Pencarian

Rabu, 28 Desember 2016

Berselisih dalam Membaca Kitab Suci

Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak berada di atas sesuatu (dasar)", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak berada di atas sesuatu (dasar)," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. (QS Al-Baqarah :113).

Ayat tersebut bercerita tentang kaum yang berselisih padahal membaca kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi, yaitu kaum yahudi dan nasrani dan kaum (muslimin) yang tidak mempunyai pengetahuan yang mengikuti Yahudi dan Nasrani. Kaum yahudi mengatakan bahwa kaum nasrani tidak berada di atas sesuatu dasar yang benar. Demikian pula kaum nasrani mengatakan bahwa kaum yahudi tidak berada di atas suatu dasar yang benar. Hal demikian terjadi padahal kedua kaum itu masing-masing membaca alkitab yang diturunkan kepada nabi-nabi.

Demikian pula hal tersebut akan menimpa kaum yang tidak mempunyai pengetahuan, padahal kaum itu membaca alquran. Perselisihan dalam memahami kitab suci adalah sebuah indikasi bahwa kaum itu merupakan kaum yang tidak mengetahui maksud yang terkandung dalam kitab suci, sehingga  saling menuduh satu dengan yang lain sebagai orang-orang yang tidak mempunyai dasar dalam menentukan pendapatnya. Allah kelak akan menghakimi perselisihan yang terjadi  di antara mereka.

Umat rasulullah SAW akan mengalami hal buruk yang telah menimpa umat-umat sebelum rasulullah diutus. Mereka akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum rasulullah datang sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya orang-orang sebelum islam itu masuk ke dalam lubang biawak maka umat islam akan mengikutinya. Orang-orang yang diikuti umat muslim adalah yahudi dan nashara.

Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:  Sungguh kalian pasti akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kamu, jengkal demi jengkal, hasta demi hasta sehingga seandainya mereka masuk kedalam lubang biawak, kalian pasti akan memasukinya (juga). Para shahabat bertanya : "Wahai Rasulullah, Yahudi dan Nashara-kah?". Beliau menjawab : "Siapa lagi ?" [HR  Bukhari dan Muslim no. 2669]

Kaum muslimin saat ini boleh dikatakan telah ditimpa penyakit yang menimpa kaum yahudi dan nashara. Suatu kaum menganggap kaum yang lain tidak berpegang pada kitab suci dengan benar, atau kaum yang lain menyelisihi kitab suci, atau kaum yang lain tidak memahami kitab suci dan tuntunan rasul dengan benar. Masing-masing golongan merasa bahwa mereka merupakan orang yang paling benar dalam mengikuti tuntunan agama berupa kitab alquran dan sunnah rasulullah SAW. Mereka itulah yang dikatakan sebagai kaum yang mengikuti umat sebelum mereka, yaitu yahudi dan nashara.

Hal itu menunjukkan satu hal yang dengan tegas dikatakan oleh alquran dengan kalimat : Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Alquran menjelaskan bahwa mereka yang mengikuti perilaku perselisihan orang-orang yahudi dan nashara itu adalah orang-orang yang tidak mengetahui. Golongan yang merasa paling benar dan paling memahami dan mengikuti sunnah dan kitab suci hanya dapat muncul karena tidak adanya pengetahuan yang dimiliki.

Bahkan bila kelak umat yahudi dan nashara memasuki liang biawak, mereka akan mengikutinya. Itu salah satu penyakit yang akan diikuti oleh sebagian umat islam, sebagaimana telah diceritakan oleh rasulullah SAW. Ketika dunia semakin memburuk tidak berketuhanan, sebagian umat muslimin yang tidak mempunyai pengetahuan bakal mengikuti perilaku kaum yahudi dan nashara, bahkan bila mereka masuk ke lubang biawak sekalipun.

Kaum yang membaca kitab tetapi tidak mempunyai pengetahuan dapat muncul karena kelemahan akal yang menimpa kaum muslimin. Kelemahan akal yang menimpa sebagian umat rasulullah ini telah beliau ceritakan dalam sebuah hadits. Rasulullah SAW menyampaikan tentang akan bangkitnya kaum yang keluar dari islam walaupun kaum itu merupakan kaum yang membaca alquran, yang karenanya banyak manusia akan tertipu menjadi pengikut Dajjal.

Dari Ali r.a berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia terbaik. Mereka membaca alquran tetapi tidak melampaui kerongkongannya. Mereka keluar dari islam sebagaimana anak panah terlepas dari busurnya. Apabila kalian bertemu dengan mereka maka perangilah mereka, karena memerangi mereka berpahala di sisi Allah pada berdirinya as-sa’ah (HR Muslim)

Pembicaraan di antara kaum yang lemah akal itu adalah pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia terbaik. Mereka membaca alquran tetapi bacaan alquran itu tidak melampaui kerongkongan mereka, tidak mengubah keadaan hati yang berada di dalam dada. Tanpa akal yang baik, perkataan dari manusia terbaik menjadi bermakna tidak sesuai dengan yang diajarkan agama. Begitu pula bacaan Alquran tanpa akal yang baik hanya akan menjadi hiasan di kepala, tidak mengubah yang di dalam dada.

Dengan bacaan kitab tanpa mengetahui isinya, suatu kaum membuat perselisihan dengan kaum yang lain berdasarkan bacaan kitabnya. Kadangkala perselisihan itu hingga membawa suatu kaum mengatakan bahwa suatu kaum yang lain keluar dari islam, mengatakan demikian tanpa suatu petunjuk yang benar. Hendaknya setiap kaum berhati-hati untuk mengatakan hal yang demikian karena tuduhan itu akan kembali kepada dirinya bila ternyata tuduhan itu tidak benar.

Dari Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang berkata kepada saudaranya : “Wahai kafir”, berarti telah kembali kepada salah satu dari keduanya” [Hadits Riwayat Bukhari- Muslim]

Bila hal demikian terjadi, hendaknya setiap orang memeriksa keadaan dirinya apakah dirinya hanya mengikuti orang-orang yang tidak mempunyai pengetahuan, atau bahkan dirinya termasuk kaum yang keluar dari islam sebagaimana telah disampaikan rasulullah SAW, sementara dirinya merasa telah mengikuti perkataan orang-orang terbaik dan membaca alquran dengan benar.

Sikap Hanif merupakan pangkal dari tumbuhnya akal untuk memahami alquran dan petunjuk para nabi dan Rasulullah SAW dengan benar. Hanya dengan sikap hanif sebagaimana dicontohkan oleh nabi Ibrahim seseorang dapat mempunyai pengetahuan yang benar tentang kitab yang diturunkan kepada para nabi. Fanatisme buta terhadap sebuah ajaran boleh jadi bakal menyeret seseorang mendekati atau menjadi kaum khawarij.

Pemahaman dalam beragama harus berangkat dari sikap hanif, berupa sikap tulus dalam berusaha sungguh-sungguh  mengenal kebenaran dan melakukan amal berdasar kebenaran dari segala sesuatu yang hadir dalam semesta dirinya. Ayat-ayat qauliyah harus dipahami dengan hati bersih, dipahami selaras dengan ayat-ayat kauniyah yang hadir. Doktrin-doktrin kebenaran yang diterima tanpa sebuah sikap hanif boleh jadi akan melontarkan seseorang keluar dari Islam sebagaimana anak panah terlempar dari busurnya, sementara dirinya merasa sebagai seorang pejuang untuk agama.

Alquran merupakan kitab semesta dari sang Khalik yang menjangkau alam jasadiah, diturunkan kepada Rasulullah SAW agar menjadi pedoman bagi seluruh makhluk untuk mengenal Allah SWT dan beramal sesuai kehendak-Nya. Tidak ada makhluk yang dapat memahami secara sempurna isi Alquran kecuali Rasulullah SAW. Setiap makhluk mempunyai bagian tersendiri dari ayat-ayat alquran dalam setiap waktu yang menjelaskan seluruh aspek kehidupan dirinya dan memberikan petunjuk bagi amal-amal dirinya. Perselisihan dalam memahami alquran hanya terjadi karena tidak adanya pengetahuan tentang kandungan Alquran yang sebenarnya. Perbedaan pengetahuan alquran oleh setiap hambanya hanya menunjukkan perbedaan sudut pandang setiap hamba, tidak menunjukkan perselisihan kandungan Alquran.

Alquran merupakan tali Allah  yang salah satu ujungnya berada di tangan manusia, sedangkan ujung lain berada dalam genggaman Allah. Allah menarik hamba yang dikehendaki-Nya menuju kepada-Nya dengan Alquran. Manusia yang ditarik kepada-Nya akan mendapatkan pembersihan dari dosa-dosa, perbaikan sifat-sifat sesuai dengan asma Allah, dan akalnya akan disempurnakan sehingga dapat memahami kitab Allah. Pemahaman dan pembacaan Alquran oleh manusia yang akalnya disempurnakan akan dapat menyatukan hati-hati para manusia hingga mereka berkasih sayang satu dengan yang lain sebagai saudara.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 'Sesungguhnya Al-Qur'an ini ujungnya ada di tangan Allah dan ujung satunya lagi ada di tangan kalian. Maka berpegang teguhlah kalian dengan Al-Qur'an, sebab kalian tidak akan sesat dan tidak akan binasa selama-lamanya selama kalian berpegang teguh dengannya" [Shahih Targhib wa Tarhib 1/93/35]


Kaum yang bercerai berai memperselisihkan alquran merupakan pertanda bahwa pembacaan alquran bagi mereka itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak mempunyai pengetahuan, atau orang-orang yang menjual kebenaran dengan harga yang sedikit. Pembacaan ayat alquran yang datang dari Allah akan membangun persatuan umat manusia dan persaudaraan. Walaupun mungkin orang-orang yang mendengarnya harus melalui pembersihan hati, akan tetapi akan tetap terlihat bahwa pembacaan ayat itu akan mengarah pada persatuan umat manusia.

Dalam memahami alquran, perselisihan tidak boleh dilakukan. Seseorang diperintahkan untuk mengamalkan apa yang diketahuinya dan meninggalkan apa yang tidak diketahuinya, hingga dirinya mengetahuinya. Tidak perlu seseorang mendebat pemahaman yang berbeda dengan pemahaman dirinya terhadap alquran. Perintahnya adalah mengamalkan apa yang telah dirinya ketahui dan meninggalkan apa yang belum diketahuinya, hingga datang pengetahuan tentang ayat itu.


beberapa Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang duduk-duduk di dekat rumah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallm, tiba-tiba di antara mereka ada yang menyebutkan salah satu dari ayat al-Qur-an, lantas mereka bertengkar sehingga semakin keras suara mereka, lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dalam keadaan marah dan merah mukanya, sambil melemparkan kerikil dan bersabda: Tenanglah wahai kaumku! Sesungguhnya cara seperti ini (bertengkar) telah membinasakan umat-umat sebelum kalian, yaitu mereka menyelisihi para Nabi mereka serta mereka ber-pendapat bahwa sebagian isi kitab itu bertentangan sebagian isi kitab yang lain. Ingat! Sesungguhnya al-Quran tidak turun untuk mendustakan sebagian dengan sebagian yang lainnya, bahkan ayat-ayat al-Quran sebagian membenarkan sebagian yang lainnya. Karena itu amalkanlah apa yang telah kalian ketahui darinya, dan tinggalkanlah apa yang kalian tidak ketahui darinya hingga kalian mengetahuinya.” HR. Ahmad (II/195, 196)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar