Pencarian

Minggu, 23 Juli 2023

Berhati-hati Terhadap Hawa Syaitan

Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia untuk menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia dalam beribadah kepada Allah. Hendaknya seluruh umat manusia mengikuti jejak langkah beliau SAW dengan membentuk akhlak al-karimah dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Akhlak al-karimah akan diperoleh seseorang apabila ia membentuk akhlak al-quran dalam dirinya. Ia dapat mensikapi seluruh peristiwa yang terjadi di alam kauniyah sejalan dengan kitabullah Alquran. Akhlak alquran yang paling sempurna adalah Rasulullah SAW.

Berbalik Langkah

Ada orang-orang yang mengikuti syaitan baik dengan keinginan sendiri ataupun tertipu. Tipu daya syaitan tidak hanya terjadi terhadap orang-orang munafik. Setiap manusia akan ditipu oleh syaitan. Tipuan untuk orang kafir berbeda dengan tipuan bagi orang beriman atau munafik. Orang-orang yang telah memperoleh petunjuk tidak terlepas dari usaha syaitan untuk menipu. Dalam beberapa kasus, kebodohan demikian itu seringkali bercampur dengan kebenaran karena tipu daya syaitan untuk menyesatkan manusia.

﴾۱۷﴿قُلْ أَنَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَىٰ أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللَّهُ كَالَّذِي اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَاطِينُ فِي الْأَرْضِ حَيْرَانَ لَهُ أَصْحَابٌ يَدْعُونَهُ إِلَى الْهُدَى ائْتِنَا قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita kembali ke belakang sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di bumi kehilangan arah, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada petunjuk (dengan mengatakan): "Marilah ikuti kami". Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan semesta alam, (QS Al-An’aam : 71)

Di antara orang yang tertipu syaitan adalah orang yang berbalik ke belakang setelah Allah memberikan petunjuk kepada mereka. Mereka orang yang beriman dan memperoleh petunjuk Allah yang membimbing jalan mereka untuk kembali, akan tetapi kemudian mereka berbalik ke belakang punggung mereka setelah mendapat petunjuk. Syaitan menipu orang-orang yang telah memperoleh petunjuk Allah dengan visi kehidupan dunia, dan mereka pada akhirnya menyeru pada sesuatu selain Allah yang tidak memberikan manfaat dan tidak mendatangkan madlarat. Barangkali mereka menuju pada hal yang semu dari kehidupan duniawi yang tidak bermanfaat dan tidak mendatangkan madlarat.

Hal yang menyebabkan mereka berbalik tidak semata-mata keinginan diri, akan tetapi syaitan memberikan hembusan-hembusan ke dada mereka. Ada keinginan dalam dada mereka dan syaitan memberikan hembusan yang menyuburkannya. Hembusan-hembusan itu menyuburkan visi-visi tentang kehidupan dunia yang hendak mereka wujudkan, dan visi kehidupan dunia itu menenggelamkan mereka hingga terlupa untuk melangkah menuju Allah. Manakala terlepas dari tuntunan Allah, mereka tidak menyadari karena telah tenggelam dalam suburnnya visi duniawi yang hendak mereka wujudkan.

Setiap orang hendaknya berpegang pada kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW agar tidak tenggelam dalam kesuburan visi yang bathil. Visi dunia yang haq adalah visi yang mempunyai landasan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Bila tenggelam hingga tidak menyadari lepasnya mereka dari petunjuk Allah, mereka mungkin akan berbalik ke belakang setelah mendapat petunjuk. Semua visi yang tumbuh terkait perjalanan mereka hendaknya diperiksa berdasarkan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW, tidak membiarkan pemahaman mereka tumbuh tanpa landasan.

Kehilangan Arah

Di antara tanda tertipunya seseorang adalah kebingungan berupa kehilangan arah dalam melangkah. Orang yang tertipu akan kehilangan arah dalam melangkah, baik arah dalam mewujudkan visi-visi duniawi maupun arah melangkah mendekat menuju Allah. Visi mereka pada akhirnya tidak terhubung dengan kehendak Allah, dan mereka tidak menemukan amal yang selaras dengan kehendak Allah. Keselarasan amal dengan kehendak Allah dimulai dari visi yang benar terhadap ayat yang digelar Allah bagi mereka. Karena visi yang salah, amal yang diwujudkan tidak selaras dengan kehendak Allah. Mungkin mereka hanya meniru langkah orang-orang kebanyakan atau justru langkah orang kafir tanpa landasan pengetahuan tentang ayat yang digelar Allah. Dengan cara demikian, mereka tidak berjalan menuju Allah kecuali hanya prasangka, dan tidak menemukan jalan keluar dari masalah duniawi dan tidak dapat memakmurkan bumi mereka sesuai dengan kehendak Allah.

Perjalanan menuju Allah hanya dapat ditempuh seseorang dengan mengikuti sunnah Rasulullah SAW, tidak dapat ditempuh seseorang dengan membuat jalan sendiri. Ada orang-orang yang mengikuti Rasulullah SAW hingga didekatkan kepada Allah, dan kebanyakan orang beriman mengikuti mencapai langkah tertentu. Sebagian orang yang mengikuti sunnah Rasulullah berjalan menyimpang. Selama tidak menyimpang dari sunnah Rasulullah SAW, seseorang tidak memperoleh adzab. Namun hendaknya diingat bahwa perjalanan yang harus ditempuh sangat panjang. Seseorang harus berusaha agar memperoleh keselamatan hingga akhirat kelak, sedangkan godaan di jalan itu sangat banyak. Sangat sulit untuk memperoleh kesalamatan tanpa berpegang pada Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Orang yang kehilangan arah atau kebingungan adalah orang yang tidak mengetahui arah perjalanan yang seharusnya ditempuh yang dicontohkan Rasulullah SAW.

Sunnah Rasulullah SAW merupakan perjalanan di bumi hingga menembus langit ufuk tertinggi di sidratil muntaha. Perjalanan itu bukan sesuatu tidak mungkin bagi umat manusia, dapat diikuti oleh setiap manusia dengan mengikuti millah Ibrahim a.s membentuk bayt yang diijinkan Allah untuk mendzikirkan dan meninggikan asma Allah di dalamnya. Bayt itu adalah manifestasi terbentuknya fungsi sosial seorang hamba terhadap semesta mereka sesuai dengan kehendak Allah. Fungsi demikian harus terwujud melalui kesatuan diri seseorang dengan segala yang terserak bagi dirinya, baik berupa isteri maupun hal-hal duniawi yang diperuntukkan baginya. Pada lingkup lebih besar, sebenarnya bayt demikian terbentuk karena penyatuan seseorang terhadap hakikat yang lebih tinggi bagi dirinya, ibarat seorang perempuan yang disatukan dengan suami sebagai entitas pembawa akal diri perempuan itu. Seorang laki-laki pun sebenarnya disatukan pula dengan entitas dirinya di alam yang lebih tinggi melalui bayt yang dibina. Dengan penyatuan itu, bayt itu memperoleh ijin untuk mendzikirkan dan meninggikan asma Allah di dalamnya.

Ada syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang dalam membentuk bayt demikian berupa pengenalan terhadap penciptaan diri yang merupakan tanah haram yang dijanjikan baginya. Bayt demikian hanya dapat dibina di tanah haram dengan mengikuti petunjuk Allah dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Sangat banyak kebaikan yang terbentuk pada sebuah bayt yang dapat menjadi landasan untuk memanifestasikan kehendak Allah, yang tidak akan diperoleh melalui media yang lain. Bayt demikian itulah sarana yang dapat diusahakan oleh setiap manusia di dunia, sedangkan perjalanan menembus langit hingga ufuk tertingginya merupakan hadiah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.

Orang-orang yang tertipu syaitan akan kehilangan arah dalam perjalanan mereka hingga mereka mungkin melangkah berbalik setelah memperoleh petunjuk. Mereka berbalik menuju arah lain setelah petunjuk tahap tertentu tidak membentuk bayt sesuai tuntunan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Mereka tidak terus melangkah menuju Allah. Manakala tertipu, mereka akan kesulitan menemukan amal selaras tujuan perjalanan. Amal mereka sebenarnya mungkin hanya berdasarkan visi mereka sendiri, tidak mempunyai dasar kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Dengan keadaan demikian mereka melangkah tidak mengikuti langkah Rasulullah SAW menuju Allah.

Boleh jadi mereka berbuat sesuatu yang dipandang perbaikan, akan tetapi sebenarnya berbuat kerusakan. Mereka merasa berbuat baik tanpa mengikuti tuntunan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW hingga tidak menyadari bahwa perbuatan itu sebenarnya merusak. Kadangkala manusia merusak semesta diri mereka sendiri hingga kehilangan media yang baik untuk melangkah mendekat kepada Allah. Kadangkala manusia merusak pula semesta orang lain hingga sahabatnya tidak dapat mengikuti millah Ibrahim a.s dan sunnah Rasulullah SAW. Dengan demikian, manusia kehilangan jalan untuk mendekat kepada Allah karena dihalangi atau dirusak.

Dalam hal ini, fitnah terbesar akan terjadi manakala manusia menghasut perempuan shalihah untuk berkhianat dan/atau memberontak melawan suaminya yang shalih karena hal itu terkait dengan merusak bayt yang seharusnya dibentuk. Kadangkala seorang perempuan diarahkan untuk memperturutkan keinginan sendiri daripada mensyukuri nikmat Allah yang telah ditentukan baginya. Setiap perusakan terhadap akhlak perempuan merupakan perbuatan merusak bumi, karena setiap perempuan membawa khazanah duniawi yang seharusnya dibawakan kepada suaminya. Merusak akhlak perempuan merupakan perbuatan merusak bumi yang paling sering terjadi tanpa disadari oleh manusia, yang terjadi dengan memberikan nasihat yang salah kepada perempuan.

Mengikuti Shahabat Tanpa Landasan Haq

Sebagian di antara orang yang kehilangan arah adalah orang-orang yang hanya mengikuti orang lain yang menyeru mereka untuk mengikuti petunjuk, sedangkan sebenarnya hal itu bukanlah benar-benar petunjuk. Mereka mempunyai sahabat-sahabat yang menyerunya untuk mengikuti petunjuk, dan ia mengikuti seruan itu tanpa menimbang apakah seruan shahabatnya mempunyai dasar dari kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW, dan mereka tidak berusaha menemukan pemahaman yang menghubungkannya. Petunjuk yang mereka ikuti boleh jadi tidak selalu salah, tetapi berupa petunjuk yang tidak mempunyai landasan dari kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW, sedangkan mereka terlalu mengikuti itu hingga terlupa untuk mengikuti kitabullah dan sunnah.

Hal penting yang harus diperhatikan setiap orang beriman adalah mengetahui makna kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW bagi kehidupan mereka. Setiap orang harus menemukan ayat kitabullah yang menjadi pokok perjuangannya, yaitu ayat yang tergelar pada semesta mereka dan sesuai dengan hasrat hatinya. Sahabat bisa membantu memperkenalkan kandungan kitabullah Alquran, maka kandungan kitabullah itulah yang menjadi penerang bagi mereka. Mengikuti petunjuk sahabat tanpa mengetahui kandungan kitabullah Alquran hanyalah merupakan seruan kosong tanpa makna bagi jiwa mereka. Petunjuk tanpa pemahaman terhadap kitabullah itu suatu saat akan menjadi bahan kebingungan bagi mereka terutama manakala sahabat tersebut berbuat salah. Bila seseorang berpegang pada kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW, maka ia dapat tetap berpegang pada petunjuk Allah manakala sahabatnya berbuat salah, hingga ia tidak mengalami kebingungan dalam menempuh kehidupan menuju Allah.

Terkait dengan keberjamaahan, tidak semua orang yang menyeru kepada petunjuk termasuk dalam al-jamaah. Al-jamaah adalah orang-orang yang menemukan kehidupan mereka sebagai bagian dari amr jami’ Rasulullah SAW yang tersurat dalam kitabullah Alquran. Petunjuk yang mereka serukan hanyalah bagian Alquran yang dapat dibagikan kepada sahabatnya, bukan sembarang petunjuk yang tidak mempunyai kaitan dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Boleh jadi tidak semua petunjuk disampaikan dengan kitabullah, maka pendengar yang harus berusaha menemukan kaitan seruan kepada petunjuk itu dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW agar seruan itu mendatangkan manfaat bagi mereka. Boleh jadi pula suatu saat mereka tidak menyeru kepada kitabullah, maka mereka berbuat sesuatu yang tidak harus diikuti. Intinya, petunjuk adalah bahwa setiap orang harus menemukan makna kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW dalam kehidupan masing-masing, tidak hanya mengikuti seruan petunjuk sahabatnya tanpa memperhatikan hubungannya dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.

Dengan petunjuk Allah demikian, seseorang harus berusaha berserah diri. Berserah diri adalah berusaha dengan jiwa raga mewujudkan kehendak Allah yang dipahami setelah memperoleh petunjuk Allah. Berserah diri tidak dapat dilakukan tanpa mengikuti petunjuk Allah, walaupun boleh saja petunjuk itu berupa petunjuk paling dasar yang dapat diterimanya. Selama seseorang mengikuti petunjuk dengan memperhatikan pemahaman yang paling baik yang dapat diketahui, ia dapat dikatakan berserah diri. Bila seseorang mengabaikan pemahaman terbaik dan memilih pemahaman yang lebih longgar, ia tidak dikatakan berserah diri. Demikian pula manakala ia memilih untuk melanggar kehendak Allah, ia tidak berserah diri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar