Pencarian

Minggu, 03 September 2023

Sihir dan Pengetahuan Tentang Allah

Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia untuk menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia dalam beribadah kepada Allah. Hendaknya seluruh umat manusia mengikuti jejak langkah beliau SAW dengan membentuk akhlak al-karimah dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Dengan mengikuti Rasulullah SAW, seseorang akan menemukan jalan untuk kembali kepada Allah menjadi hamba yang didekatkan. Jalan untuk didekatkan kepada Allah tersebut dikenal sebagai shirat al-mustaqim.

Akhlak al-karimah terbentuk melalui pengenalan terhadap Allah dengan mengenal asma’ul-husna yang dimiliki-Nya. Hal itu dapat diperoleh bila seseorang menempuh perjalanan kembali (bertaubat) kepada Allah. Bila ia menempuh perjalanan yang benar, ia akan menemukan keping-keping pengetahuan tentang asma ul-husna yang akan memperkenalkan dirinya kepada Allah sedikit demi sedikit, dan pada suatu saat ia akan memperoleh keterbukaan pengenalan terhadap penciptaan dirinya. Bila seseorang mengenali keterbukaan pengenalan diri, ia dikatakan mengenal rabb-nya. Yang dimaksud adalah mengenal tajalli Allah yang akan diperkenalkan kepada dirinya dan mengenal dengan benar kehendak Allah atas dirinya.

Memperoleh pengetahuan tentang Allah tidak hanya terjadi pada orang-orang yang bertaubat kepada Allah. Sebagian manusia menempuh jalan langit untuk kemegahan diri mereka dan memperoleh pengetahuan tentang Allah, akan tetapi sebagian pengetahuan yang mereka peroleh adalah pengetahuan yang salah. Sebagian dari para tukang sihir adalah orang-orang yang memperoleh pengetahuan yang salah tentang Allah, dan mereka memanifestasikan pengetahuan mereka itu kepada umat manusia. Mereka mengatakan kepada manusia perkataan-perkataan yang diada-adakan tentang Allah.

﴾۱۶﴿قَالَ لَهُم مُّوسَىٰ وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُم بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَىٰ
Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan perkataan terhadap Allah secara dusta, maka Dia menimpa kamu dengan siksa". Dan sesungguhnya telah tercerabutlah orang yang mengada-adakan (perkataan) (QS Thahaa : 61).

Perkataan yang diada-adakan tentang Allah merupakan salah satu tiang yang menopang tegaknya urusan syaitan di antara manusia selain dengan keburukan dan dengan kekejian. Sebagian ahli sihir merupakan orang-orang yang diajari pengetahuan tentang Allah oleh para syaitan sedangkan pengetahuan mereka itu hanya diada-adakan oleh syaitan. Dengan pengetahuan demikian, syaitan menegakkan tiang mereka untuk menegakkan urusan mereka atas umat manusia. Demikianlah para ahli sihir itu menegakkan urusan syaitan atas umat manusia diantaranya dengan perkataan-perkataan yang diada-adakan tentang Allah.

Ayat di atas bercerita tentang percakapan nabi Musa a.s kepada para ahli sihir Fir’aun. Para ahli sihir pada jaman dahulu adalah orang-orang yang dapat melakukan manipulasi-manipulasi wujud bendawi bagi pandangan umat manusia di alam jasmani dengan menggunakan pengetahuan yang diada-adakan tentang Allah. Pada jaman setelah nabi Muhammad SAW sihir syaitan itu tetap ada dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan yang diada-adakan tentang Allah, akan tetapi lebih banyak menyentuh tatanan kehidupan manusia. Sihir wujud bendawi saat ini kebanyakan hanya merupakan sihir kecil, sedangkan sihir besar syaitan diberikan pada banyak ahli sihir yang membantu kelompok-kelompok manusia untuk membuat persepsi dan pandangan yang keliru dalam tatanan umat manusia hingga tatanan yang baik dikatakan buruk dan tatanan yang buruk menjadi baik dalam pandangan manusia.

Sihir syaitan yang paling berpengaruh di bumi terjadi melalui pengetahuan yang salah, baik pengetahuan tentang Allah ataupun pengetahuan turunan dari kehendak Allah di alam dunia. Misalnya tatanan ribawi dalam kehidupan dunia tidak dapat hilang karena tidak terumuskan tatanan yang baik yang dapat melampaui tatanan ribawi. Hal ini terjadi karena adanya pengetahuan yang salah dan sihir syaitan. Kaum muslimin seringkali bingung tidak bisa mengatakan apakah tatanan ribawi itu dapat disebut riba, dan umat islam kemudian merasa nyaman dengan tatanan itu karena tidak mempunyai ide untuk tatanan yang baik. Pemikiran demikian membuat umat islam tidak dapat keluar dari sistem riba karena tidak mengetahui pokok dari riba yang terjadi.

Pengetahuan yang salah tentang Allah akan mendatangkan timpaan siksa atas orang yang membuatnya, dan mungkin para pengikutnya. Ada kejahatan dalam kedustaan pengetahuan tentang Allah yang diperbuat oleh syaitan yang akan menjadikan para makhluk celaka. Manakala para makhluk mengikuti kedustaan itu, mereka akan menjadi buruk dan/atau celaka hingga mendatangkan siksaan dari Allah karena keburukan mereka. Boleh jadi mereka akan menjadi makhluk-makhluk yang buruk sedangkan mereka merasa sebagai makhluk yang baik. Barangkali mereka mendatangkan kecelakaan sedangkan mereka merasa mengusahakan kebaikan.

Allah tidak berkehendak untuk menyiksa orang yang mengalami kesalahan karena kesalahannya, akan tetapi keburukan akhlak yang akan mendatangkan adzab. Juga karena keburukan yang menimpa makhluk lainnya. Pengetahuan yang keliru itu seringkali merepotkan dan mendatangkan celaka. Orang berakal akan merasa kesal terhadap orang-orang yang berpegang pada pengetahuan yang keliru. Sikap orang berakal seringkali merupakan bayangan sikap Allah. Berpegang pada ilmu yang keliru membuat seseorang tidak memahami pengetahuan mereka sendiri, sehingga tidak mau memperhatikan kebenaran dan memperbaiki diri. Kejengkelan makhluk-makhluk berakal itu dapat mengundang terperciknya siksa Allah. Siksa itu kemudian akan menimpa orang-orang yang mengatakan perkataan mengada-ada terhadap Allah. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan setiap hamba Allah adalah agar berpegang pada kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.

Pengetahuan yang keliru tentang Allah tidak hanya terjadi pada ahli sihir. Orang-orang yang kembali dengan taubat dapat pula memperoleh pengetahuan yang diada-adakan tentang Allah bila tidak berpegang teguh pada kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Syaitan sangat senang untuk memberikan ilham-ilham pengetahuan mereka kepada orang-orang yang mereka inginkan. Umat nabi Muhammad SAW sangatlah beruntung memperoleh salinan firman Allah di tangan mereka yang diturunkan dari sisi Allah. Dengan kitabullah Alquran setiap hamba Allah dapat memperoleh pengetahuan yang benar tentang Allah dan menyingkirkan pengetahuan-pengetahuan yang diada-adakan yang sampai pada mereka. Dengan pengetahuan yang benar, setiap hamba Allah dapat menempuh perjalanan kembali kepada Allah dengan selamat.

Pengetahuan yang diada-adakan akan mencerabut manusia dari jalan Allah. Kata “خَابَ” dapat dimaknai merugi dalam konteks rugi karena tercerabut dari kedudukan mereka yang benar. Setiap manusia hendaknya kembali bertaubat kepada Allah dengan membina akhlak mulia sebagaimana tumbuhnya pohon thayyibah dalam diri mereka. Tumbuhnya pohon thayyibah membutuhkan tempat tumbuh pada bumi dunia dan membutuhkan cahaya Allah. Manakala seseorang membuat perkataan yang diada-adakan tentang Allah, mereka tercerabut dari bumi mereka. Manakala seseorang mengikuti pengetahuan yang diada-adakan tentang Allah, pengetahuan itu dapat menjadikan pohon thayyibah mereka tercerabut dari tempat tumbuhnya, dan hal itu akan membuat pertumbuhan tidak baik pada pohon thayyibah.

Jalan Mulia tidak Selalu Cepat

Orang yang mempunyai pengetahuan tentang Allah akan ditinggikan derajatnya di antara para makhluk. Mereka akan dapat melihat kebenaran dan melihat apa yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dengan ilmu mereka sehingga dapat memberikan penjelasan arah kehidupan yang benar kepada umat manusia. Mereka dapat memerintahkan manusia kepada al-ma’ruf dan menjauhkan manusia dari kemunkaran. Akan tetapi tidak semua manusia akan dapat melihat kebenaran yang disampaikan oleh orang berilmu. Seringkali umat mereka tidak mampu melihat kebenaran yang disampaikan oleh orang-orang yang berilmu.

Dalam peristiwa nabi Musa a.s melawan para penyihir, para penyihir Fir’aun memandang Musa a.s dan Harun a.s sebagai penyihir sebagaimana mereka. Mereka tidak melihat perbedaan pengetahuan yang benar dengan pengetahuan yang diada-adakan pada diri mereka, tetapi tampak sama saja antara ilmu mereka dengan ilmu nabi Musa a.s dan nabi Harun a.s.

﴾۳۶﴿قَالُوا إِنْ هٰذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَن يُخْرِجَاكُم مِّنْ أَرْضِكُم بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَىٰ
Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak mengusir kalian dari jalan kalian yang terbaik. (QS Thahaa :63)

Pengetahuan yang benar pada nabi Musa a.s dan nabi Harun a.s mereka pandang sebagai pengetahuan yang akan mengusir mereka dari jalan mereka yang paling cepat menguntungkan. Mereka adalah orang-orang yang menempuh jalan ke langit tanpa menyadari bahwa jalan mereka ke langit adalah jalan yang keliru. Akan tetapi mereka melihat jalan itu adalah jalan yang sangat efisien untuk mencapai suatu keinginan dalam waktu singkat. Segala sesuatu pada ilmu mereka tampak baik dalam pandangan para penyihir dan dengan itu mereka dapat memberikan kontribusi yang besar bagi negeri mesir.

Persepsi para ahli sihir itu akan tampak baik pada masa mereka, akan tetapi Allah Maha Mengetahui bahwa jalan demikian tidaklah baik. Jalan mereka itu hanya akan melahirkan manipulasi-manipulasi duniawi tanpa ada pemakmuran yang sebenarnya. Jalan yang benar dari sisi Allah diberikan kepada nabi Musa a.s dan Harun a.s, dan kedua nabi itu dikehendaki untuk mengalihkan jalan yang mereka tempuh menuju jalan yang dikehendaki Allah. Jalan nabi Musa a.s dan nabi Harun itulah yang dapat mengantarkan manusia kembali kepada Allah, dan jalan yang akan melahirkan kemakmuran di muka bumi. Jalan para ahli sihir itu hanya akan menjadikan mereka dan umat manusia hanya berputar-putar dalam masalah duniawi tidak beranjak darinya. Kemakmuran satu pihak hanya berdiri di atas kemiskinan pihak lain, sedangkan mereka tidak mempunyai arah kehidupan dalam penderitaan mereka.

Nabi Musa a.s dan nabi Harun a.s dipandang sebagai ahli sihir oleh para tukang sihir hingga mereka melihat hakikat yang ditampakkan oleh nabi Musa a.s. Para ahli sihir melakukan manipulasi pada tingkat tertentu hingga dapat mengubah bendawi yang mewujud secara berbeda dari hakikatnya, sedangkan nabi Musa a.s mewujudkan hakikat tertentu dari sisi Allah hingga mewujud secara jasmani. Sihir ini dapat diilustrasikan sebagaimana hipnotis, pelaku hipnotis melakukan manipulasi pada tingkat tertentu pada manusia objeknya hingga persepsi objek berubah, akan tetapi keadaan akhlak objek tersebut tidak berubah. Kadangkala akhlak objek tidak melampaui tingkatan yang dapat dilakukan oleh pelaku hingga objek tidak dapat mengembalikan atau menghilangkan hipnotis itu secara mandiri.

Dalam peristiwa nabi Musa a.s, para ahli sihir itu mampu memanipulasi pada tataran hampir mendekati hakikatnya hingga sihir mereka mempengaruhi bahkan diri seorang nabi. Beliau a.s merasa takut terhadap sihir mereka itu, akan tetapi Allah memberi petunjuk kepada nabi Musa a.s bahwa hakikat yang ada pada nabi Musa a.s berkedudukan lebih tinggi dari objek manipulasi yang dapat dilakukan oleh para ahli sihir. Ketika nabi Musa a.s membuktikan kepada para ahli sihir suatu hakikat dari sisi Allah, para ahli sihir itu mengetahui bahwa nabi Musa tidak melakukan manipulasi sihir tetapi diberi suatu hakikat yang harus diwujudkan kepada mereka. Para ahli sihir itu kemudian beriman kepada nabi Musa a.s dengan pengetahuan yang hak. Keyakinan berdasar pengetahuan itu tidak diperoleh oleh orang lain selain para ahli sihir karena pembuktian itu ditujukan terutama bagi ahli sihir.

Keyakinan para ahli sihir itu terjadi karena Allah menampakkan melalui nabi Musa a.s ilmu yang hak yang dekat dengan diri mereka. Seandainya ilmu itu terlalu jauh, mereka tidak akan melihat kebenaran itu dan barangkali akan menganggap nabi Musa a.s sebagai penyihir yang perlu ditakuti, atau tidak kalah buruk barangkali akan memandang nabi Musa a.s sebagai anak Allah. Demikian itu merupakan ketentuan Allah dalam sikap para nabi terhadap umatnya, mereka harus berusaha berbicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh kaumnya. Bila seorang pemimpin menunjukkan kehebatan yang tidak terjangkau oleh kaum mereka, kaum mereka akan mudah melenceng dari jalan Allah. Manakala tunduk, mereka tunduk secara tidak tepat, walaupun tunduk tetapi tidak mengikuti kebenaran yang dikehendaki Allah.

Para shalihin hingga para nabi mengajak manusia untuk mengubah akhlak mereka menuju kesempurnaan kemuliaan akhlak. Kemuliaan akhlak mencakup bentuk-bentuk adab yang mencapai inti dalam diri manusia. Landasan yang membentuk akhlak mulia adalah sifat rahmaniah dan rahimiah. Kedua sifat itulah hal yang seharusnya dimanifestasikan setiap manusia bagi semesta mereka secara tersambung dari sisi Allah melalui Rasulullah SAW hingga termanifestasi di alam dunia melalui diri mereka. Itu akan terwujud hanya melalui orang yang mempunyai akhlak mulia. Manusia tidak boleh mempelajari sihir karena sihir akan memanifestasikan keinginan syaitan dan dengan itu seseorang terputus hubungannya kepada Allah. Manusia tidak diperintahkan mengejar keajaiban, apalagi dengan melupakan Allah. Sihir tidak akan sedikitpun memanifestasikan kehendak Allah, sekalipun manakala sihir itu tampak seperti syariat agama, dan hasil-hasilnya tampak mengagumkan. Kadangkala agama tampak dekat dengan sihir dan sebaliknya. Perbedaan sihir dengan agama terletak pada adanya asas rahmaniah dan rahimiah dalam menunaikan agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar