Pencarian

Jumat, 01 Maret 2024

Keihsanan dan Kekuatan Masyarakat

Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia untuk menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia dalam beribadah kepada Allah. Hendaknya seluruh umat manusia mengikuti jejak langkah beliau SAW dengan membentuk akhlak al-karimah dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Dengan mengikuti Rasulullah SAW, seseorang akan menemukan jalan untuk kembali kepada Allah menjadi hamba yang didekatkan.Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia untuk menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia dalam beribadah kepada Allah.

Allah telah menggariskan jalan-jalan kehidupan bagi setiap manusia, baik jalan ketakwaannya ataupun jalan yang penuh dosa. Setiap orang dapat memilih garis kehidupan yang telah ditentukan tersebut. Bila bertakwa, seseorang akan menemukan di jalan kehidupan yang dikehendaki Allah pengetahuan yang banyak tentang Allah. Pengetahuan itu merupakan sumber keihsanan bagi setiap hamba. Agama yang paling ihsan dapat diperoleh seseorang dengan jalan menempuh kehidupan berserah diri, berbuat dengan penuh keihsanan dan mengikuti millah nabi Ibrahim a.s secara hanif. Allah telah menjadikan nabi Ibrahim a.s sebagai khalil (kesayangan) bagi-Nya, karena itu jalan yang telah beliau a.s tempuh hendaknya dijadikan panduan bagi umat manusia sebagai jalan untuk kembali kepada Allah.

﴾۳۵﴿وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا
Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (QS Al-Israa’ : 53)

Baiknya agama seseorang akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat mereka. Millah nabi Ibrahim a.s akan menjadikan seseorang mampu melahirkan amal sebagai sumbangsih mereka bagi kehidupan bermasyarakat. Keislaman akan menjadikan seseorang erat berpegang pada tali Allah, dan keihsanan akan menjadikan kualitas amal-amal menjadi baik. Ada hubungan timbal balik di antara ketiga keadaan di atas yang akan menjadikan seseorang meningkat kebaikannya.

Salah satu manfaat keihsanan adalah menghilangkan perselisihan di antara hamba-hamba Allah. Syaitan selalu berusaha untuk menimbulkan perselisihan di antara manusia. Karena perbuatan syaitan umat manusia menjadi berselisih satu dengan yang lain. Tidak semua perselisihan terjadi karena perbuatan syaitan, akan tetapi syaitan selalu bergembira dan berusaha memperbesar perselisihan di antara manusia. Perselisihan demikian tidak hanya terjadi di kalangan orang-orang kafir. Orang-orang yang berjuang di atas kebaikan untuk tujuan yang sama seringkali tidak terlepas dari perselisihan karena perbuatan syaitan. Demikian pula beriman tidak terlepas dari upaya syaitan untuk menimbulkan perselisihan. Keihsanan dan perkataan yang ihsan akan mengalahkan perbuatan syaitan yang membuat perselisihan di antara umat manusia.

Syaitan Sebagai Qarin

Keihsanan tidak dapat diukur dengan hawa nafsu, tetapi harus diukur dengan tuntunan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Mengukur keihsanan tanpa melihat tuntunan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW bisa menjadi sangat berbahaya. Ada orang-orang yang mengira bahwa mereka menjalankan perintah Allah sedangkan sebenarnya mereka terjerumus mengikuti syaitan. Suatu keihsanan mungkin saja berbenturan dengan keihsanan yang lain, sedangkan salah satu di antara keihsanan itu atau keduanya palsu. Bila suatu keihsanan ditenggelamkan dengan keihsanan yang palsu, maka syaitan akan mudah menimbulkan perselisihan di antara manusia. Cara demikian termasuk cara syaitan yang paling efektif untuk meredam meningkatnya keihsanan di antara manusia, dan seringkali hal demikian dibantu oleh manusia sendiri tanpa menyadari dan justru merasa ihsan. Setiap keihsanan harus diukur bobot kebenarannya dengan kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW.

﴾۵۲﴿ وَقَيَّضْنَا لَهُمْ قُرَنَاءَ فَزَيَّنُوا لَهُم مَّا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَحَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِم مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ
Dan Kami sertakan bagi mereka qarin-qarin (teman karib) yang menjadikan mereka memandang indah apa yang ada di tangan mereka dan di belakang mereka dan benarlah atas mereka perkataan atas umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jinn dan manusia, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. (QS Fusshilat : 25-26)

Allah menyertakan kepada orang-orang tertentu qarin-qarin, sedangkan mereka dan umat mereka dijadikan sebagaimana nasib umat-umat yang terdahulu. Qarin bagi mereka itu bisa berasal dari alam jin dan manusia, kebanyakan berasal dari alam jin yang diqarinkan bagi manusia. Para jin tersebut mempunyai pengetahuan dari kehidupan yang lebih panjang dari umat manusia sehingga bisa memberikan nasihat-nasihat berdasarkan pengalaman mereka. Manakala qarin itu berasal dari kalangan jin jenis Iblis, mereka mungkin bahkan mengalami kehidupan di alam yang tinggi di masa lalu. Mereka bisa memberikan nasihat-nasihat berdasar pengetahuan di alam yang tinggi.

Para qarin menjadikan manusia-manusia dan umat yang mengikuti mereka memandang indah segala sesuatu yang mereka perbuat dan apa-apa yang akan terjadi mengikuti perbuatan mereka. Mereka memberikan arahan perbuatan-perbuatan kepada seseorang yang didampinginya, dan orang tersebut kemudian tampak dalam pandangan manusia sebagai orang yang cerdas. Demikian pula mereka sendiri merasakan tambahan kecerdasan yang lebih daripada manusia lainnya. Arahan itu seringkali berupa tindakan-tindakan yang berada di daerah abu-abu syubhat, banyak madlarat bagi umat manusia dan ada keuntungan darinya akan tetapi para syaitan membuat sisi keuntungan itu lebih tersiar bagi manusia. Manusia akan sulit membuktikan kesalahan dari tindakan yang dilakukan walaupun sebagian mampu melihat madlarat yang ditimbulkan dari tindakan itu. Para qarin itu menjadikan apa-apa yang mereka perbuat indah dalam pandangan manusia, sedangkan madlaratnya dijadikan bahan perbantahan-perbantahan di antara manusia yang menjadikan mereka lemah, dan para qarin itu leluasa berkuasa bersama yang disertainya.

Arahan mereka tidak terbatas pada batasan-batasan syubhat. Tidak sedikit para qarin memberikan arahan perbuatan yang jelas diharamkan Allah, dan perbuatan itu dijadikan indah dalam pandangan dirinya dan umatnya. Karena itu mereka dan umat mereka tidak memandang keharaman perbuatan mereka dan justru memandang indah. Suatu perbuatan yang haram dapat dipuja-puji oleh suatu umat manusia sebagai perbuatan mulia karena qarin yang berbuat demikian. Sebagian qarin itu berasal dari kalangan Iblis yang pernah menempati kedudukan tinggi, maka mereka dapat memberikan arahan sesuai keadaan di kedudukan yang tinggi. Bila manusia mengukur keihsanan dengan hawa nafsu mereka, maka syaitan dengan mudah menipu mereka. Umat manusia akan mengetahui ukuran kebenaran keihsanan mereka berdasarkan tuntunan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.

Seseorang yang ihsan pada dasarnya mempunyai pengetahuan tentang urusan Allah, dan mereka mampu membaca ayat Allah berdasarkan pengetahuan dan akhlak mulianya, dan mampu mengenali tipuan syaitan yang datang dengan keihsanannya. Kesucian hati akan mengantar seseorang untuk berakhlak mulia, dan pengetahuan tentang Allah tumbuh mengikuti akal yang tumbuh karena akhlak mulia itu. Kesucian tanpa membentuk akhlak mulia dengan akal yang baik tidak mendatangkan manfaat, dan tidak jarang justru mendatangkan kesombongan karena indera-indera qalb yang menguat tanpa disertai akal. Akhlak mulia tidak hanya ditunjukkan dengan kesucian, tetapi juga tumbuhnya akal dalam qalbnya. Dalam kasus tertentu, Allah mungkin saja berkehendak menonjolkan pentingnya tumbuhnya akal mendahului kesucian melalui seorang hamba-Nya.

Cara Syaitan Mengalahkan Keihsanan Umat

Banyak orang yang mempunyai qarin bukan karena Allah menyertakannya. Sebagian orang memperoleh warisan. Sebagian orang bisa dekat dengan para jin walaupun tidak terikat pada qarin. Hal demikian tidak menjadi suatu penyebab terbentuknya umat yang celaka, dan orang-orang demikian pada dasarnya dapat lebih mudah lepas dari para qarin mereka. Tapi perlu disadari bahwa para jin itu akan berbuat seperti para qarin yang disertakan Allah, karena mereka sebenarnya qarin, memberikan nasihat-nasihat yang mungkin tampak baik tetapi tidak membawa kebaikan pada ujungnya atau justru menyesatkan. Setiap orang hendaknya selalu berpegang teguh pada kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW agar bisa menempuh jalan yang paling ihsan.

Qarin yang dilekatkan kepada seseorang adalah qarin yang menjadikan umat manusia menentang tuntunan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Sebagian penentangan itu dilakukan dengan bahasa yang sama dengan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW, dan sebagian penentangan dilakukan dengan bahasa turunan berupa kaidah dalam kehidupan yang bertentangan dengan kitabullah Alquran.

﴾۶۲﴿وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu menyimak Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka". (QS Fusshilat : 25-26)

Tidak semua pembahasan tentang kitabullah atau pembahasan urusan-urusan berdasarkan kitabullah merupakan pembahasan yang benar. Para Qarin sebenarnya juga mengarahkan umat manusia menimbulkan hiruk pikuk dalam pembahasan Alquran untuk mengalahkan umat manusia. Hiruk pikuk tentang Alquran yang mereka buat disebut dengan istilah الْغَوْا yang menunjuk pada hiruk pikuk berkata-kata. Mereka memunculkan pembahasan-pembahasan tentang Alquran untuk menenggelamkan pembahasan tentang Alquran yang paling akurat mengungkapkan kebenaran dari sisi Allah. Pada masyarakat yang kurang akalnya, pembahasan yang akurat akan mudah ditenggelamkan, sedangkan pada masyarakat berakal kuat, para qarin akan sulit untuk menenggelamkan. Setiap jamaah yang berusaha mengikuti Rasulullah SAW hendaknya berusaha agar pembahasan Alquran yang paling akurat mengungkapkan kebenaran dari sisi Allah dapat terlihat dengan jelas, atau setidaknya tidak ditenggelamkan, tanpa terjebak pada fanatisme.

Setiap orang beriman harus mengikuti langkah nabi Ibrahim a.s berserah diri dengan sikap hanif mengikuti kebenaran yang lebih baik. Manakala seseorang fanatik dengan kebenaran dirinya sebagai kebenaran final, ia akan mudah dikalahkan. Langkah nabi Ibrahim a.s kembali kepada Allah merupakan tauladan perjalanan yang sempurna bagi umat manusia dalam kehidupan di dunia, perjalanan keluar melarikan diri dari kesyirikan hingga terbina suatu bayt untuk meninggikan dan mendzikirkan asma Allah. Millah nabi Ibrahim a.s tersusun dari tahapan-tahapan yang dapat ditempuh sebagai arah yang jelas, dan dapat dijadikan ukuran keihsanan mereka untuk mengetahui dan mengurai tipu daya syaitan pada setiap tingkatan. Tanpa mengikuti millah nabi Ibrahim a.s, manusia tidak akan mengetahui cara mengurai tipuan syaitan yang akan menghampiri diri mereka.

Pada bahasa agama, para qarin dari kalangan syaitan mengajarkan kepada manusia konsep-konsep tauhid dan syariat yang dibuat sedemikian tidak menjadikan umat manusia memperoleh jalan untuk kembali mendekat kepada Allah. Mereka mengubah-ubah kedudukan firman-firman Allah sebagaimana para ahlul kitab mengubah-ubah kedudukan firman Allah dalam kitab mereka hingga manusia mengalami kesulitan untuk mengenali kehendak Allah yang sebenarnya, dan pengajaran itu justru menimbulkan perselisihan di antara umat Rasulullah SAW. Pada dasarnya Alquran tidak akan dapat dibengkokkan, tetapi syaitan dapat mengubah kedudukan ayat-ayatnya dalam pembahasannya di antara manusia. Kaum khawarij berbangga dengan syariat mereka yang menjadikan para sahabat berkecil hati, tetapi sebenarnya mereka tidak melangkah sedikitpun kembali kepada Allah.

Selain pengajaran dengan mengubah kedudukan firman-firman Allah, para qarin juga mengajarkan kepada manusia suatu kesesatan ketika menempuh taubat dengan kalimat-kalimat yang menentang firman Allah. Mereka akan berbangga dengan tingkat pengetahuan di antara mereka tanpa menyadari kesesatannya. Mereka kemudian tergelincir pada suatu kesombongan sehingga mengabaikan kebenaran dan menganggap remeh manusia yang menyampaikan kebenaran. Kesombongan tidak boleh ada sedikitpun pada manusia sekalipun telah mencapai kedudukan yang tinggi. Kadangkala seseorang menjadi sombong ketika telah mencapai langkah tertentu tanpa menyadari kesombongannya. Ia meremehkan orang lain dan mungkin saja merampas haknya di sisi Allah, tanpa menyadari nilai yang dirampas itu dalam pandangan Allah, kerusakannya bagi sunnah Rasulullah SAW dan millah Ibrahim a.s, dan manfaatnya bagi orang yang dirampas. Manakala disampaikan kepada mereka firman Allah, mereka tidak memandang firman itu sebagai bacaan yang benar. Dengan demikian mereka menentang firman Allah berupa pembacaan Alquran, sedangkan pembacaan itu dilakukan dengan benar. Kerusakan karena kesesatan demikian akan mengakibatkan kerusakan yang sangat besar.

Para qarin itu juga akan merusak sendi-sendi kehidupan berdasar tuntunan kitabullah. Alquran telah memberikan tuntunan pokok-pokok dalam menempuh kehidupan di dunia. Misalnya sendi-sendi keadilan dan pemakmuran dalam kehidupan duniawi telah diajarkan Alquran. Para qarin itu juga mengajarkan kepada manusia untuk merusak sendi-sendi kehidupan sesuai tuntunan Alquran. Pemakmuran di antara mereka mungkin akan dihitung hanya secara gross berupa pendapatan secara nasional tanpa memperhatikan secara proporsional bahwa yang memperoleh pendapatan itu hanya segelintir manusia di antara mereka, sedangkan orang-orang miskin tidak diperhatikan keadaannya. Dengan mengemukakan pendapatan nasional, mereka menjadikan diri mereka dipandang baik oleh manusia, sedangkan tuntunan kitabullah Alquran telah dilanggar. Orang-orang yang terikat pada qarin akan melanggar ketentuan-ketentuan dalam Alquran dengan sengaja untuk mengalahkan umat manusia. Bila orang beriman dalam keadaan lemah tidak mengenal keihsanan atau berbantah-bantah tanpa keihsanan dalam urusan itu, maka mereka akan terkalahkan.

Cara-cara yang dilakukan para syaitan tidak terbatas pada contoh-contoh di atas. Sangat banyak upaya makar syaitan yang dilakukan, baik sendiri ataupun dengan melibatkan umat manusia. Orang-orang beriman hendaknya membina keihsanan setimbang dengan upaya makar syaitan yang mereka lihat, karena keihsanan itu yang akan mengalahkan tipu daya syaitan. Di satu sisi, makar syaitan itu dapat dipandang oleh orang-orang beriman sebagai stimulus untuk meningkatkan keihsanan masing-masing. Tidak ada hal bathil yang dihadirkan Allah bagi setiap orang beriman.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar