Pencarian

Kamis, 24 September 2020

Pohon dan Memakmurkan Bumi

Integritas Pengetahuan




وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ﴿٦١﴾

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)". (QS Huud : 61)


Alam semesta dan bumi diciptakan Allah untuk penciptaan manusia. Allah memberikan lingkungan dan komposisi yang sangat baik dalam penciptaan bumi agar manusia dapat tinggal dan memakmurkan buminya. Allah memberikan litosfir (tanah), atmosfir (udara), dan hidrosfir (air) dalam kadar sebaik-baiknya pada penciptaan bumi, dan menempatkannya pada jarak yang tepat dari sumber energi panas berupa matahari.

Dari bumi yang demikian itulah manusia diciptakan dan ia dijadikan sebagai pemakmurnya. Dan manusia dijadikan sebagai masterpiece ciptaan Allah, bukan para malaikat mulia yang selalu taat. Ada sebuah kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia berupa bagian dirinya yang diciptakan dari bumi, yaitu jasadnya. Dengan kelebihan itu, setiap manusia dapat mengerti sepenuhnya perilaku alam jasadiah yang harus dimakmurkannya. Kelebihan itu tidak dapat dimengerti oleh malaikat yang tidak mempunyai bagian yang diperoleh dari bumi.

Akan tetapi tidak semua manusia dapat mengerti tentang tujuan penciptaan dirinya. Kebanyakan manusia malah terjerat dalam tarikan alam duniawi melalui bagian dirinya yang diciptakan dari bumi. Manusia kebanyakan tidak berusaha mengerti tentang penciptaan dirinya sehingga terjebak dalam kehidupan dunia mengikuti syaitan yang memerintah berdasarkan sayyiah manusia, kekejian dan perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan..

Selain itu, ada alam syaitan yang mengarahkan manusia agar manusia terjerat dalam pemahaman parsial tentang buminya. Perkembangan ilmu pengetahuan manusia jaman ini tidak terlepas dari jeratan pemahaman-pemahaman parsial terhadap lingkungannya. Sangat jarang manusia yang benar-benar berusaha untuk memahami alamnya dengan pemahaman yang komprehensif hingga dapat menemukan jalan untuk memakmurkan buminya, dan kemudian memahami kehendak Allah dalam penciptaan dirinya. Seringkali usaha-usaha pemakmuran bumi yang dilakukan manusia sebenarnya tidak melepaskan umat dari jeratan tabiat dunia yang dipilihkan oleh para syaitan bagi manusia berdasarkan sayyiah manusia, kekejian dan perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan.

Tidak banyak terlihat adanya hasil yang nyata dalam pemakmuran bumi karena perkembangan ilmu pengetahuan pada jaman ini. Yang banyak tampak dalam kehidupan modern ini bukanlah perbaikan bumi tetapi malah tampak nyata kerusakan-kerusakannya, baik oleh masyarakat awam ataupun justru oleh para ahli. Ini tidak terlepas dari pengetahuan yang dirumuskan untuk membuat pemahaman parsial terhadap alamnya.

Ilmu pengetahuan harus kembali diarahkan untuk memahami alam semesta secara komprehensif dan integral dengan kebenaran sehingga setiap manusia dapat memahami kedudukannya dalam kehidupan di bumi, tidak terjebak untuk berbuat hanya demi kepentingan materi bagi dirinya. Pengetahuan yang integral dengan kebenaran ini merupakan salah satu sarana bagi manusia bertaubat kepada Allah.

Pohon Yang Baik sebagai Panduan


Untuk memahami alamnya, ilmu pengetahuan tentang keempat unsur pembentuk manusia berupa litosfir, atmosfir, hidrosfir dan energi kosmis dari langit harus dibangun dengan baik, dan syukur bila dapat dilakukan secara komprehensif. Saat ini kebanyakan manusia memandang matahari hanya sebagai bola api yang memancarkan cahaya membuat bumi mengalami siang dan malam. Demikian pula tidak banyak orang mengerti keterkaitan antara bumi tempatnya berpijak dengan atmosfir yang berada di atasnya. Tidak banyak yang mengerti keterkaitan antar unsur pembentuk manusia, sehingga kebanyakan perbuatan manusia justru merusak bagi alamnya.

Tentu tidak semua manusia harus turut membangun pengetahuan itu, tetapi harus ada orang yang membangunnya, dan setiap orang harus berusaha memahami dengan benar sesuai dengan kedudukan dirinya. Permasalahan saat ini, tampaknya belum ada kelompok yang berusaha membangun pengetahuan itu dengan baik dan integral. Masing-masing manusia hanya bergelut secara parsial dalam bidangnya masing-masing, sementara kerusakan alam terjadi semakin ganas karena perkembangan teknologi.

Sebagai pedoman, harus disadari bahwa Allah mempunyai sebuah tujuan dalam penciptaan makhluk. Pada puncak penciptaan, Allah berkehendak untuk memperkenalkan suatu bentuk tiupan ruh (nafakh ruh) kepada seluruh ciptaannya. Itu adalah tujuan penciptaan manusia.

Sebenarnya Allah telah banyak memperkenalkan fenomena ruh dalam wujud kehidupan di alam jasad sebelum penciptaan manusia. Ini adalah pengantar untuk memahami tiupan ruh bagi manusia. Kehadiran ruh membuat materi yang tampak mati kemudian menjadi tampak hidup. Para malaikat diciptakan dari kehidupan, sehingga wujud kehadiran ruh tidak tampak nyata, sedangkan tanaman dan hewan diciptakan dari materi yang relatif tidak mempunyai kehidupan, dan terlihat hidup ketika ruh hadir.

Wujud paling baik yang menampakkan kehadiran ruh di alam jasadiah adalah pohon yang baik. Itu adalah perumpamaan yang disebutkan dalam Alquran, dijadikan ibarat bagi pertumbuhan jiwa yang baik. Secara jasadiah, bila manusia memperhatikan, akan tampak jelas bahwa pohon merupakan agen yang membawa kehidupan yang makmur di bumi.

Pohon menjadi agen yang mengubah energi matahari dan energi-energi kosmis lainnya menjadi energi yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk-makhluk lain. Akarnya yang menghunjam ke dalam bumi menggerakkan unsur-unsur dan atom-atom yang ada di dalamnya, menjadikan bumi hidup dan subur dengan dinamika kehidupan. Demikian pula atmosfir menjadi subur dengan pertukaran-pertukaran molekul-molekul kehidupan yang memberikan kesegaran bagi kehidupan yang berlangsung di permukaannya. Dengan pohon terbentuk hidrosfir yang kaya berlimpah sehingga dapat dijadikan penyangga kehidupan bagi makhluk-makhluk di atasnya.

Ke-empat unsur diciptakan Allah bagi kehidupan di bumi. Litosfir, Hidrosfir, Atmosfir dan bola-bola api dan materi yang ada di angkasa raya disediakan sebagai sumber energi bagi kehidupan di bumi. Allah menciptakan keterkaitan dinamika yang erat di antara ke-empat unsur pembentuk kehidupan tersebut. Dengan panas matahari, terbentuk arus di lautan yang mempengaruhi pembentukan awan di permukaan bumi, terbentuk angin di atmosfir yang menggerakkan awan-awan dan membentuk kehidupan di litosfir bumi. Setiap unsur mempunyai keterkaitan dengan unsur yang lain yang tidak mungkin di sebutkan satu per satu dalam satu tulisan. Yang disayangkan, tampaknya ilmu pengetahuan jaman ini dirumuskan secara terlalu parsial sehingga integralitas dengan pemakmuran bumi tercerabut. Setiap pihak dibina secara parsial hingga tidak memperhatikan dengan baik tujuan yang harus dicapai bersama-sama, dan hal itu membuat kerusakan yang besar di muka bumi.

Seluruh keterkaitan antara unsur-unsur itu pada dasarnya disiapkan Allah bagi manusia agar dapat memakmurkan buminya. Sebagai pembuka jalan, pohon yang baik (thayyibah) dijadikan ibarat dan pedoman bagi manusia. Secara jasadiah, proses-proses penghidupan di muka bumi sangat terkait dengan kehadiran pohon-pohon. Tanpa pohon, tanah akan menjadi gersang, udara menjadi panas dan air menjadi banjir dan kemudian menghilang, sementara cahaya matahari akan memanaskan permukaan bumi secara ekstrim. Proses-proses penghidupan dan pemakmuran yang terjadi pada litosfir, hidrosfir dan atmosfir, serta proses-proses antar unsur akan sangat dipengaruhi kehadiran pohon pada tempat tersebut. Allah menjadikan pohon sebagai permisalan/prototype bagi kehadiran ruh dalam tingkatan jasadiah, sedangkan manusia dijadikan sebagai prototype bagi tiupan ruh yang lebih sempurna bagi alam semesta. Tiupan ruh itulah yang hendak diperkenalkan Allah kepada seluruh makhluk-Nya.

Syaitan mencegah pengetahuan tentang hal itu, dan manusia diarahkan pada pengetahuan-pengetahuan parsial terpisah dari kebenaran dan mencegah pemahaman secara integral. Saat ini sangat sedikit penelitian manusia dalam memahami alam yang bersifat terintegrasi dengan kebenaran dari Allah. Manusia kebanyakan tidak cukup mengerti dinamika elektromagnetik, optik, pancaran materi dan lain-lain yang terjadi di matahari, apalagi pengaruhnya terhadap pohon dan kehidupan di bumi. Demikian pula manusia tidak cukup mengerti terhadap dinamika pertukaran molekul-molekul kehidupan di atmosfir dan hidrosfir karena adanya kehadiran pohon berupa oksigen, nitrogen, karbon dioksida, kalsium, magnesium dan molekul kehidupan yang lain. Pengetahuan manusia dalam hal-hal itu tidak terlalu maju sebagaimana kemajuan pengetahuan yang bersifat parsial. Pengaruh kehadiran pohon terhadap dinamika air, unsur materi dan atom di lapisan litosfir tampaknya juga masih gelap bagi umat manusia. Para engineer sumber daya air hanya diajari teknik untuk menghitung pemanfaatan air yang tersedia, tidak diajari untuk melakukan pelestarian hidrosfir di bumi selaras dengan naturnya. Sarjana kehutanan mungkin lebih piawai menghitung nilai rupiah hutan daripada menghitung interdependensi kehidupan tanaman yang ada di hutan, sedangkan sarjana pertanian mungkin hanya diarahkan untuk memperoleh produktifitas pertanian dalam jangka pendek, sedangkan kerusakan alam menghadang di masa depan.

Pengetahuan yang integral tentang alam sangat dibutuhkan oleh umat manusia, karena hanya dengan memahami alamnya maka seseorang dapat memahami kehidupan dirinya, tidak terjebak dalam jerat kehidupan dunia.

Syajarah Thayyibah Sebagai Pengontrol


Manusia diciptakan dengan kemudahan untuk memahami bumi dan alam karena manusia diciptakan darinya. Jiwanya diciptakan dalam wujud hakikat asal pohon, yang derajatnya lebih tinggi dari hakikat pohon itu sendiri. Dengan penciptaan yang demikian, seharusnya manusia dapat memahami bumi dan semestanya dengan sangat baik. Tidak ada makhluk yang diciptakan seperti demikian. Dirinya adalah pohon yang memiliki semesta dalam dirinya. Akan tetapi tidak setiap manusia dapat memahami hal itu dengan baik. Perlu jiwa yang tumbuh baik untuk mengerti pohon yang baik beserta semesta yang mendukungnya.

Untuk menumbuhkan jiwa yang baik, benih yang ada dalam diri seorang laki-laki harus ditumbuhkan dengan menanamnya pada ladang yang tepat. Pernikahan adalah media untuk menumbuhkan benih jiwa.


نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ﴿٢٢٣﴾

Isteri-isterimu adalah ladang bagimu, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan dahulukanlah untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.(QS Al-baqarah : 223).

Annisaa’ adalah perempuan yang dinikahi. Ia adalah tempat bercocok tanam bagi pohon thayyibah berupa jiwa suaminya, tidak untuk laki-laki yang lain. Wanita itu membawa khazanah Allah berupa urusan suami yang harus ditunaikan di bumi, sebagaimana ladang mengandung unsur hara bagi tanaman untuk berbuah. Bilamana pohon thayyibah suaminya tumbuh dengan baik, khazanah yang dibawa istrinya akan terbuka baginya, dan dirinya mengerti apa yang menjadi amal shalih yang harus ditunaikan. Kitab dirinya akan terbuka melalui istrinya, dan hal itu bercerita tentang bagian dirinya dari Alquran.

Kadangkala seorang laki-laki mendapatkan singkapan tentang khazanah yang dibawa oleh wanita yang bukan istrinya. Hal itu bisa menjadi rezeki bilamana prosesnya terjadi secara halal, misalnya wanita itu belum bersuami dan laki-laki itu tidak sedang mengarahkan pandangan secara batil terhadap wanita itu, dan tidak mengarahkan pandangan dengan sungguh-sungguh padahal tidak menikahinya. Dalam kasus ini, seringkali wanita itu adalah pasangan yang sesuai baginya untuk dinikahi. Hal terbaik yang perlu dilakukan adalah menikahkan keduanya, karena itu merupakan sifat keberpasangan yang baik berupa kesuburan. Kadangkala hanya butuh sedikit interaksi untuk membuat seorang laki-laki melihat khazanah dalam diri seorang wanita yang sesuai baginya, dan kemudian penglihatan itu membuka visi dan pemahaman terhadap amal shalih yang harus dilakukan laki-laki itu.

Alquran secara khusus memberikan perintah untuk menikahkan orang-orang yang menemukan jodohnya dengan cara demikian pada ayat 32 dan 33 surat Annuur. Orang yang sendirian dan mendekati fadhilah Allah hendaknya dinikahkan sedangkan orang yang tidak menemukan jodoh hendaknya menjaga diri hingga Allah memberikan kekayaan melalui keutamaan (fadhilah) Allah. Di antara fadhilah Allah adalah mengenal khazanah dari pasangannya, suatu keadaan yang mengiringi pengenalan diri seseorang. Bilamana mereka fakir, sebenarnya Allah hendak memberikan kekayaan kepada mereka melalui fadhilah-Nya.


وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ﴿٣٢﴾

Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang shalih dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan fadhilah-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui. (QS An-Nuur : 32)

Bilamana salah satu tidak menghendaki menikah, khazanah itu halal bagi sang laki-laki, akan tetapi barangkali penyingkapan khazanah itu tidak akan berlanjut. Singkapan itu bisa menjadi kotoran dalam hati bila seorang laki-laki tidak bertakwa. Penyingkapan khazanah yang dimaksudkan adalah penyingkapan isi kitabullah, bukan penyingkapan duniawi. Dengan penyingkapan itu, seorang laki-laki mengerti kitab dirinya, yang merupakan bagian dari alquran, akan tetapi kemudian tumbuh penyakit lain dalam dirinya karena ketidaktaqwaan.

Penyingkapan itu menjadi ujian yang besar bilamana wanita itu bersuami. Daya tarik dalam perkara ini lebih kuat daripada daya tarik jasadiah, yang dapat menyeret dengan kuat pada perbuatan keji. Setiap laki-laki harus berusaha menahan pandangannya dari wanita yang bukan istrinya, dan demikian pula bagi wanita, dengan tambahan harus menyembunyikan perhiasan dalam dirinya kecuali perhiasan yang telah terlihat. Hal itu akan menjaga kesucian hati orang-orang beriman.


قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ﴿٣٠﴾
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat" (QS An-Nuur : 30).

Pernikahan yang baik akan membuka hakikat yang lebih tinggi tentang pohon daripada hakikat pohon di alam jasadiah. Akan tetapi kebanyakan manusia membutuhkan pengetahuan jasadiah yang lebih bisa dijangkau akalnya agar dapat melakukan perbaikan di muka bumi, atau menghindari perbuatan merusak bumi. Pengetahuan tentang pohon dan peranannya dalam perbaikan di bumi harus terumuskan dengan baik agar umat manusia mengetahui tujuan kehidupannya dan penciptaannya di bumi melalui perantaraan pemahaman terhadap ibarat bagi jiwanya. Integritas pengetahuan jasadiah terhadap kebenaran akan lebih mudah dirumuskan oleh orang yang pohon thayyibahnya tumbuh dengan baik.

Ada keterkaitan yang erat antara menumbuhkan pohon jiwa dengan memahami kehidupan pohon. Hal itu bisa menjadi kunci untuk membuka jalan rezeki yang lebih luas. Kualitas kehidupan manusia akan berubah bilamana setiap orang mengetahui proses kehidupan yang berlangsung di semestanya. Misalnya manusia akan dapat mendapatkan hasil pertanian lebih baik dan lebih berkualitas dengan memahami proses yang terjadi di matahari, hidrosfir, litosfir dan atmosfir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar