Pencarian

Kamis, 24 Agustus 2017

Alquran dan Pemahaman Akal

Akal

Manusia adalah makhluk Allah yang sangat unik, diciptakan di alam dunia dengan sifat jasadiah yang hina akan tetapi diberikan akal yang mempunyai kemampuan untuk  terhubung dengan Allah. Pada waktu penciptaan manusia, para malaikat muqarrabun mempertanyakan fungsi manusia sebagai khalifah Allah karena mereka mengetahui perilaku makhluk yang diciptakan dari tanah. Bahkan salah satu di antara yang hadir dalam sidang itu harus terhempas menjadi makhluk yang sangat hina karena mempertahankan pendapatnya (selain sebab lainnya). Manusia diciptakan dari tanah, tetapi ada sebuah entitas lain dari manusia yang menjadi rahasia di mata para malaikat muqarrabun tetapi diketahui Allah. Entitas  itu adalah akal.

Akal berasal dari bahasa arab ‘aql.  'aql secara bahasa berarti ikatan,  kekang, tali kendali, dan pemahaman terhadap sesuatu. Orang yang menggunakan akalnya adalah orang-orang yang berusaha menjalin hubungan dengan Allah agar dirinya bisa melihat, mendengar dan memahami apa-apa yang Allah kehendaki bagi dirinya, sehingga dirinya berada dalam kendali Allah SWT. Akal adalah suatu entitas yang dikaruniakan Allah  kepada manusia agar manusia menjalin hubungan dengan diri-Nya.

Pertumbuhan akal

Entitas akal terdapat di dalam hati. Hal ini menunjukkan bahwa  akal tidak sama dengan logika yang terdapat di kepala. Logika akan selalu ada bersama dengan kehidupan jasad seseorang, baik anak kecil ataupun orang dewasa yang tidak gila, sedangkan akal hanya akan tumbuh bila hati (qalb) tumbuh pada diri seseorang.
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat menggunakan akal atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.(QS Al-Hajj :46)
Qalb akan tumbuh bila seseorang melakukan perjalanan di muka bumi. Seseorang harus memperhatikan alam sekitarnya dengan seksama, sehingga dirinya menyadari keseimbangan dan keteraturan yang terjadi di sekitarnya. Kesadaran tentang segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupannya, akan menumbuhkan qalb dalam diri seseorang. Qalb tidak akan tumbuh pada orang yang berdiam dalam ego dan kepentingan dirinya  sendiri tidak memperhatikan orang lain, atau orang yang hidup untuk memenuhi keinginan hawa nafsu dan syahwatnya sendiri.

Seseorang akan dapat menggunakan akal hanya jika  qalb telah tumbuh dalam dadanya. Qalb merupakan operating system dari akal, telinga dan mata yang terdapat dalam hati. Tanpa ada qalb pada diri seseorang, tidak akan tumbuh akal, telinga dan mata dalam hatinya. Dalam bahasa populer, mata dan telinga itu mungkin bisa disebut sebagai mata yang peduli, telinga yang peduli,  dan sebagainya, dalam batasan peduli dan perhatian yang sungguh-sungguh. Telinga, mata dan akal semacam inilah yang akan menjadikan manusia memiliki sarana untuk menjalin hubungan dengan Allah.

Boleh jadi seseorang dapat melihat, mendengar dan mempunyai kemampuan berpikir yang hebat, akan tetapi tanpa ada qalb yang tumbuh, orang itu sama dengan orang yang buta, tuli dan tidak berakal. Bukanlah mata itu yang buta tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada.  Tanpa qalb, seseorang tidak akan dapat membangun hubungan dengan Allah, dan mungkin manusia itu akan tumbuh sebagaimana yang dikhawatirkan oleh para malaikat muqarrabun ketika penciptaan manusia.

Fungsi dari qalb adalah untuk membangun akal sebagai sarana menjalin hubungan dengan Allah. Kepedulian terhadap masyarakat dan alam sekitar akan membuat jiwa seseorang terus berkembang, yaitu hanya bila dirinya menjalin hubungan kepada Allah. Tanpa menjalin hubungan kepada Allah, seseorang akan merasa bahwa menjalankan kebaikan adalah tugas yang semakin lama semakin bertambah berat. Dengan membangun hubungan dengan Allah, tantangan yang selalu  tumbuh akan diimbangi  dengan tumbuhnya fasilitas  berupa akal. 

Tanpa membangun akal dan mengandalkan diri sendiri, seseorang tidak akan berjalan menjadi lebih baik. Qalb benar-benar harus difungsikan untuk membangun akal, yaitu sarana berhubungan dengan Allah. Seseorang yang mempunyai qalb harus senantiasa mempertajam penglihatan hati dan pendengaran hatinya agar mampu menangkap apa yang menjadi kehendak Allah.
Kami telah menjadikan untuk isi neraka Jahanam, kebanyakan dari manusia dan jin. Mereka mempunyai hati (akal), tetapi tidak menggunakan akal dengannya. Mereka mempunyai mata, tetapi tidak digunakan untuk melihat. Mereka mempunyai telinga, tetapi tidak digunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti hewan ternak, bahkan lebih hina lagi, Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’râf : 179).
Dengan akal, seseorang dapat mengetahui apa-apa yang datang dari Allah sehingga menambah ilmu bagi dirinya. Hanya orang-orang yang berakal pada taraf tertentu saja yang dapat mengambil pelajaran (ad-dzikr) dari Allah, sehingga bisa mengetahui kebenaran yang diturunkan kepada seseorang dari Allah dan bisa membedakan dengan sesuatu yang tidak haq. Tanpa menggunakan akal, seseorang akan terjebak dalam kebutaan hati.
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu adalah kebenaran  (al-haqq) sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (QS Ar-Ra’d :19)
Mata dan telinga seseorang mempunyai batasan kepekaan. Seringkali keterbatasan pendengaran dan penglihatan itu menjerumuskan seseorang untuk mengambil kesimpulan yang salah. Akal yang berkembang akan memperkuat sensibilitas seseorang dalam memandang  dan mendengar perkara suatu masalah. Pada taraf tertentu, seseorang akan mengetahui dengan pasti segala hal yang diturunkan Allah kepada seseorang. Dengan kekuatan akal tertentu, seseorang akan benar-benar beriman kepada nabi tanpa harus bertemu dengan nabi. Dengan cara demikian pula Abu Bakar As-shidq benar-benar tidak mendustakan sedikitpun apa yang dikisahkan oleh nabi SAW  ketika Isra’ Mi’raj.

Penglihatan dan pendengaran orang-orang yang akalnya kuat mempunyai kualitas berbeda dengan orang-orang yang tidak berakal. Orang yang akalnya mencapai kedudukan lubb, atau ulul albab akan mendapatkan pelajaran berupa adz-dzikra. Mereka melihat dan mendengar hakikat-hakikat yang terdapat dalam segala sesuatu yang diturunkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Mereka adalah orang-orang yang dapat mengerti adz-dzikra yang terkandung dalam alquran,  yang diturunkan Allah dan terjaga keadaannya. Tidak ada yang dapat menyentuh Al-quran kecuali orang-orang yang disucikan, dan tidak memahami adz-dzikra kecuali orang yang telah menjadi ulul-albaab.

Alquran

Alquran adalah kitab yang diturunkan dari sisi Allah bagi seluruh makhluk. Allah tidak melepaskan Alquran dari tangan-Nya, dan memberikan salah satu ujungnya kepada manusia di alam dunia. Orang yang berpegang teguh kepada Alquran niscaya tidak akan celaka selamanya. Alquran adalah tali yang diturunkan kepada manusia sehingga manusia bisa berjalan menuju Allah dengan selamat.
Rasulullah SAW bersabda, "Maka bergembiralah kalian, karena Al-Qur'an ini satu ujungnya di tangan Allah, dan ujung yang lain ditangan kalian. Maka berpegang teguhlah dengannya, niscaya kalian tidak akan celaka selamanya". [HR. Thabrani no. 1539)
Alquran memberikan petunjuk kepada jalan yang paling lurus. Perjalanan manusia untuk kembali kepada Allah merupakan perjalanan yang sangat panjang, sulit dan penuh marabahaya. Akan sulit bagi seseorang untuk menempuh perjalanan itu tanpa berharap dan menjalin akal kepada Allah. Perlu waktu 50.000 tahun bagi manusia untuk menempuh perjalanan  di alam makhsyar, perjalanan yang sangat berat bagi seseorang agar bisa bertemu dengan rabb-nya. Akan tetapi alquran akan memberikan jalan yang paling lurus kepada manusia untuk bertemu rabb-Nya.

Akal manusia lah yang bisa menempuh perjalanan menuju Allah. Alquran adalah tali yang harus ditapaki manusia dengan akalnya. Alquranlah  yang akan menuntun manusia untuk mendapatkan jalan yang paling lurus menuju rabb-nya. Tanpa Alquran, manusia tidak akan mampu mendapatkan jalan, apalagi menempuhnya. Kalau menemukan jalan tanpa alquran, jalan itu hanya akan menipu manusia menuju tempat yang lain.

Alquran akan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal-amal shalihnya. Orang yang memahami alquran akan menemukan amal shalih yang harus dikerjakannya dari alquran, dan bila kemudian mengerjakan amal shalih yang ditentukan baginya, maka dia akan mendapatkan kabar tentang kedudukan dirinya di alam dunia dan di alam akhirat. Allah SWT akan menunjukkan tempat-tempat mi’raj (al-ma’arij) masing-masing.  Dengan amal shalih itu seseorang dapat berjalan dengan lebih singkat menuju rabb-nya, dan kelak di alam makhsyar  memerlukan perjalanan lebih singkat dari  50.000 tahun jika Allah menghendaki. Di sisi rabb-nya mereka akan mendapatkan pahala yang besar.
Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, [QS. Al-Israa' : 9]
Alquran adalah firman Allah yang berlaku abadi. Tidak ada satupun yang terjadi di suatu zaman tanpa terkait suatu petunjuk dari alquran. Alquran menerangkan setiap keadaan di setiap zaman, walaupun zaman selalu berubah-ubah. Alam semesta dan alquran keduanya adalah ayat Allah.  Alquran merupakan ayat Allah yang tertulis, sedangkan alam semesta adalah ayatnya yang terwujud. Penglihatan, pendengaran dan akal seseorang terhadap alam sekitarnya akan bernilai benar bila bersesuaian dengan Alquran, sebaliknya akan bernilai salah bila bertentangan dengan Alquran.  Kesesuaian atau pertentangan itu dapat dilihat oleh orang-orang yang dibersihkan. Semakin kuat akal seseorang, maka akan semakin jelas pemahamannya akan alquran.

Bila seseorang memahami Alquran, maka dirinya akan mengerti kehendak Allah atas zamannya itu. Seseorang  yang mengerti kehendak Allah bagi zamannya yang tersebut dalam Alquran harus menempatkan diri bersama dengan Alquran. Alquran akan menjelaskan keadaan dalam setiap zaman, dan keadaan setiap zaman akan terdapat penjelasannya dalam alquran. Bila seseorang memahami Alquran, dirinya akan melihat peredaran kitabullah pada jaman itu, maka seseorang harus menempatkan diri bersama dengan penjelasan kitabullah.
Hudzaifah berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Beredarlah kalian bersama Kitab Allah (Al-Qur'an) kemana saja ia beredar". [HR Hakim dalam Al-Mustadrak no. 2652)
Kegelapan dan bersinarnya suatu zaman akan tergantung pada pemahaman manusia akan alquran. Allah akan mengangkat derajat suatu kaum dengan alquran, dan merendahkan kaum yang lainnya dengan alquran. Suatu kaum akan terangkat derajatnya dengan memahami alquran dan akan rendah kedudukannya bila tidak memahami atau bertentangan dengan alquran. Kebangkitan peradaban umat manusia terletak pada pemahaman terhadap alquran.
Umar (bin Khaththab RA) berkata : Ketahuilah, sesungguhnya Nabi kalian SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya Allah mengangkat derajat beberapa kaum dengan Kitab Al-Qur'an ini, dan merendahkan kaum-kaum yang lain dengannya pula". [HR. Muslim juz 1, hal. 559] 
Alquran adalah kitab yang terjaga. Akan tetapi banyak orang yang tidak memahaminya. Hanya orang-orang yang disucikanlah yang dapat menyentuh dengan benar makna-makna dan nilai yang diterangkan dalam alquran. Orang yang tidak disucikan hanya dapat meraba-raba apa yang dimaksudkan dalam alquran, sedangkan orang yang disucikan akan mengerti apa yang sedang dijelaskan alquran dalam konteks kehidupan yang sedang dijalani. Pemahaman makna yang diperoleh oleh orang yang disucikan akan terangkum  dalam  ayat alquran  tidak akan berselisih dengan bunyi dzahirnya.
Maka apakah mereka tidak memperhatikan al Qur`an? Sekiranya al Qur`an itu bukan dari sisi Allah, tentu mereka sudah mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya”. [an Nisaa`/4 : 82]
Orang yang mengerti alquran berdasar pemahaman yang diturunkan dari sisi Allah akan melihat bahwa Alquran adalah kitab yang sempurna. Allah menurunkan pemahaman itu melalui akal. Sedangkan orang yang baru bisa meraba-raba ayat alquran akan menemukan pertentangan satu ayat dengan ayat yang lain. Orang yang mempertentangkan pemahamannya terhadap pemahaman orang lain, atau orang yang menemukan pertentangan ayat satu dengan yang lain menunjukkan bahwa dirinya belum memahami alquran. Bila pemahaman itu bukan dari sisi Allah, niscaya akan terdapat banyak pertentangan dijumpai  dalam alquran. Setiap orang bisa mendapatkan pemahaman yang berbeda terhadap satu ayat yang sama, akan tetapi pemahaman yang benar tidak akan saling bertentangan. Pemahaman ayat alquran yang berbeda hanya menunjukkan perbedaan sudut pandang, karena alquran mencakup segala spectrum makhluk.

Taghut

Kesucian hati adalah syarat mutlak untuk memahami alquran. Orang-orang yang mempunyai penyakit atau kotoran dalam hatinya tidak akan dapat menyentuh alquran. Apabila seseorang yang mempunyai penyakit hati berusaha mencari makna  alquran, sedikit atau banyak akan timbul sebuah pengertian yang tidak sesuai dengan pengertian yang dikehendaki Allah. Pengertian dari kitab suci yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki Allah itu disebut taghut. Penulis memohon agar tulisan ini terbebas dari taghut, akan tetapi tidak ada yang bisa menjamin bahwa tulisan ini terbebas dari taghut. Pembaca harus mencari sendiri pemahaman dari kitabullah dan menghayati apa yang tercantum dalam kitabullah agar terbebas dari taghut.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya (QS An-Nisaa : 60)
Orang yang disucikan akan melihat makna-makna yang terkandung dalam alquran sebagai petunjuk yang terang dalam kehidupannya, dan orang yang memiliki akal dalam derajat lubb akan melihat Al-haqq pada ayat-ayat alquran dan adz-dzikra di dalamnya. Orang yang belum memiliki kesucian hati akan melihat alquran dalam makna-makna dzahirnya. Ketika hawa nafsu dan keinginan dunia turut serta dalam memberi makna alquran, maka akan terlahir taghut. Orang menganggap bahwa pemahaman yang diperolehnya adalah sebuah kebenaran, akan tetapi sebenarnya terkandung kesesatan di dalamnya.

Dengan taghut inilah syaitan mengambil jalan untuk menyesatkan manusia. Alquran tidak akan tersentuh oleh syaitan ataupun manusia yang jahat yang berkeinginan menyesatkan manusia. Tidak ada yang dapat membengkokkan alquran hingga akhir zaman. Akan tetapi syaitan mampu menyesatkan manusia dengan taghut, yaitu pengertian kurang tepat dari Alquran yang disertai hawa nafsu dan syahwat manusia.

Muslimin diperintahkan menjauhi taghut. Alquran adalah petunjuk bagi setiap orang yang bertakwa. Dalam realita, kebanyakan umat islam zaman ini belum bertakwa, sehingga belum mempunyai kemampuan untuk melihat makna yang terkandung dalam ayat alquran yang memberi petunjuk hingga konteks kesehariannya. Kebanyakan muslimin baru sekadar mengikuti apa yang disampaikan oleh orang yang dianggap sebagai ulama. Dalam hal ini, manusia diperintahkan untuk tidak berhakim kepada taghut, yaitu dirinya wajib untuk mengambil pengertian yang paling dekat dengan makna yang bisa diketahuinya dari ayat alquran. Setiap orang tidak diperbolehkan mengambil pemahaman yang diketahuinya menyimpang dari ayat alquran, sedikitnya ataupun yang jelas menyimpang. Tidak mengambil  tidak berarti harus menolak karena boleh jadi dirinya belum memahaminya.

Taghut merupakan pijakan awal syaitan untuk menyimpangkan manusia dengan bacaaan kitab suci. Pada level lebih lanjut, syaitan akan menjadikan manusia beriman pada jibt dan taghut.  Syaitan bersama balatentaranya akan membuat perkataan-perkataan yang tidak mempunyai dasar dalam alquran,  jauh menyimpang dari firman Allah dan petunjuk nabi, dan bahkan bertentangan. Itu adalah al-jibt. Orang-orang yang terbiasa mengikuti taghut akan mempercayai bahwa al-jibt adalah kebenaran yang harus mereka pegang.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir, bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. (QS An-Nisaa : 51)
Orang-orang yang beriman kepada al-jibt dan taghut mempunyai ciri merasa sebagai orang-orang yang paling benar jalannya, bahkan merasa lebih benar dari orang-orang yang beriman.  Mereka mengatakan kepada orang-orang kafir bahwa mereka adalah orang yang paling benar jalannya. Terhadap orang beriman, mereka mencari-cari dan mempublikasi kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang beriman. Mereka merasa sebagai orang yang paling benar jalannya. Mereka menghalangi manusia untuk mengenal kebenaran dengan memperburuk citra orang-orang yang beriman, dan memaksa manusia untuk mengimani taghut mereka.

Mereka yang beriman hingga pada aljibt dan taghut adalah bagian dari orang-orang yang mendapatkan murka dari Allah.  Kesesatan telah menghinggapi mereka sehingga mereka mendustakan orang-orang yang beriman dan beriman kepada al-jibt dan taghut. Mereka tidak mampu melihat apa yang bernilai kebaikan dan hawa nafsu menjadikan mereka melihat diri sendiri sebagai orang yang paling benar jalannya.

Kebodohan itu adalah karena mereka tidak menghidupkan qalb di dalam dada mereka, dan memahami alquran dan petunjuk nabi berdasar hawa nafsunya.  Qalb, mata hati, telinga hati dan akal hanya akan tumbuh bila seseorang mempunyai perhatian dan kasih sayang kepada sekitar mereka. Bila kebenaran dipelajari dengan hawa nafsu, maka orang akan tersesat hingga mendapat murka Allah.
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak menggunakan akalnya. (QS Al-Anfaal:22)
Orang yang tidak menghidupkan qalb nya, yaitu orang yang memperhatikan hanya dirinya sendiri adalah makhluk yang seburuk-buruknya di sisi Allah.  Manusia perlu memperhatikan masyarakat dan lingkungan sekitarnya, dan membangun akal yang terhubung dengan Allah agar terlahir menjadi makhluk yang sebaik-baiknya. Seburuk-buruk makhluk inilah hal yang dahulu menghantui para malaikat muqarrabun, dan sebaik-baik makhluk adalah yang dikehendaki Allah atas manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar