah untuk memakmurkan bumi, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk makhluk yang lain.

Pohon yang baik mempunyai akar yang teguh menghunjam ke dalam bumi, sedangkan cabangnya menjulang ke langit. Jiwa manusia adalah aspek cabang pohon yang ada di langit, menjulang ke atas mencari cahaya Allah, sedangkan jasad manusia adalah aspek akar pohon yang menghunjam ke bumi. Cabang dan akar merupakan satu entitas, tidak bisa dipisahkan. Pencarian rizki bagi jiwa dan bagi jasad bukanlah dua hal yang terpisah, tetapi harus menyatu. Itulah manusia yang baik.

Agama


Pengertian agama didefinisikan dalam Alquran sesuai dengan ayat di bawah :

“Maka tegakkanlah wajahmu bagi addiin secara hanif, yaitu fitrah Allah yang manusia diciptakan di atasnya. Tidak ada penggantian bagi ciptaan Allah. Itulah agama (addiin) yang tegak, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS 30 : 30).

Dalam surat ayat di atas, manusia diperintahkan menegakkan kehidupan untuk agama (addiin) secara hanif, yaitu pelaksanaan fitrah diri yang telah digariskan Allah bagi setiap manusia. Tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah, artinya bahwa fitrah yang telah digariskan_Nya bersifat tetap, dan bahwa dengan pelaksanaan fitrah diri itulah agama menjadi tegak.

agama tersusun dari tiga atau empat sendi, yaitu islam, iman dan ihsan, serta tentang as-sa’ah.  Ketiga atau keempat hal itulah yang akan mengantarkan manusia untuk menggapai agama.

Akhlak Al-Karimah


Kesesuaian jiwa manusia dengan citra Arrahman serta peniupan ruh-Nya kepada manusia adalah kesempurnaan kemuliaan akhlak yang diajarkan oleh Rasulullah. Manusia seperti itulah bentuk ciptaan Allah yang paling sempurna, sehingga para malaikat muqarrabun harus bersujud kepada manusia.

Dalam sebuah hadits, diceritakan bahwa manusia diciptakan dengan citra arrahman. Jasad manusia hanyalah bayangan dari citra arrahman, yang berfungsi sebagai wadah bagi jiwa. Jiwa manusia lah yang membawa citra arrahman, namun dapat berubah menjadi bentuk ciptaan yang paling rendah.

Rasulullah dalam hadits qudsi, “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dengan citra Ar-Rahman.”

Arrahman adalah asmaul husna yang terbesar. Seluruh alam semesta diciptakan untuk satu tujuan, yaitu memperkenalkan rahmaniah Allah SWT. Citra arrahmaan bukanlah citra Allah. Maksud hadits di atas adalah bahwa manusia diciptakan untuk mampu mengenali dengan sempurna rahmaniah-Nya, sebagaimana cermin mampu memantulkan objek di hadapannya. Itulah yang dimaksudkan dalam ayat 11 surat al-a’raaf sebagai berikut :

Sungguh kami telah menciptakan kalian kemudian kami memberikan citra kepada kalian kemudian kami katakan kepada para malaikat : bersujudlah kamu kepada adam. Maka merekapun bersujud kecuali iblis, dia tidak termasuk mereka yang bersujud. (QS 7:11)

Ketika jiwa manusia berubah dari bentuk ciptaan yang rendah menjadi bentuk yang sebaik-baiknya, Dia akan menyempurnakan jiwa manusia tersebut menjadi sesuai dengan citra arrahman dan akan meniupkan kepadanya ruh-Nya.   Itulah yang dimaksudkan dalam alquran surat al-ahqaaf : 72.

maka apabila Aku telah mempersamakannya (sesuai citra arrahman) dan Aku tiupkan kepadanya ruh-Ku, maka hendaklah kalian tersungkur bersujud kepadanya” (QS 38:72)

Tiupan ruh dalam konteks ayat di atas bukanlah ruh yang memberikan kehidupan bagi jasad manusia. Ruh yang dimaksudkan adalah ruh qudus sebagaimana ruh yang datang kepada Maryam a.s setelah beliau mencapai bentuk jiwa yang sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar