Pencarian

Senin, 27 Juli 2020

Menemukan Kesenangan Di Sisi Allah (4)

Kesetimbangan (al-qisth) dan Kekejian

Syaitan selalu berusaha menyesatkan manusia dari jalan menuju Allah dengan memerintahkan dengan perbuatan keji dan memperkatakan tentang Allah dengan suatu perkataan yang tidak diketahui. Dengan hal itu perjalanan seorang manusia kepada Allah akan menjadi melenceng. Sebaliknya Allah memerintahkan agar manusia berjalan dengan setimbang.
قُلۡ أَمَرَ رَبِّي بِٱلۡقِسۡطِۖ وَأَقِيمُواْ وُجُوهَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٖ وَٱدۡعُوهُ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَۚ كَمَا بَدَأَكُمۡ تَعُودُونَ [ الأعراف:29]
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh dengan kesetimbangan (al-qisth)". Dan (katakanlah): "tegakkanlah wajahmu di setiap masjid dan serulah Dia dengan ikhlas kepada-Nya bagi agama. Sebagaimana Dia telah memulai kamu, demikian kamu akan kembali kepada-Nya". [Al A'raf : 29]
Ayat ini menjelaskan tentang kehidupan manusia, tentang awal dan tujuan kehidupan manusia yang sesungguhnya, yaitu berawal dari-Nya dan harus kembali kepada-Nya. Setiap orang harus mengingat bahwa dirinya harus kembali kepada Allah dengan melakukan perjalanan kembali kepada-Nya dengan menempuh jalan agama. Wajah yang tegak menghadap kepada Allah dan menyeru Allah dengan ikhlas bagi agama akan menjaga kesetimbangan seseorang dalam perjalanan menuju Allah. Wajah yang tegak menghadap kepada Allah harus dilakukan dengan membangun pengetahuan tentang Allah berdasarkan kitabullah, agar dapat bersujud kepada Allah dengan baik dan benar. Sedangkan perjalanan menuju Allah akan lebih ringan dilakukan bilamana manusia menyeru kepada-Nya dengan ikhlash dalam menjalankan agama.

Menegakkan Wajah dan Menyeru Allah

Perjalanan menuju Allah adalah perjalanan yang paling jauh bagi makhluk. Tidak ada makhluk yang dapat menempuh perjalanan itu dengan kemampuannya sendiri. Seseorang hanya dapat memohon kepada Allah agar dapat melakukan perjalanannya dengan lurus untuk mengenal-Nya. Tanpa memohon, seseorang sebenarnya hanya mempertuhankan wahamnya, baik berupa harta benda, harga diri ataupun konsep-konsep tentang tuhan yang disusun berdasarkan kitab. Konsep tentang rabb berdasarkan kitabullah harus dibangun setiap manusia agar dapat menghadapkan wajah kepada Allah, akan tetapi seseorang tidak boleh menyangka bahwa konsepnya itu adalah tuhan yang sebenarnya. Selalu ada celah kesalahan dalam setiap konsep ketuhanan seseorang walaupun seluruhnya berdasarkan kitabullah. Ada hawa nafsu yang siap menyelipkan kesalahan bagi setiap orang. Setiap orang harus menyeru Allah agar ditunjukkan jalannya untuk mengenal-Nya. Pengenalan kepada Allah bagi setiap makhluk tidak akan mempunyai batas karena ilmu Allah tidak terbatas.

Perjalanan itu harus ditempuh setapak demi setapak dengan hati-hati sesuai dengan petunjuk-Nya. Harus dimengerti bahwa bukan amal yang dilakukannya yang mendekatkan dirinya kepada Allah, tetapi Allah-lah yang berkenan menyambut dirinya atau menolaknya. Bila Allah berkenan, Dia akan memperkenalkan diri-Nya dalam batas yang mampu dikenalnya. Dengan pengenalan itu, seseorang mengenal dengan baik amal ibadah yang harus dikerjakan untuk terus melakukan perjalanan menuju Allah. Bila Allah berkenan menyambut, seseorang akan dijadikan mengerti tentang penciptaan dirinya sendiri, dan mengerti apa kehendak Allah bagi dirinya. Dengan mengerti kehendak Allah seperti ini seseorang dikatakan mengenal rabb-Nya, walaupun sebenarnya masih banyak misteri yang tidak dimengertinya. Dengan keadaan seperti ini seseorang dapat mengetahui apa yang harus dikerjakannya untuk melakukan ubudiyah bagi Allah.

Rasul dan Penegakan Manusia Dalam Kesetimbangan

Wajah umat manusia akan dapat tegak kepada Allah dan berjalan dengan setimbang menuju kepada-Nya dengan mengikuti rasul-rasul yang diutus kepada manusia. Para rasul itu adalah orang-orang yang mendapatkan bayyinat (penjelasan-penjelasan) dari Allah, dan kepada mereka diturunkan al-kitab dan timbangan (al-mizan). Mereka mendapat tugas dari Allah untuk menegakkan wajah umat manusia kepada Allah dengan penuh kesetimbangan dengan bekal kitabullah dan al-mizan yang diberikan kepadanya.

لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا رُسُلَنَا بِٱلۡبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلۡنَا مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَأَنزَلۡنَا ٱلۡحَدِيدَ فِيهِ بَأۡسٞ شَدِيدٞ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلۡغَيۡبِۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٞ [ الحـديد:25-]
Kami benar-benar telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa penjelasan-penjelasan dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan mizan supaya dapat menegakkan manusia dengan kesetimbangan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. [Al Hadid:25]
Ada setidaknya dua hal yang menjadi bekal bagi para rasul untuk menegakkan wajah umat manusia kepada Allah, yaitu kitabullah dan al-mizan. Tegaknya wajah seseorang kepada Allah ditentukan dengan kitabullah dan al-mizan dalam dirinya. Kesesuaian atau menyelisihi kitabullah menunjukkan lurus atau melesetnya wajahnya dalam menghadap kepada Allah, dan terbentuknya al-mizan menentukan kualitas penghadapan wajahnya kepada Allah.

Kitabullah Alquran merupakan tali yang berada ditangan Allah dan dipanjangkan hingga alam mulk berupa kitab yang bisa dibaca oleh setiap manusia. Dengan hati yang dibersihkan, kitab berupa benda yang dibaca itu akan bersambung dengan tali Allah yang berupa firman-Nya. setiap makhluk yang berkeinginan untuk menuju kepada Allah harus meniti tali tersebut hingga berjumpa dengan Allah pada hari kiamat kelak. Tanpa kitabullah, seseorang tidak akan dapat mengetahui jalan untuk mengenal Allah. Seluruh alam ciptaan dapat memalingkan perjalanan seseorang sehingga lalai untuk menempuh jalan yang benar.

Rasulullah SAW adalah pembawa penjelasan bagi setiap ayat yang ada dalam alquran. Tegaknya umat manusia dalam kesetimbangan hanya dapat terjadi dengan mengikuti rasulullah SAW dalam memahami alquran. Tanpa mengikuti rasulullah SAW, bahkan seseorang dapat tersesat dalam perjalanannya walaupun mengambil hujjah dari alquran. Setiap orang harus berusaha mengerti dan mengikuti sunnah rasulullah SAW.

Selain kitabullah, setiap orang harus berusaha memperoleh al-mizan yang diturunkan kepada rasul. Al-mizan yang paling utama adalah pemahaman tentang kebenaran (al-haqq). Yang menjadi timbangan pada hari akhir di hadapan Allah terhadap setiap manusia adalah pemahamannya tentang kebenaran.

وَٱلۡوَزۡنُ يَوۡمَئِذٍ ٱلۡحَقُّۚ فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ [ الأعراف:8-8]
Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (al-haqq), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. [Al A'raf:8]
Timbangan yang diukur pada hari pertemuan dengan Allah itu adalah berat ringannya al-haqq yang dimiliki oleh setiap makhluk.
Untuk menghadapi timbangan itu kelak, setiap manusia harus berusaha memiliki mizan yang benar dalam kehidupannya. Setiap orang harus berusaha membangun dirinya mengikuti tuntunan rasulullah SAW hingga terbangun sebuah timbangan yang benar di dalam jiwanya. Dengan terbangunnya mizan (timbangan) yang benar, seseorang akan dapat melihat bobot kebenaran dari segala sesuatu yang datang kepada dirinya.

Setiap kebenaran berdasarkan alquran akan memiliki bobot yang berat dalam pandangannya walaupun tampak remeh, dan segala sesuatu yang bathil akan bernilai ringan walaupun tampak megah. Tanpa timbangan yang benar, seseorang akan terjebak dalam bentuk-bentuk luar yang bernilai nisbi. Kebenaran bisa jadi hanya dianggap sesuatu yang remeh, sedangkan sesuatu yang bathil dianggap bernilai tinggi. Tanpa mizan yang benar, manusia mungkin akan mengikuti yang bathil dan menolak kebenaran, mudah diombang-ambing dengan desas-desus kekejian yang tersiar di antara umat. Orang-orang berilmu bakal tersesat dengan ilmu-ilmunya tanpa mizan yang benar. Ini adalah sebuah kebodohan yang harus dientaskan dengan membangun jiwa umat manusia hingga memiliki mizan yang terbentuk dari ittiba’ pada sunnah rasulullah SAW.

Kitabullah dan Al-Mizan

Makhluk dapat memperoleh manfaat dari kedua hal yang dibawa oleh seorang rasul berupa kitabullah dan al-mizan. Kitabullah akan memberikan ilmu untuk bekal perjalanan sehingga seseorang dapat menghadapkan wajah dengan lurus kepada Allah, tidak melenceng dari tuntunan, dan al-mizan meningkatkan kualitas jiwa hingga mempunyai kualitas jiwa yang benar untuk menimbang kebenaran. Kedua hal tersebut berkaitan dengan sangat erat.

Akan tetapi kadang-kadang kedua hal itu tidak berjalan seimbang. Iblis adalah makhluk yang mempunyai pengetahuan yang tinggi tetapi tidak memiliki mizan sehingga tidak mengetahui hakikat segala penciptaan. Iblis merupakan makhluk yang takabbur dalam kedudukannya yang tampak tinggi, meremehkan kebenaran yang dapat dikenal oleh seorang manusia. Iblis tampak tinggi kedudukannya karena pengetahuannya, akan tetapi tidak terbentuk kualitas jiwa yang memadai sehingga harus terlempar dari kedudukannya. Dengan keadaannya yang demikian, Iblis dapat menyesatkan manusia dengan cara menjadikannya seperti dirinya, sebagai makhluk yang cerdas akan tetapi memiliki kualitas yang salah.

Karena hal ini, pernikahan menjadi setengah bagian dari agama. Itu adalah sunnah rasulullah SAW yang sangat ditekankan dan menjadi setengah bagian dari agama. Agama tidak hanya membangun pengetahuan tetapi juga harus membangun kualitas diri dalam mizan yang tepat sesuai dengan jati dirinya dengan tuntunan rasulullah SAW. Pernikahan merupakan sarana untuk membina diri hingga ke jiwa, di mana batin dapat terhubung dengan batin pasangannya secara leluasa. Hal itu dapat membuka hakikat rahmaniah dan rahimiah Allah terhadap masing-masing, seiring dengan tumbuhnya mizan rahmaniah dan rahimiah yang ditumbuhkan dalam pernikahan. Hal itu akan membangun seluruh pondasi dan penguat bangunan al-mizan yang harus dimiliki setiap orang. Dengan memperoleh mizan yang tepat, seseorang akan diperlihatkan kepada hakikat-hakikat yang diperuntukkan baginya di segenap ufuk dan di dalam dirinya, yang akan menjadi bobot timbangannya kelak di hadapan Allah di hari akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar