Pencarian

Jumat, 10 Juli 2020

Menemukan Kesenangan dari Sisi Allah (2)

Menghindari kekejian


Manusia adalah makhluk bumi yang diciptakan dengan akal, sebuah sarana yang dilimpahkan bagi manusia untuk dapat memahami kehendak Allah. Dengan akal itulah maka manusia menjadi makhluk Allah paling sempurna hingga para malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada manusia. Perumpamaan akal seorang manusia adalah sebuah pohon thayyibah yang merupakan representasi dari kalimah thayyibah yang terpahami oleh seorang manusia berakal. Pohon thayyibah itu adalah pohon akal yang dapat mengerti cahaya Allah yang datang kepada dirinya. 

Untuk menumbuhkan pohon thayyibah itu, setiap orang diperintahkan untuk menikah. Setiap laki-laki merupakan benih pohon yang membawa urusan Allah di bumi yang harus ditumbuhkan melalui pernikahan dengan perempuan. Perempuan adalah ladang bagi seorang laki-laki sehingga akal seorang laki-laki dapat tumbuh untuk memahami kehendak Allah. Dengan tumbuhnya akal seorang laki-laki, seorang perempuan sebagai ladang akan memperoleh air pengetahuan tentang Allah yang akan menjadikannya makmur terhindar dari rasa gersang. 

نِسَآؤُكُمۡ حَرۡثٞ لَّكُمۡ فَأۡتُواْ حَرۡثَكُمۡ أَنَّىٰ شِئۡتُمۡۖ وَقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّكُم مُّلَٰقُوهُۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ [ البقرة:223-223] 

Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. [Al Baqarah:223] 

Dari sudut pandang benih dan ladang, ada berbagai jenis hubungan yang dapat terjadi. Seorang perempuan yang jiwanya diciptakan dari seorang laki-laki adalah ladang yang sebenarnya bagi laki-laki itu. Jarang ada pasangan yang dapat menemukan pasangannya dalam jenis ini, walaupun banyak yang berprasangka menemukannya. Pertemuan ini seringkali terjadi pada orang-orang yang mengikuti petunjuk. Kadang-kadang dan seringkali seorang laki-laki hanya menemukan pot yang terlalu sempit karena terlalu memperturutkan hawa nafsu dan syahwatnya dalam memilih jodoh. Demikian pula kadang seorang perempuan tidak menemukan pohon yang tepat bagi jiwanya. Bila setiap orang mengikuti petunjuk, maka setiap orang akan menemukan hubungan tanaman dan ladang yang baik, setidaknya seorang laki-laki akan menemukan pot yang cukup luas bagi pertumbuhan jiwanya. 

Pernikahan akan membentuk tangga perjalanan hingga sepasang suami istri dapat mengenal Allah. Seorang istri akan memperoleh jalan menuju Allah melalui suaminya, dan seorang suami dapat menumbuhkan akalnya pada ladang media pertumbuhan yang berwujud istrinya. Seperti apapun keadaan suami atau istrinya, setiap pasangan suami istri adalah jalan dan media bagi masing-masing untuk mengenal Allah. Asiyah binti Muzahim mendapatkan jalan menuju Allah dalam wujud Fir’aun, sedangkan nabi Nuh a.s dan Luth a.s mendapatkan istri durhaka. 

Karena pentingnya pernikahan inilah Syaitan akan berusaha dengan sungguh-sungguh merusak pernikahan sehingga manusia kehilangan tujuan kehidupan. 

Kekejian (Al-Fakhsya’ ) dalam pernikahan 


Syaitan akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk merusak semua bentuk pernikahan sehingga setiap manusia terdampar dalam kesesatan, atau tetap terikat pada hal-hal duniawi. Usaha syaitan membuat manusia tersesat atau terikat pada aspek duniawi ini adalah bentuk kekejian (al-fakhsya’). Gambaran kekejian yang ditimbulkan dari godaan dalam pernikahan dapat dilihat dalam kisah Yusuf dan istri al-aziz. Istri al-azis menggambarkan seorang perempuan yang telah memperoleh jalannya untuk beribadah kepada Allah, dan Yusuf dalam peristiwa itu adalah gambaran laki-laki yang tertarik atau terikat secara keliru terhadap aspek dunia dalam wujud perempuan. 

وَلَقَدۡ هَمَّتۡ بِهِۦۖ وَهَمَّ بِهَا لَوۡلَآ أَن رَّءَا بُرۡهَٰنَ رَبِّهِۦۚ كَذَٰلِكَ لِنَصۡرِفَ عَنۡهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلۡفَحۡشَآءَۚ إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُخۡلَصِينَ [ يوسف:24-24] 

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami mengubah daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. [Yusuf:24] 

Istri al-aziz haruslah taat dan setia bersama suaminya, tidak bersama Yusuf. Sekalipun keindahan para malak yang mulia terpancar dalam diri seorang laki-laki, setiap perempuan bersuami harus tetap setia kepada suaminya. Ketertarikan terhadap laki-laki lain oleh seorang perempuan yang telah memperoleh jalan untuk mengenal Allah, atau ketertarikan seorang laki-laki terhadap perempuan yang telah bersuami adalah gambaran yang jelas tentang kekejian (al-fakhsya’). Itu adalah bentuk yang jelas tentang usaha syaitan menyesatkan manusia dari jalannya, atau mengikat seseorang pada aspek dunia. 

Mencegah Kesesatan karena Al-Fakhsya’ 


Untuk mencegah ketersesatan yang lebih jauh, bila seorang perempuan terjatuh dalam keadaan sebagai perempuan keji maka hendaknya perempuan itu dikurung di dalam rumah. 

وَٱلَّٰتِي يَأۡتِينَ ٱلۡفَٰحِشَةَ مِن نِّسَآئِكُمۡ فَٱسۡتَشۡهِدُواْ عَلَيۡهِنَّ أَرۡبَعَةٗ مِّنكُمۡۖ فَإِن شَهِدُواْ فَأَمۡسِكُوهُنَّ فِي ٱلۡبُيُوتِ حَتَّىٰ يَتَوَفَّىٰهُنَّ ٱلۡمَوۡتُ أَوۡ يَجۡعَلَ ٱللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلٗا [ النساء:15-15] 

Dan para wanita yang (akan/sedang) tiba pada keadaan sebagai perempuan keji di antara para perempuanmu, maka hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu. Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan kepadanya. [An Nisa":15] 

Ayat ini tidak berbicara hanya tentang perempuan yang melakukan perbuatan keji dalam wujud perzinahan. Perzinahan termasuk dalam dosa yang mendapatkan hukum deraan atau rajam. Ayat ini berbicara tentang perempuan yang keadaannya akan atau sedang terjatuh sebagai perempuan keji yang tersesat jalannya karena tumbuhnya keinginan dalam jiwanya untuk mengikuti laki-laki selain suaminya. Ini adalah perempuan yang melenceng karena kekejian (al-fakhsya’). 

Hal ini tidak hanya dapat terjadi pada perempuan yang mempunyai sifat nakal. Syaitan dapat menumbuhkan kekejian pada diri seorang perempuan dengan berbagai cara. Seorang perempuan mukminat yang menjaga diri dapat terjatuh dalam keadaan sebagai perempuan keji karena tipuan-tipuan syaitan tanpa kesalahan yang berarti dari mukminat tersebut. Semacam inilah perempuan yang diterangkan dalam ayat tersebut di atas. Untuk memperbaiki keadaan perempuan itu, hendaknya perempuan itu dikurung hanya dalam rumahnya, tidak dibiarkan untuk bergaul dengan para laki-laki selain suaminya. 

Hal itu dapat diterapkan dengan ketat dan dzahir bila terdapat empat saksi yang dapat memberikan keterangan tentang hal tersebut. Bila suaminya berkeinginan untuk melakukan hukuman itu secara dzahir, hendaknya ia meminta persaksian atas diri perempuan itu dari empat orang yang bisa memberikan saksi. Sebenarnya ini sangat sulit karena seringkali peristiwa itu hanya terjadi berupa perbuatan-perbuatan di dalam jiwa yang hanya diketahui oleh suami dan istrinya itu, dan hanya akan dapat disaksikan bila perempuan itu telah melakukan perbuatan-perbuatan fisik yang menunjukkan adanya kecenderungan itu. 

Walaupun tidak terlihat, setiap suami harus berusaha menjaga istrinya agar tidak terjatuh dalam keadaan keji tersebut. Akan muncul keinginan-keinginan suami untuk membatasi aktifitas istrinya bila istrinya memiliki kecenderungan mengarah atau terjatuh dalam keadaan itu. Dalam intensitas yang tinggi, akan muncul kemarahan, yang kadang besar, bila istrinya melakukan aktifitas yang mengarah pada keadaan tersebut. Hendaknya hal demikian dikomunikasikan dengan baik kepada istrinya, dan istri hendaknya mematuhi apa yang diminta suaminya. 

Kurungan bagi perempuan demikian adalah kebaikan bagi perempuan itu. Bila ada wujud perbuatan fisik yang dapat disaksikan oleh empat saksi, perempuan itu hendaknya dikurung hingga menemui ajalnya. Perempuan itu akan cenderung melenceng jalannya bila dibiarkan untuk bertemu dengan para laki-laki selain suaminya. Dalam intensitas yang lebih rendah, mungkin seorang perempuan tidak pernah berusaha mewujudkan kecenderungan hatinya, akan tetapi ada kecenderungan melenceng yang hanya terjadi bila bertemu dengan laki-laki yang telah menarik hatinya. Hendaknya suami istri itu berusaha mengurung istrinya dalam sisi batiniah dan membatasi aktifitas-aktifitasnya agar tidak berinteraksi dengan laki-laki yang menarik hati istrinya. 

Hal penting bagi perempuan demikian adalah mencari jalan. Hendaknya suami istri tersebut mencari jalan agar istrinya menemukan jalan sehingga tidak perlu mengurung dirinya dalam rumahnya. Allah akan memberikan jalan kepada istri bila istri itu mencari jalan. Jalan bagi istri yang demikian adalah suaminya. Bila seorang istri yang terjatuh sebagai perempuan keji mempunyai keinginan untuk kembali kepada Allah melalui suaminya, Allah akan memberikan jalan bagi istri tersebut untuk kembali. Suaminya adalah jalannya. Bila seluruh perasaan kepada laki-laki lain dibuang, kemudian perempuan itu membatasi atau mengurung aktifitas fisik dan jiwanya terhadap laki-laki lain untuk berkhidmat hanya kepada suaminya saja, mematuhi suaminya sepenuhnya ketika menunjukkan jalannya, boleh jadi Allah akan memberikan jalan kepada wanita tersebut. Perlu usaha lebih keras untuk memahami arahan suami, karena akal perempuan akan terasa lebih lemah. Tanpa mengurung dirinya dan berkhidmat, proses itu mungkin tidak akan berjalan dengan baik. 

Hal ini tampak hanya untuk perempuan. Sebenarnya langkah-langkah ini merupakan gambaran tentang pencegahan kekejian bagi semua, baik perempuan ataupun laki-laki. Dalam kasus laki-laki, urusannya adalah antara dirinya dengan Allah. 

Penghalang Perbaikan dari Perbuatan Keji 


Hal besar yang menyebabkan seseorang sulit untuk kembali kepada suaminya adalah menganggap kekejian itu sebagai sesuatu yang suci. Acapkali manusia terjatuh dalam anggapan bahwa setiap manusia berhak untuk mencari cinta sucinya. Ini tidak berlaku bagi seorang perempuan yang telah bersuami. Bila seorang perempuan telah bersuami, jalannya kepada Allah adalah berkhidmat kepada suaminya. Bila perempuan menganggap bahwa kekejiannya adalah suci, akan sulit baginya untuk kembali menemukan jalan kepada Allah melalui suaminya. 

وَإِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةٗ قَالُواْ وَجَدۡنَا عَلَيۡهَآ ءَابَآءَنَا وَٱللَّهُ أَمَرَنَا بِهَاۗ قُلۡ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ أَتَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ [ الأعراف:28-] 

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati bapak-bapak kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji". Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? [Al A'raf:28] 

Itu adalah tipuan syaitan yang sangat lihai. Sebuah kekejian akan dijadikan syaitan indah di mata manusia, bahkan manusia mengatakan bahwa kekejian itu adalah urusan dari Allah. Allah memerintahkan untuk menolak waham itu, menolak bahwa melakukan kekejian demikian adalah perintah Allah. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan-perbuatan syaitan. Mungkin seseorang dapat menghadirkan bukti-bukti bahwa para panutan dan bapak-bapak mereka melakukan hal tersebut, tetapi Allah menolak dengan memerintahkan manusia mengatakan bahwa Allah tidak memberikan amr dalam bentuk perbuatan keji. Allah tidak memerintahkan perbuatan keji kepada manusia. Dalam kasus tersebut, manusia telah terjatuh dalam dua tipuan syaitan berupa perbuatan keji yang dilakukan dan mengatakan terhadap Allah dengan sesuatu yang tidak diketahui. 

Mencari dan Meniti Jalan 


Pernikahan adalah jalan bagi seseorang untuk menuju Allah. Pernikahan dengan pasangan yang tepat adalah setengah dari agama. Mungkin pernikahan yang tidak tepat tidak mencapai setengah dari agama. Setiap orang harus berusaha mencari jalannya dengan baik dan menjaganya agar tidak mudah disesatkan oleh syaitan dari jalannya melalui perbuatan-perbuatan keji. 

عَنْ اَنَسٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ رَزَقَهُ اللهُ امْرَأَةً صَالِحَةً فَقَدْ اَعَانَهُ عَلَى شَطْرِ دِيْنِهِ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِى الشَّطْرِ اْلبَاقِى. (الطبرانى فى الاوسط و الحاكم) 

Dari anas r.a bahwa Rasululllah SAW bersabda : “Barangsiapa yang Allah telah memberi rizki kepadanya berupa istri yang shalihah, berarti Allah telah menolongnya pada separo agamanya, maka bertakwalah kepada Allah pada separo sisanya”. [HR. Thabrani di dalam Al-Awsath, dan Hakim) 

Hal ini harus dimulai sebelum pernikahan dilaksanakan, dalam memilih jodoh dan bergaul dengan calon jodohnya. Jodoh yang paling tepat adalah laki-laki dan perempuan yang diciptakan dari satu nafs wahidah yang sama. Akan tetapi tidak semua orang memperoleh pertolongan Allah yang demikian. Jodoh yang demikian hanya terwujud karena pertolongan Allah, dan itu adalah pendahuluan yang akan mengantarkan seseorang memperoleh nikmat Allah berupa shirat al mustaqim. Memilih jodoh yang lain setelah memperoleh petunjuk demikian adalah sebuah bentuk kekufuran terhadap nikmat Allah dan wujud dari keimanan yang bathil. 

Bila tidak memperoleh pertolongan demikian, setiap orang harus berusaha memilih jodoh dengan sebaik-baiknya. Jodoh itu bisa datang dengan berbagai cara, kadang-kadang muncul melalui proses yang tidak duga. Setiap pasangan harus berusaha mengenali dengan sebaik-baiknya calon pasangan yang datang kepadanya, tidak tergesa-gesa untuk menerima dan tidak serta-merta menolak karena ketidaksukaan. Keduanya harus terlebih dahulu saling berusaha mengenali dan saling menerima, atau boleh tidak menerimanya. Pasangan itu boleh langsung menolak hanya apabila salah satu di antara mereka telah menerima pertolongan Allah berupa petunjuk pasangan yang tepat bagi dirinya. Bila wanita menerima petunjuk tersebut, hendaknya hal disampaikan kepada walinya agar menjadi bahan untuk disampaikan kepada laki-laki yang datang, sekaligus agar walinya dapat mengusahakan untuk mendapatkan pasangan yang tepat. 

Pernikahan diibaratkan sebuah penanaman pohon pada media ladang yang harus dilakukan dengan baik, benih ditanamkan ke dalam media tanam dengan sungguh-sungguh. Sebuah benih tidak boleh disimpan dalam waktu lama pada permukaan tanah yang subur, dan tanah yang subur tidak boleh digundukkan dekat dengan pohon atau benih dalam waktu yang lama. Benih itu akan tumbuh berkecambah pada tanah, dan pohon atau benih akan mengulurkan akarnya pada tumpukan media tanah yang terjangkau olehnya, sedangkan keduanya tidak akan memperoleh pertumbuhan yang baik melalui interaksi demikian. 

Bilamana terjadi perpisahan dan kemudian masing-masing menikah dengan orang lain, boleh jadi akan ada bekas-bekas media atau akar tertanam dalam diri masing-masing. Itu akan dapat menjadi sumber munculnya kekejian dalam rumah tangga. Setiap pihak harus dijaga agar tetap bersih hingga terjadi keputusan saling menerima atau tidak menerima. Ketika sepasang laki-laki dan perempuan bersepakat untuk berjalan bersama, keduanya harus segera dinikahkan, tidak boleh dibiarkan untuk menjalin hubungan bathin tanpa sebuah akad pernikahan. 

Hubungan bathin tanpa akad pernikahan merupakan hal yang berat dan melelahkan bagi jiwa, tidak menumbuhkan jiwa yang sehat. Benih akan mempunyai kecenderungan untuk kerkecambah bila berada di dekat media tanam yang subur, atau pohon cenderung mengulurkan akarnya pada media di dekatnya. Media tanam akan cenderung mencari air dari pohon atau benih yang dekat dengannya. Tidak ada sifat netral dalam hubungan bathin antara seorang laki-laki dan perempuan, kecuali keduanya sama sekali tidak berjodoh. Bila hubungan itu terasa ringan, mungkin syaitan sebenarnya beredar di antara keduanya untuk menanamkan benih-benih kekejian. Hal ini harus diperhatikan oleh para wali. 

Keputusan menikah atau tidak menikah harus diputuskan dalam jangka waktu yang terukur, tidak terlalu lama. Bila keputusan tidak menikah telah tercapai, atau keputusan masih ditangguhkan, hendaknya kedua pihak menjaga jarak, terutama secara bathin. Tidak boleh salah satu tidak menjaga jaraknya dengan alasannya sendiri, karena boleh jadi pihak lain merasa berat menahan kedekatan mereka. Jarak bathin ini bersifat relatif, masing-masing harus mengukur, dan harus diwujudkan dalam menjaga jarak fisiknya. Jiwa seorang laki-laki atau perempuan sebenarnya berat menanggung beban hubungan bathin tanpa pernikahan. Ketika sebuah benih merasa siap berkecambah dan ternyata kemudian tidak mendapatkan media tanam, benih itu akan merasa tercerai-berai. Benih itu harus menghentikan pertumbuhannya agar dirinya tetap utuh. Keduanya harus menjaga jarak. Setidaknya salah satu pasti ingin segera melepaskan beban batin terhadap lainnya. Boleh jadi salah satu ingin segera mencari jodoh yang lain tetapi terbebani oleh kedekatan dengan pasangan yang dahulu diinginkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar