Pencarian

Jumat, 04 September 2020

Bertakwa Dalam Mencari Kebenaran

Manusia diciptakan di alam dunia yang merupakan alam yang paling jauh dari sumber cahaya kebenaran. Segala sesuatu bercampur di dalamnya antara kebenaran dan kebathilan. Bahkan bisa jadi sesuatu di dunia ini yang tampak di mata manusia sebagai sebuah perbuatan ahli surga sebenarnya merupakan amal yang mengantarkan menuju neraka, dan sesuatu yang tampak di mata manusia sebagai perbuatan ahli neraka, tetapi sebenarnya hal itu mengantarkan orang yang berbuat untuk menjadi ahli surga. Hal itu merupakan wujud kesamaran yang dapat terjadi di dunia. 

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا 

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan, “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuthfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah (‘alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.” (HR. Bukhari, no. 6594 dan Muslim, no. 2643). 

Kadang manusia menganggap amal yang dilakukannya akan menjadi sarana ke surga, padahal Allah tidak menghendaki pekerjaannya demikian. Misalnya seorang wanita yang banyak berbuat kebaikan bagi masyarakat, akan tetapi dirinya meninggalkan suami dan anak-anaknya tersia-sia batinnya di rumah. Itu bukanlah amal menuju surga. Bilamana ada laki-laki lain yang menjadi tujuannya ketika beramal, itu adalah jalan menuju neraka. Itu adalah misal perbuatan yang tampak sebagai amal ahli surga tetapi sebenarnya merupakan amal menuju neraka. Itu hanya contoh untuk memudahkan memahami, karena rumah tangga merupakan indikator yang paling jelas dan baik untuk agama. Banyak bentuk amal lain yang hakikatnya demikian.
 

Pentingnya Ketakwaan 

Rasulullah SAW menerangkan empat hal yang dapat dijadikan parameter benarnya perjalanan seseorang, yaitu rezeki, amal, ajal dan musibah dan kebahagiaannya. Orang yang memperoleh pengetahuan tentang parameter-parameter tersebut bagi dirinya mengindikasikan perjalanannya benar. Akan tetapi setiap orang harus berhati-hati bahwa mungkin saja pengetahuan yang diperolehnya keliru. Parameter-parameter kebenaran itu harus dibaca dengan hati-hati penuh ketakwaan dengan memohon perlindungan kepada Allah dari penyesatan syaitan. Syaitan selalu berusaha memperoleh tempat untuk menguasai setiap manusia. Syaitan telah bersumpah bahwa dirinya akan benar-benar duduk di shiratal mustaqim bagi manusia. 

قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ [ الأعراف:16-16] 

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan duduk bagi mereka pada jalan Engkau yang lurus, [Al A'raf:16] 

Ayat tersebut menjelaskan sumpah iblis untuk duduk bagi manusia di shirat al-mustaqim. Seseorang yang mengenal shirat al mustaqim tetaplah menjadi sasaran penyesatan oleh Iblis. Demikian pula terkait dengan pencarian keempat parameter benarnya perjalanan yang diterangkan rasulullah SAW. 

Demikian pula setiap penanda perjalanan yang diperoleh sebelum mengenal keempat parameter tersebut harus dibaca dengan hati-hati. Sekalipun misalnya seseorang telah mengenal ke-empat parameter tersebut secara jelas, ia harus tetap berhati-hati bahwa syaitan akan berusaha membengkokkan jalannya. Ke-empat parameter tersebut sebenarnya merupakan satu kesatuan. Amal yang harus dikerjakan merupakan sumber rezeki bagi dirinya. Kesedihan dan kebahagiaan merupakan satu kesatuan dengan segenap amalnya dan rezekinya. Ajal yang ditentukan Allah baginya sebagai penanda husnul khatimah perjalanannya, yang sangat terkait dengan upaya pelaksanaan amalnya dan parameter lainnya. Seseorang tidak dapat benar-benar memperoleh husnul khatimah tanpa melaksanakan amal yang ditentukan baginya. Mundur dari pelaksanaan amal itu merupakan kemurtadan. 

Setiap orang dituntut berada dalam kesetimbangan. Setiap orang harus berusaha memperoleh petunjuk, tetapi juga harus berhati-hati terhadap tipuan. Setiap orang harus berusaha mengamalkan kebenaran yang diperolehnya, akan tetapi juga harus membaca dengan teliti bahwa itu benar kehendak Allah. Itu adalah sikap dalam ketakwaan. Hal itu harus dilakukan setiap saat, baik sebelum memperoleh pengetahuan tentang parameter kebenaran dirinya, hingga ketika menempuh shirat al mustaqim. 

Ketaqwaan Dalam Setengah Bagian Agama 


Keempat parameter ini merupakan indikator kepahaman seseorang terhadap agamanya. Di jaman modern ini, sangat sedikit orang yang benar-benar mengerti tentang agamanya, bila diukur sesuai dengan parameter-parameter tersebut. Akan tetapi agama tidak akan pernah hilang dari permukaan bumi. Untuk memudahkan manusia, rasulullah SAW memberikan penjelasan, bahwa setengah bagian dari agama. Itu adalah sebuah penjelasan yang singkat tentang realitas kebenaran yang sangat besar. 

Dalam memilih pasangan menikah misalnya, itu menjadi cermin bagaimana seseorang bersikap dalam memilih jalan kehidupannya. Seseorang dapat memperoleh jodoh melalui berbagai cara. Sebagian besar manusia memilih pasangannya berdasarkan pertimbangan kecantikan, harta, kehormatan atau pertimbangan-pertimbangan baiknya agama. Sebagian orang memperoleh petunjuk Allah tentang pasangannya secara pasti dan kuat, dan sebagian memperoleh petunjuk Allah tetapi petunjuk itu berganti-ganti. Hal itu menjelaskan keadaan masing-masing dan tidak ada yang salah dalam seluruh metode itu. Semua harus disikapi dengan ketakwaan. 

Bila Allah memberikan petunjuk secara pasti tidak berganti-ganti, disukai atau tidak disukai, mungkin seseorang dikehendaki untuk mencapai agama secara kokoh. Tetapi petunjuk itu bisa juga mencerminkan hati yang sangat terobsesi dengan calon pasangan. Bila hati seseorang masih bergoyang antara mencari kebenaran dan kecintaan ragawi, petunjuk itu akan datang berganti-ganti. Bila seseorang mengandalkan dirinya sepenuhnya tanpa menginginkan petunjuk Allah, dirinya akan berkutat dengan pertimbangan sendiri tanpa memperoleh petunjuk. Akan tetapi boleh jadi dengan cara itu Allah menuntut agar dirinya menggunakan seluruh potensinya untuk mencari petunjuk Allah. Semua cara itu menunjukkan keadaannya dalam beragama, yang harus disikapi dengan takwa membaca kehendak Allah. 

Setiap orang harus bertakwa dalam setiap langkah yang ditempuh. Sekalipun petunjuk yang diterimanya itu pasti tidak berganti-ganti, boleh jadi pasangan yang ditunjukkan itu tidak menerima petunjuk yang sama, atau pasangannya itu malah sebenarnya jodoh orang lain, atau lebih memilih orang lain daripada dirinya. Dirinya harus bertakwa kepada Allah dalam menentukan langkahnya. Dia harus berusaha untuk mewujudkan petunjuk itu dengan sebaik-baiknya hingga memperoleh kejelasan sikap dari pasangan yang muncul dlm petunjuknya. Bila pasangannya menolaknya, dirinya harus menghormatinya apapun alasan yang diajukan, bahkan bila tanpa alasan. Sekalipun misalnya pasangannya menerima petunjuk yang sama tetapi menghindarinya, dirinya harus bertakwa tidak memaksakan bagi orang lain. Tidak ada paksaan dalam beragama. 

Bertakwa itu harus diwujudkan dalam kesetimbangan sikap, antara berusaha dengan sebaik-baiknya mewujudkan petunjuk, dan membaca larangan dan cegahan dari Allah. Berikutnya ia harus bersikap dengan benar, menerima dengan lapang dada penolakan itu, tidak mengikuti pikiran-pikiran yang menuntun untuk bertindak buruk. Bila ada rasa perih dalam hati, hal itu akan mengajarkan rahasia dibalik semua beban yang ditanggungnya bila dirinya bertakwa. Sebaliknya, sebenarnya syaitan akan selalu berusaha membangkitkan pikiran-pikiran yang perlahan-lahan atau cepat menuntun untuk bertindak buruk melalui sayyiah jiwanya. 

Banyak hal yang akan terbuka bila seseorang berusaha menempuh setengah bagian agama tersebut dengan takwa, sekalipun gagal. Bilamana berhasil dalam langkah awal memilih, seluruh sikap berikutnya dalam pernikahan merupakan setengah bagian dari agama yang harus disikapi dengan ketakwaan. Akan lebih banyak lagi persoalan agama terbuka melalui pernikahan itu. Akan sangat banyak tuntutan ketakwaan dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Jejak agama akan selalu menyentuh setiap manusia walaupun pemahaman manusia memudar. Agama tidak akan hilang dari permukaan bumi, karena Allah akan selalu menjaganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar