Dan orang-orang Yahudi berkata:
"Orang-orang Nasrani itu tidak berada di atas sesuatu (dasar)", dan
orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak berada di atas
sesuatu (dasar)," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian
pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu.
Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa
yang mereka berselisih padanya. (QS Al-Baqarah :113).
Ayat tersebut bercerita tentang kaum yang
berselisih padahal membaca kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi, yaitu kaum
yahudi dan nasrani dan kaum (muslimin) yang tidak mempunyai pengetahuan yang
mengikuti Yahudi dan Nasrani. Kaum yahudi mengatakan bahwa kaum nasrani tidak
berada di atas sesuatu dasar yang benar. Demikian pula kaum nasrani mengatakan
bahwa kaum yahudi tidak berada di atas suatu dasar yang benar. Hal demikian
terjadi padahal kedua kaum itu masing-masing membaca alkitab yang diturunkan
kepada nabi-nabi.
Demikian pula hal tersebut akan menimpa kaum
yang tidak mempunyai pengetahuan, padahal kaum itu membaca alquran. Perselisihan
dalam memahami kitab suci adalah sebuah indikasi bahwa kaum itu merupakan kaum
yang tidak mengetahui maksud yang terkandung dalam kitab suci, sehingga saling menuduh satu dengan yang lain sebagai
orang-orang yang tidak mempunyai dasar dalam menentukan pendapatnya. Allah
kelak akan menghakimi perselisihan yang terjadi
di antara mereka.
Umat rasulullah SAW akan mengalami hal buruk yang telah
menimpa umat-umat sebelum rasulullah diutus. Mereka akan mengikuti sunnah
orang-orang sebelum rasulullah datang sejengkal demi sejengkal, sehasta demi
sehasta, hingga seandainya orang-orang sebelum islam itu masuk ke dalam lubang biawak
maka umat islam akan mengikutinya. Orang-orang yang diikuti umat muslim adalah
yahudi dan nashara.
Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Sungguh kalian pasti akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kamu,
jengkal demi jengkal, hasta demi hasta sehingga seandainya mereka masuk kedalam
lubang biawak, kalian pasti akan memasukinya (juga). Para shahabat bertanya :
"Wahai Rasulullah, Yahudi dan Nashara-kah?". Beliau menjawab : "Siapa
lagi ?" [HR Bukhari dan Muslim no.
2669]
Kaum muslimin saat ini boleh dikatakan telah ditimpa
penyakit yang menimpa kaum yahudi dan nashara. Suatu kaum menganggap kaum yang
lain tidak berpegang pada kitab suci dengan benar, atau kaum yang lain
menyelisihi kitab suci, atau kaum yang lain tidak memahami kitab suci dan
tuntunan rasul dengan benar. Masing-masing golongan merasa bahwa mereka
merupakan orang yang paling benar dalam mengikuti tuntunan agama berupa kitab
alquran dan sunnah rasulullah SAW. Mereka itulah yang dikatakan sebagai kaum
yang mengikuti umat sebelum mereka, yaitu yahudi dan nashara.
Hal itu menunjukkan satu hal yang dengan tegas dikatakan
oleh alquran dengan kalimat : Demikian
pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Alquran
menjelaskan bahwa mereka yang mengikuti perilaku perselisihan orang-orang
yahudi dan nashara itu adalah orang-orang yang tidak mengetahui. Golongan yang
merasa paling benar dan paling memahami dan mengikuti sunnah dan kitab suci hanya
dapat muncul karena tidak adanya pengetahuan yang dimiliki.
Bahkan bila kelak umat yahudi dan nashara memasuki liang
biawak, mereka akan mengikutinya. Itu salah satu penyakit yang akan diikuti
oleh sebagian umat islam, sebagaimana telah diceritakan oleh rasulullah SAW.
Ketika dunia semakin memburuk tidak berketuhanan, sebagian umat muslimin yang
tidak mempunyai pengetahuan bakal mengikuti perilaku kaum yahudi dan nashara,
bahkan bila mereka masuk ke lubang biawak sekalipun.
Kaum yang membaca kitab tetapi tidak mempunyai
pengetahuan dapat muncul karena kelemahan akal yang menimpa kaum muslimin. Kelemahan
akal yang menimpa sebagian umat rasulullah ini telah beliau ceritakan dalam
sebuah hadits. Rasulullah
SAW menyampaikan tentang akan bangkitnya kaum yang keluar dari islam walaupun
kaum itu merupakan kaum yang membaca alquran, yang karenanya banyak manusia
akan tertipu menjadi pengikut Dajjal.
Dari Ali r.a berkata, aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda : di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal.
Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia
terbaik. Mereka membaca alquran tetapi tidak melampaui kerongkongannya. Mereka
keluar dari islam sebagaimana anak panah terlepas dari busurnya. Apabila kalian
bertemu dengan mereka maka perangilah mereka, karena memerangi mereka berpahala
di sisi Allah pada berdirinya as-sa’ah (HR Muslim)
Pembicaraan di antara kaum yang lemah akal itu adalah
pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia terbaik. Mereka membaca
alquran tetapi bacaan alquran itu tidak melampaui kerongkongan mereka, tidak
mengubah keadaan hati yang berada di dalam dada. Tanpa akal yang baik,
perkataan dari manusia terbaik menjadi bermakna tidak sesuai dengan yang
diajarkan agama. Begitu pula bacaan Alquran tanpa akal yang baik hanya akan
menjadi hiasan di kepala, tidak mengubah yang di dalam dada.
Dengan bacaan kitab tanpa mengetahui isinya, suatu kaum
membuat perselisihan dengan kaum yang lain berdasarkan bacaan kitabnya.
Kadangkala perselisihan itu hingga membawa suatu kaum mengatakan bahwa suatu
kaum yang lain keluar dari islam, mengatakan demikian tanpa suatu petunjuk yang
benar. Hendaknya setiap kaum berhati-hati untuk mengatakan hal yang demikian
karena tuduhan itu akan kembali kepada dirinya bila ternyata tuduhan itu tidak
benar.
Dari Abdullah
bin 'Umar Radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
: Siapa yang berkata kepada saudaranya : “Wahai kafir”, berarti telah kembali
kepada salah satu dari keduanya” [Hadits Riwayat Bukhari- Muslim]
Bila hal demikian terjadi, hendaknya setiap orang memeriksa
keadaan dirinya apakah dirinya hanya mengikuti orang-orang yang tidak mempunyai
pengetahuan, atau bahkan dirinya termasuk kaum yang keluar dari islam
sebagaimana telah disampaikan rasulullah SAW, sementara dirinya merasa telah
mengikuti perkataan orang-orang terbaik dan membaca alquran dengan benar.
Sikap Hanif merupakan pangkal dari tumbuhnya akal untuk
memahami alquran dan petunjuk para nabi dan Rasulullah SAW dengan benar. Hanya
dengan sikap hanif sebagaimana dicontohkan oleh nabi Ibrahim seseorang dapat
mempunyai pengetahuan yang benar tentang kitab yang diturunkan kepada para
nabi. Fanatisme buta terhadap sebuah ajaran boleh jadi bakal menyeret seseorang
mendekati atau menjadi kaum khawarij.
Pemahaman
dalam beragama harus berangkat dari sikap hanif, berupa sikap tulus dalam
berusaha sungguh-sungguh mengenal kebenaran
dan melakukan amal berdasar kebenaran dari segala sesuatu yang hadir dalam
semesta dirinya. Ayat-ayat qauliyah harus dipahami dengan hati bersih, dipahami
selaras dengan ayat-ayat kauniyah yang hadir. Doktrin-doktrin kebenaran yang
diterima tanpa sebuah sikap hanif boleh jadi akan melontarkan seseorang keluar
dari Islam sebagaimana anak panah terlempar dari busurnya, sementara dirinya
merasa sebagai seorang pejuang untuk agama.
Alquran
merupakan kitab semesta dari sang Khalik yang menjangkau alam jasadiah,
diturunkan kepada Rasulullah SAW agar menjadi pedoman bagi seluruh makhluk
untuk mengenal Allah SWT dan beramal sesuai kehendak-Nya. Tidak ada makhluk
yang dapat memahami secara sempurna isi Alquran kecuali Rasulullah SAW. Setiap
makhluk mempunyai bagian tersendiri dari ayat-ayat alquran dalam setiap waktu
yang menjelaskan seluruh aspek kehidupan dirinya dan memberikan petunjuk bagi
amal-amal dirinya. Perselisihan dalam memahami alquran hanya terjadi karena
tidak adanya pengetahuan tentang kandungan Alquran yang sebenarnya. Perbedaan
pengetahuan alquran oleh setiap hambanya hanya menunjukkan perbedaan sudut pandang
setiap hamba, tidak menunjukkan perselisihan kandungan Alquran.
Alquran merupakan
tali Allah yang salah satu ujungnya
berada di tangan manusia, sedangkan ujung lain berada dalam genggaman Allah.
Allah menarik hamba yang dikehendaki-Nya menuju kepada-Nya dengan Alquran.
Manusia yang ditarik kepada-Nya akan mendapatkan pembersihan dari dosa-dosa,
perbaikan sifat-sifat sesuai dengan asma Allah, dan akalnya akan disempurnakan
sehingga dapat memahami kitab Allah. Pemahaman dan pembacaan Alquran oleh
manusia yang akalnya disempurnakan akan dapat menyatukan hati-hati para manusia
hingga mereka berkasih sayang satu dengan yang lain sebagai saudara.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
'Sesungguhnya Al-Qur'an ini ujungnya ada di tangan Allah dan ujung satunya lagi
ada di tangan kalian. Maka berpegang teguhlah kalian dengan Al-Qur'an, sebab
kalian tidak akan sesat dan tidak akan binasa selama-lamanya selama kalian
berpegang teguh dengannya" [Shahih Targhib wa Tarhib 1/93/35]
Kaum yang bercerai
berai memperselisihkan alquran merupakan pertanda bahwa pembacaan alquran bagi
mereka itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak mempunyai pengetahuan,
atau orang-orang yang menjual kebenaran dengan harga yang sedikit. Pembacaan
ayat alquran yang datang dari Allah akan membangun persatuan umat manusia dan
persaudaraan. Walaupun mungkin orang-orang yang mendengarnya harus melalui
pembersihan hati, akan tetapi akan tetap terlihat bahwa pembacaan ayat itu akan
mengarah pada persatuan umat manusia.
Dalam memahami
alquran, perselisihan tidak boleh dilakukan. Seseorang diperintahkan untuk
mengamalkan apa yang diketahuinya dan meninggalkan apa yang tidak diketahuinya,
hingga dirinya mengetahuinya. Tidak perlu seseorang mendebat pemahaman yang
berbeda dengan pemahaman dirinya terhadap alquran. Perintahnya adalah
mengamalkan apa yang telah dirinya ketahui dan meninggalkan apa yang belum
diketahuinya, hingga datang pengetahuan tentang ayat itu.
beberapa Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang
duduk-duduk di dekat rumah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallm, tiba-tiba di
antara mereka ada yang menyebutkan salah satu dari ayat al-Qur-an, lantas
mereka bertengkar sehingga semakin keras suara mereka, lalu Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dalam keadaan marah dan merah mukanya,
sambil melemparkan kerikil dan bersabda: Tenanglah wahai kaumku! Sesungguhnya
cara seperti ini (bertengkar) telah membinasakan umat-umat sebelum kalian,
yaitu mereka menyelisihi para Nabi mereka serta mereka ber-pendapat bahwa
sebagian isi kitab itu bertentangan sebagian isi kitab yang lain. Ingat!
Sesungguhnya al-Quran tidak turun untuk mendustakan sebagian dengan sebagian
yang lainnya, bahkan ayat-ayat al-Quran sebagian membenarkan sebagian yang
lainnya. Karena itu amalkanlah apa yang telah kalian ketahui darinya, dan
tinggalkanlah apa yang kalian tidak ketahui darinya hingga kalian mengetahuinya.”
HR. Ahmad (II/195, 196)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar