Pencarian

Minggu, 13 September 2020

Menemukan Kesenangan di Sisi Allah (12)

Upaya Syaitan Menyesatkan Pejalan 


Syaitan senantiasa berusaha menyesatkan manusia yang berusaha kembali kepada Allah. Ketika Musa a.s mengajak dan kemudian mendahului bani Israel menuju bukit Thursina untuk bertemu rabb mereka, syaitan menyesatkan bani Israel hingga mereka bersembah kepada tuhan-tuhan palsu berupa patung anak sapi emas. Mereka benar-benar menganggap bahwa patung anak sapi emas tersebut adalah ilah bagi mereka dan juga ilahnya Musa a.s akan tetapi nabi Musa a.s melupakannya. 

فَأَخۡرَجَ لَهُمۡ عِجۡلٗا جَسَدٗا لَّهُۥ خُوَارٞ فَقَالُواْ هَٰذَآ إِلَٰهُكُمۡ وَإِلَٰهُ مُوسَىٰ فَنَسِيَ [ طه:88-88] 

kemudian (Samiri) mengeluarkan untuk mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka (bani israel) berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa". [Ta Ha:88] 

pada saat itu, bani Israel sedang dalam perjalanan mengikuti jejak Musa a.s untuk bertemu Allah. Musa a.s mendahului kaumnya bertemu rabb-nya agar mendapatkan ridla. Akan tetapi Allah menimpakan fitnah kepada kaumnya ketika Musa a.s mendahului kaumnya. Samiri menyesatkan bani Israel dengan mencampurkan jejak Rasul dengan perhiasan-perhiasan dunia. 

Penyesatan Samiri kepada bani Israel itu dapat dilakukan sedemikian jauh hingga bani Israel menyembah patung anak sapi emas. Mereka menganggap patung anak sapi emas itu sebagai ilah bagi mereka, dan menganggap bahwa patung itu pula ilah yang disembah Musa a.s tetapi Musa a.s melupakannya. 

Harun a.s pada saat itu ada bersama mereka, dan beliau telah memperingatkan bani Israel bahwa mereka telah tertimpa fitnah. Beliau menegaskan kepada bani Israel bahwa rabb mereka adalah Ar-rahmaan. Hendaknya mereka mengikuti Harun a.s dan mentaati urusannya agar mereka mendapatkan jalan untuk kembali beribadah kepada Ar-rahmaan. Tampaknya perkataan Harun a.s yang telah menunjukkan kebenaran tentang ilah, tidak dinilai bani Israel sebagai sesuatu yang kokoh kebenarannya. 

Penyesatan Terhadap Bani Israel 


Peristiwa tersebut tidak terlepas dari perbuatan syaitan terhadap umat manusia. Awal permasalahan yang menimpa bani Israel saat itu adalah ketidaksetiaan bani Israel terhadap nabi Musa a.s yang memimpin mereka berjalan menuju Allah. Bani Israel menyelisihi perjanjian dengan nabi Musa. Bani Israel pada saat itu telah menerima janji Allah, dan mengikat perjanjian dengan nabi Musa a.s akan tetapi kemudian bani Israel menyelisihi perjanjian tersebut. 

Bani Israel tidak merasa menyalahi perjanjian dengan nabi Musa. Mereka merasa bahwa mereka merasakan berat membawa perhiasan-perhiasan dunia milik kaum mereka. Timbul kesukaan mereka terhadap perhiasan-perhiasan itu kemudian Samiri melemparkan penyesatan ke dalam hati mereka. Maka mereka tersesat sejauh-jauhnya bersembah pada patung anak sapi emas tanpa merasa bersalah, bahkan ketika diperingatkan oleh Harun a.s. agar mereka bersembah hanya kepada Ar-rahmaan. 

Ada bentukan yang salah pada akal masyarakat bani Israel. Ini tidak terlepas dari upaya syaitan untuk membengkokkan akal. Terdapat tiga hal yang digunakan syaitan untuk membengkokkan umat manusia, yaitu keburukan-keburukan yang terdapat dalam diri manusia, perbuatan keji dan perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan. 

إِنَّمَا يَأۡمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلۡفَحۡشَآءِ وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ [ البقرة:169-169] 

Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. [Al Baqarah:169] 

Demikianlah yang dilakukan syaitan terhadap bani Israel saat itu. Ketika Musa a.s meninggalkan bani Israel, Samiri mengolah keburukan-keburukan (sayyiah) yang ada pada jiwa bani Israel, kemudian membuat bani Israel menyelisihi perjanjian dengan nabi Musa a.s, hingga mereka mengatakan tentang Allah dengan perkataan yang sangat bodoh yaitu mengatakan bahwa ilahnya Musa a.s sama dengan patung anak sapi emas yang mereka sembah. Itu merupakan wujud nyata upaya syaitan memerintahkan manusia untuk melakukan keburukan-keburukan, perbuatan keji dan mengatakan tentang Allah tanpa pengetahuan, dalam wujud yang ekstrim. Akal mereka demikian rusaknya dalam waktu yang cepat karena mengikuti langkah-langkah syaitan. 

Kerusakan akal yang demikian sangatlah merusak manusia. Ketika menantikan ketetapan Allah atas kerusakan ini, Musa a.s memilih 70 orang di antara kaumnya yang berakal baik bersamanya. Nabi Musa a.s bertanya mengapa Allah tidak membinasakan mereka yang berakal rusak bersama diri Musa a.s sendiri sebelum bani Israel melakukan perbuatan menyembah patung anak sapi emas. Dengan demikian Musa a.s tidak perlu merasa takut orang yang akalnya masih baik akan turut dibinasakan. Musa a.s mengetahui bahwa Allah tidak akan membinasakan orang-orang yang akalnya masih baik karena perbuatan orang yang akalnya rusak, akan tetapi dirinya tetap merasa khawatir mereka yang masih berakal baik akan turut dibinasakan bersama karena perbuatan orang yang berakal rusak. 

وَٱخۡتَارَ مُوسَىٰ قَوۡمَهُۥ سَبۡعِينَ رَجُلٗا لِّمِيقَٰتِنَاۖ فَلَمَّآ أَخَذَتۡهُمُ ٱلرَّجۡفَةُ قَالَ رَبِّ لَوۡ شِئۡتَ أَهۡلَكۡتَهُم مِّن قَبۡلُ وَإِيَّٰيَۖ أَتُهۡلِكُنَا بِمَا فَعَلَ ٱلسُّفَهَآءُ مِنَّآۖ إِنۡ هِيَ إِلَّا فِتۡنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَن تَشَآءُ وَتَهۡدِي مَن تَشَآءُۖ أَنتَ وَلِيُّنَا فَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَاۖ وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلۡغَٰفِرِينَ [ الأعراف:155] 

Dan Musa memilih kaumnya tujuh puluh orang untuk waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan (cobaan) itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah wali kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya". [Al A'raf:155] 

Seorang nabi mungkin akan berangan-angan Allah membinasakan dirinya dengan gempa ketika umat yang dipimpin rusak akalnya. Tetapi itu tidak akan terjadi. Demikianlah Musa a.s berharap Allah membinasakan dirinya. Tidak banyak peran beliau dalam rusaknya akal umatnya, yaitu hanya mendahului umatnya untuk bertemu rabb-nya. Agak sulit bagi Musa a.s menerima kenyataan bahwa Allah tidak membinasakannya, sehingga ketika Izrail a.s menjemput untuk meninggalkan dunia dengan baik, beliau  a.s menghantam wajah malaikat mulia itu dengan keras. Izrail merupakan pemimpin tertinggi para malaikat maut yang menjemput ruh orang-orang mulia saja. Tidak seorangpun mengetahui bagaimana nabi Musa a.s meninggal dan dimakamkan.

Kerusakan akal bani Israel sangatlah besar sedemikian peringatan Harun a.s tidak terlihat sebagai sebuah kebenaran yang kokoh. Nabi Harun a.s benar-benar memperingatkan dengan pengetahuan yang benar tentang Allah, bahwa Allah yang harus mereka sembah adalah Ar-rahmaan. Bagi akal yang rusak, peringatan Harun a.s dengan pengetahuan yang benar tidak mempunyai makna yang kokoh dan hanya mempercayai apa yang bisa ditampakkan oleh Musa a.s, padahal apa yang akan ditampakkan Musa a.s bagi mereka adalah hukuman yang keras dari Allah. 

Langkah pertama yang harus dilakukan  untuk kembali adalah memahami kebenaran, sebuah jihad besar bagi orang yang akalnya rusak. Sebuah kebenaran tidak boleh didustakan atau dianggap remeh, karena pendustaan itu akan menutup langkah berikutnya atau bahkan mengundang azab, sebagaimana bani Israel menganggap remeh perkataan Harun a.s tentang Ar-rahmaan menyebabkan bani Israel mendapatkan hukuman. Bani Israel lebih mengharapkan apa yang akan dikatakan Musa a.s bagi mereka daripada peringatan Harun a.s tentang Ar-rahmaan, padahal apa yang dilakukan Musa a.s adalah menurunkan hukuman bagi mereka. Kedua hal itu adalah kebenaran yang sama bagi sikap yang berbeda. Langkah berikutnya untuk kembali dari akal yang rusak itu adalah mengikuti orang dengan pengetahuan yang benar tentang Allah, dan mentaati urusan orang tersebut 

Peristiwa penyembahan patung anak sapi emas oleh bani Israel merupakan contoh penyesatan syaitan terhadap umat manusia dalam skala besar dan intensif. Barangkali syaitan tidak lagi melakukan penyesatan sedemikian massif dan intensif, akan tetapi syaitan tidak pernah berhenti untuk menyesatkan manusia dengan semua cara-cara yang bisa dilakukannya. Manusia memiliki keburukan-keburukan dalam jiwanya yang dapat diolah syaitan. Demikian pula syaitan masih mempunyai celah sangat besar untuk menggoda hati manusia dengan kekejian yang dijadikan indah dalam pandangan manusia. Barangkali manusia berpikir bahwa perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan telah musnah tak akan muncul lagi, tetapi sebenarnya kesempatan itu masih sangat terbuka karena kebodohan masih selalu ada di antara manusia. 

Penyesatan Pada Masyarakat Umum 


Setiap orang harus bersikap setia terhadap setiap perjanjian yang telah diikat di jalan Allah. Ketidaksetiaan pada perjanjian yang diikat dijalan Allah merupakan kekejian. Pernikahan merupakan perjanjian tertinggi jenis tersebut. Setiap istri harus berusaha dengan sungguh-sungguh mencari urusan Allah melalui suaminya, sebagaimana Asiyah mencari urusan Allah melalui Fir’aun. Tidak ada alasan sedikitpun bagi seorang istri untuk meninggalkan suaminya tersia-siakan untuk mencari urusan Allah melalui laki-laki lain. Demikian pula setiap suami harus selalu berusaha menemukan urusan Allah melalui istri-istrinya, tidak mengumbar kasih dan perhatiannya terhadap sembarang wanita tanpa melakukan ikatan pernikahan, sedangkan istrinya mungkin tersingkirkan dari perhatiannya. Pernikahan adalah mitsaqan ghalidza yang sangat kuat antara hamba dalam pandangan Allah. 

Perbuatan keji di dalam rumah tangga pada dasarnya sama dengan perbuatan keji bani Israel menyelisihi perjanjian dengan nabi Musa a.s. Pernikahan adalah sebuah mitsaqan ghalidza yang bahkan setara dengan perjanjian antara nabi dengan Allah. Melakukan perbuatan keji di dalam rumah tangga akan berakibat sama dengan perbuatan keji bani Israel. Akal seseorang akan bengkok bila melakukan perbuatan keji. 

Akal seseorang akan bengkok atau rusak bilamana menganggap biasa untuk melakukan perbuatan keji. Seorang laki-laki akan menjadi perpanjangan tangan syaitan untuk merusak umat manusia bila tidak merasa bersalah dalam melakukan perbuatan keji. Hendaknya setiap orang kembali mengingat Allah dan memohon ampunan bila jatuh terlibat dalam kekejian. Setiap orang harus berusaha berhenti dari kekejian, dan berusaha memperoleh pengetahuan dari kesalahannya terlibat kekejian. Pengetahuan ini penting karena seorang laki-laki diberi kemampuan untuk memahami kehendak Allah, berbeda dengan penciptaan perempuan dengan kemampuan sebagai ahli surga. 

Seorang perempuan mungkin akan merasa menemukan surga ketika terlibat dalam jalinan perasaan yang keji dengan laki-laki lain. Itu adalah tipuan syaitan untuk merusak akalnya. Bagi laki-laki beriman, wujud akal istrinya adalah sifat mawaddah, subur dan keinginan kembali kepada suami. Seorang suami adalah jalan bagi seorang perempuan untuk menemukan urusan Allah, dan memperoleh surga. Sifat ahli surga harus tumbuh hanya bagi suaminya. Akal perempuan harus menemukan urusannya dalam diri suaminya, sedangkan syaitan membelokkan akalnya untuk menemukan urusannya pada laki-laki lain. 

Kadangkala seorang wanita dapat menemukan penglihatan tentang surga ketika terlibat jalinan perasaan intensif yang keji dengan laki-laki lain. Bila surga itu bukan surga bersama suaminya tetapi milik laki-laki lain, itu adalah tipuan syaitan. Syaitan lah yang mengipaskan intensitas perasaan itu, untuk membuat tiruan jalan menuju surganya yang seharusnya dibangun bersama suami. Ini hampir setara dengan pembengkokan syaitan terhadap akal laki-laki bani Israel hingga mengatakan bahwa patung sapi emas adalah ilah bagi mereka, dan juga ilahnya Musa a.s. 

Ketika seorang istri merasa menemukan surga melalui laki-laki lain, maka hal sebaliknya yang akan terlihat oleh suaminya. Suaminya akan melihat istrinya yang demikian sebagai ahli neraka. Kadangkala Allah memberikan percikan gadlab-Nya dalam hati suaminya, sehingga rasa murka membara. Bila suaminya orang yang kembali kepada Allah, rasa murka itu mungkin dapat teratasi dengan pemaafan, tetapi akan sulit bagi yang tidak benar-benar ingin kembali kepada Allah. Hal ini tidak akan tertutupi walaupun terlihat kebaikan ibadah-ibadah istri tersebut kepada Allah. Dalam hal ini, apa yang dilihat oleh suaminya lah yang sebenarnya terjadi. Rasulullah SAW memberikan perintah kepada setiap wanita untuk memperhatikan kedudukannya di mata suaminya, karena pandangan mata suaminya itu yang merupakan surga atau neraka bagi wanita. 

Kerusakan akal pada seorang perempuan akan berimbas pada keluarganya, dan umat suaminya. Seorang perempuan akan mengalami kesulitan untuk memahami suaminya bila akalnya rusak. Sifat mawaddah, subur dan kembali kepada suaminya hilang, karena itu merupakan bentuk akal seorang isteri. Kadang intensitas perusakan akal itu sangat tinggi sehingga seorang wanita merasa sangat kepayahan dan kesulitan ketika berusaha keras kembali kepada suaminya. Seorang suami akan kehilangan penolong yang menghadirkan urusan dunianya dan kehilangan media untuk menumbuhkan pohon thayyibahnya. Seorang nabi bisa dianggap hanya sebagai orang kecil oleh masyarakatnya bila ia ditinggalkan istrinya, sebagaimana Nuh a.s dan Luth a.s. Ilmunya hanya dipahami oleh dirinya sendiri. Bukan hanya sang nabi yang dirugikan, tetapi umat sang nabi juga dirugikan. Nilai kerusakan akal itu sama bagi laki-laki dan perempuan, seperti kebinasaan bagi bani Israel sama seperti kebinasaan sodom atau kaum Nuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar