Pencarian

Minggu, 30 Mei 2021

Ampunan dan Surga Bagi Para Muttaqin

Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk bersegera kepada ampunan Allah dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Maghfirah Allah dan surga tersebut diperuntukkan bagi orang-orang yang termasuk dalam orang-orang yang bertakwa (al-muttaqin).

﴾۳۳۱﴿ وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS Ali Imran : 133)

Terdapat dua kelompok karakteristik yang menjadikan seseorang termasuk dalam golongan orang-orang bertakwa, yaitu muhsinin dan orang yang ingat kepada Allah dan memohon ampunan atas dosa-dosa mereka ketika mereka berbuat keji. Dengan dua karakteristik demikian seseorang dikatakan sebagai al-muttaqin.

Kaum Muhsinin

Karakteristik pertama sebagai al-muttaqin adalah muhsinin.

﴾۴۳۱﴿الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran : 134)

Para muhsinin adalah orang-orang yang menafkahkan hartanya pada waktu lapang dan sempit, menahan amarahnya serta mudah memaafkan orang lain. Mereka adalah orang-orang yang disukai Allah.

Menahan amarah dalam kalimat الْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ menunjukkan arti tidak menampakkan amarah kepada orang lain. Jadi yang dimaksudkan adalah menyembunyikan amarah dalam hati agar tidak menyakiti hati orang lain. Mungkin marah itu ada dalam hatinya, tetapi ia berusaha menahannya dalam hati dan memperbaiki permasalahan dengan cara sebaik-baiknya, tidak mengungkapkan dengan kemarahan.

Memaafkan orang lain dalam kalimat الْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ menunjukkan arti tidak ada keinginan berusaha melakukan pembalasan suatu kesalahan yang dilakukan orang lain atas dirinya, baik dirinya mampu untuk membalasnya atau tidak mampu membalasnya. Hal ini tidak bertentangan dengan upaya untuk memperbaiki keadaan bilamana orang lain melakukan suatu kesalahan atas dirinya, akan tetapi keinginan dalam hatinya untuk melakukan balasan kesalahan itu tidak muncul atau dihapus hingga tidak ada keinginan membalas. Hal itu yang dimaksud sebagai memaafkan orang lain.

Ketiga karakter di atas menunjukkan seseorang sebagai golongan muhsinin yang disukai Allah.



Memohon Ampunan

Selain muhsinin, ada syarat lain yang menjadikan seseorang termasuk dalam kategori sebagai orang-orang yang bertakwa sebagaimana disebutkan ayat berikut.

﴾۵۳۱﴿وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS Ali Imran : 135)

Ayat tersebut bercerita tentang orang beriman yang membalik kesalahan dalam berbuat keji dan mendzalimi diri sendiri menjadi pengetahuan sebagai ciri orang yang bertakwa. Seseorang yang beriman bisa jadi terjatuh untuk melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri. Itu merupakan perbuatan buruk yang terjadi karena tipuan syaitan. Ketika seseorang yang beriman kemudian mempunyai pengetahuan tentang keadaan dirinya setelah melakukan perbuatan keji dan mendzalimi diri sendiri kemudian memohon ampunan Allah, maka boleh jadi ia termasuk sebagai orang yang bertakwa (muttaqin).

Untuk membalik perbuatan keji dan kedzaliman yang dilakukan menjadi pengetahuan, perlu dilakukan berbagai langkah perbaikan, tidak serta merta perbuatan itu kemudian menjadi pengetahuan karena sikap memohon ampunan. Perlu banyak proses yang mengubah seseorang yang melakukan perbuatan keji menjadi orang yang bertakwa. Bila seseorang berubah menjadi orang yang bertakwa, ia akan mengetahui bahwa perbuatan keji dan mendzalimi diri sendiri yang dilakukannya mengantarkan dirinya pada tingkat pengetahuan yang baru daripada keadaannya dahulu. Tanpa hal itu, boleh jadi Allah sebenarnya belum memberikan ampunan kepada dirinya.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah ia mengingat Allah atas dosa-dosa yang mereka lakukan. Mengingat Allah dalam upaya itu disebut dalam istilah ذَكَرُو (dzakaru - mengingat/menyebut). Hal ini menunjukkan suatu usaha untuk mengenal Allah sebaik-baiknya dengan mengingat asma dan shifat Allah, serta berusaha mengetahui kehendak Allah atas dirinya. Dalam hal ini, usaha mengingat asma Allah itu sebaiknya dilakukan terkait dengan dosa-dosa yang dilakukannya. Allah sebenarnya berkehendak memperkenalkan dirinya pada suatu bentuk kehendak-Nya melalui kesalahan perbuatan yang dilakukannya.

Hal berikutnya yang harus dilakukan adalah memohon ampunan atas perbuatan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi bilamana seseorang menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah suatu dosa. Syaitan dapat mengubah pandangan seseorang tentang perbuatan yang dilakukan sebagai perintah Allah, sekalipun orang itu adalah orang beriman. Dengan cara pandang demikian, mustahil seseorang dapat meminta ampunan dengan benar. Setiap orang harus berhati-hati atas tipuan syaitan yang dapat mengubah cara pandang dirinya terhadap perbuatannya.

Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa-dosa orang yang berbuat keji dan melakukan perbuatan dzalim atas dirinya. Dosa perbuatan keji dan mendzalimi diri sendiri tidak diampuni oleh selain Allah. Hal itu terjadi karena perbuatan keji dan mendzalimi diri sendiri terkait dengan tujuan perjalanan bertaubat kepada Allah, sehingga hanya Allah yang memberikan ampunan bagi seseorang. Bahkan keberadaan kekejian dalam hati dalam wujud bathin merupakan sesuatu hal yang haram karena hal ini akan membelokkan manusia dari jalan taubatnya. Hanya Allah yang mengampuni dosa perbuatan keji dan mendzalimi diri sendiri.

Misalnya orang yang berbuat keji bersama-sama mungkin menganggap bahwa perbuatan mereka dilakukan atas dasar suka sama suka. Hal itu tidak menunjukkan bahwa dosa itu diampuni karena suka sama suka. Demikian pula bilamana masing-masing keluarga dan orang-orang yang terkait dengan orang yang berbuat keji telah merelakan dan menyukai perbuatan keji mereka, hal itu tidak menunjukkan dosa tersebut diampuni. Yang dapat mengampuni dosa perbuatan keji dan mendzalimi diri sendiri adalah Allah SWT. Bila Allah tidak mengampuni, maka tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa tersebut.

Tanda Terkabulnya Ampunan Allah

Tanda dari diampuninya dosa perbuatan keji dan perbuatan mendzalimi diri sendiri adalah mereka menghentikan perbuatan mereka dan mereka mempunyai pengetahuan perihal keadaan mereka dalam perbuatan keji dan mendzalimi diri sendiri tersebut.

Orang-orang yang berbuat keji dan mendzalimi diri sendiri harus menyadari bahwa perbuatan mereka merupakan dosa, dan mereka harus menghentikan perbuatan mereka. Banyak tingkatan pengetahuan orang tentang dosa yang mereka lakukan. Sebagian orang merasa bahwa mereka melakukan perbuatan baik ketika melakukan perbuatan dosa. Ini merupakan tipuan syaitan. Sebagian orang merasa perbuatan yang mereka lakukan sebagai perbuatan yang buruk akan tetapi mereka tidak mengetahui seberapa buruk perbuatan itu sehingga tidak meminta ampunan kepada Allah. Sebagian orang merasakan perbuatan buruk dan mereka merasakan akibat dari perbuatan buruk mereka dalam tingkatan masing-masing sehingga mereka memohon ampunan kepada Allah. Memohon ampunan hanya mungkin terjadi bagi mereka yang mengetahui bahwa perbuatan mereka buruk.

Seseorang yang menyesal atas perbuatannya dan memohon ampunan tidak dikatakan meminta ampunan kepada Allah bilamana dirinya kemudian melakukan kembali perbuatan mereka. Allah belum akan memberikan ampunan bagi pemohon ampunan atas dosa yang melakukannya dengan cara demikian. Hal itu menunjukkan bahwa kesadaran tentang dosa yang dilakukan tidak benar-benar tumbuh dengan pengetahuan. Ini tidak berarti permohonan ampunan dan penyesalan itu tidak berguna bagi mereka. Permohonan dan penyesalan yang demikian berguna untuk menjaga dirinya agar tidak melenceng lebih jauh. Akan tetapi bilamana seseorang masih melakukan perbuatan demikian setelah memohon ampunan sebenarnya dirinya belum mengetahui kesalahan yang terjadi dan Allah belum memberikan maghfirah kepadanya atas dosanya itu.

Seseorang yang terpaksa menghentikan perbuatan keji dan mendzalimi diri sendiri karena dihentikan orang lain tidak termasuk dalam kategori orang yang memohon ampunan Allah ketika memohon ampunan. Dirinya harus benar-benar menyadari bahwa perbuatan itu adalah dosa yang diperbuat oleh syaitan, dan dengan pengetahuan itu ia menghentikan perbuatannya. Tanpa mengetahui tipu daya syaitan ketika mendorongnya untuk melakukan perbuatan keji, seseorang tidak akan mempunyai ilmu perihal keadaan dirinya dalam melakukan perbuatan keji, dan tentu saja tanda-tanda bahwa Allah akan memberikan ampunan baginya tidak akan muncul. Bagi orang-orang yang mengharap ampunan Allah, pengetahuan tentang perbuatan keji ini harus benar-benar diperoleh karena itulah tanda akan munculnya ampunan Allah baginya.

Dengan sikap-sikap yang benar dalam memohon ampunan Allah, seseorang akan memperoleh pengetahuan melalui perbuatan keji yang dilakukannya. Pengetahuan itu akan mengantarkan dirinya pada suatu keadaan baru bagi dirinya, berbeda dengan keadaan pengetahuan yang terdahulu sebelum diampuni. Kadangkala pengetahuan itu harus mengubah hal yang fundamental dalam struktur pengetahuan dirinya. Tanpa memperoleh pengetahuan yang baru tersebut menjadi tanda bahwa Allah belum melimpahkan maghfirah atas dosa-dosanya.

Keadaan seperti itu mungkin dapat digambarkan melalui ibarat sebuah perusahaan layanan jaringan yang harus menyediakan jaringan perangkat keras komputer yang layak dengan platform perangkat lunak yang memadai. Seringkali penyedia layanan semacam itu mengalami ketinggalan zaman karena cara pandang lama sehingga operasional perusahaan tidak lagi sesuai dengan zamannya. Suatu kejadian yang tidak diharapkan mungkin terjadi manakala perusahaan itu sudah tidak sesuai lagi dengan jamannya. Mungkin aplikasi-aplikasi yang diharapkan oleh pelanggan tidak lagi dapat dioperasikan melalui layanan perusahaan itu, atau mungkin sering terjadi gangguan mesin atau perangkat lunak sehingga tidak lagi dapat beroperasi dengan baik dalam melayani pelanggan. Penanggung jawab perusahaan harus mengetahui tingkat layanan yang dibutuhkan oleh keadaan jaman baru melalui kejadian-kejadian gangguan dan kegagalan. Demikian gambaran pengetahuan yang harus diperoleh orang beriman yang mengharapkan maghfirah Allah karena melakukan perbuatan keji dan mendzalimi diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar