Pencarian

Senin, 06 Juli 2020

Menemukan Kesenangan dari Sisi Allah


Allah memberikan kepada seluruh makhluk apa-apa yang diperlukan oleh makhluknya, baik pemberian berupa harta benda duniawi ataupun segala hakikat yang dicari sebagai kesenangan. Kedua hal tersebut diberikan tanpa sebuah hubungan yang tetap. Pemberian duniawi adalah kesenangan duniawi yang kadangkala tidak terkait dengan adanya pemberian hakikat di dalamnya, dan anugerah berupa hakikat diberikan kepada makhluk yang membutuhkan tanpa terkait dengan ada atau tidaknya atau jumlah wujud bendawi sebagai pemberian. Seseorang bisa menerima harta benda duniawi tanpa ada hakikat yang diterimanya sedikitpun, dan seseorang bisa menerima hakikat tanpa ada wujud bendawi sedikitpun, dan bisa jadi seseorang menerima anugerah harta duniawi bersama hakikat yang turun kepadanya bersama-sama. 

فَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَيۡءٖ فَمَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ [ الشور36] 

Maka segala sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan apa yang berada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal. [Ash-Shura:36] 

Banyak jenis ciptaan tergelar bagi makhluk. Allah menciptakan banyak hal dari sisi-Nya, dan banyak kebatilan yang dapat menyertainya. Segala sesuatu yang berasal dari sisi Allah mempunyai derajat yang lebih baik dan lebih kekal. Pemberian yang bersifat duniawi selalu mempunyai umur tertentu dan tidak akan dibawa ke alam kematian ataupun melampauinya, sedangkan segala sesuatu yang berasal dari sisi Allah akan bersifat abadi, bermanfaat baik untuk kehidupan dunia, alam barzakh, alam berbangkit maupun akhirat yang abadi. Hendaknya setiap manusia mencari kesenangan yang lebih hakiki sehingga tidak mengalami kerugian dalam kehidupannya yang abadi. 

Segala kesenangan yang hakiki tidak akan diberikan kepada orang-orang yang tidak menginginkannya. Hal itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Allah. Orang-orang beriman adalah orang-orang yang mendapatkan cahaya Allah di hatinya sehingga dapat memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, tidak hanya mempercayai apa yang dapat dilihat oleh indera jasadiahnya. Dengan keimanan yang diberikan ke hatinya, maka orang tersebut dapat bertawakkal kepada rabb-nya. Tawakkal merupakan sikap hati untuk menjadikan Allah sebagai wakil yang memutuskan segala sesuatu bagi dirinya. 

Langkah-langkah Menuju Tawakkal 


Ada banyak hal yang terkait dengan sikap tawakkal kepada rabb. Dosa-dosa besar, kekejian dan rasa marah menjadi penghalang-penghalang untuk dapat bertawakkal dengan benar. Sedangkan memenuhi seruan rabb, mendirikan shalat dan musyawarah dalam amr, dan menginfakkan apa-apa yang dirizkikan Allah kepadanya menjadi perbuatan-perbuatan yang mendorong tumbuhnya tawakkal kepada Allah. Pada akhirnya, tawakkal itu harus diwujudkan dalam sebuah usaha tolong menolong membela diri bilamana terjadi bughat atas mereka, bukan bersikap pasif membiarkan orang lain berbuat tanpa aturan. Parameter-parameter tersebut akan mengarahkan seseorang pada kesenangan yang abadi, dan bertindak dengan benar, menghindarkan seseorang dari tujuan-tujuan duniawi. 

وَٱلَّذِينَ يَجۡتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡفَوَٰحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُواْ هُمۡ يَغۡفِرُونَ [ الشورى:37] 

Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. [Ash-Shura:37] 

وَٱلَّذِينَ ٱسۡتَجَابُواْ لِرَبِّهِمۡ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَمۡرُهُمۡ شُورَىٰ بَيۡنَهُمۡ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ [ الشورى:38] 

Dan (bagi) orang-orang yang menjawab seruan rabb-nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka dimusyawarahkan di antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. [Ash-Shura:38] 

وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَابَهُمُ ٱلۡبَغۡيُ هُمۡ يَنتَصِرُونَ [ الشورى:39] 

Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan bughat mereka membela diri. [Ash-Shura:39] 

Langkah awal orang yang hendak bertawakkal adalah menghindari dosa-dosa besar dan kekejian-kekejian, serta memberikan maaf bilamana marah. Dengan bersihnya hati seseorang dari hal-hal tersebut, maka seseorang akan lebih mudah untuk menjawab seruan rabb-nya, mendirikan shalat dan berbagi urusan dengan sahabat-sahabat dalam perjalanan mereka. 

Menghindari Dosa Besar 


Memahami persoalan dosa besar dan menghindarinya merupakan langkah pertama agar seseorang dapat bertawakkal kepada Allah. Langkah ini akan mengawali perbuatan tawakkal dalam bentuk perjuangan tolong-menolong membela diri melawan bughat terhadap mereka, setelah melalui beberapa tahapan yang lain. 

Dosa besar adalah bughat yang direncanakan syaitan bagi manusia yang kadang-kadang menjalar di antara manusia tanpa diketahui. Riba misalnya, telah menjerat hampir seluruh manusia dalam sebuah penghisapan kesejahteraan, tanpa diketahui oleh manusia walaupun merasakannya. Setiap orang yang memiliki uang telah terjerat dalam riba karena ada suatu entitas yang melakukan pengambilan riba dari setiap uang yang beredar. Setiap orang telah bekerja untuk memberikan keuntungan bagi penerbit uang. Lebih dari hal itu, sebenarnya ada pihak-pihak yang berusaha menggadaikan leher masyarakat bangsa untuk sebuah kalung perbudakan melalui uang hutang. Sedemikian massif riba menjerat manusia tanpa banyak orang mengetahui. Orang yang memandang uang fiat sebagai haram tidak dapat berbuat lain kecuali menggunakannya karena tidak ada cara lain yang bisa digunakan, sedangkan banyak orang menilainya munafik karena mengharamkan tetapi tetap menggunakannya, dan banyak yang menyarankannya agar berpikir lebih baik dengan pikiran waras. 

Dosa besar lain ditujukan oleh syaitan bagi orang-orang yang lebih jahat. Syirik dan sihir misalnya, diajarkan syaitan bagi orang-orang yang jahat untuk mengabdi kepada syaitan. Mungkin syirik dan sihir tidak banyak terlihat di jaman moderen, akan tetapi sebenarnya banyak orang yang menggunakannya secara sembunyi-sembunyi untuk memperjuangkan kepentingan mereka sendiri. Sebagian orang musyrik yang dianggap tidak bernilai bagi syaitan akan menjadi tumbal atas perbuatan mereka sendiri, sedangkan orang yang benar-benar jahat akan dipertahankan keberadaan mereka di muka bumi untuk kepentingan syaitan. Di akhirat, dan sebenarnya di dunia juga, mereka tidak akan mendapatkan keselamatan. 

Tidak hanya bagi orang jahat, syaitan pun membuat perbuatan dosa besar bagi orang-orang yang baik. Seluruh lapisan masyarakat dapat diselewengkan untuk berbuat dosa besar. Orang yang memelihara anak yatim akan digoda untuk memakan harta anak yang dipeliharanya. Lebih lanjut orang-orang berwawasan luas akan diselewengkan untuk melakukan qadzaf terhadap mukminat yang menjaga dirinya. Wanita pada sisi hakiki merupakan sebuah sumber terbitnya hakikat,  qurrata ‘ain bagi laki-laki. Qadzaf biasa dengan menggunakan sihir tidak akan dapat dilakukan karena seorang mukminat yang menjaga diri akan mendapatkan penjagaan dari para malaikat. Wanita demikian hanya dapat terkena qadzaf melalui ilmu malaikat yang lain, yaitu ilmu pengasihan malaikat Harut dan Marut ataupun turunannya. Sekalipun misalnya ilmu itu terlihat bersih, ilmu itu tidak bermanfaat bagi manusia dan syaitan dapat menggunakannya untuk memecah belah manusia melalui orang yang menguasai ilmu tersebut. Kelak, sebagaimana para pelaku riba, pelaku dosa besar jenis ini akan diperangi oleh Allah dan rasul-Nya bila tidak bertaubat dari dosanya. 

وَإِذۡ زَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ ٱلۡيَوۡمَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَإِنِّي جَارٞ لَّكُمۡۖ فَلَمَّا تَرَآءَتِ ٱلۡفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّنكُمۡ إِنِّيٓ أَرَىٰ مَا لَا تَرَوۡنَ إِنِّيٓ أَخَافُ ٱللَّهَۚ وَٱللَّهُ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ [ الأنفال:48-48] 

Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah". Dan Allah sangat keras siksa-Nya. [Al Anfal:48] 

Ayat tersebut menerangkan konsekuensi ayat sebelumnya tentang orang-orang yang telah keluar dari kampung halaman, sedangkan keadaan mereka megah dan mereka ingin terpandang di antara manusia, maka mereka kemudian menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Di antara jenis orang-orang yang telah keluar dari kampung halaman adalah orang-orang yang terbiasa berjalan di alam selain dunia berupa alam-alam malakut. Di antara mereka, ada orang-orang yang berangkat dari pelaksanaan ajaran syariat untuk menahan hawa nafsu diri atau keluar dari kampung halaman, akan tetapi ada sesuatu yang membuatnya terselewengkan baik sengaja karena ada keinginan yang menyeleweng ataupun menyeleweng karena usaha syaitan menyelewengkan melalui celah kecerobohannya. 

وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَٰرِهِم بَطَرٗا وَرِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطٞ [ الأنفال:47-47] 

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan. [Al Anfal:47] 

Orang yang mempunyai keinginan menyeleweng akan berada di atas penyimpangan, sedangkan  mereka memandang pekerjaan mereka indah.  Orang-orang yang ingin menyeleweng itulah yang akan diperangi Allah dan rasul-Nya. Orang beriman yang terbujuk syaitan diseru untuk tidak menyerupai orang-orang yang menyeleweng dengan jalan tersebut. Hendaknya setiap orang taat kepada Allah dan rasul-Nya. Orang yang menempuh ajaran itu harus benar-benar taat kepada Allah dan rasul-Nya agar selamat, mentaati Alquran dan sunnah rasulullah SAW dengan seksama agar tidak terjatuh dalam perbuatan dosa besar.  Mendahulukan akalnya sendiri ataupun seluruh inderanya ketika bertentangan dengan firman Allah dan sunnah rasulullah akan menggelincirkan manusia pada perbuatan dosa, hingga kadang terjadi perbuatan dosa besar. Setiap orang harus berusaha memahami Alquran dan sunnah rasulullah SAW sesuai dengan kehendak Allah, tidak boleh melakukan usaha memperoleh pemahaman dengan rekayasa untuk keuntungan dirinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar