Pencarian

Kamis, 28 September 2023

Ketetapan Allah Sebagai Bagian Kitab Diri

Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia untuk menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia dalam beribadah kepada Allah. Hendaknya seluruh umat manusia mengikuti jejak langkah beliau SAW dengan membentuk akhlak al-karimah dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Dengan mengikuti Rasulullah SAW, seseorang akan menemukan jalan untuk kembali kepada Allah menjadi hamba yang didekatkan.

Rasulullah SAW menyeru umat manusia untuk beriman kepada Allah dengan seruan yang sebaik-baiknya, akan tetapi tidak semua manusia mengikuti seruan tersebut. Sangat banyak hal yang menjadikan manusia terhijab dari seruan Rasulullah SAW. Bukan seruan Rasulullah yang tidak dapat dipahami manusia, akan tetapi ada hijab-hijab yang banyak pada setiap orang untuk dapat memahami seruan keimanan Rasulullah SAW.

﴾۸﴿وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman. (QS Al-Hadiid : 8)

Seruan Rasulullah SAW untuk beriman telah dilakukan dengan sangat jelas. Beliau SAW dapat memberikan penjelasan kepada seluruh manusia yang membutuhkan dengan penjelasan yang terang karena beliau mengetahui semua hakikat penciptaan. Tidak ada hakikat penciptaan yang tidak dapat dijelaskan Rasulullah SAW, akan tetapi tetap banyak orang yang tidak beriman dengan penjelasan beliau. Hal ini karena hijab itu ada pada diri manusia sendiri.

Salah satu sendi keimanan yang dijelaskan Rasulullah SAW kepada manusia agar manusia dapat beriman kepada Allah adalah perjanjian manusia dengan Allah sebelum penciptaan mereka di alam dunia. Allah telah mengambil perjanjian kepada setiap manusia sebelum mereka diciptakan di dunia, dan dengan perjanjian itu manusia mengetahui bahwa Allah adalah rabb bagi mereka. Perjanjian ini menunjukkan jalan ibadah seseorang kepada rabb mereka. Bila seseorang menemukan perjanjian ini, ia akan mengenal Allah sebagai rabb-nya, dan mengetahui amal-amal yang harus dilaksanakan sebagai jalan ibadah kepada Allah. Perjanjian ini menjadi salah satu objek yang sangat diperhatikan Rasulullah SAW, karena perjanjian itu merupakan jalan ibadah bagi setiap hamba Allah. Bila seseorang menemukan hal ini ia benar-benar telah beriman kepada Allah.

Rasulullah SAW menyeru keimanan tidak hanya kepada orang-orang yang beriman. Tentulah banyak hakikat yang dapat diceritakan Rasulullah SAW kepada orang-orang di sekitar beliau yang sekira dapat mengajak mereka untuk beriman. Penjelasan Rasulullah SAW itu tidak hanya terkait dengan aspek ghaib, tetapi juga menghubungkan keadaan kauniyah dengan jalan untuk bertemu Allah. Dalam hal-hal terkait dengan perjanjian, beliau dengan jelas menyampaikan bahwa hal itu akan mengantarkan manusia untuk masuk dalam golongan orang-orang yang selamat sebagai ahli surga atau orang yang celaka sebagai ahli neraka. Walaupun demikian banyak di antara mereka tidak beriman kepada seruan Rasulullah SAW. Sangat banyak hijab yang menutup hati manusia dari kebenaran. Walaupun Rasulullah SAW menyeru dengan pengetahuan yang banyak, tidak semua orang dapat memperoleh keimanan dengan seruan Rasulullah SAW.

Membaca Kauniyah

Beberapa hal kauniyah dijelaskan Rasulullah SAW sebagai bagian dari kitab bagi diri setiap manusia, di antaranya rezeki, ajal, amal dan sedih atau bahagianya setiap diri manusia. Keempat ketentuan itu diistilahkan sebagai kalimat, yang merupakan bagian dari kitab. Keempat hal itu ditetapkan secara baru bagi jasmani manusia sebagai kalimat yang akan berfungsi membuka kandungan kitab. Selain keempat ketentuan di atas, ada ketentuan yang lebih purba terkait dengan ketentuan bagi nafs yang juga merupakan bagian dari kitab diri. Perjodohan merupakan bagian kitab diri manusia yang lebih purba karena terkait penciptaan nafs sebagai jati diri manusia yang lebih hakiki dari jasmani. Perjodohan ini lebih dekat kedudukannya kepada perjanjian dengan Allah yang diistilahkan sebagai perjanjian ( مِيثَاقَ), lebih dari istilah kalimat.

Bila seseorang menginginkan menjadi hamba Allah, ia harus berusaha memperhatikan ketentuan ini karena ini adalah jalan ibadahnya. Ketentuan-ketentuan itu menjadi wujud jasmani yang seharusnya menjadi arah kehidupan bagi setiap manusia. Setiap orang hendaknya berusaha menemukan ketentuan-ketentuan itu dan menjalaninya karena akan membuka kitab diri yang telah ditentukan bagi masing-masing.

عن أبي عبدالرحمن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق ” إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ثم علقه مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك , ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح , ويؤمر بأربع كلمات : بكتب رزقه , وأجله , وعمله , وشقي أم سعيد . فوالله الذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار , وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة
Dari Abu ‘Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kalimat dengan kitab yaitu Rizki, Ajal, Amal dan susah dan bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh al-kitab lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh al-kitab lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga. [Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643]

Surga dan neraka bagi seseorang akan terkait dengan pembacaan dan pelaksanaan kitab diri masing-masing. Rahmat Allah disediakan bagi setiap orang pada jalan kehidupan yang ditentukan bagi mereka. Bila seseorang menginginkan rezeki yang lebih besar dari yang ditetapkan, atau amal yang tampak lebih terhormat, atau ajal yang lebih terlihat seperti pahlawan, atau mencari kebahagiaan dan menghindari kesedihan dalam bentuk-bentuk kehidupan yang tidak ditentukan, mereka akan kehilangan kesempatan memperoleh rahmat Allah yang disediakan. Rahmat Allah itu disediakan bagi setiap orang pada jalan kehidupan yang ditentukan bagi mereka. Hal ini berlaku pula dalam ketentuan bagi nafs. Bila seseorang lebih memilih pasangan berdasar keinginan syahwat dan hawa nafsu daripada pasangan yang diciptakan bagi mereka, mereka akan kehilangan jalan rahmat terbaik yang disediakan.

Rahmat Allah terkait dengan kitab diri setiap manusia, dan rahmat Allah itulah yang akan mengantarkan setiap diri menuju ke surga. Bukan amal-amal manusia yang mengantarkan menuju surga. Ada orang-orang yang beramal dengan amal-amal ahli surga tetapi ketika surga itu berjarak satu hasta darinya, ia tergelincir menuju neraka karena alkitab mendahului mereka. Mereka tidak memperhatikan kitab diri mereka, dan barangkali lebih menginginkan pandangan makhluk kepadanya. Demikian pula ada orang-orang yang beramal dengan amal-amal ahli neraka hingga neraka itu berjarak satu hasta darinya, ia kemudian terselamatkan dengan penggalan kitab diri yang ditemukannya, maka ia menjadi ahli surga. Hal itu karena ia memperhatikan kitab dirinya sebagai sarana untuk menjadi seorang hamba Allah yang benar, maka ia memperoleh rahmat. Kejadian demikian merupakan kasus khusus walaupun tidak sedikit, tetapi dapat menjelaskan dengan baik makna rahmat Allah. Secara umum, setiap manusia dimudahkan untuk berbuat amalan ahli surga maka ia akan menjadi ahli surga, dan dimudahkan untuk berbuat amal ahli neraka hingga ia menjadi ahli neraka.

Mencari Kalimat dengan Kitabullah

Kebanyakan manusia tidak melihat ketentuan-ketentuan ini baginya. Ketentuan-ketentuan ini merupakan khazanah yang dibukakan kepada orang-orang yang ingin menjadi hamba-Nya yang benar. Kadangkala keinginan demikian harus dibuktikan dengan menyelisihi masyarakat pada umumnya karena mengharapkan pemahaman terhadap kehendak Allah. Ketika ia melihat secercah pemahaman, ia berpegang pada pemahaman itu selama tidak bertentangan dengan kitabullah karena keinginan mengabdi kepada Allah, bukan mengikuti pendapat manusia.

Sekalipun mempunyai keinginan yang besar untuk menjadi hamba Allah, seseorang tidak akan serta merta memahami ketentuan bagi dirinya. Hal ini tidak menunjukkan Allah membiarkan mereka. Allah selalu memberi petunjuk kepada hamba-Nya. Seluruh khazanah di alam yang tertinggi, bahkan di hadapan Allah, telah diturunkan bagi alam semesta melalui Rasulullah SAW berupa kitabullah Alquran. Kitabullah Alquran merupakan induk semua kitab ilahiah yang diberikan kepada seluruh makhluk, termasuk kitab diri yang ditentukan bagi setiap manusia. Tidak ada kitab diri yang berselisih dengan kitabullah Alquran, dan semua kitab diri itu merupakan bagian dari Alquran yang akan menjadi penjelasan bagi Alquran. Alquran menjadi pintu dan juga induk bagi orang yang ingin menetapi kitab dirinya. Bila suatu kitab diri menjadikan seseorang berbuat kufur, itu merupakan kitab diri yang akan menjadikan manusia terjerumus ke neraka, maka hendaknya ia mencari kitab diri yang sebenarnya.

﴾۹﴿هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَىٰ عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِّيُخْرِجَكُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
Dialah yang selalu menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu. (QS Al-Hadiid : 9)

Setiap orang hendaknya memperhatikan kitabullah untuk menemukan jalan memperoleh rahmat, dan kemudian berbuat untuk berada pada sisi kitabullah yang terbaik. Boleh jadi seseorang menemukan bahwa dirinya berada pada suatu kalimat di sisi murka yang menakutkan, tetapi itu bukan keadaan final. Ia bisa menganggap kitabullah salah dan dirinya yang benar, maka ia akan menjadi orang yang celaka sebagai ahli neraka. Atau kemudian ia melihat kalimat pada sisi rahmat dalam kitabullah yang bisa diusahakan dan kemudian mengusahakan, dan berusaha meninggalkan kalimat di sisi murka-Nya, maka pada akhir hayat mereka bisa memperoleh sisi rahmat yang telah mereka usahakan. Keadaan akhir hayat dalam timbangan kitabullah ini yang akan menentukan seseorang sebagai ahli neraka atau ahli surga.

Setiap orang harus berusaha memperoleh sisi rahmat dalam kitabullah. Perlu landasan keikhlasan dan pengetahuan untuk mengusahakannya. Hal terpenting yang menjadi dasar, hendaknya ia berpegang pada kitabullah, tidak mengandalkan diri sendiri karena dapat tersesat. Sikap syukur terhadap nikmat Allah akan mendatangkan kemudahan, dan kufur nikmat akan mempersulit langkah. Amal-amal baik akan meringankan langkah, dan dosa membuat langkah menjadi berat. Menginginkan pandangan baik dari makhluk atau takut dipandang rendah merupakan beban yang sangat berat yang menghalangi langkah mengusahakan rahmat. Boleh jadi ada beberapa jalannya menuju rahmat terkunci atau menjadi sulit karena dosa-dosa yang pernah dilakukannya, atau ia tidak bersungguh-sungguh mengusahakan, maka hal itu akan menentukan kedudukan dan rahmat yang bisa diperolehnya dari kitabullah.

Bagaimanapun keadaannya, seseorang tidak boleh berputus asa untuk memperoleh rahmat Allah. Bila ia bisa bersyukur dan memperoleh jalan menuju rahmat, hendaknya ia selalu mensyukuri agar memperoleh rahmat yang besar. Bila ia melakukan kesalahan, hendaknya ia memohon ampunan dan melakukan perbaikan. Apa yang bisa diperbaiki dari yang telah rusak hendaknya diperbaiki. Setiap hal yang dapat mengantarkan dirinya kepada rahmat Allah hendaknya disikapi dengan sebaik-baiknya tanpa kufur agar tidak menambah jauh atau menambah kesulitan bagi dirinya dari jalan untuk memperoleh rahmat Allah. Kesungguhan dalam mengupayakan rahmat Allah akan seimbang dengan yang akan diperoleh. Jalan yang penuh rahmat Allah ditandai dengan pengenalan terhadap kalimat-Nya, yaitu secara khusus keempat kalimat-Nya bagi diri setiap manusia.

Berpegang pada Kitabullah dan Sunnah

Seringkali manusia salah dalam menimbang keadaan dirinya karena tidak menggunakan kitabullah dengan jujur, atau terlalu mudah memandang dirinya telah berada pada sisi rahmat. Hal itu bisa jadi benar atau tidak benar, tetapi sangat berbahaya bagi seseorang untuk merasa aman dari tipuan syaitan atau hawa nafsu. Keempat kalimat Allah bisa menjadi tanda bagi seseorang bahwa ia telah mengarah dengan benar pada rahmat Allah. Bila seseorang mengetahui keempat kalimat Allah, boleh jadi ia telah benar mengukur kedudukan dirinya. Bilamana masih kosong, sebenarnya ia tidak mempunyai alat ukur yang benar terhadap kedudukan dirinya. 

Sekalipun telah mengetahui keempat kalimat Allah itu, hendaknya ia benar-benar mengukur kandungan kalimat itu dengan kitabullah. Kalimat itu berfungsi untuk membuka kitabullah. Boleh jadi Allah menguji keikhlasan dirinya sedangkan kedudukan kalimat itu ada pada sisi murka Allah. Misalnya bisa saja manusia sebenarnya menemukan pohon yang ditunjukkan syaitan. Kasus lainnya, kadang syaitan berhasil menyelipkan tipuannya bagi manusia dalam kalimat itu karena tidak diuji dengan kitabullah Alquran. Bagi orang yang ikhlas, hal yang terpenting dari perjalanannya adalah rahmat Allah melalui kitabullah dan kalimat-Nya, bukan kedudukan karena kalimat yang diperolehnya. Tanpa kitabullah, kalimat itu tidak bisa diketahui bobotnya dengan pasti. Poin penting pengetahuan tentang empat kalimat Allah adalah pemahaman terhadap kehendak Allah untuk beribadah.

Allah selalu menurunkan ayat-ayat kepada hamba-Nya sehingga hamba tersebut memahami kehendak Allah. Dengan pemahaman terhadap kehendak Allah sesuai kitabullah, seseorang bisa menjadi hamba yang benar. Ayat Alquran telah selesai diturunkan kepada Rasulullah SAW, dan makna-makna dari Alquran itu tidak berhenti diturunkan Allah kepada hamba-Nya di setiap zaman. Allah memfirmankan penurunan itu dalam istilah " يُنَزِّلُ " yang berarti selalu menurunkan. Allah selalu menurunkan ayat-Nya kepada hamba-Nya berupa ayat kauniyah dan pemahamannya yang saling menjelaskan dengan ayat-ayat kitabullah, agar bisa menjadi penjelasan jalan ibadah bagi mereka.

Makna yang diturunkan Allah dari ayat itu akan menjadi cahaya yang menerangi umat manusia sehingga umat manusia dapat keluar dari kegelapan menuju cahaya. Orang yang memperoleh makna ayat Allah adalah hamba Allah dari kalangan orang-orang yang mengenal cahaya Allah, yaitu cahaya Allah yang terbentuk berupa pohon thayyibah. Pohon thayyibah itu merupakan wujud bayangan cahaya Allah yang terbentuk melalui ayat-ayat Allah. Umat manusia dapat mengetahui jalan keluar dari kegelapan menuju cahaya dengan mengikuti cahaya yang mereka pancarkan.

Sangat penting bagi umat manusia mencari kebenaran melalui kitabullah. Para hamba Allah dapat menjadi penunjuk yang baik kepada kebenaran, tetapi yang lebih penting bagi umat adalah memahami kebenaran berdasarkan kitabullah. Tidak boleh manusia mengikuti seseorang tanpa berpegang pada kitabullah. Boleh jadi seseorang yang diikuti beramal dengan amal ahli surga hingga jarak surga hanya sejengkal tetapi ia didahului oleh kitab, maka ia menjadi ahli neraka, dan mengikuti orang demikian dapat menarik mereka menuju neraka pula. Manakala pengajar berselisih dengan kitabullah, hendaknya manusia mengikuti kitabullah. Kebenaran yang diperoleh seseorang hanya dapat ditimbang bobotnya berdasar pemahaman terhadap kitabullah, bukan tergantung perkataan orang lain terhadap mereka.

Tidak jarang manusia menemukan kebenaran setengah kemudian merasa mengenal seluruh kebenaran. Sikap demikian sangat mungkin menunjukkan bahwa ia terjebak dalam tipuan syaitan sebagaimana mereka menipu Adam dan Hawa di surga. Bukan kebenarannya yang berbahaya, tetapi sikap merasa aman itu yang akan menyesatkan. Setiap orang hendaknya selalu memperhatikan dengan baik tuntunan Allah dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Sikap merasa aman atau percaya diri mengikuti nafs sendiri menjadi hijab hingga orang bisa mengikuti perbuatan syaitan dan meninggalkan seruan Rasulullah SAW tanpa merasakan. Akibat lainnya, seseorang dan/atau umatnya mungkin tidak (mampu) mengenali kebenaran yang lebih utuh sekalipun telah dijelaskan, atau justru mendustakannya. Kerusakan yang timbul dari perbuatan yang dilakukan sangat besar tanpa ia menyadari kerusakan itu. Sikap ini menunjukkan pengabaian terhadap kitabullah dan akan menjadikan kitabullah mendahului mereka dan memasukkan mereka sebagai ahli neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar