Pencarian

Kamis, 13 Mei 2021

Ruh, Amr Allah dan Bacaan Alquran

Rasulullah SAW menyeru umat manusia untuk kembali kepada Allah. Ini adalah perjalanan panjang yang harus ditempuh setiap manusia sejak kehidupannya di bumi hingga kelak bertemu Allah di alam makhsyar. Sebagian manusia bertemu Allah dalam ridha-Nya, sebagian bertemu dengan murka-Nya, dan sebagian besar manusia digiring untuk bertemu Allah setelah kesesatan mereka dalam semua fase kehidupan yang berjalan ribuan tahun.

Untuk memperoleh jalan kehidupan yang selamat, setiap orang hendaknya berusaha benar-benar mengikuti apa-apa yang diturunkan kepada mereka berupa kitabullah dan tidak mengikuti apa-apa yang selain itu dengan menjadikannya sebagai wali. Hal ini seringkali tidak mudah dilakukan karena kehidupan di bumi. Manusia seringkali lebih mempercayai apa yang ada ditangannya daripada ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam kitabullah.

Dalam perjalanan kembali kepada Allah, ada sebuah fase dimana Allah akan mewahyukan kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya ruh yang membawa perintah-Nya. Dengan ruh tersebut, seseorang akan mengerti tentang kitab diri yang harus dipatuhinya dalam kehidupan di dunia. Bila orang itu memenuhi kitab dirinya, maka dirinya akan memperoleh hakikat-hakikat kebenaran (alhaqq) yang akan menjadi pemberat timbangan pada hari akhir. Kesesuaian amal dengan kitab diri itulah yang mendatangkan pengertian tentang kebenaran. Kadangkala seseorang sangat banyak beramal akan tetapi tidak mendatangkan pengertian tentang kebenaran. Hal itu menjadi tanda bahwa kehidupan dirinya melenceng jauh dari kitab yang telah ditentukan baginya.

 

﴾۲۵﴿وَكَذٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلٰكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh dari amr (urusan) Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami telah menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS As-Syuura : 52)

Ruh pada dasarnya merupakan entitas yang menurunkan amr Allah kepada seseorang yang dikehendaki Allah, sehingga orang tersebut mengerti amanah yang harus ditunaikan di alam dunia. Seringkali orang tersebut melihat turunnya ruh kepada dirinya dalam wujud yang dikehendaki Allah, kemudian dirinya mengerti tentang urusan Allah bagi kehidupannya. Akan tetapi bukan tidak mungkin hanya terjadi tiba-tiba hatinya mengerti tentang urusan Allah yang harus ditunaikan dalam kehidupan dunia. Dengan turunnya amr Allah ke dalam hati, maka orang itu mengerti untuk apa dirinya diciptakan.

Amr Allah yang diturunkan kepada seorang hamba merupakan bagian dari amr yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Amr itu akan mengantarkan seseorang untuk mengerti tentang amr jami’ Rasulullah SAW, dimana ia akan mengerti peran dirinya dalam perjuangan Rasulullah SAW. Visi besar Rasulullah SAW akan dimengerti orang tersebut, walaupun dirinya hanya diberi kemampuan pada sebagian kecil dari amr jami’ Rasulullah SAW. Tidak ada amr yang diturunkan Allah kepada seseorang yang terpisah dari amr jami’ Rasulullah SAW. Hal ini perlu diperhatikan, karena iblis pun sebenarnya juga mendorong seseorang untuk mengenal diri, akan tetapi terlepas dari amr jami’ Rasulullah SAW.

Tanda bahwa ruh telah diwahyukan ke dalam hati seseorang adalah pemahamannya tentang alkitab bagi dirinya, dan pemahamannya akan iman dalam hatinya. Alkitab itu adalah bagian dirinya dari Alquran. Orang itu akan mengerti ayat-ayat Alquran yang diperuntukkan bagi dirinya, ayat yang menjelaskan segala sesuatu terkait kehidupan dirinya dan semua amanah yang harus ditunaikan dalam kehidupan di dunia. Sebelum pewahyuan ruh, seseorang hanya dapat menyentuh permukaan ayat-ayat alquran dan barangkali ayat-ayat itu tidak bercerita secara jelas dan khusus tentang kehidupan dirinya. Setelah pewahyuan ruh, maka ruh itu membacakan alkitab kepada dirinya sehingga dirinya mengerti alkitab dan imannya.

Walaupun pemahaman seseorang terhadap Alkitab dirinya baru terjadi bilamana ada pewahyuan ruh, akan tetapi Allah selalu menjadikan Alquran sebagai cahaya terang yang menerangi kehidupan hamba-hamba yang dikehendaki. Alquran itu selalu memberikan petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki Allah untuk menerima petunjuk-Nya. Orang-orang yang memperoleh terangnya cahaya Alquran adalah hamba-hamba yang dikehendaki Allah untuk menerima petunjuk-Nya walaupun mungkin belum menerima pewahyuan ruh. Bilamana seseorang dapat membaca Alquran dengan membawa cahaya, manusia tidak boleh menganggap pembacaan itu sebagai hal remeh karena status orang yang membacanya.

Orang yang telah menerima pewahyuan ruh itu dijadikan Allah sebagai orang-orang yang dapat memberikan petunjuk bagi manusia menuju shirat al-mustaqim. Mereka benar-benar memberikan petunjuk menuju shirat al-mustaqim karena mereka telah mengikuti Rasulullah SAW dengan benar, dalam urusan masing-masing. Tidak semua hal dilakukan dengan benar oleh orang yang telah menerima pewahyuan ruh, tetapi dibatasi oleh urusan Allah yang diturunkan bagi masing-masing. Dalam tingkatan berikutnya, orang-orang yang telah memperoleh terangnya Alquran dapat dikatakan sebagai orang yang dapat menunjukkan kepada shirat al-mustaqim, walaupun mungkin saja masih ada kesalahan yang bisa dilakukan dalam mengikuti rasulullah SAW.

Tidak boleh ada kerancuan dalam melibatkan ruh dalam memahami Alquran. Kadangkala seseorang menganggap bahwa pemahaman tentang Alquran harus divalidasi oleh ruh. Hal ini merupakan cara pandang yang terbalik. Cara pandang yang benar adalah apa yang diturunkan oleh ruh ke dalam hati manusia harus divalidasi dengan Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Yang menjadi amanah bagi seseorang adalah bacaan ruh yang dapat divalidasi dengan Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW, dan turunannya yang jelas. Ini harus diperhatikan karena boleh jadi syaitan juga melemparkan bisikan tentang amr. Alquran merupakan panduan menyeluruh yang diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW sebagai penghulu segenap makhluk, petunjuknya meliputi segenap hal yang dibutuhkan oleh segenap makhluk yang menginginkan kebenaran, sedangkan ruh merupakan pembawa bagian dari Alquran untuk perseorangan. Alquran lebih menyeluruh dibandingkan pembacaan ruh.

 

Ruh dan Jamaah

Ruh menjelaskan ayat Alquran bagi perseorangan, dan bagi tiap-tiap orang terdapat ruh yang akan membacakan bagian Alquran bagi dirinya. Ruh bersifat personal bagi perseorangan. Dalam jamaah, ruh-ruh berkumpul bersama berdasarkan kesamaan yang mereka kenal. Sebagian ruh berkumpul karena mengenal ruh lain yang membawa urusan berdekatan, sedangkan satu ruh dengan ruh lain yang urusannya berjauhan akan berpisah.

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda :
الأرواحُ جنودٌ مجنَّدةٌ . فما تعارف منها ائتَلَف . وما تناكَر منها اختلف
Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka maka akan bersatu. Dan yang saling merasa asing di antara mereka maka akan berpisah.” (HR. Muslim 6376)

Ruh bukanlah entitas yang maha mengetahui. Walaupun jauh lebih berpengetahuan daripada jasmani manusia, pengetahuan yang dibawa satu ruh mempunyai batas-batas tertentu, tidak mencakup semua hal. Tidak ada manusia yang menjadi segel kebenaran kecuali rasulullah SAW, dan mungkin beberapa manusia yang dipilih Allah. Satu ruh belum tentu mengenal ruh orang lain. Demikian pula berlaku dalam pembacaan Alquran. Satu ayat yang dibacakan satu ruh kepada seseorang belum tentu bisa dibaca oleh ruh yang diperuntukkan bagi orang lain. Masing-masing orang akan mengetahui pembacaan Alquran oleh ruh dirinya, dan belum tentu mengetahui pembacaan Alquran oleh ruh orang lain yang terpisah dengan ruh-nya. Dengan demikian, seseorang belum tentu bisa melakukan validasi terhadap bacaan Alquran oleh ruh orang lain.

Validasi Alquran bisa dilakukan dalam struktur kesatuan. Rasulullah SAW bisa melakukan validasi terhadap semua bacaan Alquran, dan bahkan beliau harus dijadikan pedoman kebenaran pembacaan Alquran setiap manusia. Tidak ada pembacaan Alquran yang benar yang bertentangan dengan penjelasan Rasulullah SAW. Pemahaman suatu ayat Alquran satu orang dengan orang lain bisa berbeda, akan tetapi tidak pernah pemahaman yang benar bertentangan dengan penjelasan rasulullah SAW. Dalam struktur kesatuan yang sama, satu orang pemimpin urusan mungkin dapat melakukan validasi pemahaman terhadap ruh yang ada dalam kesatuannya, akan tetapi tidak ada jaminan bahwa pemahaman pemimpin lebih baik daripada anak buahnya dalam urusan anak buahnya. Ketakwaan masing-masing menentukan kualitas pemahaman seseorang terhadap Alquran.

Pada sudut pandang sebaliknya, tidak ada orang yang bisa melakukan validasi atas apa yang diajarkan rasulullah SAW. Para ahli hadits dan ulama lain tidak mempunyai hak untuk menghukumi salah atau benar suatu isi hadits. Ilmu mereka tidak akan meliputi pengetahuan rasulullah SAW. Mereka hanya menentukan kategori hadits sebagai shahih, dlaif atau kategori lain berdasarkan kriteria periwayatan hadits. Demikian pula pada masyarakat junud al mujannadah berdasarkan ruh, seorang anak buah tidak akan dapat melakukan validasi terhadap pemimpinnya, dan seorang pemimpin tidak akan dapat melakukan validasi terhadap ruh dari kesatuan yang lainnya. Hal ini harus dimengerti orang yang mendapatkan wahyu ruh tentang ruh mereka, bahwa mereka mempunyai batasan yang tidak boleh dilampaui. Penting bagi mereka mengenal pemimpin mereka sebagai jalan untuk mengenal Rasulullah SAW. Tanpa wasilah, boleh jadi mereka tersesat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar