Pencarian

Rabu, 15 Juli 2020

Mencari Kesenangan dari Sisi Allah (3)



Perbuatan Keji Sebagai Penyesatan Terhadap Aspek Perempuan 


Perbuatan keji merupakan rekayasa syaitan bagi manusia agar seseorang terikat terhadap aspek duniawinya, atau seseorang melenceng dari jalan yang seharusnya. Perbuatan keji itu terlihat sangat jelas dalam pernikahan yang menjadi tangga bagi seseorang untuk mengenal Allah. Seorang istri akan berusaha dibelokkan syaitan dari pengkhidmatan kepada suaminya sebagai jalan pengabdiannya kepada Allah, sedangkan seorang suami akan dibelokkan untuk membentuk ikatan duniawi secara keliru dalam rumah tangganya. 

Dalam pembahasan perbuatan keji, ayat yang banyak ditunjukkan adalah aspek perempuan. Hal tersebut tidak berarti perbuatan keji hanya dilakukan oleh perempuan, tetapi menunjukkan bahwa yang menjadi objek sasaran perbuatan keji adalah aspek perempuan dari seseorang. Yusuf pun hampir mengalami perbuatan keji dan harus menjalani kehidupan dalam penjara ketika diselamatkan dari perbuatan keji bersama istri al-aziz. Terhadap Yusuf, yang dijadikan sasaran godaan untuk melakukan perbuatan keji adalah aspek hawa nafsu duniawi dari Yusuf. Itu adalah aspek perempuan dalam diri seorang laki-laki. 

وَٱلَّٰتِي يَأۡتِينَ ٱلۡفَٰحِشَةَ مِن نِّسَآئِكُمۡ فَٱسۡتَشۡهِدُواْ عَلَيۡهِنَّ أَرۡبَعَةٗ مِّنكُمۡۖ فَإِن شَهِدُواْ فَأَمۡسِكُوهُنَّ فِي ٱلۡبُيُوتِ حَتَّىٰ يَتَوَفَّىٰهُنَّ ٱلۡمَوۡتُ أَوۡ يَجۡعَلَ ٱللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلٗا [ النساء:15-15] 

Dan (terhadap) para wanita yang tiba dalam keadaan sebagai wanita keji, hendaklah dimintakan persaksian dari empat orang saksi diantara kamu. Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya. [An Nisa":15] 

Pernikahan merupakan tangga bagi suami istri untuk memperoleh jalan kepada Allah. Bagi seorang perempuan, suaminya adalah jalannya kepada Allah. Bila seorang perempuan berkhianat, perempuan itu harus dikurung di dalam rumahnya. Selama badan seorang perempuan yang cenderung kepada kekejian masih hidup dan akan mempengaruhi pengkhidmatannya kepada suaminya, maka badan itu harus tetap dikurung dalam rumahnya hingga ajalnya tiba, kecuali perempuan itu dapat menemukan jalannya untuk mengabdi kepada Allah. 

Kurungan bagi seorang perempuan bertujuan agar seseorang perempuan tidak melenceng keluar dari jalannya menuju Allah, yaitu dengan berkhidmat sepenuhnya kepada suaminya. Ketika seorang perempuan yang dikurung memperoleh jalan kepada Allah, maka kurungan itu tidak boleh lagi dilakukan karena tujuan kurungan itu adalah agar perempuan itu tidak keluar dari jalannya. Jalannya itu adalah mengerti kehendak Allah bagi dirinya melalui suaminya, sebagaimana Asiyah binti Muzahim mengerti kehendak Allah baginya melalui Fir’aun. 

Perempuan yang dimaksud ayat tersebut sebenarnya lebih menunjuk pada aspek-aspek perempuan dalam diri setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan, berupa hawa nafsu yang cenderung kepada hal-hal duniawi. Hal ini dapat dipahami dari sudut pandang fraktal, bahwa apa yang ada di luar diri seseorang adalah cerminan dari apa yang ada dalam dirinya. Keberadaan perempuan bagi laki-laki menunjukkan adanya aspek perempuan dalam diri laki-laki. Setiap orang sebenarnya harus menata seluruh aspek dalam dirinya sendiri sebelum menata aspek luarnya. 

Menumbuhkan Kasih Sayang Melalui Pernikahan 


Pernikahan merupakan wujud ikatan kasih sayang yang dikehendaki oleh Allah bagi manusia. Setiap orang harus membentuk kasih-sayang yang utuh bersama segala hal yang menjadi semesta bagi dirinya, dimulai dengan terbentuknya ikatan kasih sayang bersama istrinya atau suaminya. Seorang istri, dan juga suami, adalah bagian dari diri seseorang yang paling dekat dalam wujud yang paling serupa, dalam wujud manusia yang mempunyai segala hal yang sama dengan dirinya. Hal itu akan mempermudah seseorang untuk dapat mengenali bagian dirinya dalam bentuk yang sama tetapi berada di luar dirinya. Harus terbentuk rasa kasih sayang yang utuh dan interaksi yang baik di antara keduanya selayaknya cintanya kepada dirinya sendiri. 

Pernikahan dengan jodoh yang tepat menjadi setengah bagian dari agama seseorang. Pernikahan akan membentuk seseorang menjadi manusia yang mengerti kasih sayang sesuai kehendak Allah. Seorang suami hanya bisa berhasil dengan jalan menjadikan istrinya terhormat, dan sebaliknya suami tidak akan bisa berhasil dengan jalan mengalahkan istrinya. Demikian pula seorang istri akan tertimpa masalah yang banyak bila berusaha mengalahkan suaminya. Keduanya harus mengenal satu sama lain dan saling memperhatikan untuk mencapai keberhasilan. Hal demikian adalah tangga pertama dalam membina manusia menuju manusia yang sempurna, sehingga layak menjadi pemakmur bumi tanpa melakukan kerusakan. 


Penyesatan Terhadap Aspek Laki-Laki 


Menghindari perbuatan keji merupakan dasar yang menjadi landasan dalam menempuh jalan Allah. Dalam tingkatan lebih lanjut dalam perjalanan kepada Allah, ketika seseorang berurusan dengan aspek laki-laki dirinya, dirinya harus tetap berusaha taat, tidak menyimpang dari petunjuk Allah. Aspek laki-laki menunjuk pada hawa nafsu yang berkeinginan mengenal kebenaran. Sebagaimana aspek perempuan, aspek laki-laki ini ada pada jenis laki-laki ataupun jenis perempuan. Aspek laki-laki setiap orang harus belajar untuk berjalan menempuh jalan Allah dengan teguh tidak menyimpang atau berbalik ke belakang. 

قُلۡ أَنَدۡعُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَىٰٓ أَعۡقَابِنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ كَٱلَّذِي ٱسۡتَهۡوَتۡهُ ٱلشَّيَٰطِينُ فِي ٱلۡأَرۡضِ حَيۡرَانَ لَهُۥٓ أَصۡحَٰبٞ يَدۡعُونَهُۥٓ إِلَى ٱلۡهُدَى ٱئۡتِنَاۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۖ وَأُمِرۡنَا لِنُسۡلِمَ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ [ الأنعام:71-71] 

Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di dunia dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada petunjuk (dengan mengatakan): "Marilah ikuti kami". Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam, [Al An'am:71] 

Dalam aspek laki-lakinya, seseorang dapat terbingungkan oleh syaitan ketika menempuh perjalanan kepada Allah, ketika perjalanannya mencapai fase tertentu. Hal ini merupakan sifat perbuatan keji bagi orang yang berada pada tingkatan lebih lanjut. 

Seseorang yang mempunyai tujuan lain dalam perjalanannya kepada Allah akan terbingungkan oleh syaitan. Demikian pula orang-orang yang tidak berpegang pada petunjuk Allah dengan benar akan terbingungkan oleh syaitan, yaitu orang-orang yang melemparkan petunjuk Allah ke belakang punggung mereka setelah mereka menerima petunjuk dari Allah. Mereka adalah orang-orang yang memilih langkah mereka sendiri setelah Allah menentukan langkah yang perlu dilakukan oleh mereka. 

Kadang-kadang sifat melemparkan petunjuk itu terlihat sangat halus. Misalnya, seseorang dapat menerima petunjuk tentang sesuatu yang dirasa tidak mampu dilaksanakan, atau merasa Allah belum memberikan kelayakan atau kemampuan baginya untuk mengerjakan petunjuk tersebut. Bila kemudian orang tersebut memutuskan dengan kehendaknya sendiri bahwa langkah yang lebih baik adalah langkah yang dipilihnya sendiri, maka mungkin dirinya akan ditimpa kebingungan dalam langkah kehidupan berikutnya. Intensitas kebingungan itu akan setingkat dengan tingkat penolakannya terhadap petunjuk. Bila masih ada keinginan untuk mengetahui dan menjalani petunjuk yang pernah ditinggalkan itu, dirinya akan akan berada di antara petunjuk Allah dan kebingungan. Tanpa mengikuti alquran dan sunnah nabi SAW, kebingungan itu mungkin akan bertahan selama empat puluh (40) tahun sebagaimana bani Israel kebingungan di padang Tih karena menolak petunjuk Allah. Hanya Alquran dan sunnah nabi SAW yang akan menolong seseorang dari kebingungan. 

Misalnya ketika seorang laki-laki memperoleh petunjuk tentang jodoh dan kemudian memilih langkah yang lain. Bila dalam hatinya ada keinginan untuk mengabdi kepada Allah dan kemudian meninggalkan petunjuk itu, langkah pengabdiannya mungkin akan terputus. Jalan ubudiyah yang ditempuhnya mungkin akan diputus oleh Allah karena ketidaktaatan terhadap petunjuk hingga seolah tidak ada jalan untuk baktinya kepada semestanya. Perempuan adalah pembawa aspek dunia bagi seorang laki-laki, sehingga ketika petunjuk jodoh itu dilemparkan ke belakang punggung, laki-laki itu seperti membuang dunianya. 

Ketika dirinya berusaha kembali kepada petunjuk yang pernah diterimanya, keadaan mungkin akan berubah sama sekali dari keadaan ketika dahulu menerima petunjuk. Keadaan itu akan membuatnya kebingungan dengan langkah yang harus ditempuh. Perempuan yang ditunjukkan mungkin tidak lagi mau menerimanya, dan banyak laki-laki lain yang akan mengalami petunjuk perjodohan sebagaimana dirinya, dan perempuan itu boleh jadi  mendapatkan banyak pilihan jodoh yang bersesuaian baginya. Ini akan membingungkan bagi laki-laki itu, tidak dapat menentukan langkah jelas yang harus ditempuh. 

Mungkin ada siksaan yang akan menimpa laki-laki itu. Boleh jadi Allah membukakan makna dan nilai dari petunjuk itu kepada dirinya, sehingga akan timbul keinginan yang besar terhadap perempuan itu. Akan tetapi, di sisi lain, rasa cinta yang besar itu tidak bersambut, bahkan dijadikan siksaan bagi batinnya ketika melihat perempuan yang dahulu dihadirkan baginya. Dirinya dijadikan berhasrat terhadap sesuatu yang tidak dapat dijangkau. Itu adalah siksaan bagi batin seseorang. 

Akan banyak sahabat-sahabat yang menyerunya untuk mengikuti petunjuk yang datang kepada mereka masing-masing. Hal ini seringkali tidak memberikan petunjuk yang benar baginya dan justru menambahkan kebingungan kepadanya. Salah satu sahabat akan menerima suatu petunjuk, dan sahabat yang lain menerima petunjuk yang lain. Seringkali petunjuk bagi sahabatnya menjadi lawan bagi petunjuk yang datang baginya. Kadangkala Allah membiarkan laki-laki tersebut dalam kebingunannya. Keberserahdirian dan taubat kepada Allah harus lebih ditingkatkan agar Allah memberikan petunjuk kepadanya. Yang bisa membangun keyakinan baginya adalah kembali pada petunjuk Allah. 

Semua kesemerawutan dalam keadaan semacam itu tidak terlepas dari peran syaitan. Para syaitan sebenarnya datang berduyun-duyun untuk membuat kebingungan bagi orang yang pernah melemparkan petunjuk ke belakang punggungnya. Syaitan akan mendatangi laki-laki itu, mendatangi perempuan yang dihadirkan dalam petunjuknya, dan mendatangi pihak-pihak lain yang terkait dengan keduanya. Mereka akan menerima petunjuk-petunjuk yang menambahkan kebingungan bagi laki-laki itu. 

Orang yang (pernah) melemparkan petunjuk ke punggung mereka seolah membawa kutukan bagi lingkungannya. Banyak petunjuk yang datang kepada dirinya ataupun sahabatnya tetapi petunjuk itu sebenarnya salah, bahkan boleh jadi petunjuk itu datang dari syaitan. Hal ini harus disadari oleh yang bersangkutan bilamana ingin kembali kepada Allah. Dirinya harus berusaha menemukan kembali dan mengenali petunjuk-petunjuk yang benar yang datang dari Allah kepada dirinya. Harus diusahakan agar petunjuk benar itu memperoleh dasar dari Alquran. Petunjuk yang demikian itu adalah petunjuk yang sebenarnya, bukan petunjuk yang datang kepada sahabat-sahabatnya. Dirinya harus berusaha mengenali dan mentaati petunjuk yang datang dari Allah. 

Hal ini sebaiknya juga disadari oleh orang-orang di sekitar orang yang pernah melemparkan petunjuk ke belakang punggungnya, bahwa boleh jadi mereka menjadi perantara bagi syaitan yang mendatangi orang itu, terutama bila orang itu hendak kembali kepada petunjuk Allah. Petunjuk yang datang kepada dirinya tentang sahabatnya boleh jadi petunjuk yang salah. Seseorang hanya boleh membantu menemukan petunjuk yang benar yang datang kepada sahabatnya, tidak membantu memberikan keputusan. 

Kebingungan semacam ini tidak hanya terjadi kepada laki-laki. Seorang perempuan akan mengalami hal demikian dalam aspek laki-lakinya, yaitu aspek pencarian terhadap kebenaran bilamana ia pernah melemparkan petunjuk ke belakang punggungnya. Barangkali fenomena kebingungan itu tidak tampak bilamana perempuan itu tidak memperhatikan kebenaran, tetapi akan terlihat sikap terombang-ambing dalam berbagai pilihan bilamana perempuan itu masih berusaha memilih mengikuti kebenaran. Hal ini harus diperhatikan oleh walinya, jangan sampai perempuan itu terjatuh dalam kejenuhan dan kelelahan untuk mengikuti kebenaran. 

Masalah semacam itu akan terlihat pemecahannya bilamana pihak-pihak yang terlibat mengikuti petunjuk Allah, terutama yang mendapatkan dasar dari kitabullah. Setiap pihak harus berusaha berserah diri, membangun iktikad untuk menjalankan perintah Allah. Di sisi lain, harus disadari oleh setiap pihak bahwa dirinya dapat menjadi perantara bagi syaitan untuk membuat kebingungan bagi laki-laki yang ingin kembali kepada petunjuk Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar