Pencarian

Selasa, 22 Agustus 2017

Munafikin dan Kekuasaan Sinarki

Telah tiba masa yang diceritakan oleh rasulullah SAW tentang umat islam, di mana umat-umat di dunia akan mengerumuni umat islam dari seluruh penjuru seperti  memperebutkan makanan yang terhidang. Mereka memperebutkan segala sesuatu  yang ada di tangan umat islam, satu dengan yang lain saling bersekutu untuk merebutnya dari tangan umat islam.

Di wilayah timur tengah dan afrika, negara-negara islam yang tidak tunduk kepada kekuatan barat dihancurleburkan dengan pengacau-pengacau yang didatangkan oleh kekuatan tersembunyi, seperti iblis yang mendatangkan madlarat kepada manusia dengan cara tersembunyi.  Di wilayah Asia, negara-negara dengan penduduk mayoritas islam dijadikan sentra untuk menghasilkan barang-barang haram yang meracuni manusia dengan operasi yang rumit. Indonesia sebagai bangsa  dengan penduduk mayoritas muslimin  yang mampu merebut kemerdekaan dari bangsa kolonialis pun tidak lepas dari perebutan kekayaan oleh korporasi-korporasi multinasional. Semua usaha itu terjadi secara sinergis dilakukan oleh pihak-pihak yang berafiliasi pada sinarki internasional.
Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat  mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai buih yang mengambang di atas air. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278)
Perebutan atas umat islam itu terjadi bukan karena orang-orang islam sedikit. Orang-orang islam sangatlah banyak akan tetapi hal itu tidak membuat bangsa-bangsa takut untuk memperebutkan segala sesuatu yang ada di kalangan umat islam. Allah telah menghilangkan rasa takut dari hati musuh umat islam, dan mereka memandang umat islam sebagai umat yang lemah.

Pelemahan Umat Islam

Kelemahan yang menimpa umat islam adalah serupa dengan buih yang terombang-ambing di atas air. Buih adalah gelembung yang terbentuk pada waktu air yang mengandung kotoran dikacaukan. Buih  sulit terbentuk pada air yang bersih, dan tidak dapat bertahan bila tidak berpijak pada air.  Buih tidak mempunyai pijakan yang kokoh,  dan tidak mempunyai banyak kekuatan sehingga mereka hanya mengikuti gerakan sesuatu yang menjadi landasan mereka. Sekalipun banyak, buih tidak dapat menahan segala sesuatu yang datang kepada mereka.

Umat islam akan atau sedang ditimpa keadaan sebagaimana  keadaan buih. Orang-orang musyrik berusaha menciptakan golongan musyrikin dari kalangan muslimin sebagaimana disebutkan QS Arruum :32-33, dan orang musyrik dari golongan orang muslim mengaduk-aduk ajaran islam sehingga umat islam akan seperti buih. Syaitan memerintahkan untuk membuat perkataan-perkataan tentang Allah tanpa berdasar pengetahuan, maka mereka membuat-buat perkataan-perkataan itu  dan membuat kekacauan bagi umat islam. Sebagian (besar?) umat islam akan terpengaruh oleh hasil pengacauan akidah yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah.

Umat islam akan terpengaruh oleh ajaran itu. Dengan mengikuti ajaran itu,  umat islam tidak mempunyai pijakan yang kokoh dalam beragama sehingga Allah mencabut rasa takut dari hati musuhnya. Umat islam tidak akan berhasil membangun kekuatan di antara mereka karena mengikuti ajaran-ajaran itu, dan yang lebih buruk, umat islam akan ditimpa suatu penyakit yang menyerupai keadaan orang-orang munafik, yaitu penyakit Al-wahn. Penyakit itu berupa rasa cinta dunia dan takut mati.

Munafikin Pelemah Umat Islam

Orang yang membuat dan membesar-besarkan perkataan tentang Allah tanpa berdasar pengetahuan adalah orang-orang munafik. Umat islam yang mengikutinya akan terserang penyakit yang menyerupai penyakit orang munafik. Dalam hati orang-orang munafik itu terdapat penyakit, dan Allah akan menambahkan banyak penyakit pada hati mereka. Pangkal dari penyakit hati di kalangan orang munafik adalah kecintaan kepada kehidupan dunia, dan kecintaan itu membuat mereka takut akan kematian. Muslimin yang mengikutinya akan terserang penyakit yang menyerupainya, yaitu penyakit al-wahn.
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (QS Al-Baqarah : 8-10)
Orang-orang munafik membuat perkataan-perkataan dusta, oleh karenanya mereka akan ditimpa siksa yang pedih. Perkataan-perkataan itu dimaksudkan untuk menipu Allah dan menipu orang-orang beriman, akan tetapi sebenarnya tipuan mereka adalah untuk diri mereka sendiri sementara mereka tidak menyadari. Perkataan mereka itu akan membuat mereka bodoh akan tetapi dirinya merasa berilmu. Hati mereka penuh penyakit yang bertambah-tambah tanpa menyadari bahwa mereka berpenyakit hati. Mereka hidup di ruang kesadaran mereka sendiri yang tertutup dari jalan menuju Allah. Semakin bertambah usia mereka akan semakin bertambah waham yang mengungkung mereka, sehingga dirinya tidak mengetahui keadaan dirinya yang sebenarnya penuh penyakit hati dan bodoh.

Kerusakan Oleh Munafikin

Dengan kesadaran semacam itu, mereka tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan kerusakan. Apabila dikatakan kepada mereka agar jangan membuat kerusakan di muka bumi, mereka mengatakan bahwa mereka sesungguhnya orang-orang yang mengadakan perbaikan. Mereka sesungguhnya orang-orang yang membuat kerusakan, akan tetapi mereka tidak menyadari. Mereka terkurung  oleh ruang kesadaran yang salah karena hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman.
Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS Al-Baqarah : 11-12)
Perkataan-perkataan mereka bukanlah perkataan yang jelas kesalahannya. Yang diperbuat oleh para pemimpin di kalangan mereka adalah mempertukarkan ayat satu dengan ayat yang lain,  tidak meletakkan suatu ayat pada tempat yang benar. Mereka mencabut ayat dari konteks yang sebenarnya dan digunakan untuk membangkitkan kebingunan di antara umat islam. Para pengikut mereka adalah orang-orang yang tekun membaca kitab suci, sehingga mereka mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang berilmu.
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (QS Al-Baqarah : 13)
Waham yang melanda mereka membuat mereka memandang diri sendiri sebagai orang yang berilmu dan memandang orang beriman sebagai orang yang bodoh. Alquran menegaskan,  mereka yang memandang umat islam selain  mereka sebagai orang bodoh itulah orang-orang yang sebenarnya bodoh. Mereka bodoh tetapi merasa berilmu sehingga tidak mendapat celah untuk menggapai iman. 

Mereka menganggap diri mereka sebagai kelompok orang-orang yang berilmu dan memandang golongan yang  lain bodoh dan tidak berilmu. Sekian banyak ayat-ayat Alquran dan hadits mereka pegang secara literal dan hal itu mereka bangga-banggakan sebagai ilmu, akan tetapi sebenarnya mereka tidak memegang firman Allah dan petunjuk nabi dengan benar. Hal yang menjadi dasar pemahaman kitab suci  sama sekali tidak pernah mereka jalankan, dan  kemudian mereka terjebak memahami kitab suci dengan mengandalkan kecerdasan kepala mereka, bukan dengan hati mereka. Hati mereka penuh penyakit yang bertambah-tambah. 

Akidah mereka tidaklah sama dengan keimanan kaum mukminin. Mereka memandang orang-orang beriman sebagai orang-orang yang bodoh tidak berilmu. Mereka mempunyai akidah yang baru dan berbeda dibandingkan generasi umat islam sebelumnya. Bid’ah yang terselip dalam akidah mereka membuat mereka memandang diri mereka sebagai pembaharu pemurni akidah. Mereka merasa sebagai kaum yang mempunyai akidah paling benar. Mereka melakukan gerakan pemurnian islam, padahal mereka itu melakukan perusakan. Apabila dikatakan kepada mereka untuk tidak melakukan kerusakan, mereka mengatakan bahwa sesungguhnya mereka itu hanyalah melakukan perbaikan. Mereka merasa melakukan perbaikan akidah, padahal sesungguhnya mereka itu telah melakukan perusakan akidah.

Syaitan sebagai Pemimpin

Sebagian di antara mereka  adalah  syaitan-syaitan berwujud manusia, dan sebagian di antara  mereka adalah orang-orang yang bergaul dengan orang-orang beriman dan lebih akrab bergaul dengan syaitan-syaitan itu. Kelak dari mereka itu akan muncul tanduk syaitan, yaitu dari Najd. Mereka itu adalah para pemimpin orang-orang munafik yang menyesatkan manusia dari jalan Allah. 
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami bersama dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". (QS Al-Baqarah: 13-14)
Urusan syaitan-syaitan di antara mereka adalah membuat perkataan-perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan. Mereka membuat tuntunan dan kerangka pengetahuan bagi manusia untuk mengenal Allah, dan mengatakan bahwa yang mereka ajarkan adalah ilmu tauhid. Akan tetapi ilmu mereka sebenarnya justru  melepaskan manusia dari jalan tauhid yang dikehendaki Allah tanpa manusia merasakan lepasnya jalan itu.

Allah adalah tempat bergantung bagi semua makhluk, dimana manusia yang merindu-Nya dapat berharap untuk mengenal Allah. Dalam Ilmu tauhid buatan munafikin, mereka memperlakukan Allah sebagai objek yang dapat didefinisikan dengan logika. Mereka menolak dikatakan untuk berusaha mengenal Allah dengan logika, akan tetapi akidah mereka sama sekali tidak terlepas dari domain logika. Sangat banyak cacat dalam metode itu, dan akidah mereka untuk menutupi cacat itu menunjukkan bahwa metode mereka tidak terlepas dari fenomena domain logika. Mereka menutupi cacat dengan menutup natur logika berupa  larangan untuk melakukan tamtsil, tahrif, takwil, takyif dan lain-lain yang sepenuhnya merupakan fenomena dalam domain logika. Pada jalan yang benar, orang yang bertauhid tidak akan menjumpai fenomena ini.

Jalan tauhid untuk mengenal Allah adalah jalan taubat, bukan tauhid yang mereka buat. Jalan taubat menyentuh hal yang paling fundamental, tidak sekadar bermain logika. Manusia dituntut untuk selalu menyadari sepenuhnya bahwa dirinya diciptakan di dunia, alam yang paling jauh dari sumber cahaya,  menyadari bahwa dirinya perlu kembali kepada sumber cahaya agar dapat mengenal Allah. Manusia perlu berjalan dengan mengubah sifat duniawi dirinya  dengan sifat yang dikehendaki Allah bagi dirinya, agar Allah berkenan memperkenalkan asma dan sifat-Nya.

Untuk mengenal rububiyah-Nya, manusia perlu mengabdi secara murni dengan amal-amal yang telah ditetapkan Allah bagi dirinya sebelum dirinya dilahirkan. Mengenal amal dirinya itu hanya dapat diperoleh dengan hati bersih dan dengan keinginan menghamba secara sungguh-sungguh dan benar. Jalan ubudiyah dengan amal yang telah ditentukan itulah yang akan mengantar manusia berjalan menuju Allah. Jalan Tauhid yang benar itu akan memotong semua pemahaman taghut dan hati yang tidak bersih, sedangkan tauhid buatan munafikin hanya akan menyuburkannya.

Syaitan memerintahkan agar manusia mengatakan tentang Allah dengan apa-apa yang tidak diketahui. Tauhid yang mereka buat adalah tauhid yang demikian. Mereka mengatakan tentang Allah dengan apa-apa yang tidak mereka ketahui. Hal itu telah cukup untuk membuat manusia terlepas dari jalan tauhid. Manusia yang mengikutinya merasa bahwa mereka telah mengenal Allah sehingga tidak berjalan untuk kembali kepada Allah, dan lebih buruk lagi sebagian merasa sebagai orang yang paling benar. Mereka terombang-ambing dalam paham thaghut. Itulah yang membuat umat islam menjadi bagaikan buih yang terombang-ambing di atas air, tidak mempunyai pijakan yang kokoh.

Syaitan-syaitan akan membuat perkataan-perkataan indah untuk menipu manusia. Dari mereka muncul perkataan-perkataan indah yang melahirkan gerakan-gerakan atas nama islam, akan tetapi sebenarnya hal itu merupakan tipuan yang indah. Mereka memberikan nama yang indah bagi perkataan-perkataan mereka, menyembunyikan perihal yang sebenarnya dari perbuatan mereka. Timbul banyak kerusakan akibat perbuatan mereka, sementara mereka merasa berbuat kebaikan.

Olok-olok dan Kesesatan yang Diperbuat

Mereka memandang diri mereka  berilmu dan memandang bodoh orang-orang yang beriman, akan tetapi apabila mereka bersama-sama orang beriman, mereka mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah beriman. Mereka menampakkan diri kepada orang-orang mukmin  sebagai orang-orang yang beriman, akan tetapi hati mereka tetap bersama syaitan-syaitan di antara mereka. Mereka hanyalah memperolok-olok orang-orang beriman. Kelak Allah akan membalas olok-olok mereka kepada orang-orang beriman sehingga mereka menjadi golongan yang hina. 

Mereka membuat pemahaman-pemahaman agama secara melampaui batas, dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mengikuti ajaran mereka akan membuat umat islam terombang-ambing dalam taghut, yaitu pemahaman-pemahaman agama yang keluar melampaui batas-batas yang dikehendaki Allah. Muslimin akan semakin terombang-ambing dalam taghut bilamana semakin berbangga dengan taghut mereka,  mengklaim sebagai pemilik kebenaran 

Pemahaman atas  firman Allah dan petunjuk nabi dengan memperturutkan hawa nafsu akan membawa pada kesesatan thugyan (taghut), yaitu pemahaman melampaui batas yang dikehendaki Allah. Pemahaman thugyan inilah yang akan membuat masyarakat muslimin terombang-ambing seperti buih. Allah membiarkan orang-orang munafik terombang-ambing dalam pemahaman melampaui batas, maka muslimin yang mengikuti mereka juga  akan terombang-ambing sebagaimana buih. 
Allah akan mengolok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka (QS Al-Baqarah  15).
Muslimin yang mengikuti pemahaman melampaui batas (thugyan)  akan menjadi mudah dipermainkan oleh syaitan dan balatentaranya, sekalipun berpegang teguh dengan penuh semangat pada Alquran dan petunjuk nabi. Obat dari kelemahan seperti itu adalah kembali memahami dan menjalankan  firman Allah dan petunjuk rasulullah sesuai dengan batas yang dikehendaki-Nya secara presisi, tidak menuruti hawa nafsunya. Firman Allah dan petunjuk rasulullah SAW telah paripurna, tidak perlu membuat-buat  sandaran-sandaran baru untuk memahaminya. Kedua hal di atas telah mencukupi bagi umat muslim untuk mencari pemahaman agama sesuai dengan kehendak-Nya.

Keadaan dan Misal bagi Munafikin

Orang-orang munafik membuat perkataan-perkataan yang menjerumuskan umat islam pada sikap melampaui batas. Mereka menggunakan petunjuk-petunjuk untuk menyeret umat islam melampaui batas sehingga umat islam terombang-ambing dalam taghut. Orang-orang munafik telah memperjualbelikan petunjuk-petunjuk dengan  kesesatan. Perniagaan mereka dalam petunjuk dan kesesatan itu tidak akan mendatangkan keuntungan bagi mereka, dan mereka tidak akan mendapatkan petunjuk yang dapat menyelamatkan mereka untuk menempuh jalan yang lurus.
Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk (QS Al-Baqarah : 16). 
Mereka membacakan ayat-ayat Allah dan petunjuk Rasulullah SAW  kepada orang-orang yang ada di sekeliling mereka agar mendapatkan keuntungan duniawi bagi mereka. Ketika terdapat orang-orang yang mendapatkan cahaya dari ayat-ayat dan petunjuk yang mereka bacakan, mereka justru akan mendustakan cahaya itu. Allah menghilangkan cahaya bagi mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan. Mereka tidak dapat melihat cahaya dari ayat-ayat yang mereka bacakan kepada orang-orang di sekeliling mereka.
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat (QS Al-Baqarah :17)
Mereka adalah orang-orang yang bisu, buta dan tuli terhadap ayat-ayat Allah. Sekalipun mereka membacakan ayat-ayat tentang dakwah rasulullah SAW dan para sahabat yang menyertai beliau untuk kembali kepada Allah dengan bashirah yang nyata, dan mereka mengaku sebagai kaum yang berbuat mengikuti dakwah rasulullah SAW demikian, mereka tidaklah dalam keadaan demikian. Ayat berikutnya menepis semua perkataan mereka. Mereka adalah orang yang tuli, bisu dan buta, dan mereka bukanlah orang yang kembali kepada Allah.
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka  kembali (QS Al-Baqarah 18)
Alquran menafikan dengan tegas klaim-klaim mereka. Mereka mengaku  mengajak manusia untuk kembali kepada Allah dengan bashirah yang nyata sebagaimana yang diperbuat oleh rasulullah dan orang-orang yang menyertainya . Alquran mengatakan mereka tidaklah kembali kepada Allah dan mereka adalah orang yang buta, bisu dan tuli terhadap kebenaran.

Perkataan mereka bukanlah perkataan yang benar walaupun berdasarkan dalil-dalil dari firman Allah. Bukan dalil  yang mereka gunakan yang salah, tetapi cara mereka memahami yang salah. Mereka tidak melihat cahaya dari ayat-ayat yang mereka bacakan, dan mereka tidak mendengar kebenaran apabila ayat-ayat itu dibacakan kepada mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar