Pencarian

Sabtu, 22 Mei 2021

Amal Shalih dan Fitnah Dalam Petunjuk

Manusia diciptakan sebagai makhluk paling sempurna dalam pandangan Allah. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mempunyai wujud kasar akan tetapi mempunyai kecerdasan sebagaimana makhluk di alam yang tinggi, bahkan dapat melampaui segenap kecerdasan makhluk-makhluk di alam yang tinggi. Dalam sejarahnya, penciptaan manusia yang pertama dilakukan di surga yang tinggi. Karena suatu peristiwa, manusia pertama tersebut bersama pasangannya diperintahkan untuk meninggalkan surga menuju ke bumi. Karena pengusiran dari surga, maka umat manusia menjadi berpecah-belah. Sebagian manusia menjadi musuh bagi manusia lainnya

Untuk kembali ke tempat tinggalnya di surga, setiap manusia diperintahkan untuk mencari jalan kembali dengan mengikuti petunjuk Allah. Allah akan mendatangkan kepada manusia petunjuk untuk kembali kepada Allah. Dengan mengikuti petunjuk tersebut, maka seseorang akan memperoleh jalan yang selamat dan tidak mengalami celaka.

﴾۳۲۱﴿قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
﴾۴۲۱﴿وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
(123)Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.(124)Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS Thaha : 123-124)

Hidayah secara bahasa berarti petunjuk atau bimbingan, Secara istilah, Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan di sisi Allah. Hidayah mempunyai banyak tingkatan, dari hidayah bayan wal irsyad (penjelasan dan petunjuk) hingga hidayah yang diberikan bagi setiap makhluk. Penerima hidayah bayan wal irsyad wajib menyampaikan dan menjelaskan hal tersebut kepada umat yang ada bersama mereka. Kemudian ada hidayah yang merupakan hidayah yang Allah turunkan kepada siapa saja, yang mempunyai kemauan dan kesungguhan untuk mendapatkan hidayah Allah. Selain itu, Allah sebenarnya juga memberikan petunjuk kepada setiap ciptaan setelah Dia memberikan bentuk kepada makhluk tersebut.

Manusia sebagai makhluk paling sempurna diciptakan dari dua tangan Rabbul Alamiin. Ini menunjukkan keberadaan dua entitas berbeda dalam satu diri manusia. Dalam setiap bentuk ciptaan, Allah memberikan hidayah dalam wujud yang berbeda. Dengan adanya dua bentuk ciptaan dalam diri manusia, setiap manusia dapat mencari petunjuk sesuai keadaan masing-masing. Sebagian cenderung dengan bentuk-bentuk duniawi, sebagian dapat mencari petunjuk dalam bentuk-bentuk kehidupan jiwa.

Membentuk Akhlak Al Karimah Dengan Hidayah

Hidayah yang harus diusahakan seseorang adalah hidayah untuk mendapatkan shirat al mustaqim agar dapat kembali kepada Allah dengan selamat. Pencarian hidayah Allah untuk menemukan shirat al mustaqim demikian itu merupakan salah satu bentuk pemurnian ubudiyah bagi Allah semata-mata. Dalam kehidupan manusia di bumi, banyak bentuk-bentuk petunjuk yang diberikan oleh selain Allah untuk membuat seseorang bingung dalam kehidupannya di dunia. Petunjuk itu merupakan upaya pencampuran agar manusia melakukan seruan kepada selain Allah. Syaitan selalu mengupayakan agar seseorang tergelincirkan untuk menyeru pada selain Allah. Mencari hidayah shirat al mustaqim merupakan pemurnian ubudiyah bagi Allah semata-mata.

﴾۱۷﴿قُلْ أَنَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَىٰ أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللَّهُ كَالَّذِي اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَاطِينُ فِي الْأَرْضِ حَيْرَانَ لَهُ أَصْحَابٌ يَدْعُونَهُ إِلَى الْهُدَى ائْتِنَا قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
(71)Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah dibimbangkan oleh syaitan di pesawangan di bumi dalam keadaan bingung. dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada petunjuk (dengan mengatakan): "Marilah ikuti kami". Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam, (QS Al-An’aam : 71)

Salah satu parameter hidayah dari Allah adalah terbentuknya akhlak mulia dalam diri seseorang. Itu mensyaratkan pemurnian hati. Dengan keikhlasan, seseorang akan terbentuk sebagai makhluk yang mengerti jalan kehidupannya, sebagaimana seekor anak elang menemukan jalannya untuk terbang dengan kedua sayapnya. Hidayah Allah akan memberi petunjuk kepada seseorang hingga seseorang mengerti bahwa pengetahuan Alquran dan pengetahuan kehidupannya di bumi menyatu. Pengetahuan tentang ayat alquran itu ibarat sayap kanan dan pengetahuan kehidupan bumi ibarat sayap kiri, dan kedua sayap itu menyatu dalam diri seseorang untuk terbang mendekat kapada Allah. Amal-amal yang dikalungkan Allah di leher setiap insan adalah sayap untuk terbang mendekat kepada Allah. Itu adalah shirat al mustaqim baginya.

Untuk mewujudkan hal itu, manusia diciptakan berpasangan. Setiap manusia diciptakan berpasangan sebagai jiwa dan raga. Keberpasangan itu akan membentuk pengetahuan tentang kitabullah dalam jiwanya, dan pengetahuan kehidupan dunia dalam raganya. Dengan hidayah dari Allah, akan terbentuk pengetahuan jiwa dan pengetahuan raga secara setimbang sebagaimana terbentuknya sepasang sayap pada elang. Dengan kedua sayap itu seorang manusia dapat menemukan jalannya untuk kembali kepada Allah.

Wujud akhlak demikian harus dapat termanifestasi bagi semesta seseorang hingga wujud-wujud fisik. Untuk memanifestasikan di alam dunia, setiap manusia diciptakan berpasangan dengan isteri-isteri mereka. Hubungan fungsional antara seorang isteri dengan suami dalam upaya manifestasi akhlak seorang laki-laki dapat dilihat dalam gambaran fisik berupa harus hadirnya telur untuk benih laki-laki untuk melahirkan seorang bayi. Syaitan selalu berusaha memotong manifestasi akhlak yang baik hingga terlahir di semesta seseorang dengan upaya memisahkan seorang isteri dari suaminya. Dengan memisahkan seorang isteri dari suaminya, seorang suami yang telah memiliki kedua sayap setimbang untuk terbang mendekat kepada Allah tidak akan mampu mewujudkan amal shalihnya di alam dunia. Keberpasangan suami dan isteri harus menjadi perpanjangan dari keberpasangan jiwa dan raga suami, atau suami isteri, sebagai sepasang sayap untuk mendekat kepada Allah.

Petunjuk yang demikian yang akan mengantarkan seseorang untuk kembali kepada Allah dengan keselamatan, dan menjadi jalan untuk menghilangkan permusuhan di antara manusia. Itu adalah sunnah yang diajarkan oleh rasulullah SAW. Sebagian orang yang memperoleh petunjuk di alam dunia menjadi buta ketika dikumpulkan di alam makhsyar. Hal itu membuat mereka bertanya, apakah yang menyebabkan mereka dikumpulkan dalam keadaan buta, padahal dahulu mereka orang yang mendapatkan petunjuk ketika berada dalam kehidupan di dunia. Setiap orang harus berusaha menemukan petunjuk Allah yang sebenarnya, hingga dapat mengenali bahwa petunjuk yang diperoleh tidak hilang dalam kehidupan akhirat, hingga dirinya mengetahui jalan kehidupan yang harus ditempuh di dunia untuk mendekat kepada Allah.

Petunjuk-petunjuk yang dikatakan oleh teman-teman seseorang di bumi boleh jadi merupakan petunjuk yang akan hilang di alam akhirat bila dirinya tidak memperteguhnya dengan pengetahuan dari Allah. Itu merupakan wujud petunjuk yang bersifat kurang manfaatnya dalam kategori ringan. Sebagian petunjuk merupakan petunjuk yang dibangkitkan untuk menimbulkan kebingungan manusia dalam perjalanan di muka bumi. Dengan petunjuk itu, seseorang justru mengalami kebingungan untuk menempuh jalan kembali kepada Allah. Itu adalah petunjuk yang sifatnya membingungkan dalam kategori sedang. Sebagian petunjuk bersifat menyesatkan karena berasal dari syaitan. Itu adalah petunjuk yang membingungan dalam kategori berat.

Rasulullah SAW menjadikan pernikahan sebagai sunnah yang membimbing manusia untuk memperoleh petunjuk yang benar. Suami dan isteri harus membentuk keluarga dengan sebaik-baiknya. Setiap isteri hendaknya patuh kepada suaminya karena suaminya mengerti keadaan mereka. Seorang suami akan mengetahui keadaan rumah tangga mereka dengan menimbang keadaan dirinya. Ia dapat mengetahui apa yang salah dengan keadaan mereka dengan melihat jiwanya. Ketika keadaan bumi mereka tidak selaras dengan keadaan jiwa, suami akan mengetahui ketidakselarasan yang terjadi, dan barangkali ia dapat mengupayakan perbaikan yang bagi keadaan mereka. Isteri yang tidak mau mengikuti suaminya dalam upaya itu akan menghambat perbaikan yang harus dilakukan.

Fitnah Syaitan Dalam Keberpasangan

Syaitan akan berupaya memisahkan setiap perjodohan yang baik. Memisahkan seorang perempuan yang berjodoh baik bagi seorang laki-laki tertentu merupakan kemenangan pertama bagi syaitan. Ini berlawanan dengan parameter kemenangan seorang pembimbing agama. Menikahkan seorang laki-laki dengan jodoh yang terbaik merupakan langkah kemenangan pertama bagi seorang syaikh. Seorang syaikh bahkan kadangkala bermain siasat untuk memaksa terjadinya pertemuan dan pernikahan seorang laki-laki dengan jodohnya dalam upayanya melangkah di antara basyiran (berita baik) dan nadziran (peringatan) yang harus diemban bagi umatnya. Siasat demikian harus beliau lakukan sebagai upaya meredam, mengimbangi atau memusnahkan fitnah syaitan yang berupaya dengan cara sebaliknya memisahkan isteri dari suaminya. Siasat ini kadang harus diaksanakan, tidak dapat ditempuh seorang syaikh dengan cara lain.

Seorang syaikh tidak akan terjebak untuk mengejar berita baik (basyiran) dari Allah saja, tetapi pasti juga akan memperhatikan peringatan (nadziran) yang akan menghancurkan mereka. Kadangkala seorang syaikh mengerti bahwa syaitan akan melakukan langkah yang akan berakibat sangat buruk untuk umat yang menjadi tanggung jawabnya, hingga kadang mengerti bahwa umatnya kelak harus kembali bangkit dari debu kekalahan mereka. Sebuah langkah strategis harus dilakukan, dan seringkali hal itu dengan menikahkan seseorang laki-laki dengan jodohnya. Langkah itu adalah kemenangan sang syaikh yang tertunda. Tanpa langkah itu, umatnya akan berantakan dan hisab baginya di alam akhirat akan berjalan berat.

Bersiasat dengan cara demikian hanya dapat dilakukan bila seseorang mengenal realitas yang terjadi, yang menjadi dasar suatu peristiwa lain yang mungkin terjadi. Syaikh itu harus mengenal hakikat (Al-Haqq) yang menjadi landasan suatu peristiwa yang mungkin akan terjadi. Tanpa mengenal Al-Haqq, seseorang tidak diperkenankan untuk memaksakan sesuatu terjadi. Bahkan seorang nabi Nuh a.s tidak diperkenankan untuk sekadar memohon sesuatu tanpa mengetahui apa yang diminta, tentu lebih dilarang bila memaksakan sesuatu untuk terjadi. Di jaman sekarang, pengenalan hakikat (Alhaqq) hanya benar bila dapat divalidasi dengan kitabullah Alquran.

Upaya syaitan untuk memisahkan orang yang berjodoh sangatlah besar. Suatu perjodohan yang baik dapat diubah menjadi suatu bencana besar bagi manusia dengan hembusan-hembusan pada hawa nafsu manusia. Suatu rencana pernikahan dapat diubah syaitan menjadi perang bubat yang memisahkan umat manusia. Demikian syaitan selalu hadir untuk melakukan tipuan-tipuan untuk memisahkan dalam setiap proses perjodohan yang baik.

Sepasang manusia yang menerima petunjuk perjodohan yang sama dapat menjadi sumber malapetaka bagi umat manakala ada pihak-pihak terlena oleh tipuan syaitan. Dalam hal semacam itu, setiap pihak harus berusaha berlindung dan menghindar dari tipuan syaitan hingga tidak menjadi sumber malapetaka bagi manusia. Dalam tingkatan tertentu, memohon petunjuk pun tidak diperkenankan tanpa berusaha mengetahui hakikatnya terlebih dahulu, sebagaimana nabi Nuh a.s tidak diperkenankan memohon tanpa mengetahui hakikatnya. Petunjuk yang benar yang turun kepada masing-masing pasangan kadangkala tidak dapat dibatalkan dengan permohonan petunjuk oleh orang lain tanpa berusaha mengetahui terlebih dahulu hakikat dari perjodohan mereka. Syaitan dalam tingkatan yang sangat tinggi akan berusaha untuk hadir bagi semua pihak yang dilibatkan sebagai upaya membuat fitnah bagi manusia.

Syaitan tidak hanya hadir dalam perjodohan yang baik. Ketika perjodohan yang dipandang seseorang tidak baik terjadi, semua pihak tidak boleh melakukan tindakan secara gegabah karena syaitan hadir di antara mereka. Tidak boleh suatu pihak melakukan hinaan terhadap pihak lainnya. Ada hati dan cinta yang terlibat dalam perjodohan itu, walaupun mungkin hanya sepihak. Sebuah hinaan yang ditujukan pada pihak lain akan membangkitkan pikiran dan kalimat buruk dalam pikiran pihak yang dihina, padahal ada hati dan cinta dalam diri mereka. Seringkali hal buruk menimpa seseorang sebagai qishas hinaan yang dilakukannya kepada jodoh yang datang kepadanya, dan hanya dapat dihilangkan atas ijin Allah dengan meminta maaf atas hinaan yang dilakukannya. Syaitan memanfaatkan jiwa-jiwa manusia dan hukum-hukum Allah untuk menimbulkan fitnah di antara manusia.

Orang-orang beriman tidak boleh merasa aman dari melakukan tindakan buruk semacam ini. Syaitan yang hadir justru akan semakin tinggi pangkatnya ketika berurusan dengan orang-orang beriman, dan setiap pihak akan didorong untuk melakukan tindakan buruk dalam proses demikian. Orang beriman seringkali melakukan hal yang buruk ini dan justru merasa bahwa mereka melakukan perbuatan yang baik.

Sekalipun seseorang benar-benar ikhlas untuk agama dalam perjodohan harapannya, sebuah hinaan dalam menolaknya akan membangkitkan dalam dirinya pikiran dan kalimat buruk tentang jodoh yang diharapkan. Seseorang yang ikhlas dalam agama mungkin akan berusaha menahan kalimat itu untuk tidak keluar dari mulutnya, tetapi kalimat buruk itu pasti akan bangkit dalam pikirannya. Boleh jadi ia tidak bisa menahan rembesan sebagian kalimat buruk itu dalam munajatnya kepada Allah. Itu merupakan sumber fitnah yang mungkin timbul dari proses perjodohan. Dalam perjodohan secara umum, Rasulullah SAW menyarankan umatnya untuk menerima pinangan orang lain untuk menghindari fitnah. Beberapa kriteria perjodohan secara khusus lebih utama atau harus dilakukan hingga memungkinkan untuk tidak menerima pinangan seseorang.

Setiap orang harus memperhatikan batas yang dapat dilakukan dalam interaksinya tentang perjodohannya. Dalam suatu perjodohan terkandung batas-batas keimanan, dimana seseorang dapat tergolong kepada orang yang kufur terhadap nikmat Allah dan beriman kepada yang bathil bilamana bersikap salah dalam tindakannya ketika berinteraksi dalam perjodohan. Masalah rejeki, paras wajah, nasab dan agama mengandung batas-batas keimanan yang harus dipatuhi. Seseorang harus mempertimbangkan perjodohan yang datang dengan sebaik-baiknya, boleh menerima atau menolak, tetapi tidak boleh menghina persoalan rezeki, paras wajah, nasab ataupun agama seseorang karena itu terkait langsung dengan kehendak Allah. Menerima atau menolak jodoh yang datang harus dilakukan dengan cara dan kalimat yang sebaik-baiknya, tidak menimbulkan fitnah di antara masyarakat. Seringkali fitnah itu kembali kepada orang yang melakukan tindakan tidak baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar