Pencarian

Selasa, 18 Mei 2021

Ruh dan Keterbukaan Amanah

Dalam perjalanan kembali kepada Allah, ada sebuah fase dimana Allah akan mewahyukan kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya ruh yang membawa perintah-Nya. Dengan ruh tersebut, seseorang akan mengerti tentang kitab diri yang harus dipatuhinya dalam kehidupan di dunia. Bila orang itu memenuhi ketetapan dalam kitab dirinya, maka ia akan memperoleh hakikat-hakikat kebenaran (alhaqq) yang akan menjadi pemberat timbangan pada hari akhir. Kesesuaian amal dengan kitab diri itulah yang mendatangkan pengertian tentang kebenaran. Kadangkala seseorang sangat banyak beramal akan tetapi tidak mendatangkan pengertian tentang kebenaran. Hal itu menjadi tanda bahwa kehidupan dirinya melenceng jauh dari kitab yang telah ditentukan baginya.

﴾۲۵﴿وَكَذٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلٰكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh dengan (membawa) perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS As-Syuura : 52)

Ruh merupakan entitas yang menurunkan amr Allah kepada seseorang yang dikehendaki Allah, sehingga orang tersebut mengerti amanah yang harus ditunaikan di alam dunia. Dengan turunnya amr Allah ke dalam hati, maka orang itu mengerti untuk apa dirinya diciptakan. Tanda bahwa ruh telah diwahyukan ke dalam hati seseorang adalah keterbukaan pemahamannya tentang alkitab bagi dirinya, dan pemahamannya akan iman dalam hatinya. Alkitab itu adalah bagian dirinya dari Alquran. Orang itu akan mengerti ayat-ayat Alquran yang diperuntukkan bagi dirinya, ayat yang menjelaskan segala sesuatu terkait kehidupan dirinya dan semua amanah yang harus ditunaikan dalam kehidupan di dunia. Sebelum pewahyuan ruh, seseorang hanya dapat menyentuh permukaan ayat-ayat alquran dan barangkali ayat-ayat itu tidak bercerita secara jelas dan khusus tentang kehidupan dirinya. Setelah pewahyuan ruh, maka ruh itu membacakan alkitab kepada dirinya sehingga dirinya mengerti alkitab dan imannya.

Pewahyuan ruh ke dalam hati seseorang akan membuka pengetahuan dalam dirinya, berupa pengetahuan yang menjelaskan. Seseorang akan mengalami keterbukaan yang sangat jelas tentang kehidupan dirinya, dari berupa pengetahuan tentang kitab dirinya hingga pada pengetahuan yang membuat dia mengenal rabb-nya, setelah mengenal nafs-nya. Pengenalan seseorang tentang rabb-nya itu merupakan pengetahuan tentang keimanan. Pengetahuan keimanan seseorang yang memperoleh pewahyuan ruh kepada rabb-nya terjadi berdasarkan pada pengenalan tentang dirinya. Pengetahuan itu membuatnya mengenal keimanan.

Pencarian Jati Diri Berdasarkan Alquran

Pewahyuan ruh kepada seseorang akan terjadi bila seseorang bersungguh-sungguh mencari jalan kembali kepada Allah melalui Alquran. Allah menjadikan Alquran sebagai cahaya yang memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki Allah. Tidak ada yang memberi seseorang petunjuk sebagaimana Alquran memberikan petunjuk, sehingga orang itu bisa memperoleh pewahyuan ruh. Alquran akan menunjukkan segala yang harus dilakukan seseorang untuk menemukan jalan kembali, sejak awal pencarian hingga seterusnya. Alquran selalu menjadi cahaya bagi orang yang mencari jalan kembali kepada Allah, tanpa ada batas perjalanan yang ditempuh. Kesesatan yang mungkin terjadi ketika seseorang mengikuti Alquran tidak terjadi karena Alquran, tetapi lebih diakibatkan karena kesalahan orang itu dalam bersikap terhadap Alquran.

Perjalanan menuju Allah merupakan perjalanan sangat panjang dan sangat banyak kesamaran yang dapat menyesatkan seseorang ke jalan yang salah. Dalam banyak kasus, tidak menggunakan Alquran untuk kembali kepada Allah akan membuka celah kesesatan yang sangat besar. Banyak tipuan terbentang bagi manusia baik yang halus ataupun tipuan yang kasar. Semakin jauh perjalanan seseorang, semakin halus ilusi dan tipuan yang menghampiri mereka. Tanpa berpegang teguh pada Alquran, celah kesesatan akan terbuka semakin besar. Seseorang harus selalu berpegang kepada Alquran sejak awal mula perjalanan. Hal ini tidak boleh dihentikan ketika seseorang memperoleh pewahyuan ruh bagi mereka. Setiap pembacaan ruh terhadap kehidupannya harus diperiksa berdasarkan Alquran.

Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin saja dikehendaki Allah untuk memperoleh jalan yang lurus, sehingga timbul kecintaannya terhadap Alquran setelah pewahyuan ruh. Kecintaan terhadap Alquran dengan cara semacam ini merupakan perbuatan yang benar. Manusia boleh mengikuti pembacaan Alquran oleh seseorang yang dikehendaki Allah dengan cara demikian untuk memperoleh petunjuk pada jalan yang lurus. Sebaliknya sebagian manusia meninggalkan Alquran setelah mendapatkan petunjuk. Ini menunjukkan perbuatan yang tidak benar, dan menunjukkan ada kesalahan dalam pencariannya. Setiap orang tidak boleh meninggalkan Alquran dalam keadaan apapun, baik sebelum ataupun setelah pewahyuan ruh kepada dirinya. Tidak boleh seseorang mengikuti perkataan yang meninggalkan Alquran untuk memperoleh petunjuk kepada jalan yang lurus.

Keterbukaan Jati Diri

Keterbukaan seseorang terhadap jati dirinya merupakan sebuah pertanda tentang datangnya urusan (amr) Allah bagi seseorang. Allah mempunyai hadiah besar yang akan diberikan kepada orang itu bilamana melaksanakan amanah yang diberikan kepada dirinya dengan sebaik-baiknya. Amanah itu merupakan gambaran shirat al-mustaqim yang harus ditempuh untuk kembali kepada Allah.

Hadiah itu berupa pengampunan Allah bagi dirinya atas dosa-dosa yang telah lalu ataupun dosa-dosa yang akan datang, dan Allah berkehendak menyempurnakan nikmat-Nya bagi dirinya, dan Allah berkehendak memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus. Amanah yang dilihatnya merupakan petunjuk yang harus dilaksanakan. Bila seseorang melaksanakan amanah Allah, Allah akan memberikan petunjuk lebih banyak sehingga ia akan benar-benar melihat bahwa jalan itu adalah jalan yang lurus untuk kembali kepada Allah.


﴾۱﴿إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا
﴾۲﴿لِّيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيمًا


(1)Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, (2)supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, (QS Al-Fath :1-2)

Keterbukaan yang diberikan Allah itu merupakan fenomena yang terjadi mengikuti pewahyuan ruh kepada seseorang. Ruh itu merupakan cahaya di atas cahaya yang diperkenalkan Allah kepada hamba-Nya yang dikehendaki. Hal ini bersifat universal di seluruh alam, fenomena yang menunjukkan bahwa seseorang telah mengenal shirat al-mustaqim bagi dirinya.

Setiap manusia yang mengenal fenomena ini dapat mengenali hal itu, walaupun diungkapkan dalam bahasa yang berbeda. Dalam khazanah jawa, cahaya di atas cahaya ini dikenal sebagai Nurcahya, dan definisi ini sama persis dengan khazanah dari Alquran, walaupun dalam sudut pandang yang berbeda. Seorang ulama menjelaskan dalam seratnya sebagai berikut :

SS Sinom no 193

Nurcahya iku rawuhnya

nur cahaya (cahaya di atas cahaya) itu datangnya

tan ana kang bisa ngerti

tidak ada yang bisa mengetahui

nanging bisa dipun rasa

tapi bisa dirasakan

kinanthi kang jiwa resik

melalui jiwa yang bersih

arsa pirsa ingkang ghaib

akan mengetahui yang ghaib

winuruk kabeh kang ilmu

diajar semua ilmu

yaiku tandha ingkang nyata

Itulah tanda yang nyata

lamun sira sampun panggih

jika engkau sudah bertemu

jiwanira rinengga kang nur lan cahya.

jiwamu yang dihiasi nur dan cahaya


Pupuh sinom tersebut di atas menjelaskan dan menegaskan bahwa peristiwa keterbukaan bagi seorang laki-laki itu merupakan tanda yang nyata bahwa laki-laki itu telah bertemu dengan jiwanya yang berhias cahaya-cahaya. Cahaya di atas cahaya itu akan hadir tanpa ada yang mengetahui. Peristiwa kehadiran cahaya di atas cahaya ini adalah peristiwa seorang laki-laki mengenal diri sendiri, dimana dengan mengenal diri sendiri maka dirinya mengenal rabb-nya. Cahaya di atas cahaya itu adalah cahaya pengenalan seseorang terhadap cahaya Allah.

Ini merupakan standar yang pasti tentang pengenalan diri seorang laki-laki terhadap cahaya Allah, sebagaimana disebutkan dalam surat al-fath ataupun As-Syuura di atas. Dalam banyak kisah, peristiwa semacam itu ditandai dengan pertemuan seseorang dengan jiwanya, akan tetapi penulis tidak menemukan teks tertulis yang menjelaskan demikian, dan sebaliknya teks sinom tersebut menjelaskan tentang standar yang lebih pasti tentang pengenalan terhadap cahaya di atas cahaya. Hal yang pasti terjadi, Allah membukakan kesadaran tentang dirinya yang sebenarnya.

Barangkali tidak semua orang yang mengenal jiwanya mengalami pertemuan dengan jiwanya, atau ada hal-hal khusus yang menyebabkan perbedaan peristiwa demikian. Seorang laki-laki yang mengenal cahaya Allah boleh jadi akan bertemu dengan jiwanya, tetapi bisa juga cahaya di atas cahaya itu datang tanpa diketahui oleh seorangpun, bahkan boleh jadi laki-laki yang bersangkutan tidak mengetahui kehadiran cahaya di atas cahaya itu, tetapi hanya bisa merasakan melalui jiwanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar