Pencarian

Jumat, 04 Desember 2015

AGAMA (ADDIIN)

Dewasa ini terjadi banyak peristiwa konflik atas nama agama yang melibatkan kelompok-kelompok manusia. Agama yang seharusnya  menjadi jalan hidup mulia untuk manusia agar berbuat kasih-sayang antara manusia satu dengan yang lain,  berubah menjadi  monster yang harus digunakan untuk menghancurkan kelompok yang lain atas nama kebenaran.

Ada sebuah kesalahan dalam beragama yang harus dibenahi agar jalan hidup mulia bernama agama itu kembali berfungsi sebagaimana seharusnya.  Klaim-klaim kebenaran atas nama agama sangatlah bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri.  Alquran menjelaskan dengan gamblang bahwa manusia yang membagi agamanya dalam kelompok-kelompok dan masing-masing berbangga dengan apa yang ada pada kelompoknya, mereka masuk dalam golongan musyrikin. Hal itu dijelaskan dalam alquran surat ar-ruum ayat 31-32

Dengan kembali kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk golongan musyrikin. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (QS 30:30)

Di jaman modern saat ini, ada  kerancuan dalam mendefinisikan agama sehingga agama menjadi sebuah kelompok sektarian yang berpotensi menimbulkan konflik antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Menemukan kembali pengertian beragama dan ketuhanan sesuai dengan maksud asli sesuai dengan tuntunan kitab suci menjadi kunci dalam mencapai peradaban yang berketuhanan.

Pengertian Agama dalam Islam

Dalam agama islam, yang dimaksud sebagai agama (addiin) adalah sebuah jalan hidup sempurna sesuai dengan tuntunan Allah SWT yang termaktub dalam alquran dan sunnah rasulullah SAW. Untuk mencapai jalan hidup sempurna, manusia harus menempuh perjalanan panjang menaklukkan diri sendiri dan godaan –godaaan yang menghadang dalam perjalanan hidupnya. Perjalanan hidup menuju agama (Addiin) itu disebut hijrah.  

Pengertian agama didefinisikan dalam Alquran sesuai dengan ayat di bawah :
“Maka tegakkanlah wajahmu bagi addiin secara hanif, yaitu fitrah Allah yang manusia diciptakan di atasnya. Tidak ada penggantian bagi ciptaan Allah. Itulah agama (addiin) yang tegak, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS 30 : 30).

Dalam surat ayat di atas, manusia diperintahkan menegakkan kehidupan untuk agama (addiin) secara hanif, yaitu pelaksanaan fitrah diri yang telah digariskan Allah bagi setiap manusia. Tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah, artinya bahwa fitrah yang telah digariskan_Nya bersifat tetap, dan bahwa dengan pelaksanaan fitrah diri itulah agama menjadi tegak.

Beberapa point yang dapat kita ambil dari ayat tentang agama di atas :
- Allah telah menciptakan manusia atas sebuah fitrah
- Fitrah manusia telah ditetapkan, dan tidak berubah
- Manusia diperintahkan untuk menegakkan wajah kehidupan dirinya bagi agama
- Menegakkan wajah bagi agama adalah dengan bertindak hanif
- Agama yang tegak adalah pelaksanaan fitrah diri oleh setiap manusia.

Sikap Hanif 

Terminologi hanif diterangkan dalam kisah Ibrahim sebagaimana disebutkan dalam alquran. Ibrahim  telah berlaku hanif dan tidaklah termasuk golongan musyrikin semenjak kecil. Tindakan beliau bersembah kepada bintang, bulan dan matahari bukanlah sebuah kemusyrikan, karena beliau mencari apa yang sebenar-benarnya patut menjadi tuhan. Beliau bertindak secara hanif. 

“Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku bagi yang telah menciptakan lelangit-langit dan bumi secara hanif, dan aku bukanlah termasuk golongan orang musyrik.”(QS 6:79).

Ibrahim mendapatkan pengetahuan tentang ayat-ayat Allah dari alam,  ayat-ayat tentang bintang, bulan dan matahari. Namun beliau merasa bahwa apa yang bisa dicapai dan dimengerti oleh dirinya hanyalah bagian kecil dari kebenaran yang sesungguhnya, maka beliau mengatakan sebagaimana ayat tersebut. Dari ayat tersebut, gambaran tentang hanif adalah sebagai berikut :
- Mencari pengetahuan kebenaran, dan mengikuti kebenaran yang lebih tinggi.
- Tidak berhenti dalam mencari pengetahuan kebenaran.
- Tidak merasa bahwa apa yang diperolehnya adalah kebenaran yang mutlak.

Sendi-sendi Agama

Dalam sebuah hadits yang dikenal sebagai hadits jibril dari umar r.a diceritakan bahwa Jibril a.s datang kepada rasulullah SAW yang sedang duduk bersama jamaah. Beliau a.s  bertanya tentang iman, islam dan ihsan, serta tentang as-sa’ah, atau tanda-tanda as-sa’ah. Rasulullah kemudian menerangkan kepada para sahabat bahwa orang itu adalah Jibril a.s yang mengajarkan kepada para sahabat tentang agama.
Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata : Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada Ilah melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.” 
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi as-Sa’ah?” Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!” Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan menjulang tinggi.”
 Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]
Dari hadits tersebut, kita dapat mengetahui bahwa agama tersusun dari tiga atau empat sendi, yaitu islam, iman dan ihsan, serta tentang as-sa’ah.  Ketiga atau keempat hal itulah yang akan mengantarkan manusia untuk menggapai agama.

Islam

Islam dibangun atas 5 (lima) sendi, yaitu :
[1]. Kesaksian bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan Kesaksian bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Ketika menciptakan makhluk, Allah SWT berkehendak untuk  memperkenalkan diri-Nya kepada makhluk sebagai Arrahmaan dan Arrahiim yang layak menjadi ilah bagi seluruh makhluk.  Nabi Muhammad-lah rasulullah yang menjadi wasilah untuk mengenal rahmaniah dan rahimiah-Nya.
[2]. Mendirikan shalat, artinya membuat hubungan (sholat) dengan Allah dengan mengerjakan shalat secara sempurna.
[3]. Mengeluarkan zakat, yaitu  membersihkan diri dalam harta yang diamanatkan kepada dirinya. Kesucian dalam harta merupakan awal dari kesucian jiwa, karena tanpa kekayaan yang suci tidak akan terbentuk kehidupan yang suci.
[4]. Puasa Ramadhan artinya  mengendalikan diri baik jasadiah maupun bathiniah agar memperoleh bimbingan Allah untuk kembali, taubat menuju Allah.
[5]. Beribadah haji ke baitullah (rumah Allah), sebuah  bentuk pekerjaan fisik untuk mengikuti millah yang dicontohkan oleh nabi Ibrahim a.s dan keluarganya.

Iman

Iman terdiri atas 6 (enam) sendi, yaitu :
[1]. Beriman kepada Allah
[2]. Beriman kepada para Malaikat
[3]. Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan
[4]. Beriman kepada rasul-rasul yang diutus
[5]. Beriman kepada hari akhir
[6]. Beriman kepada qadla dan qadar

Ihsan

Ihsan adalah beribadah, menghambakan diri kepada Allah seolah-olah kita melihat-Nya, bila kita tidak melihat-Nya maka sesungguhnya dia melihat setiap diri.

As-Sa’ah

Assa’ah yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah waktu ditegakkannya agama. Agama Islam telah disempurnakan pada waktu haji wada, kurang lebih tiga bulan sebelum rasulullah wafat, ditandai dengan turunnya ayat yang berbunyi sebagai berikut :
Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Aku sempurnakan bagi kalian nikmat-Ku dan Aku telah meridloi Islam sebagai agama kalian (QS 3:3)
Itulah hari disempurnakan agama. Rasulullah telah menyampaikan kesempurnaan agama, namun sesungguhnya hari agama itu sendiri masih merupakan masa depan bagi umat nabi Muhammad SAW, sebagaimana tercantum dalam surat alfatihah.

Dalam surat al-hijr disebutkan bahwa hari agama adalah hari ketika  iblis akan digantikan oleh khalifatullah yang dijanjikan. Pada hari itulah khalifatullah al-mahdi akan berkuasa di bumi menggantikan iblis yang telah menguasai bumi sebelumnya.

Dan sungguh atas kamu laknat hingga hari agama. (iblis) berkata : wahai tuhanku, tangguhkanlah diriku hingga hari dibangkitkan. (tuhan ) berkata : maka sungguh engkau termasuk yg ditangguhkan. Hingga hari yang telah ditentukan (kiamat). (QS 15:35-38)

Ayat itu adalah fragmen kisah pengusiran iblis dari surga. Fragmen sebelumnya bercerita tentang penciptaan khalifatullah di bumi, dan ketika para malaikat muqarrabun diperintahkan bersujud, seluruhnya bersujud kecuali iblis, maka dia diusir dari surga. 

Iblis sebelumnya termasuk golongan muqarrabun yang bertugas menjadi pengawas bumi. Ketika penciptaan adam, iblis merasa bahwa dirinya akan digantikan oleh manusia. Waktu yang dijanjikan untuk penggantian kekhalifahan di bumi adalah hari agama. Namun iblis meminta untuk ditangguhkan hingga hari kebangkitan, dan tuhan mengabulkan permintaan itu namun hanya sampai hari  kiamat.

Dengan meneliti kisah di atas, kita dapat membuat urutan peristiwa. Hari agama terjadi sebelum hari kiamat, dan hari kebangkitan terjadi setelah hari  kiamat. Bila dihubungkan dengan surah alfatihah, sungguh hari agama itu suatu hari yang besar, dimana Allah menjadi raja pada hari agama. Apa yang terjadi di bumi adalah, pada hari itu khalifatullah al-mahdi diberi kekuasaan di bumi, sebagai staf pelaksana kerajaan.

Melihat ke hadits jibril, tanda-tanda hari agama itu saat ini mulai muncul. Kita dapat memperhatikan dengan jelas bahwa gedung-gedung tinggi seolah berlomba-lomba dibangun di tanah arab. Dubai, Bahrain, Qatar, Arab Saudi dan negara-negara arab berlomba membangun pencakar langit. Kita harus berhati-hati melangkah, karena saat inilah dajjal akan muncul ditandai dengan merebaknya fitnah. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar