Pencarian

Jumat, 04 Desember 2015

Tauhid

Islam dibangun atas lima sendi, dan syahadat merupakan sendi pertama di antara lima sendi lainnya, dimana syahadat berfungsi sebagai peletak tujuan utama arah kehidupan seseorang yang ingin mencapai agama. Sendi kedua adalah membuat hubungan dengan Allah dalam bentuk sholat, berikutnya ketiga adalah zakat, membersihkan harta untuk menjaga diri dari kotoran dunia, keempat tentang pengendalian diri berupa puasa di bulan ramadlan, dan kelima adalah  mengikuti millah Ibrahim mencari tuhannya berupa syariat haji bagi yang mampu.

Kalimah syahadah merupakan asas dan tujuan utama dalam Islam. Tanpa syahadah maka tidak ada agama bagi seseorang, dan sendi Islam lainnya akan runtuh begitupun dengan rukun iman. Tegaknya syahadah dalam kehidupan seorang individu akan menegakkan dien dalam hidupnya.

Kalimah syahadah sebagai asas  islam berarti bahwa dengan syahadah itu seseorang mengakui dan berikrar untuk mencari jalan hidup sesuai dengan millah Ibrahim a.s.  untuk mencapai tuntunan Allah yang diajarkan kepada rasulullah. Dengan asas itulah seseorang memulai hidupnya mencari kehidupan beragama sebagaimana jalan kehidupan yang telah ditentukan sebelum diciptakan ke dunia.

Kalimah syahadah sebagai tujuan utama dalam agama islam berarti bahwa seseorang mengerti bahwa tidak ada sesuatupun yang  berharga, tidak ada ilah dalam kehidupannya kecuali mengenal dan menjalankan khazanah yang diberikan dari Allah yang telah menciptakan dirinya.

Arti syahadat

Lafal syahadat dalam islam adalah : “Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah  kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah”. Ada beberapa point penting yang harus dimengerti agar kita bisa menghayati dalam kehidupan diri kita. Seringkali kita tidak memperhatikan salah satu atau dua kata dalam lafal syahadat, padahal kata-kata itu sangat memberikan makna untuk kehidupan.

Saksi

Saksi berarti mengetahui bahwa apa yang disaksikan adalah benar. Dengan demikian seseorang harus mempunyai pengetahuan atas persaksiannya. Ada kecenderungan yang berkembang di antara umat islam dimana lafadz bersaksi relatif menjadi kurang diperhatikan, dan lebih memfokuskan hanya pada kata “tidak ada tuhan selain Allah”. Lafadz persaksian benar-benar diajarkan oleh rasulullah SAW agar kita tidak melupakan bahwa apa yang kita ucapkan bukanlah sebuah lafadz tanpa makna, atau bermakna kurang dari yang seharusnya. 

Penghilangan kata kesaksian  bisa membuat seseorang tergelincir kepada paganisme. Kalimat tiada ilah selain Allah sudah pasti benar, tetapi pengertian yang muncul bagi yang mengatakannya belum tentu benar. Allah SWT tidaklah menginginkan penyembahan atas diri-Nya, tetapi berkehendak memberikan rahmaniah-Nya kepada hambanya yang berakhlak mulia, hamba yang mempunyai bentuk ciptaan mulia dan sempurna. Penghambaan kepada-Nya adalah sebuah bentuk pelayanan yang diajarkan kepada makhluk agar bisa berbuat kebaikan universal tanpa cacat, bukan untuk pelayanan yang dibutuhkan oleh-Nya. Pelayanan dengan pengetahuan ilahiah lah yang menghasilkan kebaikan universal tanpa cacat, dan itu diperoleh bila kata “aku bersaksi” dihayati dengan benar. Sebaliknya, tanpa memperhatikan kata “aku bersaksi”, seseorang dapat terjebak dalam pelayanan untuk “tuhan yang ingin disembah-sembah” , menjadi kelompok paganistik.
Sebagian umat islam lainnya menurunkan makna lafadz persaksian menjadi pengakuan. Hal itu tidak dapat dibenarkan, karena akan memotong tuntutan persaksian menjadi sekadar pengakuan. Dengan persaksian, seseorang benar-benar dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang apa yang dipersaksikan baik dengan usaha belajar maupun dengan keberserahdirian. Sedangkan dengan pengakuan, boleh jadi orang yang mengakui hanya mengikuti lafadz tanpa sebuah keyakinan.

Ilah


Ilah adalah sesuatu yang paling berharga dan menjadi tujuan setiap usaha dalam hidup seseorang. Ber-ilah kepada Allah memberi tuntutan bahwa seseorang harus berakhlak rahmaniah dan rahimiah, karena pengetahuan tentang Allah hanya dapat diperoleh bila kita bersifat sama dengan Allah. Kita dapat menganalogikan,  saksi bagi kepakaran seorang fisikawan hanya dapat dilakukan oleh fisikawan lain. Seorang olahragawan yang tidak berpendidikan fisika tidak akan bisa menjadi saksi yang benar untuk kepakaran Einstein, demikian pula orang yang tidak memiliki rahmaniah tidak akan mengenal Allah yang bersifat Arrahman Arrahiim. 

Sedangkan ber-Ilah kepada selain Allah berdampak timbulnya kebanggaan bagi yang ber-ilah kepadanya. Bagi kebanyakan manusia, hal yang paling berharga bagi dirinya adalah kebanggaan dirinya sendiri yang berupa hawa nafsu. Hal ini dapat kita temui sebagaimana diceritakan  dalam alquran 25:43 dan 45:23. 

apakah pendapatmu tentang  orang-orang yang mengambil hawa nafsunya sebagai ilahnya? Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS 25:43)

maka apakah pendapatmu tentang orang-orang yang mengambil hawa nafsunya sebagai ilahnya? Maka Allah membiarkannya tersesat berdasarkan ilmu dan allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya, dan Allah meletakkan tutupan atas  penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran (QS 45:23)

Sebagian manusia lainnya, hal yang paling berharga bagi dirinya adalah harga diri komunal. Alquran surat al-a’raaf ayat 138 bercerita tentang kaum yang ditemui bani Israel, dimana mereka menyembah monumen-monumen kebanggaan kaumnya. Pada surat alqashash ayat 38 bercerita tentang ikon bangsa mesir sebagai ilah, yaitu fir’aun yang telah membawa kemajuan bagi bangsa mesir.

Dan kami seberangkan bani Israel ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang menyembah berhala mereka, banu Israel berkata : hai musa buatlah untuk kami sebuah tuhan sebagaimana mereka mempunyai beberapa beberapa tuhan. Musa menjawab, sesungguhnya kalian adalah kaum yang bodoh (QS 7:138)

Dan berkata fir’aun : hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku, maka bakarlah hai haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk para pendusta (QS 28:38)
Dalam islam, lafadz syahadat berarti memulai menempuh jalan untuk  mendapatkan agama dengan menafikan ilah bagi dirinya, dan dengan bertindak hanif mencari kebenaran hingga mendapat pengetahuan bahwa Allah lah yang pantas menjadi ilah.

Allah sebagai Ilah dan Muhammad sebagai Rasulullah

Alam semesta menjadi terwujud karena diciptakan oleh Allah. Allah bermaksud agar diri-Nya yang tidak serupa apapun bisa dikenal oleh makhluk sebagai Arrahmaan Arrahiim. Allah berkehendak untuk melimpahkan rahmaniah dan rahimiah kepada makhluk yang berakhlak sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Dengan mengenal arrahmaan arrahiim, maka makhluk dapat menjadi saksi yang benar bahwa tidak ada yang pantas menjadi ilah bagi seluruh makhluk kecuali  Allah.

Alam semesta diciptakan Allah dengan keragaman alam yang sangat banyak, dari alam ruh yang dekat dengan Allah hingga alam jasad yang gelap dan jauh dari Allah. Seluruh ciptaan pada fitrahnya  bercerita tentang satu hal, yaitu rahmaniah Allah. Dengan seluruh keragaman yang ada dan kemampuan makhluk yang berbeda-beda, tergelarlah seluruh asma-Nya dalam berbagai ragam wujud dari alam ruh hingga alam jasadiah.  

Nabi Muhammad adalah seorang makhluk yang paling mengenal rahmaniah Allah yang tersebar di seluruh alam,  dari alam puncak ciptaan hingga ciptaan yang terendah di alam jasad, dan beliau lah yang paling layak mengajarkan tentang Allah. Dan Allah memberi tugas kepada beliau sebagai rasulullah, pusat keterhubungan (washilah)  seluruh makhluk  di semesta kepada Khalik.

Penciptaan dan Pemeliharaan Semesta

Alam semesta diciptakan sebagai pertanda, ayat tentang Allah, sebagaimana tercantum dalam alquran surat ali imron ayat 190-191:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan bergantinya malam dan siang terdapata tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi : ya tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka (QS 3: 190-191)

Allah telah menciptakan alam semesta yang sangat-sangat besar hingga tidak terjangkau oleh indera fisik, bahkan walaupun dengan alat bantu mutakhir sekalipun. Selain alam fisik yang dapat diindera oleh instrumen fisik, alam-alam halus pun diciptakan berdampingan dengan alam kasar dengan keragaman luar biasa, dari alam manusia, jin, malaikat, ruh dan alam-alam lain yang ada bersama-sama. Allah pun memberikan kepada masing-masing ciptaan kadar kemampuan yang sangat beragam.

Sebuah batu diberi kemampuan berupa kekerasan dan kekuatan. Tanah diberi kemampuan untuk memberikan dukungan kehidupan atas vegetasi dan fauna yang ada di atasnya. Tanaman diberi kemampuan untuk tumbuh, berkembang, mengubah panas matahari menjadi bentuk energy lain sehingga bisa dimanfaatkan oleh makhluk lainnya.

Bila kita perhatikan dengan seksama, kita akan menemukan bahwa penciptaan makhluk oleh Allah telah sempurna, dan Allah memberikan kemampuan kepada ciptaan-Nya untuk berproses sesuai dengan istiwa’-Nya di atas ‘Arsy. Alquran surat yunus ayat 3 mengatakan :

Sesungguhnya tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan  langit dan bumi dalam 6 hari, kemudian Dia beristiwa’ di atas ‘arsy mengatur segala urusan (amr). Tidak ada seorangpun dapat memberi syafaat kecuali setelah ada izin-Nya. Demikian itulah Allah tuhanmu, maka sembahlah Dia, maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (QS 10:3).

Penciptaan makhluk langit dan bumi  telah selesai dilakukan oleh Allah, dan setelah menciptakan makhluk Allah beristiwa’ di atas ‘arsy untuk mengatur segala urusan. Pelaksanaan segala urusan yang diberikan Allah bagi makhluk yang ada di langit dan bumi dilakukan oleh ruh, sebagaimana disebutkan ayat 85 surat al-isra.

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah ruh adalah dari amr (urusan) tuhanmu, dan tidaklah kamu diberi ilmu kecuali hanya sedikit (QS 17:85).

Kita menemukan begitu banyak ruh yang memberikan urusan allah kepada makhluk. Setiap diri kita diberi ruh yang mendatangkan urusan bagi kita untuk membuat kita pandai. Dengan ruh, badan kita menjadi hidup untuk menghadapi urusan yang ditentukan Allah bagi setiap insan untuk membuat manusia mengerti asma-asma yang bisa dikenal oleh masing-masing.

Begitu pula makhluk-makhluk yang lain diberikan ruh untuk memanifestasikan asma yang sanggup dikenal oleh masing-masing. Ruh untuk singa berbeda dengan ruh domba atau ruh tumbuhan. Ruh singa memberikan bentuk kehidupan singa, begitu pula dengan kambing, tumbuhan dan seluruh ciptaan lainnya. Dalam satu pohon bisa kita jumpai hingga ribuan ruh yang tersebar pada setiap biji yang bisa tumbuh bila berada  pada tempat yang memungkinkan. Begitu besar alam semesta diciptakan oleh Allah.

Bukan hanya alam ruh, alam yang lebih kasar pun sangat beragam, dan seluruhnya diberi kemampuan sesuai dengan kadar masing-masing. Dalam diri seorang manusia dapat kita temui alam ruh hingga alam jasad sebagai ciptaan terjauh dari tuhannya. Pertemuan alam jiwa dengan jasad pun menumbuhkan sekian banyak hawa nafsu, kehendak berkarya bagi sesama, keinginan atas materi, keinginan untuk mencintai orang lain dan begitu banyak hal-hal lain yang bisa tumbuh dalam diri seorang manusia. 

Begitu juga pertemuan  laki-laki  dan perempuan  bisa menghasilkan sekian keturunan. Campuran material-material yang berbeda pun banyak yang mampu menghasilkan material baru yang mempunyai sifat berbeda.  Betapa Allah telah memberikan  kemampuan yang sedemikian besar kepada seluruh ciptaan-Nya, mulai dari  alam jasadiah hingga alam ruh.

Dengan seluruh kompleksitas alam semesta, Allah SWT telah memberikan pemeliharaan dengan mekanisme luar-biasa kompleks, yang seluruhnya telah ditentukan sebelumnya dan setiap urusan bagi masing-masing makhluk diberikan  kepada setiap makhluk secara setimbang tanpa cacat sedikitpun. Setiap makhluk memberikan dan mengambil manfaat dari makhluk yang lain untuk mencukupi seluruh kebutuhannya. Seluruh alam, baik alam jasadiah, alam malakut dan alam-alam lain berjalan dengan tunduk patuh pada amr (urusan) yang diberikan Allah.

Namun berbeda dengan yang lain, kepada manusia diberikan hawa nafsu dan kehendak mandiri untuk menguji. Bagi perbuatan-perbuatan manusia yang melampaui batas dalam merusak di bumi, Allah  memberikan urusan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan. Betapa banyak kaum yang telah dilenyapkan dengan azab karena kerusakan yang ditimbulkan kaum itu. Kaum tersebut tidak mencari agama, jalan hidup sesuai dengan ketentuan tuhan.

Manusia

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan kedua tangan Allah, sebagaimana disebutkan dalam surat al-ahqaaf : 75.

 “Dia  berfirman : wahai iblis, apakah yang menghalangi kamu bersujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tanganku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu termasuk orang-orang yang lebih tinggi?”. 

Dalam alquran surat attiin ayat 4-5 disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, namun kemudian diturunkan ke tempat serendah-rendahnya.

Sungguh benar-benar telah Kami ciptakan manusia  dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan  dia ke tempat serendah-rendahnya (QS 4-5)

Dalam sebuah hadits, diceritakan bahwa manusia diciptakan dengan citra arrahman. Jiwa manusia lah yang menjadi citra arrahman, namun dapat berubah menjadi bentuk ciptaan yang paling rendah. Seluruh alam semesta diciptakan untuk satu tujuan, yaitu memperkenalkan rahmaniah Allah SWT. Citra arrahmaan bukanlah citra Allah, tetapi menerangkan bahwa manusia diciptakan untuk mampu mengenali dengan sempurna rahmaniah Allah, sebagaimana cermin mampu memantulkan objek di hadapannya. Itulah yang dimaksudkan dalam ayat 11 surat al-a’raaf sebagai berikut :

Sungguh kami telah menciptakan kalian kemudian kami memberikan citra kepada kalian kemudian kami katakan kepada para malaikat : bersujudlah kamu kepada adam. Maka merekapun bersujud kecuali iblis, dia tidak termasuk mereka yang bersujud. (QS 7:11)

Jadi manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah swt yang paling mampu mengenal rahmaniah-Nya. Namun di sisi lain, kebanyakan manusia mengalami penurunan kedudukan hingga bahkan menjadi makhluk yang paling buruk, sehingga banyak kerusakan yang timbul akibat pekerjaan manusia. Dan karena manusia-lah Allah SWT menurunkan urusan pengadzaban, yaitu bagi manusia yang tidak mau mengenal agama, pengadzaban untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan.

Manusia harus bertaubat untuk menemukan jalan sesuai ketetapan yang telah ditentukan Allah. Kepada manusia diberikan hawa nafsu dan kehendak mandiri untuk menguji. Manusia mampu bertindak mandiri terlepas dari urusan yang telah ditetapkan, dan harus bertaubat agar mendapatkan urusan yang ditetapkan. Citra yang akan diberikan kepada manusia mempunyai kedudukan yang tinggi, yaitu citra Arrahman, sedangkan Arrahman beristiwa’ di atas ‘arsy.

Dengan terpisahnya manusia dari amr diri, manusia rentan terhadap kesalahan, dan cenderung berbuat kerusakan di muka bumi. Tanpa menyadari siapa dirinya, manusia akan terjatuh ke tempat yang rendah, bahkan kedudukan yang serendah-rendahnya lebih buruk dari makhluk apapun.

Iblis-iblis yang terjatuh ke bumi adalah makhluk langit. Mereka terpisah, memisahkan diri dari tuhan mereka, namun tetap menjalankan urusan yang ditetapkan, walaupun semau mereka sendiri. Mereka juga tidak akan tertarik oleh aspek kebumian. Sedangkan manusia yang tidak bertaubat akan terpisah dari tuhannya, tidak berurusan dengan amr yang ditentukan tuhannya, berbuat semau sendiri, dan tertarik aspek kebumian. Perpaduan jiwa dan jasad  pada manusia dapat menghasilkan hawa nafsu yang begitu dahsyat merusak semesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar